Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN (DHF) Oleh: Yongki Wibowo, S. Kep. 1. KONSEP PENYAKIT A. Pengertian Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000). Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah, 2000). Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Untuk memahami DHF perlu pemahaman terkait Anatomo fisiologi pada sistem sirkulasi. B. Klasifikasi Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan pengelolaan dan prognosis,
33

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Feb 05, 2016

Download

Documents

M Syaiful Islam

ggiuhjnkjnnoijopijuh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

LAPORAN PENDAHULUAN

(DHF)

Oleh: Yongki Wibowo, S. Kep.

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian

Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides

albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri

demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).

Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak

dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai

leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia

ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah, 2000).

Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan

bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Untuk memahami DHF perlu

pemahaman terkait Anatomo fisiologi pada sistem sirkulasi.

B. Klasifikasi

Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya

dengan pengelolaan dan prognosis, WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat

setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu :

1. Derajat I

Demem mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya

manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif

2. Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan

darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.

4. Derajat IV

Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

C. Etiologi

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue  adalah virus Dengue. Di

Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus

Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses  (arboviruses), yaitu

DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes.

Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:

a.    Aedes Aegypti

1)   Paling sering ditemukan

2)   Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang

biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat

penampungan air di sekitar rumah.

3)   Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.

4)   Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.

5)   Jarak terbang 100  meter

b.    Aedes Albopictus

1)   Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau

pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.

2)   Menggigit pada waktu siang hari

3)   Jarak terbang 50 meter.

    (Rampengan T H, 2007)

D. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi

viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai

gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu

makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan

dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar

getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin

serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau

terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang

terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

efusi dan renjatan. Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga

menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan

Anaphylaxia.

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan

depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan

menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan

akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.

Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat

renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai

30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma

yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis

metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.

Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan

pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit <

100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada

intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti

petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat

pada traktus gastrointestinal (Rampengan, 1997)

E. Manifestasi Klinis

Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan

mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan kejang

demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric, discomfort,

nyeri perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan, terutama perdarahan

kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif. Selain itu, perdarahan kulit dapat

terwujud memar atau dapat juga dapat berupa perdarahan spontan mulai dari ptechiae

(muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada

extremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara

perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi

pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat

teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di

temukan. Pada masa konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak tangan

dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratanya

penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun kegagalan

peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).

Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF,

dengan masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut

1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari

2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti

perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,

Hematuri, dan melena)

3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)

4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah

menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg

atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung

hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.

Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran

klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:

a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi

c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,

tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal -pegal pada

saluran tubuh dll.

d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia

(kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit lebih atau sama dengan 20%)

F. Penatalaksanaan

1. Medis

Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan

suportif

a. DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5

sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila

mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau

minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena

merangsang resiko terjadi perdarahan.

Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres

dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal

diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1

tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal diberikan lagi

dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1

tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.

Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi.

b) Hematokrit yang cenderung meningkat.

Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya

mendahului mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,

penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya

mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga

menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3

sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang

menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.

b. DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus

sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang

diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon

diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada

pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur dengan cara

membuka klem infus.

Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi

besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10

l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka pemberian

infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.

Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP

(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal

yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga

apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna

sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah

disebut, maka engan keadaan ini dianjurka pemberian darah.

2. Keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan

sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat

infeksi virus dengue, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya

pengetahuan orang tua mengenai penyakit

a. Kegagalan sirkulasi darah

Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam

jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan

terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental.

Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu

dilakukan secara kontinyu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan

trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien

ada kencing / tidak. Bila dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi

dokter.

b. Resiko terjadi pendarahan

Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya

pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grasto intestinal

didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat (Febie, 1966) atau daerah

retrosternal (Lim, dkk.1966).

Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur.

Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan

secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien

sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang. Formulir permintaan

darah disediakan.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi

pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta

waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastro

intestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari

lambung.

c. Gangguan suhu tubuh

Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari

ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan

pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka

pengobatannya dengan pemberian antipiretika da n anti konvulsan. Untuk

membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat dapat

diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan

suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba

dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan.

Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan

memberitahu dokter.

d. Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena

penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien

DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara

periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya

mencari vena jika sudah stadium II.

Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenan g

yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum segera

oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol.

Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar

tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di

beberapa tempat. jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu

tersedia set venaseksi yang telah seteril.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

A. KONSEP ASKEP

1. Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia

kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,

pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit

adalah panas tinggi dan pasien lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan

saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3

dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk

pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,

nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa

pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),

melena atau hematemasis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami

serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan

timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan

status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor

predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,

muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak

disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami

penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

7. Kondisi lingkungan

sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang

kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).

8. Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.

Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.Eliminasi BAK : perlu dikaji

apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade

IV sering terjadi hematuria. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami

kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga

kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang. Kebersihan : upaya

keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang

terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku

dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga

kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai

ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :

a. Kesadaran : Apatis

b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg00

c. Kepala : Bentuk mesochepal

d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata

anemis

e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan

pendengaran

f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis

g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada

perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher

tidak ada, nyeri telan

i. Dada

Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

Perkusi : Sonor

Palpasi : taktil fremitus normal

j. Abdomen :

Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

Auskultasi : bising usus 8x/menit

Perkusi : tympani

Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi

tulang

l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang

kateter

10. Sistem integumen

Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin

dan lembab.

Kuku sianosis atau tidak.

a. Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata

anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade

II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami

hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).

b. Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat

adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura),

rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

c. Abdomen

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.

Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue

adalah :

a. Uji rumple leed / tourniquet positif

b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa

perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.

c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d. Serologi

Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan

adanya infeksi virus dengue

antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa

e. Isolasi virus

2. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan

intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)

Ditandai dengan:

a. Hipotensi

b. Takikardi

c. Pengisian kapiler lambat

d. Berkeringat

e. Urin pekat atau menurun

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru

(effusi pleura)

Ditandai dengan:

a. Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan

b. Takipnea

c. Sianosis

d. Peningkatan kegelisahan, ketakutan dan laju metabolik

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam

jaringan menurun

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Ditandai dengan :

a. Penurunan nadi perifer, pengisian kapiler lambat atau menurun

b. Perubahan warna kulit

c. Edema jaringan ekstremitas dingin

4. Hipertermi berhubungan viremia

Ditandai dengan:

a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal

b. Kulit kemerahan, hangat waktu disentuh

c. Peningkatan tingkat pernafasan d.

Takikardi

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis

(viremia) Ditandai

dengan:

a. Keluhan nyeri

b. Perilaku yang bersifat hati-hati atau melindungi

c. Wajah menunjukkan nyeri

d. Gelisah

6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia

Ditandai dengan:

a. Konjungtiva dan membran mukosa pucat

b. Menolak untuk makan

c. Penurunan berat badan

d. Turgor kulit buruk

7. Resik perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam

darah

Di tandai dengan:

a. Akral dingin

b. Tekanan darah menurun

c. Nadi lemah

d. Kesadaran menurun

(Nasrudin, 200

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

3. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Devisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan

intraseluler ke ekstraseluler

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan

dapat terpenuhi

KH : a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku

yang, perlu untuk memperbaiki defisit cairan

b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan

oleh haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil,

membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.

Rencana tindakan:

a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda

- tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan

cepat penyimpangan dari keadaan normalnya

b. Observasi adanya tanda-tanda syok.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani

syok yang dialami pasien.

c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang

mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum

yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam

pembuluh darah.

d. Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah

volume cairan tubuh.

e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah

diare, kehausan turgor jelek).

Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika

haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami

syok

f. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan

dehidrasi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan

dirongga paru (effusi pleura)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi

efektif atau normal

KH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru jelas dan bersih.

Rencana tindakan:

a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi

peningkatan kerja nafas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronchi

Rasional : Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan

pernafasan.

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

Rasional : Duduk tinggi memungkinkan pengembangan paru dan

memudahkan pernafasan diafragma, pengubahan posisi

meningkatkan pengisian udara segmen paru.

d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.

Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan

ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia

e. Berikan oksigen tambahan

Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigin dalam

jaringan menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke

jaringan adekuat.

KH : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya

tidak ada sianosis dan kulit hangat.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Rencana tindakan:

a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung

ekstra.

Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi

upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan,

gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia,

ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi jantung

tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.

b. Observasi perubahan status metal

Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan

gangguan aliran darah serta hipoksia.

c. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.

Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah

dingin menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok) atau

gangguan aliran darah perifer.

d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine

Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan

penurunan perfusi ginjal dimanifestasi oleh penurunan

haluaran urine dengan berat jenis normal atau

meningkat

e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.

Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan

hiperviskositas darah (Potensial pembentukan trombosit)

atau mendukung volume sirlukasi atau perfusi jaringan.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

temperatur suhu dalam batas normal (36°-37° C).

K H : a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu

tubuh. b. Suhu tubuh dalam batas normal

(36°-37° C)

Rencana tindakan:

a. Kaji saat timbulnya demam

Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam

pasien b. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum pasien.

c. Tingkatkan intake cairan.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan

penguapan tubuh meningkat sehingga perlu

diimbangi asupan cairan

d. Catat asupan dan keluaran

Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh

e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien

dengan suhu tinggi.

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis

(viremia) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

nyeri berkurang/hilang KH : a. Rasa nyaman pasien

terpenuhi

b. Nyeri berkurang atau hilang

Rencana tindakan:

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri

(0 - 10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien

terhadap nyeri. Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri

yang dialami pasien

b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap

nyeri.

Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka

perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai

dengan masalah klien.

c. Berikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang

terang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .

d. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien

dari rasa nyeri.

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat

sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri

yang dialami.

e. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi

dengan teman- teman atau orang terdekat.

Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang

terdekat atau teman membuat pasien bahagia dan

dapat mengalihkan, perhatiannya terhadap nyeri.

f. Berikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau

mengurangi nyeri pasien.

6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah , anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan

nutrisi pasien terpenuhi.

KH : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

dengan porsi yang dibutuhkan atau diberikan .

Rencana tindakan:

a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah

c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien

sakit.

Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang

nutrisi sehingga motivasi pasien untuk makan

meningkat.

d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan

dihidangkan saat masih hangat.

Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien

dan meningkatkan asupan makanan.

e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan

Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi

pasien.

f. Ukur berat badan pasien setiap hari.

Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Daftar Pustaka

Arif, Mansjoer, et. Al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius.

Jakarta. (2000)

Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

(2000)

Nadesul, Handrawan. Penyebab, Pencegah & Pengobatan Demam Berdarah.

Puspa Swara. Jakarta. (1996)

Soedarto. Penyakit – Penyakit Infeksi Di Indonesia. Widya Medika. Jakarta

(1990)

Wolf / Weitzel / Fuerst. Dasar-dasar Ilmu Keperawatan. Buku Pertama. Dep.Kes

RI, Pusdiklat Pegawai. Jakarta (1984)

Soedarmo, Sumarmo sunaryo Doorwo. Demam Berdarah ( Dengue ) Pada Anak.

Cetakan 2. UI Press. Jakarta. (1998)

Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi. Ediai 4. Bagian Farmakolog

FKUI. Jakarta. (1995)