This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH FARMAKOTERAPI LANJUTAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
OLEH
KELOMPOK IV
DWI SYAFITRA RAMADHAN F1F1 12 073
DWI RIZKAH NUR APRILIYANI F1F1 12 074
NUR FAUZIAH F1F1 12 076
LOLY SUBHYAKTI F1F1 12 077
BESTIANTI PURNASARI JIWA F1F1 12 078
INTEN WIDURI WULANDARI F1F1 12 079
ISRA SULLASMI F1F1 12 080
MILAWATI F1F1 12 081
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga mampu menyelesaikan salah satu
tugas mata kuliah farmakoterapi lanjutan dengan judul makalah “Penyakit Paru
Obstruksi Kroni (PPOK)” ini dengan baik.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak
untuk sempurnanya makalah ini, sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu
pengetahuan yang senantiasa berkembang dengan cepat.
Kendari, 22 Oktober 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
A. Latar Belakang.................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4
C. Tujuan............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 6
A. Defenisi PPOK................................................................................................. 6
B. Etiologi.............................................................................................................. 6
C. Patofisiologi...................................................................................................... 8
D. Gejala Dan Tanda.............................................................................................10
E. Klasifikasi ........................................................................................................11
F. Tatalaksana Terapi............................................................................................12
G. KIE (Konseling,Informasi dan Edukasi)..........................................................21
H. Kasus PPOK Dan Tatalaksana Terapi..............................................................23
BAB III PENUTUP.............................................................................................27
A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah CARA atau Chronic Aspecific Respiratory Affections
mencangkup semua penyakit saluran napas yang bercirikan penyumbatan
(obstruksi) bronchi disertai pengembangan mukosa dan sekreesi dahak berlebihan.
Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta
peralihannya, yakni asma,bronchitis kronis dan enfisema paru atau PPOK.
PPOK menempati urutan ketiga dari kematian penduduk di negri Belanda
(setelah Penyakit Jantung dan Pembuluh (PJP) dan kanker). Juga secara global
mortalitas akibat gangguan ini meningkat, sedangkan kematian karena penyakit
kardiovaskuler menurun. Menurunkan angka kematian dari COPD/PPOK
merupakan salah satu tujuan dari “Global initiative for chronic obstructive lung
disease (GOLD) “ suau organisasi dari WHO dan US National heart, Lung and
Blood Institute.
Berkaitan dengan farmakoterapi bagi cara pemilihan terapi yang baik
salah satunya adalah tatalaksana terapi sesuai alogaritma terapi dengan
meminimalkan efek samping. Sehingga untuk mengetahui pemilihan tatalaksana
terapi yang sesuai diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai penyakit PPOK
ini baik itu meliputi etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala dan tanda serta
alogaritma terapinya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu
1. Apa yang dimaksud dengan PPOK, etiologi dan patofisiologinya?
2. Bagaimana pengklasifikasian PPOK, gejala dan tanda PPOK?
3. Bagaimana tatalaksana terapi dan KIE PPOK?
4. Bagaimana pengkajian salah satu kasus pasien PPOK?
4
C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan PPOK, etiologi dan
patofisiologidari PPOK
2. Untuk mengetahui pengklasifikasian PPOK, gejala dan tanda PPOK
3. Untuk mengetahui tatalaksana terapi dan KIE PPOK
4. Untuk mengetahui pengkajian salah satu kasus pasien PPOK
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi PPOK
Menurut WHO yang dituangkan dalam Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2001 dan di-update tahun 2005, Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK) didefenisikan sebagai penyakit yang dikarakteristir oleh adanya obstruksi
saluran pernafasan yang tidak reversibel sepenuhnya. Sumbatan aliran udara ini
umunya bersifat progresif dan berkaitan dengan responinflamasi abnormal paru-
paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Beberapa rumah sakit
di Indonesia ada yang menggunakan istilah PPOM (Penyakit Paru Obstruksi
Menahun) yang merujuk pada penyakit yang sama. PPOK adalah penyakit paru
kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progressif nonreversibel atau reversibel parsial.
PPOK terdiri dari Bronchitis kronis dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronchitis kronis adalah kondisi dimana terjadi sekresi mucus berlebihan kedalam cabang bronkus yang bersifat kronis dan kambuhan, disertai batuk yang terjadi pada hampir setiap hari selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. Sedangkan emfisema adalah kelainan paru-paru yang dikarakterisir oleh pembesaran rongga udara bagian distal sampai keujung bronkiole yang abnormal dan permanent, disertai dengan kerusakan dinding alveolus. Pasien pada umumnya mengalami kedua gangguan ini, dengan salah satunya dominan.
B. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko utama berkembangnya penyakit ini, yang
dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan dan faktor host.
Beberapa faktor paparan lingkungan antara lain adalah :
a. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK, dengan risiko 30
kali lebih besar pada perokok dibanding dengan bukan perokok, dan merupakan
penyebab dari 85-90% kasus PPOK. Kurang lebih 15-20% perokok akan
mengalami PPOK. Kematian akibat PPOK terkait dengan banyaknya rokok yang
6
dihisap, umur mulai merokok, dan status merokok yang terakhir saat PPOK
berkembang. Namun demikian, tidak semua penderita PPOK adalah perokok.
Kurang lebih 10 % orang yang tidak merokok juga mungkin menderita PPOK.
Perokok pasif (tidak merokok tetapi sering terkena asap rokok) juga berisiko
menderita PPOK.
b. Pekerjaan
Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan keramik
yang terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar debu katun dan debu
gandum, toluene diisosianat, dan asbes, mempunyai risiko yang lebih besar
daripada yang bekerja di tempat selain yang disebutkan di atas.
c. Polusi udara
Pasien yang mempunyai disfungsi paru akan semakin memburuk
gejalanya dengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa berasal dari luar rumah
seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, dll, maupun polusoi dari dalam
rumah misalnya asap dapur.
d. Infeksi
Kolonisasi bakteri pada saluran pernafasan secara kronis merupakan
suatu pemicu inflamasi neurotofilik pada saluran nafas, terlepas dari paparan
rokok. Adanya kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan kejadian inflamasi
yang dapat diukur dari peningkatan jumlah sputum, peningkatan frekuensi
eksaserbasi, dan percepatan penurunan fungsi paru, yang semua ini meningkatkan
risiko kejadian PPOK.
Sedangkan faktor risiko yang berasal dari host/pasiennya antara lain :
a. Usia
Semakin bertambah usia, semakian besar risiko menderita PPOK. Pada
pasien yang didiagnosa PPOK sebelum usia 40 tahun, kemungkinan besar dia
menderita gangguan genetik berupa defisiensi α1-antitripsin.
b. Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK daripada wanita, mungkin ini
terkait dengan kebiasaan merokok pada pria. Namun ada kecendrungan
7
peningkatan prevalensi PPOK pada wanita karena meningkatnya jumlah wanita
yang merokok.
c. Adanya gangguan fungsi paru yang sudah terjadi
Adanya gangguan fungsi paru-paru merupakan faktor risiko terjadinya
PPOK,misalnya defisiensi Immunoglobulin A (IgA/ hypogammaglubulin) atau
infeksi pada masa kanak-kanak seperti TBC dan bronkiektasis. Orang
yang pertumbuhan parunya tidak normal karena lahir dengan berat badan rendah,
ia memiliki risiko lebih besar untuk mengalami PPOK.
d. Predisposisi genetik, yaitu defisiensi a1-antitripsin (AAT)
Defisiensi AAT ini terutama dikaitkan dengan emfisema, yang
disebabkan oleh hilangnya elastisitas jaringan di dalam paru-paru
secara progresif karena adanya ketidakseimbangan antara enzim proteolitik dan
faktor protektif
C. Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK
yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan danya suatu
inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya
peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi
folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar salurannafas
mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil
berkurangakibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang
meningkat sesuai berat sakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan
antioksidan berada dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi gangguan
keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru.
Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat
menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel
dan inflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi
8
sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil
seperti interleukin 8 dan leukotrienB4,tumuor necrosis factor (TNF),monocyte