BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Istilah cacingan yang paling populer di Indonesia adalah cacingan oleh cacing kremi (Oxyorus vermicularis) yaitu sejenis cacing famili Vermes Annelida yang juga termasuk parasit bagi manusia. Enterobiasis (Oxiyuriasis, cacing kremi, dan infeksi Seatworm) adalah kondisi medis yang disebabkan oleh cacing kremi ( Enterobius vermicularis/ Oxyuris). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan yang paling sering terinfeksi adalah anak-anak. Enterobiasis ditandai dengan sering ditemukannya rasa gatal pada anus (pruritis ani) yang timbul pada malam hari, anoreksia, penurunan berat badan, sulit tidur, diare, dan nyeri perut. Infeksi Enterobiasis vermicularis terjadi melalui makanan, jari dan inhalasi udara yang terkontaminasi telur Enterobiasis vermicularis serta secara retroinfeksi dari daerah sekitar anus. Cacing Enterobius vermicularis paling banyak ditemukan di daerah dingin karena pada umumnya di daerah dingin orang-orang jarang mandi dan berganti pakaian dalam.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Istilah cacingan yang paling populer di Indonesia adalah cacingan
oleh cacing kremi (Oxyorus vermicularis) yaitu sejenis cacing famili Vermes
Annelida yang juga termasuk parasit bagi manusia.
Enterobiasis (Oxiyuriasis, cacing kremi, dan infeksi Seatworm) adalah
kondisi medis yang disebabkan oleh cacing kremi ( Enterobius vermicularis/
Oxyuris). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan yang paling sering
terinfeksi adalah anak-anak. Enterobiasis ditandai dengan sering
ditemukannya rasa gatal pada anus (pruritis ani) yang timbul pada malam
hari, anoreksia, penurunan berat badan, sulit tidur, diare, dan nyeri perut.
Infeksi Enterobiasis vermicularis terjadi melalui makanan, jari dan inhalasi
udara yang terkontaminasi telur Enterobiasis vermicularis serta secara
retroinfeksi dari daerah sekitar anus. Cacing Enterobius vermicularis paling
banyak ditemukan di daerah dingin karena pada umumnya di daerah dingin
orang-orang jarang mandi dan berganti pakaian dalam.
Hasil penelitian menunjukan angka prevelensi pada berbagai golongan
manusia sekitar 3-8 %. Peneliyian di daerah Jakarta Timur menunjukan
bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita Enterobiasis adalah
kelompok usia 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1 %) dari 85 anak yang
diperiksa. Penularan penyakit Enterobiasis paling sering terjadi pada keluarga
atau kelompok yang hidup pada lingkungan yang sama (asrama, dan rumah
piatu). Pada anak-anak sering terinfeksi Enterobiasis karena sering
memasukan jari tangannya ke mulut dan jarang cuci tangan sebelum makan.
Untuk menghindari terkena Enterobiasis, kebersihan perorangan harus
dilakukan, memotong kuku, mencuci tangan sebelum makan terutama pada
anak-anak dan selalu menjaga kebersihan makanan.
2. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan Enterobiasis (cacing kremi) dan
penyebabnya?
2) Bagaimanakah patogenesis dan siklus penularan dari penyakit
Enterobiasis?
3) Bagaimana daur hidup Enterobiasis vermicularis (Oxyuris)?
4) Bagaimanakah gejala dan tanda yang timbul pada penyakit
Enterobiasis?
5) Mengapa di daerah perianal pada anak tersebut terlihat kemerahan
bekas luka garukan?
6) Mengapa rasa gatal di dubur hanya terjadi pada waktu malam hari dan
mengapa terjadi pruritis ani?
7) Bagaimana diagnosis, diagnosis banding, dan pemeriksaan penunjang
dari Enterobiasis?
8) Bagaimana prognosis dari penyakit Enterobiasis?
9) Bagaimana pengobatan dan terapi yang dapat dilakukan pada penyakit
Enterobiasis?
10) Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit
Enterobiasis?
3. Manfaat
1) Mampu menjelaskan pengertian dan etiologi penyakit enterobiasis
2) Mampu menjelaskan patogenesis penyakit enterobiasis
3) Mampu menjelaskan manifestasi klinis penyakit enterobiasis
4) Mampu menjelaskan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang penyakit enterobiasis
5) Mampu menjelaskan pengobatan dan pencegahan penyakit enterobiasis
6) Mampu menjelaskan prognosis dan komplikasi dari penyakit malaria
tertiana maligna
7) Mampu menjelaskan penyelidikan epidemiologi dan terapi penyakit
enterobiasis
4. Tujuan
1) Mahasiswa mampu dan mengenal dasar – dasar hak penyakit infeksi
tropis
2) Mahasiswa mampu menggali potensi dalam pemahaman penyakit
enterobiasis
3) Mahasiswa mampu dalam memahami gambaran umum dan pola
perawatan mengenai penyakit enterobiasis
4) Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dan prognosis penyakit
penyakit enterobiasis
5) Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca
6) Menunjang wawasan tentang penyakit enterobiasis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EnterobiasisEnterobiasis (Infeksi Cacing Kremi) adalah suatu infeksi parasit yang
terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis
tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus. (Sudoyo, 2006)
1. Etiologi
Penyebab penyakit Enterobiasis adalah Enterobius vermicularis
atau Oxyuris vermicularis yang berukuran 1 cm dan berwarna putih.
Dalam sekali bertelur cacing ini dapat menghasilkan 11.000 butir telur.
Telurnya bebentuk asimetris, eclipse pada satu sisi dan datar pada sisi
lainnya dengan ukuran 30-60 µm. Setelah melalui proses pematangan
larva dapat bertahan hidup dalam telur sampai 20 hari.
Infeksi cacing Enterobius vermicularis bisa terjadi melalui 2 cara
yaitu, yang pertama telur cacing berpindah dari daerah sekitar anus
(perianal) penderita kemudian pindah ke pakaian, sprei atau mainan,
kemudian melalui jari-jari tangan telur cacing pindah ke mulut dan
akirnya tertelan. Kemudian cara yang kedua dapat terhirup melalui udara
kemudian tertelan. (Widoyono, 2008)
2. Morfologi Enterobius vermicularis
a. Telur Enterobius vermicularis
Telur berbentuk elipsoid atau
lonjong dan mempunyai dua sisi
yaitu sisi lengkung dan sisi mendatar
atau lebih datar pada satu sisi
(asimetrik). Dinding telur bening dan
agak lebih tebal berdinding hialin
transparan, biasanya sudah diketemukan embrio dalam stadium
tadpole (kecebong). Telur jarang dikeluarkan melalui tinja dan tahan
disinfektan dan suhu dingin.
b. Cacing betina Enterobius vermicularis
Cacing betina Enterobius vermicularis berukuran 8-13 mm x
0,4 mm dan berbentuk silindris. Pada ujung anterior ada pelebaran
kutikulum seperti sayap yaitu 1 pasang alae yang disebut cephalic
alae dan terdapat 3 labia. Bulbus esofagus ganda jelas sekali,
ekornya panjang dan runcing, Vulva terletak kira ½ bagian anterior.
Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh dengan telur.
Gambar : Cacing dewasa jantan dan betina
c. Cacing jantan Enterobius vermicularis
Cacing jantan Enterobius
vermicularis berukuran 2-5 mm
berbentuk silindris juga
mempunyai 3 labia dan
sepasang alae yang disebut
chepalic alae pada ujung
anterior. Bulbus esofagus ganda, ujung posterior sangat melengkung
jelas dengan spikulum kopulatoris yang jelas. Tidak ada
gubernaculums. Mempunyai bursa kecil yang tampak sebagai alae
kaudal.
Kopulasi cacing jantan dan betina kemungkinan terjadi di
sekum. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar,
usus halus yang berdekatan dengan rongga usus. Makanannya adalah
isi dari usus penderitanya. Cacing jantan mati setelah kawin dan cacing
betina mati setelah bertelur. Cacing betina yang mengandung 11.000-
15.000 butir telur akan bermigrasi ke daerah sekitar anal (perianal)
untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 – 40 hari setelah infeksi.
Telur akan matang dalam waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan,
pada suhu tubuh. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13
hari.
3. Patogenesis
a. Telur berada di lipatan perianal. Telur ini memerlukan waktu 4-6
jam untuk menjadi telur yang infektif
b. Telur tertelan manusia, misal menggaruk anus lalu menggunakannya
untuk makan tanpa cuci tangan
c. Sesampainya di duodenum telur ini menetas dan menjadi larva
rhabditiformis dan berkembang menjadi cacing dewasa
d. Cacing dewasa akan menuju jejunum, coecum dan kolon
e. Cacing betina akan bermigrasi ke daerah perineum/perianal untuk
bertelur lalu mati setelah bertelur. Cacing jantan mati setelah
kopulasi. Motilitas cacing betina saat bertelur di anus, dapat
menyebabkan gatal-gatal di anus. Jika telur menetas di anus, larva
akan masuk ke kolon lagi (retrofeksi). Telur enterobius vermicularis
biasa menempel di manapun, di lantai, meja, kursi dan mudah
diterbangkan bersama debu dan menginfeksi orang yang menghisap
debu ini (infeksi inhalasi).
(Widoyono, 2008)
Gambar : Siklus hidup Enterobius vermikularis
4. Manifestasi klinis
Beberapa gejala dan tanda dari Enterobiasis (infeksi cacing kremi) adalah
a. Rasa gatal pada anus (pruritis ani), karena adanya deposit atau
tumpukan telur Enterobius vermicularis di daerah sekitar anus
(perianal) dan arena cacing Enterobius vermicularis suka bergerak
di daerah anus terutama pada malam hari.
b. Luka garuk di sekitar anus, karena adanya rasa gatal pada daerah
perianal sehingga menyebabkan penderita menggaruk pada daerah
perianal tersebut sampai terjadi luka
c. Insomnia (susah tidur), karena rasa gatal (pruritis ani) sering
terjadi pada waktu mlam hari sehingga penderita terganggu
tidurnya dan menjadi lemah
d. Kurang nafsu makan (terutama pada infeksi yang berat) sehingga
menyebabkan penurunan berat badan
e. Kadang-kadang cacing dewasa dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esophagus dan hidung sehingga
menyebabkan gejala nyeri perut, rasa mual, muntah dan diare.
f. Vaginitis (radang saluran telur), terjadi karena cacing betina gravid
mengembara dan bersarang di vagina dan di tuba fallopi.
5. Diagnosis dan diagnosis banding
a. Diagnosis
Diagnosis enterobiasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang.
1) Gejala klinis
a) Anamnesis
Keluhan utama yang sering kali muncul dari infeksi cacing
sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di
sekitar anus pada waktu malam hari. Disamping itu sumber
penyakit harus ditelusuri.
b) Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami nyeri pada perutnya, nafsu makan dan
berat badan turun, dan diare, anoreksia, badan menjadi
kurus, sukar tidur. Disamping itu juga timbul rasa mual,
muntah, disebabkan karena iritasi cacing dewasa pada
sekum, apendiks, dan sekitar muara anus.
2) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi umumnya normal, hanya ditemukan
sedikit eosinofilia.
3) Pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasti enterobiasis dengan cara menemukan telur atau
cacing dewasa di daerah perianal dengan swab atau di dalam
tinja. Anal swab di tempelkan di sekitar anus pada waktu pagi
hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat.
(Widoyono, 2008)
b. Diagnosis banding
Pruritus ani merupakan gejala enterobiasis yang menonjol,
yang juga dijumpai pada hampir semua kelainan kulit, misalnya
psoriasis dan dermatitis atopik. Reaksi alergi, misalnya dermatitis
kontak yang disebabkan oleh bahan obat bius yang dioleskan di
kulit, berbagai jenis salep atau bahan kimia dalam sabun. Infestasi
parasit seperi cacing kremi dan skabies atau pedikulosis. Selain itu,
penyakit-penyakit, seperti kencing manis atau penyakit hati, kelainan
anus (misalnya tanda di kulit atau skin tags, kriptitis, pengeringan
fistula) dan kanker (contohnya penyakit Bowen). (Sudoyo, 2006)
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan
pemeriksaan laboratorium yaitu dengan Anal Swab. Pemeriksaan Anal
swab dilkukan untuk menemukan telur atau cacing dewasa di daerah
perianal di dalam tinja. Pemeriksaan Anal swab dilakukan pada waktu
pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok)
Anal Swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah
yang pada ujungnya dilekatkan pita perekat atau Scoth adhesive tape.
Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus (perianal), telur
cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape
diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan
mikroskopik. Satu tes tidak selalu cukup untuk berhasil mendiagnosa
enterobiasis dan lebih dari satu mungkin harus dilakukan. A repeated test
done everyday for three days straight will diagnose enterobiasis over
90% of the time. is usually the preferred treatment for enterobiasis.
Sebuah tes ulang dilakukan setiap hari selama tiga hari berturut-turut
akan mendiagnosis enterobiasis lebih dari 90% dari waktu. (Corwin,
2001)
7. Pencegahan
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan
atau mengendalikan infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis)
antaralain :
a. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
b. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
c. Mencuci sprei minimal 2 kali seminggu
d. Membersihkan kamar mandi atau jamban setiap hari
e. Sebaiknya pakaian dicuci bersih dan diganti setiap hari
f. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang
mengandung parasit
(Hassan, 2007)
8. Pengobatan
a. Perawatan umum
1) Pengobatan sebaiknya dilakukan juga terhadap keluarga
serumah atau yang sering berhubungan dengan pasien
2) Kesehatan pribadi perlu diperhatikan terutama kuku, jari-jari
dan pakaiain tidur
3) Toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan desinfektan,
bila mungkin setiap hari
b. Pengobatan spesifik
1) Mebendazole
Pemberian mebendazole dengan dosis tunggal 500 mg,
diulang setelah 2 minggu. Kerjanya merusak subseluler dan