Top Banner
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : SM Umur : 41 tahun / laki-laki Masuk : 27 Oktober 2015 No. Rekam Medik : 730811 II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Penurunan kesadaran - Anamnesis Terpimpin: dialami sejak 16 jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo akibat kecelakaan lalu lintas. - Mekanisme trauma : Pasien sedang mengendarai motor, bertabrakan dengan mobil dari arah depan. Pasien terjatuh ke arah kiri dengan tumpuan di tungkai kiri. Kemudian, kepala dan sisi kiri dada pasien terbentur di aspal. - Pasien langsung pingsan setelah kejadian. Tidak ada riwayat mual dan muntah. Riwayat pengobatan sebelumnya di Rumah Sakit Mamuju. III. PEMERIKSAAN FISIS PRIMARY SURVEY Airway : Bebas 1
33

Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Jan 04, 2016

Download

Documents

Nura Reefa

Closed Fracture 1/3 Middle Left Femur
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : SM

Umur : 41 tahun / laki-laki

Masuk : 27 Oktober 2015

No. Rekam Medik : 730811

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Penurunan kesadaran

- Anamnesis Terpimpin: dialami sejak 16 jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo akibat kecelakaan lalu lintas.

- Mekanisme trauma : Pasien sedang mengendarai motor, bertabrakan dengan mobil dari

arah depan. Pasien terjatuh ke arah kiri dengan tumpuan di tungkai kiri. Kemudian,

kepala dan sisi kiri dada pasien terbentur di aspal.

- Pasien langsung pingsan setelah kejadian. Tidak ada riwayat mual dan muntah. Riwayat

pengobatan sebelumnya di Rumah Sakit Mamuju.

III. PEMERIKSAAN FISIS

PRIMARY SURVEY

Airway : Bebas

Breathing : RR = 26 x/menit reguler, spontan, tipe thoracoabdominal, hemitoraks

sinistra kesan tertinggal

Circulation : BP = 120/80 mmHg, HR = 98 x/menit, reguler, kuat angkat

Disability : GCS 10 (E3M5V2), pupil isokor, Ø 2.5/2.5 mm, refleks cahaya +/+

Environment : Suhu axilla = 36.7oC

Trauma Score : Respiratory : 3

Usaha bernafas : 1

Blood pressure : 4

1

Page 2: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

CRT : 2

GCS : 3

13

SECONDARY SURVEY

Head Region

Inpeksi : Memar di sisi kanan dahi, benjolan di pelipis kiri

Palpasi : Nyeri tekan sulit dievaluasi, tidak ada krepitasi

Thorax Region

Inpeksi : Gerak hemitoraks sinistra kesan tertinggal, tidak ada luka

terbuka, tidak ada deformitas, hematoma di hemitoraks

sinistra

Palpasi : Krepitus tidak ada, nyeri tekan sulit dievaluasi

Perkusi : Asimetris, redup di hemitoraks sinistra

Auskultasi : Suara menafas menurun di hemitoraks sinistra, ronkhi

ada di hemitoraks sinistra

Left Thigh Region

Inpeksi : Deformitas (+), edema (+), hematoma (-), luka (-)

Palpasi : Nyeri tekan sulit dinilai

ROM : Gerak aktif dan pasif tidak dapat dievaluasi karena

penurunan kesadaran

NVD : Sensibilitas dan motorik sulit dievaluasi. Pulsasi dari

arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior teraba.

CRT < 2 detik.

2

Page 3: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Leg Length Discrepancy

TLL ALL

Right 77 cm 85 cm

Left 75 cm 83 cm

LLD 2 cm

IV. GAMBARAN KLINIS

3

Page 4: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

◦ WBC : 12,0 x 103 /mm3

◦ RBC : 4,94 x 106 /mm3

◦ HGB : 11,3 g/dL

◦ HCT : 36 %

◦ PLT : 184 x 10 3 /mm3

◦ HbsAg Non Reactive

◦ SGOT : 149 U/L

◦ SGPT : 61 U/L

VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

CT Scan Kepala

4

Page 5: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

X-Ray Thorax posisi PA/AP

X-Ray posisi AP/lateral (Left Leg)

5

Page 6: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

VII. RESUME

Laki-laki, 41 tahun, masuk RS. Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan utama

penurunan kesadaran sejak 16 jam sebelum masuk RS akibat kecelakaan lalu lintas.

Pasien sedang mengendarai motor, bertabrakan dengan mobil dari arah depan. Pasien

terjatuh ke arah kiri dengan tumpuan di tungkai kiri. Kemudian, kepala dan sisi kiri dada

pasien terbentur di aspal.

Dari pemeriksaan fisis didapatkan ; Primary survey : RR 26 kali/menit,

hemitoraks sinistra kesan tertinggal, GCS 10 (E3M5V2), Trauma Score 13. Secondary

survey ; Head region : hematom di sisi kanan dahi, edema di pelipis kiri, nyeri tekan sulit

dievaluasi; Thorax region : gerak hemitoraks sinistra kesan tertinggal, hematom di

hemitoraks sinistra, nyeri tekan sulit dievaluasi, bunyi nafas menurun di hemitoraks

sinistra, ronkhi ada di hemitoraks sinistra, redup di hemitoraks sinistra; Left thigh

region : deformitas (+), edema (+), nyeri tekan sulit dinilai, gerak aktif dan pasif tidak

dapat dievaluasi, sensibilitas dan motorik sulit dievaluasi, pulsasi dari arteri dorsalis pedis

dan arteri tibialis posterior teraba, serta CRT < 2 detik.

6

Page 7: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Dari pemeriksaan radiologi, pada foto thorax PA/AP, tampak kontusio pulmo

sinistra dan cardiomegaly dengan dilatation et elongation aortae, dan pada foto femur

sinistra AP/Lateral, tampak fraktur oblique 1/3 media femur sinistra.

VIII. DIAGNOSIS

- Moderate head injury GCS10 (E3M5V2)

- Kontusio paru sinistra

- Closed fraktur 1/3 media femur sinistra

IX. PENATALAKSANAAN

Oksigen 8 liter/menit via non-rebreathing mask

IVFD RL

Analgesik

Pertahankan collar brace hingga GCS 15

Apply skin traksi load 3 kg

Rencana ORIF nailing bila KU optimal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

FRAKTUR FEMUR

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari adanya

retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan korteks sehingga tulang terenggang baik

secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang. Jika kulit diatas fraktur masih utuh

maka disebut fraktur tertutup, jika kulit terhubung dengan dunia luar maka disebut fraktur

terbuka.1

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang

dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Fraktur

dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan

pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik

tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.1,2,3

7

Page 8: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis Terpadu

Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2006 di

Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalulintas, 249 kasus atau 14,7% nya mengalami

fraktur femur.1

Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang penting. Dengan

bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara eksponensial.

Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, fraktur femur menyebabkan peningkatan biaya

kesehatan.4

Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi

tantangan bagi ahli orthopaedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular

sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan), seperti akibat terpeleset.

Akan tetapi, pada orang-orang muda, patah tulang pinggul intrakapsular biasanya

disebabkan oleh trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai oleh cedera pada

daerah yang lainnya serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan

nonunion.4

II. ANATOMI

Tulang femur adalah tulang terpanjang yang ada di tubuh kita. Tulang ini memiliki

karakteristik yaitu:5

Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Ia terpisah dengan

collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan ditutupi dengan tulang rawan sendi.

Konfigurasi ini memungkinkan area pergerakan yang bebas. Bagian caput mengarah ke

arah medial, ke atas, dan kedepan acetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah caput,

dimana ligamentum teres menempel. Collum femur membentuk sudut 1250 dengan

corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut yang patologis masing – masing disebut

deformitas coxa vara dan coxa valga.

Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya terdapat

trochanter major dan pada bagian posteromedialnya terdapat trochanter minor. Bagian

anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric membatasi pertemuan antara corpus dan

collum. Linea aspera adalah tonjolan yang berjalan secara longitudinal sepanjang

8

Page 9: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

permukaan posterior femur, yang terbagi, pada bagian bawah menjadi garis - garis

suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir pada adductor tubercle.

Ujung bawah femur teridiri dari condilus femoral, medial dan lateral femur epicondilus

medial. Bagian tersebut menunjang permukaan persendian dengan tibia pada sendi lutut.

Lateral epycondilus lebih menonjol dari medila epycondilus, hal ini untuk mencegah

pergeseran lateral dari patella. Kondilus – kondilus itu didipisahkan bagian posteriornya

dengan sebuah intercondylar notch yang dalam. Femur bawah pada bagian anteriornya

halus untuk berartikulasi dengan bagian posterior patella.5

Gambar 1. Tulang paha, femur, tampak depan, belakang, medial5

9

Page 10: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Gambar 2. Compartement anterior6

Gambar 3. (A) Compartement medial (B) Compartement posterior6

III. ETIOLOGI DAN MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR

Fraktur dapat disebabkan dari kecelakaan, stress yang berulang maupun gangguan

pada tulang (fraktur patologis). (1,2,3,7,8)

1. Fraktur yang disebabkan karena kecelakaan

Pada umumnya fraktur disebabkan oleh kekuatan yang berlebihan yang terjadi secara

tiba-tiba, yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Langsung

o Energi tinggi: kecelakaan kendaraan bermotor

Sebagian besar berupa fraktur transversal, comminuted, displaced

fractures.

Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat tinggi.

o Penetrasi: luka tembakan

10

Page 11: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Pola luka bervariasi.

Pada senjata genggam dengan kecepatan rendah tidak dapat menyebabkan

gangguan pada tulang maupun kerusakan jaringan seperti yang disebabkan

oleh energy tinggi (kecelakaan bermotor) atau kecepatan tinggi (senjata

tembak dan senjata mematikan lainnya).

o Bending: three- or four-point (ski boot injuries)

Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat timbul, dengan

kemungkinan menghasilkan potongan butterfly.

Timbulnya crush injury.

Pola comminuted dan segmental sangat berhubungan dengan kerekatan

jaringan disekitarnya.

Kemungkinan terjadinya kompartemen sindrom harus diperhatikan

o Fraktur corpus fibula: Akibat dari trauma langsung dari bagian lateral tungkai

bawah.

Tidak langsung

o Mekanisme terpelintir:

Terputarnya kaki dan terjatuh dari ketinggian rendah merupakan penyebab

utama.

Spiral, tidak ada pergeseran pada bagian fraktur yang memiliki hubungan

yang sedikit terhadap kerusakan jaringan sekitar.

o Fraktur Stres

Pada pelatihan militer, jenis kecelakaan ini sangat sering timbul pada

sambungan antara metafisis dan diafisis, ditandai dengan bagian sklerotik

pada kortexpostero medial.

Pada penari balet, fraktur ini biasanya muncul pada 1/3 tengah, yang

biasanya tersembunyi akibat penggunaan yang berlebihan.

Temuan radiologi dapat tertunda sampai beberapa minggu.

2. Fraktur karena stres berulang:

11

Page 12: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Fraktur jenis ini muncul pada tulang yang normal yang menanggung berat secara

berulang-ulang, biasanya terjadi pada atlet, penari dan anggota militer yang selalu

melakukan latihan. Beban yang berat akan menimbulkan deformitas yang menginisiasi

proses normal dari remodeling tulang, gabungan dari proses reabsropsi tulang dan

pembentukan tulang baru sesuai dengan hukum Wolff’s. Ketika terpajan oleh stress serta

proses deformasi yang berulang dan memanjang, reabsorpsi timbul lebih cepat daripada

penggantian, sehingga meninggalkan daerah yang kosong dan menyebabkan fraktur.

Masalah yang sama timbul pada orang yang sedang dalam pengobatan sehingga

mengganggu keseimbangan proses reabsorpsi dan penggantian tulang baru.

3. Fraktur Patologi:

Fraktur dapat terjadi dengan stres yang normal jika tulang melemah akibat perubahan

pada strukturnya (contohnya pada osteoporosis, osteogenesis imperfekta atau Paget’s

disease) atau sebuah lesi litik (contohnya kista pada tulang atau sebuah metastasis).

Gambar 2. Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan mekanisme penyebab: (a) pola spiral

(terputar); (b) pola obliq pendek (kompresi); (c) potongan segitiga ‘butterfly’ (tertarik) dan (d) pola

transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang) seringkali terjadi akibat kecelakaan energi

rendah secara tidak langsung; pola tertarik dan transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara

langsung. 1

Penyebab dari fraktur femur bisa karena:9

- High-energy trauma seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian atau

tembakan senjata tajam adalah penyebab terbanyak menyebabkan fraktur pada femur

- Low energy trauma menyebabkan fraktur badan femur pada kasus patologik atau

tulang yang mengalami osteoporosis

12

Page 13: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Fraktur spiral biasanya terjadi apabila jatuh dengan posisis kaki melekat erat pada

dasar sambil terjadi puataran yang diteruskan pada femur, fraktur transversal dan oblik

terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi.

IV. KLASIFIKASI FRAKTUR

Fraktur dapat terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu:

a) Klasifikasi etiologis

Fraktur traumatik

Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam

tulang, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista tulang,

osteomielitis dan sebagainya.

Fraktur stres

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.10

b) Klasifikasi klinis

Fraktur tertutup (simple fracture)

Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Klasifikasi

fraktur tertutup berdasarkan dari kerusakan jaringan lunak dan adanya mekanisme

perlukaan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah seperti berikut :1,2,3

Grade 0 : Fraktur sederhana dengan sedikit atau tanpa kerusakan jaringan lunak.

Grade I : Fraktur dengan abrasi superficial atau memar dikulit dan jaringan

subkutaneus.

Grade II : Fraktur lebih berat dengan kontusio jaringan lunak lebih dalam dan edema.

Grade III: Luka berat dengan ditandai kerusakan jaringan lunak dan ancaman

kompartmen syndrome.

Fraktur terbuka (compound fracture)

13

Page 14: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada kulit

dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari

luar).10

Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed union,

nonunion, infeksi tulang.10

c) Klasifikasi radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas :10

i. Lokalisasi

Diafisial

Metafisial

Intra-artikuler

Fraktur dengan dislokasi

Gambar 3. Klasifikasi fraktur menurut lokalisasi. (A)Fraktur diafisis, (B)Fraktur metafisis,

(C)Dislokasi dan fraktur, (D)Fraktur intra-artikule.10

ii. Konfigurasi

Fraktur transversal

Faktur oblik

Fraktur spiral

Fraktur Z

Fraktur segmental

14

Page 15: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen

Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi

Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur

epikondilus humeri, fraktur patela

Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak

Fraktur impaksi

Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah pada fraktur

vertebra, patela, talus, kalkaneus

Fraktur epifisis.

Gambar 4. Klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi. (A)Transversal, (B)Oblik, (C)Spiral,

(D)Kupu-kupu, (E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi.10

iii. Menurut ekstensi

Fraktur total

Fraktur tidak total (fraktur crack)

Fraktur buckle atau torus

Fraktur garis rambut

Fraktur green stick

15

Page 16: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Gambar 5. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur (A)Transversal, (B)Oblik,

(C)Segmental, (D)Spiral dan segmental, (E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi10

iv. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

Tidak bergeser (undisplaced)

Bergeser (displaced)

Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :

a) Bersampingan

b) Angulasi

c) Rotasi

d) Distraksi

e) Over-riding

f) Impaksi

Gambar 6. Klasifikasi fraktur sesuai fragmen10

V. DIAGNOSIS

a) Anamnesis

Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan

tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu

16

Page 17: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus femur, batang femur, patella, ataupun

acetabulum. Umur pasien dan mekanisma cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat

cedera yang ringan bisa dicurigai lesi patologik nyeri, memar dan pembengkakan yang

merupakan gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari

cedera jaringan lunak, deformitas jauh lebih mendukung.10

b) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:10

1. Syok, anemia atau pendarahan

2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau

organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen

3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

c) Pemeriksaan Lokal10

1. Inspeksi (Look)

Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi,

pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu

utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur cedera terbuka.

2. Palpasi (Feel)

Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur

untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah

keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

3. Pergerakan (Movement)

Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk

menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal cedera.

4. Pemeriksaan neurologis (NVD)

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta

gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis.

Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan

17

Page 18: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk

pengobatan selanjutnya.

5. Pemeriksaan radiologi

Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan

kelainan tulang dan sendi :10,11

Foto Polos

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun

demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta

ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk

imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis :

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya

Untuk menentukan teknik pengobatan

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.

Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos:1

- Two views - Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya dari satu posisi

foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi (anteroposterior dan lateral) yang

harus diambil.

- Two joints – Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang dapat fraktur dan

mengalami angulasi. Angulasi tidak mungkin terjadi kecuali tulang lainnya juga

rusak, atau sendi dislokasi. Keduanya, sendi atas dan bawah fraktur harus diambil

pada film x-ray.

18

Page 19: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

- Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat membingungkan

dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas yang tidak terluka diperlukan

untuk perbandingan.

- Two injuries – cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada lebih dari satu

level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting dilakukan foto x-ray pelvis

dan spine.

- Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi segera setelah

cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua minggu kemudian dapat

menunjukkan adanya lesi. Contoh umum adalah undisplaced fraktur ujung distal

klavikula, scaphoid, neck femur dan maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan

cedera fiseal yang tidak berpindah dimanapun terjadi.

CT-Scan

Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang atau sendi,

dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat

khusus.12,13

Gambar 7. CT Scan fraktur femur12

MRI

MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi, dan jaringan

lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot,

tulang rawan, dan tulang.13,14

19

Page 20: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Gambar 8. MRI femur14

VI. PENATALAKSANAAN

1. Terapi konservatif :8,15

Proteksi

Immobilisasi saja tanpa reposisi

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Traksi

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam

jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:

Traksi Manual

Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.

: Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

Traksi Kulit

20

Page 21: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi

kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut

mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan

pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.

Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit

melalui tulang/jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksi

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

o Mengurangi nyeri akibat spasme otot

o Memperbaiki dan mencegah deformitas

o Immobilisasi

o Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

o Mengencangkan pada perlekatannya.

2. Terapi operatif 8,15

ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Indikasi ORIF :

o Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi

o Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

o Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan

o Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan

operasi

Fasciotomy3

Adanya bukti terjadinya kompartemen syndrome yang merupakan indikasi untuk

dilakukan fasciotomy pada semua empat otot kompartemen tungkai bawah

21

Page 22: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

(anterior, lateral, superfisial dan deep posterior) melalui satu atau beberapa teknik

insisi. Setelah operasi fiksasi fraktur, pembukaan fasia tidak boleh

reapproximated.

VII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan komplikasi

lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli lemak, trauma pembuluh darah

besar, trauma saraf, tromboemboli, dan infeksi. Sedangkan yang termasuk kompliksai

lanjut adalah delayed union, non union, malunion, kaku sendi otot, dan refraktur. 1,15

o Malunion: Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan posisi anatominya.

o Nonunion: Hal ini terkait dengan cedera - berkecepatan tinggi, fraktur terbuka

(terutama Gustilo grade III), infeksi, fiksasi yang tidak adekuat dan fraktur yang pada

awalnya mengalami pergeseran.

o Dapat terjadi infeksi.

o Dapat terjadi kekakuan pada lutut dan/atau pergelangan kaki.

o Kerusakan hardware: Kerusakan nail dan locking screw tergantung pada ukuran nail

yang digunakan dan jenis logamnya. Reamed nail yang lebih besar memiliki cross

screw yang lebih besar; insidens kerusakan nail dan screw lebih besar pada

undreamed nail yang memanfaatkan locking screw dengan diameteter- kecil.

o Nekrosis akibat suhu dari diafisis tibia dengan reaming merupakan hal yang tidak

biasa dan merupakan komplikasi yang serius. Risiko meningkat dengan penggunaan

reamer yang tumpul dan reaming dengan kontrol tourniquet.

o Reflex simpatik distrofi: Hal ini merupakan hal yang paling umum terjadi pada

pasien yang tidak bisa menggunakan bear weight early dan dengan imobilisasi cast

yang lama. Hal ini ditandai dengan nyeri dan bengkak yang diikuti oleh atrofi

ekstremitas. Tanda-tanda radiografi adalah demineralisasi bercak-bercak pada kaki

dan distal tibia serta pergelangan kaki equinovarus. Hal tersebut diobati dengan

stoking kompresi elastis, weight bearing, blok simpatis, dan orthoses kaki, disertai

dengan terapi fisik yang agresif.

o Kompartemen syndrome: Kompartemen anterior merupakan kompartemen yang

paling sering terkena. Tekanan tertinggi terjadi pada saat reduksi terbuka atau

22

Page 23: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

tertutup. Hal ini memerlukan fasiotomi. Kematian otot terjadi setelah 6 sampai 8 jam.

Kompartemen syndrome deep posterior mungkin terlewatkan karena tidak

terkenanya kompartemen superficial diatasnya, dan menyebabkan claw toes.

o Cedera neurovaskular: Cedera vascular jarang terjadi kecuali jika cedera

berkecepatan tinggi, adanya pergeseran nyata, sering pada fraktur terbuka. Hal ini

mungkin memerlukan saphenous vein interposition graft. Nervus peroneal komunis

rentan terhadap cedera langsung pada fibula proksimal serta fraktur dengan angulasi

varus yang signifikan. Traksi yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada

saraf, dan cetakan cast/ padding yang tidak adekuat dapat mengakibatkan

neurapraksia.

o Dapat terjadi emboli lemak.

o Deformitas claw toes. Hal ini terkait dengan jaringan parut pada tendon ekstensor

atau iskemia dari posterior otot kompartemen.

VIII. PROGNOSIS

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak

seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut.

Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai

terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan

memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen

tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga

merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.10

23

Page 24: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

DAFTAR PUSTAKA

1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics and

Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.

2. Bucholz, Robert W.; Heckman, James D. Fractures of The Tibia and Fibula. In: Court-Brown,

Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th Edition. UK: Lippincott Williams &

Wilkins. 2006. p. 1868-76.

3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 4th Edition. USA:

Lippincott Williams & Wilkins. 2006.p. 464-75.

4. Harry J. Griffiths, M.D. Basic Bone Radiology. Associate Proffesor of Radiology and

Orthopedics. The University of Rochester Medical Center Roschester, New York. 1997. Page

23 - 29

5. Omar Faiz, David Moffat. Anatomy at Glance. Cardiff University, 2002. Page 93.

6. Thompson, John C. Thigh/Hip: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy. 2th

Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 250-3, 266-8.

7. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer. 2006. 59-60.

8. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition. Philadelphia; Saunder

Elsevier. 2012. p. 315-6.

9. James Beaty, Kaser, R james.Rockwood and Wilkins Fracture in Children 7th ed.2010.

10. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif Watampone, Jakarta,

2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364

24

Page 25: Lapsus Ortopedi Nur Arifah - C11110841

11. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W. Musculoskeletal

Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition. Mosby Elsevier. United States. 2007.

Page 408-410

12. AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal Femoral Fracture. [online].

2009. [Cited October 31]. Available from http://www2.aofoundation.org

13. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online]. 2009. [Cited October

31]. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00392

14. Adnan, M. Tulang dan Sendi dalam: Diktat Radiologi IV. Bursa Buku Kedokteran Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1983. Hal 2.

15. Nalyagam S. Fracture Hip/Thigh. In: Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics and

Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 859-60.

25