BAB ILAPORAN KASUS
I. IDENTITASA. Identitas PasienNo. Rekam Medik:57.14.03Nama
pasien:Ny. TarsiahUsia:29 thJenis Kelamin:PerempuanLahir:Jawa
Barat, 16 November 1985Agama:IslamStatus:Sudah MenikahAlamat:Rengs
Sepuluh Rt. 02 Rw. 06 , Labansari, CikarangTimur, Jawa BaratTanggal
masuk RS:07/01/2015, Pukul 15.10DPJP:dr. Supris Yurit EP., MSc, Sp.
Pd
II. RIWAYAT PENYAKITANAMNESISAnamnesis secara auto dan
alloanamnesis pada pasien dan suami pasienAnamnesis dilakukan pada
hari Kamis, 8 Januari 2015jam 14.00 (hari pertama perawatan)
KELUHAN UTAMA:Pasien merasakan demam sejak 5 hari SMRSKELUHAN
TAMBAHAN:Nyeri kepala, nyeri perut, mual tidak muntah, lemas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:Pasien datang diantar oleh suaminya ke
RSUD Karawang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu dan lebih
sering timbul pada malam hari. Demam timbul mendadak dan pasien
rasakan cukup tinggi, namun pasien mengaku tidak tahu suhu tepatnya
karena tidak diukur. Demam naik turun, namun tidak pernah mencapai
suhu normal. Demam dirasakan paling tinggi pada hari ke-3. Pasien
menyangkal adanya menggigil dan mengigau.Selain itu, pasien juga
mengalami sakit kepala disertai mual, namun tidak sampai muntah.
Sakit kepala dirasakan di kepala bagian depan dan lebih sering
dirasakan pada saat demam muncul. Sakit kepala tidak berputar dan
tidak dipengaruhi oleh perubahan pada posisi. Pasien menyangkal
adanya rasa pegal ataupun nyeri pada tulang dan tidak didapati
keluhan batuk.Pasien mengalami sakit perut dan tidak bisa buang air
besar selama 2 hari terakhir. Pasien mengaku bahwa dia memang
jarang makan buah dan sayur. Sebelum mengalami keluhan ini pasien
juga bercerita bahwa dia sempat makan di pinggir jalan, tapi
biasanya tidak apa-apa.Pasien juga sekarang mengalami penurunan
nafsu makan dan merasa lemah. Pasien mengaku terdapat sedikit
penurunan pada berat badannya. Buang air kecil tidak mengalami
gangguan. Pada anggota keluarga tidak didapati keluhan yang sama
seperti pasien. Pasien tidak berpergian ke daerah-daerah tertentu
sebelumnya. Pasien sempat berobat ke dokter dan diberikan beberapa
obat namun pasien tidak ingat namanya dan obatnya sudah habis
dimakan namun keluhan tetap ada.RIWAYAT PENYAKIT DAHULURiwayat
asma, diabetes mellitus, hipertensi, dan alergi disangkal oleh
pasien. Pasien belum pernah mengalami sakit berat apalagi hingga
dirawat di rumah sakit sebelumnya.RIWAYAT PENYAKIT KELUARGAPada
anggota keluarga tidak didapati keluhan yang sama seperti pasien.
Sepengetahuan pasien, di keluarganya tidak ada riwayat asma,
diabetes mellitus, hipertensi, ataupun alergi.
RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMIPasien tidak merokok tetapi suami
pasien merokok setengah bungkus rokok sehari sejak remaja. Pasien
tidak memiliki kebiasaan minum-minuman beralkohol serta menggunakan
narkoba.
RIWAYAT SANITASI LINGKUNGAN DAN KEBIASAANPasien tinggal bersama
suami di rumah dengan ukuran sedang. Bukan daerah yang padat
penduduk, lingkungan bersih, dan nyaman. Tidak berada dekat pabrik
atau tempat pembuangan sampah akhir. Pembuangan sampah rutin dan
air minum berasal dari PAM. Ventilasi baik sehingga cahaya matahari
cukup masuk ke dalam rumah. Pasien mengaku terkadang membeli bakso
dipinggir jalan.
III. PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 6 Mei 2013 pukul 14.00 WIB (hari
ke-3 perawatan)Kesadaran: compos mentisKeadaan umum: tampak sakit
sedangTanda-tanda vital: Nadi: 100 x/menit Pernafasan: 22 x/menit
Suhu: 36,50 Celcius
Data antropometri Berat badan: 24.0kg Panjang badan : 129cm
BB / U: 24 / 23 x 100% = 104 % (gizi baik) TB / U: 129 / 121 x
100%= 106 % (normal)
Status GeneralisKepala: normochepali, distribusi rambut merata,
rambut tidak mudah rontokdan berwarna hitam, wajah simetris.Mata:
kelopak mata tidak cekung, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik
-/-, pupil isokor kanan kiri, reflex cahaya langsung +/+, reflex
cahaya tidak langsung +/+, mata merah -/-, mata berair -/-, air
mata +/+.Telinga: deformitas -/-, sekret dari telinga -/- darah
dari telinga -/-.Hidung: deformitas (-), deviasi septum (-), sekret
-/- pernafasan cuping hidung (-).Mulut: deformitas (-), bibir
kering (-), sianosis perioral (-), mukosa mulut kering (-) (-)
hiperemis (-), lidah kotor (-)Tenggorokan: Tonsil T1-T1,faring
tidak hiperemis,post nasal drip (-)Leher: tidak teraba pembesaran
tiroid, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, retraksi
suprasternal (-)Thoraks:Jantung: Inspeksi: Ictus cordis tidak
terlihatPalpasi: ictus cordis teraba di ICS IV garis
midclavicularis kiriPerkusi: batas jantung dalam batas
normal.Auskultasi: Bunyi jantung I-II regular, tidak mendengar
mumur dan gallopParu:Inspeksi: kedua hemitoraks simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-), retraksi sub
costa (-).Palpasi: vokal fremitus simetris kanan dan
kiriAuskultasi: suara napas vesikuler pada hemitoraks kiri
dankanan. Ronkhi -/-, wheezing -/-Abdomen:Inspeksi: datar, tidak
tampak peristaltik usus, retraksi epigastrium (-)Palpasi: abdomen
teraba lunak, nyeri tekan (+) pada epigastrium, hepar tidak teraba
membesar, lien tidak teraba membesar, ballotement -/-, tidak teraba
massa, turgor kulit kembali dalam waktu kurang dari 2
detik.Perkusi: timpaniAuskultasi: bising usus 6x/menitEkstremitas:
akral hangat (+) di keempat ekstremitas, sianosis akral (-) di
keempat ekstremitas, Ptechiae negatif di keempat akral, uji rumple
leede (+) pada lengan kanan
Rangsang meningeal: kaku kuduk (-)Pemeriksaan nervus cranialis
NI-NXII : Tidak dilakukanReflex fisiologis: Biceps +/+ Patella
+/+Reflex patologis: Babinsky -/- Schaeffer -/- Chaddock -/-
Oppenheim -/- Gordon -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium4 Mei
2013PemeriksaanHasilsatuanNilai rujukan
Hemoglobin12,4g/dL11,0 16,5
Eritrosit4,78 x 106/ul3,8 5,8
Hematokrit37,4%35 50
Leukosit5100/ul4000 - 11000
Eosinofil0,2%0 - 4
Basofil0,2%0 - 1
Neutrofil30,9%46 - 75
Limfosit57,1%17 - 48
Monosit11,6%4 - 10
Trombosit57.000/ul150.000 450.000
GDS102Mg/dl< 200
Golongan darah O
PemeriksaanHasilNilai rujukan
ICT MalariaNegatifnegatif
LED6 mm/jam0-15 mm/jam
V. RESUMEPasien An. N, usia 7 tahun 8 bulan, berat badan 24 kg,
tinggi badan 129 cm, datang ke IGD RS Otorita Batam dengan keluhan
demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun,
namun tidak mencapai normal, dirasakan paling tinggi pada hari
ke-3. Pasien juga mengeluh adanya mimisan, mual dan lemas sejak 5
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sulit makan dan minum.
Sebelum mengalami demam, pasien tidak melakukan perjalanan ke luar
kota. Apabila panas, pasien sering mimisan dan berhenti apabila
pasien dibaringkan, namun pada tanggal 4 Mei 2013 menurut ibu
pasien, pasien mengeluarkan darah dari mulut berwarna merah terang
setelah dibaringkan. Kemudian pasien langsung dibawa ke IGD RS
Otorita Batam. Keluhan Kejang (-), Ottorhea (-), Rhinorhea (-),
Nyeri menelan (-), Mencret (-). Buang air besar dan buang air kecil
tidak ada gangguan.Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak
sakit sedang dan lemas, kesadaran compos mentis, status generalis
didapatkan nyeri perut sekitar epigastrium, lainnya dalam batas
normal. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya neutropenia
(30,9%), limfositosis (57,1%), monositosis (11,6%), trombositopenia
(57.000/ul), ICT Malaria negatif, LED 6mm/jam.
VI. DIAGNOSA KERJADemam Berdarah Dengue Grade II
VII. DIAGNOSA BANDING:Demam ChikungunyaDemam
DenguePENATALAKSANAAN1. Rawat ruang anak2. IVFD RL 20 tetes per
menit mikro3. Sanmol 4 x 2 Cth (bila perlu)4. Vometa Syr 3 x 1
Cth5. Monitor Keadaan Umum
PROGNOSIS Ad vitam: ad bonam Ad functionam: ad bonam Ad
sanationam: dubia ad bonam
EVALUASI HARIAN PASIEN
Follow Up harian07 Mei 2013Perawatan hari ke-408 Mei
2013Perawatan hari ke-5
SDemam (-) sesak (-) mimisan (-) gusi berdarah (-) mual (-)
muntah (-) BAK (+) BAB (+) makan (+) minum (+)Demam (-) sesak (-)
mimisan (-) gusi berdarah (-) mual (-) muntah (-) BAK (+) BAB (+)
makan (+) minum (+)
OKesadaran: Compos mentisKeadaan umum: Tampak sakit sedangTanda
tanda vital Tekanan darah: 90/70 mmHg Nadi: 80 x/menit Pernapasan:
22 x/menit Suhu : 36,5oCKepala:Normocephali, distribusi rambut
merata, rambut tidak mudah rontok , berwarna hitam, wajah
simetris.Mata: Konjungtiva pucat -/-, sklera tidak ikterik,
Telinga: Deformitas -/-, sekret -/- Hidung : Deformitas (-),
deviasi septum (-), sekret -/-, pernapasan cuping hidung (-)Mulut:
Deformitas (-), mukosa mulut kering (-), lidah kotor (-)Leher:
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, retraksi suprasternal
(-)
Cor : Auskultasi: Bunyi jantung I- II regular, tidak terdengar
murmur dan gallopParu : Inspeksi : kedua hemithoraks simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-), retraksi
subcosta (-)Auskultasi: suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi,
dan wheezing AbdomenInspeksi:Datar, tidak tampak peristaltik usus,
retraksi epigastrium (-)Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada
epigastrium, hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba
membesar, ballottement -/-, tidak teraba massa, turgor kulit
baikPerkusi : timpaniAuskulitasi : bising usus 6x/menitEkstremitas:
akral hangat (+) di keempat ekstremitas, sianosis akral (-)
Kesadaran: Compos mentisKeadaan umum: Tampak sakit ringanTanda
tanda vital Tekanan darah: 90/70 mmHg Nadi: 84 x/menit Pernapasan:
22 x/menit Suhu : 36,0oCKepala:Normocephali, , distribusi rambut
merata, rambut tidak mudah rontok dan berwarna hitam, wajah
simetris.Mata: Konjungtiva pucat -/-, sklera tidak ikterik,
Telinga: Deformitas -/-, sekret -/- Hidung: Deformitas (-), deviasi
septum (-), sekret -/-, pernapasan cuping hidung (-)Mulut:
Deformitas (-), mukosa mulut kering (-), lidah kotor (-)Leher:
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, retraksi suprasternal
(-)
Cor : Auskultasi: Bunyi jantung I- II regular, tidak terdengar
murmur dan gallopParu : Inspeksi : kedua hemithoraks simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-), retraksi
subcosta (-)Auskultasi: suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi,
dan wheezing AbdomenInspeksi:Datar, tidak tampak peristaltik usus,
retraksi epigastrium (-)Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar
tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar, ballottement
-/-, tidak teraba massa, turgor kulit baikPerkusi :
timpaniAuskulitasi : bising usus 5x/menitEkstremitas: akral hangat
(+) di keempat ekstremitas, sianosis akral (-)
A DHF grade II + Tifoid DHF grade II + Tifoid
P-IVFD RL 20 tetes per menit mikro-Sanmol 4 x 2 Cth (bila
perlu)-Vometa Syr 3 x 1 Cth-Cinam 2 x 1Gr i.v. (hari ke-1)-Diet:
Makan lunak, makan biasa, minum
-IVFD RL 20 tetes per menit makro-Sanmol 4 x 2 Cth (bila
perlu)-Vometa Syr 3 x 1 Cth
-Cinam 2 x 1Gr i.v. (hari ke-2)
-Psidii 2 x 1 Caps
-Diet: Makan lunak, makan biasa, minum
1. Laboratorium :1. Darah:1. Hemoglobin : 13,6 g/dl1. Eritrosit
: 5,15 x 106/mm31. Hematokrit : 39,9% 1. Leukosit : 7280/ul1.
Eosinofil : 4,7%1. Basofil : 0,3%1. Neutrofil : 37,5%1. Limfosit :
50,8%1. Monosit : 6,7%1. Trombosit : 55.000/ul1. 1. Tubex TF (Ig M
Salmonela) : 41. 1. Urinalisa: dalam batas normal
1. Laboratorium :1. Darah:1. Hemoglobin : 12,8 g/dl1. Eritrosit
: 4,80 x 106/mm31. Hematokrit : 38,5%1. Leukosit : 7500/ul1.
Eosinofil : 4,7%1. Basofil : 0,3%1. Neutrofil : 37,5%1. Limfosit :
50,8%1. Monosit : 6,7%1. Trombosit : 170.000/ul
Hasil Pemeriksaan Urine Lengkap (7 Mei 2013):Pemeriksaan
UrinePemeriksaan Urine
WarnaKuningbilirubinnegatif
Kejernihan JernihUrobilinogen negatif
Berat jenis1,015urobilinnegatif
pH8,0Darah samarnegatif
Proteinnegatifleukosit1 3/LPB
reduksinegatiferitrosit0 1/ LPB
Benda keton-epitel(+) positif
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini didiagnosis demam berdarah dengue grade II
berdasarkan :AnamnesisSejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluh demam, mimisan, mual dan lemas. Demam timbul
mendadak dan pasien rasakan cukup tinggi. Demam dirasakan paling
tinggi pada hari ke-3. Demam naik turun, namun tidak pernah
mencapai suhu normal. Pasien juga mengeluhkan mimisan dan lemas
sejak 5 hari SMRS. Keluhan lain seperti sakit telinga atau keluar
cairan dari telinga, sariawan, sakit menelan, mencret, ataupun
kejang disangkal oleh ibu pasien. Buang air besar dan buang air
kecil tidak ada gangguan. Pasien sulit makan dan minum. Sebelum
mengalami demam, pasien tidak melakukan perjalanan ke luar
kota.
Pemeriksaan FisikDari hasil pemeriksaan fisik, suhu tubuh pasien
: 36,5 Celcius (pada hari ke-7 sejak mulai demam di rumah), ada
nyeri tekan pada epigastrium
Pemeriksaan PenunjangTanggal 4 Mei 2013 : Neutropenia (30,9%),
limfositosis (57,1%), monositosis (11,6%), trombositopenia
(57.000/ul), ICT Malaria negatif, LED 6mm/jam.
Tanggal 6 Mei 2013 :Neutropenia (30,3%), limfositosis (55,6%),
monositosis (12,4%), trombositopenia (37.000/ul)
Tanggal 7 Mei 2013 :Trombositopenia (55.000/ul)
Tanggal 8 Mei 2013 :Trombosit (170.000/ul)
Sedangkan, Diagnosa Demam Tifoid didapatkan atas dasar
:AnamnesisPasien mengeluh adanya demam 5 hari sebelum masuk rumah
sakit, mual, sulit makan dan minum, serta sakit perut. Sakit perut
dirasakan hingga 1 hari sebelum pasien pulang, setelah itu pasien
tidak lagi mengeluh sakit pada perutnya.
Pemeriksaan FisikNyeri tekan (+) pada epigastrium
Pemeriksaan Penunjang7 Mei 2013 Tubex TF (Ig M Salmonela): 4
Positif
ANALISIS TERAPI1. Rawat Ruang anak Sebagian besar pasien demam
berdarah dengue dan tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah
baring, selama demam diberikan obat anti piretik,isolasi yang
memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian
antibiotik. Sedangkan untuk kasus yang berat harus dirawat di rumah
sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping
observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan
seksama. Pada kasus ini terdapat penyulit pada pasien tidak dapat
makan dan minum, maka pasien dirawat diruang anak.2. Terapi Cairan
Rumatan Pada pasien ini diberikan Ringer Laktat.
Komposisi(mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl =
109-110, Basa = 28-30 mEq/l.Cara Kerja Obat: keunggulan terpenting
dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan
konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma
darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini
dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan
syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.Indikasi: mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena
menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan
menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme
anaerob.Kontraindikasi: hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan
sel hati, asidosis laktat.Adverse Reaction: edema jaringan pada
penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.Kebutuhan cairan
pasien ini adalah : dengan berat badan 24 kg :1500 + 20 x (BB-10) =
1500 + 20 x (24-20) = 1580 ml / hari Tetesan infus makroset nya
adalah = 1580 cc/ kg x 15tetes/menit ___________________________ =
17 tetes/menit
24 jam x 60 cc /jam
3. Pemberian AntipiretikPemberian anti piretik pada pasien demam
dengue dan demam tifoid adalah dianjurkan. Pada pasien dengan demam
dengue pilihan anti piretik adalah parasetamol, sedangkan asetosal
dan asam salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan
gastritis, dan perdarahan pada pasien. Pada pasien ini diberikan
Sanmol sirup bila perlu. Kandungan Parasetamol 120 mg/5 ml. Dosis
anak 10-15 mg/kg/kali. 6-12 th: 3-4xsehari 2-4 sdt sirup.
Parasetamol merupakan inhibitor prostaglandin di hipotalamus. Pada
pasien ini berat 24 kg, jadi dosisnya 240mg/kali, sekali minum 2
sendok teh = 10 ml = 240 mg.
4. Pemberian AntiemetikObat antiemetik adalah obat-obat yang
digunakan untuk mengurangi Atau menghilangkan perasaan mual dan
muntah. Pada pasien ini diberikan Vometa sirup 3x1 Cth. Vometa
sirup mengandung 1 mg Domperidone per 60 ml. Domperidone merupakan
antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik. Efek antiemetik
dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastroprokinetik)
dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor trigger
zone yang terletak di luar saluran darah otak di area postrema
Pemberian oral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan
duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan
setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita
yang pengosongan lambungnya terhambat, dan menambah tekanan pada
sfingter esofagus bagian bawah pada orang sehat. Indikasinya adalah
untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional dan untuk mual dan
muntah akut.
5. Pemberian AntibiotikPengobatan antibiotik merupakan
pengobatan utama pada demam tifoid karena pada dasarnya patogenesis
infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakteriemia.
Ampisilin merupakan salah satu terapi antibiotik pilihan untuk
demam tifoid, walaupun memberikan respon perbaikan klinis yang
kurang bila dibandingkan obat pilihan pertamanya, kloramfenikol.
Dosis yang dianjurkan untuk Ampisilin adalah 200 mg/kgBB/ hari
terbagi dalam 4 dosis dengan pemberian intravena. Pada pasien
diberikan terapi antibiotik Cinam yang komposisinya mengandung
Ampisillin 1 gr dan Sulbactam 0,5 gr. Cara kerja Cinam adalah
bakterisidal terhadap organisme yang peka selama tahap pembelahan
aktif dengan menghambat biosintesa dinding sel. Cinam merupakan
termasuk antibiotika spectrum luas untuk gram positif dan negatif.
Sedangkan, komposisi sulbactam adalah untuk memperluas spectrum
antibiotika ampisilin.
6. Pemberian Obat Peningkat Trombosit
PSIDII mengandung ekstrak daun jambu biji (Psidii folium
extract) 71,4%. Mekanisme kerja PSIDII dapat menghambat
perkembangbiakan virus denguedengan menghambat enzimreverse
transcriptase. Selain itu juga dapat meningkatkan kadar GM-CSF yang
menstimulasi pembentukan megakariosit sebagai bahan awal trombosit,
sehingga produksi trombosit dapat ditingkatkan. Dari beberapa
penelitian dan uji klinik, disimpulkan bahwa PSIDII memiliki
keunggulan dalam meningkatkan jumlah trombosit dengan cepat pada
DBD derajat I dan II dengan mekanisme menghambat replikasi virus
dengue dan meningkatkan jumlah GM-CSF yang menstimulir pembentukan
megakariosit sebagai bahan awal trombosit.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
DEMAM BERDARAH DENGUEDefinisiDemam dengue (DD) merupakan sindrom
benigna yang disebabkan oleh arthropod borne viruses dengan ciri
demam bifasik, mialgia atau atralgia, rash, leukopeni dan
limfadenopati. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam
akibat virus dengue yang berat dan sering kali fatal. DBD dibedakan
dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas vaskuler dan
bukan dari adanya perdarahan. Pasien dengan demam dengue (DD) dapat
mengalami perdarahan berat walaupun tidak memenuhi kriteria WHO
untuk DBD. EtiologiVirus dengue termasuk genus Flavivirus dari
keluarga flaviviridae dengan ukuran 50 nm dan mengandung RNA rantai
tunggal. Hingga saat ini dikenal empat serotipe yaitu
DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4.
Manifestasi KlinisPada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue
yaitu :1. 25
1. Silent dengue atau Undifferentiated fever1. Demam dengue
klasik1. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)1. Dengue
Shock Syndrome (DSS).
Demam DengueDemam dengue ialah demam akut selama 2-7 hari dengan
dua atau lebih manifestasi ; nyeri kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan dan leukopenia Awal
penyakit biasanya mendadak dengan adanya trias yaitu demam tinggi,
nyeri pada anggota badan dan ruam. Demam : suhu tubuh biasanya
mencapai 39 C sampai 40 C dan demam bersifat bifasik yang
berlangsung sekitar 5-7 hari. Ruam kulit : kemerahan atau bercak
bercak meraj yang menyebar dapat terlihat pada wajah, leher dan
dada selama separuh pertama periode demam dan kemungkinan
makulopapular maupun menyerupai demam skalartina yang muncul pada
hari ke 3 atau ke 4. Ruam timbul pada 6-12 jam sebelum suhu naik
pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-4 hari.Anoreksi
dan obstipasi sering dilaporkan. Gejala klinis lainnya meliputi
fotofobia, berkeringat, batuk, epistaksis dan disuria. Kelenjar
limfa servikal dilaporkan membesar pada 67-77% kasus atau dikenal
sebagai Castelanis sign yang patognomonik. Beberapa bentuk
perdarahan lain dapat menyertai.
Spektrum Klinis DD dan DBDPada pemeriksaan laboratorium selama
DD akut ialah sebagai berikut Hitung sel darah putih biasanya
normal saat permulaan demam kemudian leukopeni hingga periode demam
berakhir Hitung trombosit normal, demikian pula komponen lain dalam
mekanisme pembekuaan darah. Pada beberapa epidemi biasanya terjadi
trombositopeni Serum biokimia/enzim biasanya normal,kadar enzim
hati mungkin meningkat. Demam Berdarah DenguePada awal perjalanan
penyakit, DBD menyerupai kasus DD. Kasus DBD ditandai 4 manifestasi
klinis yaitu : Demam tinggi Perdarahan terutama perdarahan kulit
Hepatomegali Kegagalan peredaran darah (circulatory failure).
Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tornikuet positif, memar
dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus
tersebar di anggota gerak, muka, aksila sering kali ditemukan pada
masa dini demam. Epistaksis dan perdarahan gusi jarang dijumpai
sedangkan perdarahan saluran pencernaan hebat lebih jarang lagi dan
biasanya timbul setelah renjatan tidak dapat diatasi. Hati biasanya
teraba sejak awal fase demam, bervariasi mulai dari teraba 2-4 cm
dibawah tepi rusuk kanan. Pembesaran hati tidak berhubungan dengan
keparahan penyakit tetapi hepatomegali sering ditemukan dalam
kasus-kasus syok. Nyeri tekan hati terasa tetapi biasanya tidak
ikterikPada pemeriksaan laboratoriun dapat ditemukan adanya
trombositopenia sedang hingga berat disertai hemokonsentrasi.
Perubahan patofisiologis utama menentukan tingkat keparahan DBD dan
membedakannya dengan DD ialah gangguan hemostasis dan kebocoran
plasma yang bermanifestasi sebagai trombositopenia dan peningkatan
jumlah trombosit. Dengue Shock SyndromePada DSS dijumpai adanya
manifestasi kegagalan sirkulasi yaitu nadi lemah dan cepat, tekanan
nadi menurun (