Top Banner
BAB 1 STATUS PASIEN A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. Z Jenis Kelamin : perempuan Usia : 8 tahun Agama : Islam Alamat : Cempaka putih, Jakarta pusat Tanggal Masuk RS : 22 Oktober2014 Jam MRS : 11.00 Keterangan : Rujukan rawat dari poli anak Dokter yang merawat : dr. Desiana, Sp.A B. ANAMNESIS Alloanamnesis tanggal 22 Oktober 2014, Pukul 11.00 WIB di bangsal badar RSIJ Cempaka putih Jakarta. Keluhan utama Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit Keluhan tambahan Keluar bintik merah, batuk. Riwayat Penyakit Sekarang Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. demam dirasakan tinggi mendadak dan terus-menerus, demam hanya turun saat diberikan obat penurun panas saja tapi beberapa jam kemudian anak kembali demam. 3 hari sebelum masuk rumah sakit os sudah ke klinik. Os diberikan cefixime tablet dan paracetamol 1
36

Laporan Kasus DHF Grade II

Dec 23, 2015

Download

Documents

Yogi Sanjaya

tugasssssss
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Kasus DHF Grade II

BAB 1

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Z

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 8 tahun

Agama : Islam

Alamat : Cempaka putih, Jakarta pusat

Tanggal Masuk RS : 22 Oktober2014

Jam MRS : 11.00 Keterangan : Rujukan rawat dari poli anak Dokter yang merawat : dr. Desiana, Sp.A

B. ANAMNESIS

Alloanamnesis tanggal 22 Oktober 2014, Pukul 11.00 WIB di bangsal badar RSIJ

Cempaka putih Jakarta.

Keluhan utama

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Keluhan tambahan

Keluar bintik merah, batuk.

Riwayat Penyakit Sekarang

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. demam dirasakan tinggi

mendadak dan terus-menerus, demam hanya turun saat diberikan obat penurun

panas saja tapi beberapa jam kemudian anak kembali demam.

3 hari sebelum masuk rumah sakit os sudah ke klinik. Os diberikan

cefixime tablet dan paracetamol namun keluhan tidak membaik. Os batuk,

namun tidak pilek, batuk tidak berdahak. Sesak nafas disangkal.

Pada hari ini, demam mulai turun,tidak setinggi biasanya, namun os

merasa keluar bintik - bintik merah dibagian wajah dan lengan. Os mengatakan

perutnya sakit dan pusing.

BAB dan BAK normal. Os tidak mau makan dan minum, karena

merasakan perutnya sakit dan mual. Os tidak muntah. Os sedang dalam masa

pengobatan TB paru.

1

Page 2: Laporan Kasus DHF Grade II

Riwayat Penyakit Dahulu

Os belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. OS didiagnosa TB paru sejak 1

bulan yang lalu.

Riwayat Pengobatan

Os sedang mengkonsumsi OAT sejak 21 Agustus 2014.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu rutin melakukan ANC di bidan setiap bulan selama masa kehamilan, tidak

mengkonsumsi obat-obatan selama hamil, tidak sakit.

Anak lahir cukup bulan, kehamilan tunggal, spontan di bidan tanpa penyulit

kehamilan. Langsung menangis setelah lahir dengan BB 3600 gram dan PB 48

cm

Pola Makan Anak

0 - 7 bulan : ASI eksklusif

7 – 12 bulan : ASI dan susu soya dan bubur tim

8 tahun : Nasi, sayur, ikan atau ayam

Kesan : Anak mendapat ASI eksklusif, makanan sesuai usia anak

Riwayat Alergi

Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.

Riwayat Imunisasi

o BCG 1xo DPT 3xo Hepatitis B 3xo Polio 4xo Campak 1x

Kesan : Imunisasi dasar lengkap.

Riwayat Tumbuh Kembang (Denver Chart)

Anak sudah bersekolah di sekolah dasar (SD) kelas 3

2

Page 3: Laporan Kasus DHF Grade II

Kesan : Perkembangan Anak sesuai usia

Riwayat Psikososial

OS tinggal bersama kedua orang tua nya di rumah petak, di dalam satu rumah

terdapat 5 orang. Sehari-hari OS sekolah, disekolah jarang jajan. Makan lebih

sering dirumah.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaran Umum : Tampak Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda-Tanda Vital (Poliklinik 09.00)

Nadi : 120 kali/menit, teratur, kuat angkat

Suhu : 37,5 °C

Tekanan darah : 80/? mmHg

Tanda-Tanda Vital (Bangsal Badar 11.00)

Nadi : 110 kali/menit, teratur, kuat angkat

Napas : 24 kali/menit, reguler

Suhu : 37,4 °C

Tekanan darah : 90/70 mmHg

Antropometri

Berat Badan : 21,5 kg

Tinggi Badan : 126 cm

Lingkar Kepala : 53 cm (Normocephal)

Status Gizi

BB/U : 21/25 x 100 % = 86 % ( Gizi baik )

TB/U : 126/128 x 100 % = 98 % ( normal )

BB/TB : 21,5/26 x 100 % = 82 % ( Gizi baik )

Kesan : Gizi baik

D. STATUS GENERALIS

Kepala

3

Page 4: Laporan Kasus DHF Grade II

Kepala

Ubun-ubun Kecil

Petechie

Normocephal

Menutup Sempurna

(+)

Mata

Konjungtiva anemis

Sclera icterus

Edema palpebra

Mata cekung

Mata merah dan berair

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hidung

Pernapasan cuping hidung

Deviasi septum

Sekret

Perdarahan

-

-

(-/-)

(-/-)

Telinga

Normotia

Sekret

+

-

+

-

Mulut

Mukosa bibir

Sianosis

Stomatitis

Tonsil

Faring Hiperemis

Bercak perdarahan pada mukosa faring

dan mukosa buccal

Kering

-

-

T1/T1

(+)

(+)

Leher

Pembesaran KGB - -

Pembesaran Kelenjar Thyroid - -

Thorax

Inspeksi Gerak dada simetris

4

Page 5: Laporan Kasus DHF Grade II

Perkusi Sonor/Sonor

Palpasi Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-/-)

Auskultasi Bunyi paru vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Bunyi jantung I dan II murni, regular, murmur (-),

gallop (-)

Axilla : Pembesaran KGB (-/-)

Abdomen

Inspeksi Distensi (-), Scar (-)

Auskultasi BU (+) normal

Perkusi Tymphani pada seluruh kuadran abdomen

Palpasi Nyeri tekan (-), supel. Hepar teraba 2 cm dari arcus

costae dan 3 cm dari prosesus xipoideus

Turgor Kulit Baik, Kembali dalam waktu < 2 detik

Inguinal : Pembesaran KGB inguinal (-/-)

Ekstremitas

Superior

Akral

Edema

Sianosis

CRT

Petechie

Kanan

Hangat

-

-

< 2 detik

(+)

Kiri

Hangat

-

-

< 2 detik

(+)

Inferior

Akral

Edema

Sianosis

CRT

Petechie

Kanan

Hangat

-

-

< 2 detik

(-)

Kiri

Hangat

-

-

< 2 detik

(-)

Anus dan Rectum : Hemorrhoid (-). Tanda infeksi lain (-) Genitalia : tidak ada kelainan Refleks : Patologis Fisiologis

Babinski (-) Patella (+)Oppenheim (-) Biseps (+)

5

Page 6: Laporan Kasus DHF Grade II

Burdzinski I (-) Achiles (+)Burdzinski II (-)

E. LaboratoriumPemeriksaan tanggal 22 – 10 -2014 Pukul 09.52 di Poliklinik

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

Haemoglobin

Jml Leukosit

Hematokrit

Jml Trombosit

H15,2

6,2

H45

L45

g/dL

ribu/μL

%

ribu/μL

11,5 – 13,5

4,5 – 13.50

35 – 40

150 – 300

F. RESUME

An. Z (perempuan, 8 tahun , BB 21,5 kg) datang ke RSIJ Cempaka Putih

Jakarta dengan keluhan :

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. demam dirasakan tinggi

mendadak dan terus-menerus, demam hanya turun saat diberikan obat penurun

panas saja tapi beberapa jam kemudian anak kembali demam.

3 hari sebelum masuk rumah sakit os sudah ke klinik. Os diberikan

cefixime tablet dan paracetamol namun keluhan tidak membaik. Os batuk,

namun tidak pilek, batuk tidak berdahak. Sesak nafas disangkal.

Pada hari ini, demam mulai turun,tidak setinggi biasanya, namun os

merasa keluar bintik - bintik merah dibagian wajah dan lengan. Os mengatakan

perutnya sakit dan pusing.

BAB dan BAK normal. Os tidak mau makan dan minum, karena

merasakan perutnya sakit dan mual. Os tidak muntah. Os sedang dalam masa

pengobatan TB paru.

6

Page 7: Laporan Kasus DHF Grade II

Imunisasi dasar lengkap, perkembangan sesuai dengan usia, gizi baik.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

KU: tampak sakit sedang, Kesadaran: composmentis

Suhu : 37,4oC

RR : 24 x /mnt

HR : 110 x/ mnt, teratur kuat

Tekanan darah : 90/70 mmHg

Faring hiperemis dan petechie (+)

Ekstremitas,: Petechie (+)

Laboratorium:

Hb : 15,2 g/dL

Ht : 45%

Trombosit : 45 ribu/μL

G. ASSESMENT

Febris H4

Petechie

Abdominal pain

hepatomegali

Intake sulit

Trombositopeni

hemokonsentrasi

H. DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : DBD grade II

Status Imunisasi : Imunisasi dasar sesuai usia

Satatus Tumbuh Kembang : Tumbuh Kembang sesuai dengan usia

Status Gizi : Gizi baik

I. TATA LAKSANA

Assering 45 tpm. 140 cc/jam

Gelofusin 200cc/jam

7

Page 8: Laporan Kasus DHF Grade II

Injeksi Omeprazole 1x20 mg

Cek tanda vital dan urin ouput / jam

Cek hematologi rutin per 6 jam

FOLLOW UP

23 Oktober 2014

S O A P

- Demam (-)

- Nyeri perut

berkurang

- S : 36,7

- N : 96 x/menit

- RR : 22

- TD : 100/70

- DBD grade II Cek HHTL

Terapi lanjut

24 Oktober 2014

S O A P

- Demam (-)

- Nyeri perut

berkurang

- Sudah mau

makan minum

- S : 36,8

- N : 90

- RR : 22

- TD : 100/60

DBD grade II Cek HHTL

Terapi lanjut

25 Oktober 2014

S O A P

- Demam (-),

nyeri perut (-),

Batuk (-)

- S : 36,7

- N : 84

- RR : 20

- TD : 100/70

- BAK kuning

jernih

DBD grade II - Rencana pulang

- Psidii 3 x 1 cth

- Ramivel syr 2 x 1 cth

- Starmuno syr 1 x 1

cdo

- Inj omz 1 x 20mg

Tabel observasi tanda vital

8

Page 9: Laporan Kasus DHF Grade II

Tgl Jam HR TD Suhu RR22/10/14 12.00 95 90/70 36,8 22

13.00 92 36,5 2014.00 104 37,0 2415.00 98 36,8 1816.00 100 37,0 2017.00 100 36,8 2018.00 88 100/70 36,5 2419.00 86 36,5 1820.00 96 36,8 1821.00 98 37,0 2022.00 98 36,8 2423.00 94 37,0 28

23/10/14 00.00 106 90/70 36,8 2601.00 102 36,5 2202.00 96 36,5 2403.00 94 36,8 2004.00 98 36,8 2405.00 96 36,5 1806.00 96 100/70 37,0 2007.00 92 36,8 2008.00 100 37,0 2409.00 90 36,8 1810.00 88 36,5 1811.00 92 37,0 2012.00 90 36,8 2213.00 92 37,0 2014.00 98 100/70 36,8 2415.00 94 36,5 1816.00 98 37,0 2017.00 92 36,8 2018.00 90 37,0 2019.00 98 36,8 2020.00 96 100/70 36,5 2421.00 100 36,5 1822.00 90 36,8 1823.00 94 37,0 2024.00 90 36,6 22

9

Page 10: Laporan Kasus DHF Grade II

Tgl Jam HR TD Suhu RR24/10/14 06.00 90 100/60 36,8 2225/10/14 06.00 84 100/70 36,7 20

Observasi hematologi rutin

Tgl Jam Hb Ht Trombosit Leukosit22/10/14 09.52 15,2 45 45.000 6.200

16.00 12,5 37 30.000 6.10022.00 12,8 35 56.000 8.500

23/10/14 07.00 13,4 40 45.000 10.05014.00 12,2 34 56.000 8.03020.00 12,2 34 68.000 9.450

24/10/14 07.00 13,2 39 94.000 9.180

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. INFEKSI VIRUS DENGUE

Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue atau Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis

nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis

yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness),

demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue

disertai syok (dengue shok syndrome = DSS). Gambaran manifestasi klinis yang

bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan

DSS yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas

permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan merupakan dasarnya.

Perbedaan patofisiologik utama antara DD/DBD/DS dan penyakit lain ialah

adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma

dan gangguan hemostasis. Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu

demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan

peredaran darah.

10

Page 11: Laporan Kasus DHF Grade II

B. EPIDEMIOLOGI

Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina

pada tahun 1953. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, pada saat ini

DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit

ini talah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia

menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-

rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968), menjadi 8,14 (1973), 8,65

(1983) dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000

penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi

disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vector,

tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi

meteorologis. Pada awal terjadinya wabah di sebuah Negara, pola distribusi umur

memperlihaatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur < 15

tahun (86-95%). Namun pada wabah selanjutya, jumlah kasus golongan usia dewasa

muda meningkat.

C. ETIOLOGI

Virus dengue termasuk group B arthropod bone vius (arboviruses) dan

sekarang dikenal sebagai genus flavivius, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4

jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe

akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan

tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.

Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di

beberapa rumah sakit menunjukan bahwa keempat serotipe ditemukan dan

bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan

banyak berhubungan dengan kasus berat.

D. PATOGENESIS

11

Page 12: Laporan Kasus DHF Grade II

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi

DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang

percobaan yang dapat menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga

kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection

hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah

terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus

dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.

E. MANIFESTASI KLINIK

Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,

perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran

darah.fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan

membedakan DBD dari DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh

darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia, dan diathesis hemoragik.

Perbedaan gejala antara DBD dan DD tertera pada tabel berikut :

DD GEJALA KLINIS DBD

12

Page 13: Laporan Kasus DHF Grade II

++ Nyeri Kepala +

+++ Muntah ++

+ Mual +

++ Nyeri otot +

++ Ruam kulit +

++ Diare +

+ Batuk +

+ Pilek +

++ Limfadenopati +

0 Obstipasi +

+ Uji turniquet + ++

++++ Petekie +++

0 Perdarahan sal cerna +

++ Hepatomegali +++

+ Nyeri perut +++

++ Trombositopenia ++++

0 Syok +++

Keterangan : (+): 25%, (++):50%, (+++):75%, (++++):100%

Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan

perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di

anggota gerak, muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam.

Sedangkan pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak

tangan/telapak kaki.

13

Page 14: Laporan Kasus DHF Grade II

Pada DBD syok, setelah demam berlangsung salama beberapa hari keadaan

umum tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam

menurun, yaitu diantara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan

tanda kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar

mulut, nadi menjadi cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat

masuk dalam fase syok.

Patokan diagnosis DBD (WHO) berdasarkan gejala klinis dan laboratorium

Klinis

Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari

1. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk

perdarahan lain (petekia, purpura,ekimosis,epistasis,perdarahan gusi),

hematemesis dan melena.

2. Pembesaran hati

3. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun

(≤20mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistol ≤80mmHg) disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung , jari dan kaki,

pasien menjadi gelisah, dan timbul sianosis disekitar mulut.

Laboratorium

Trombositopenia (≤100.000/ul) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari

peningkatan nilai hematokrit ≥20% dibandingkan dengan nilai hematokrit pada

masa sebelum sakit atau masa konvalesen. Ditemukannya dua atau tiga patokan

klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk

klinis membuat diagnosis DBD. Dengan patokan ini 87% kasus tersangka DBD

dapat didiagnosis dengan tepat, yang dibuktikan olah pemeriksaan serologis, dan

dapat dihindari diagnosis berlebihan.

WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 Derajat yaitu :

1.Derajat I

14

Page 15: Laporan Kasus DHF Grade II

Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

adalah uji tourniquet +.

2.Derajat II

Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain

3.Derajat III

Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan

nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan

pasien menjadi gelisah.

4.Derajat IV

Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.

Kurva panas pada DBD

F. KRITERIA DIAGNOSIS

Kontak dengan penderita DBD atau DSS

Kriteria WHO

- Gejala klinis

a. demam tinggi mendadak 2 – 7 hari

b. manifestasi perdarahan

- Hepatomegali

- Tanpa atau dengan gejala renjatan

Laboratorium

- Trombositopenia (<100.000/ul)

15

Page 16: Laporan Kasus DHF Grade II

- Hemokonsentrasi (Ht ≥20%)

Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan >2 gejala klinis dan satu dari riteria

laboratorium (atau hanya peningkatan hematorit) cukup untuk menegakkan

diagnosis DBD.

Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer

• NS1

• Uji serologi

• Elektrolit

• Tubex TF à untuk membedakan dengan demam tifoid

• Foto thorax

G. PEMERIKSAAN SEROLOGIS

Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang

diikuti oleh pembentukan IgM-antidengue. Pada kira-kira hari ke lima infeksi

terbentuklah antibodi yang bersifat menetralisasi virus (neutralizing antibody).

Setelah antibody NT, akan timbul antibodi yang mempunyai sifat menghambat

hemaglutinasi sel darah merah angsa (haemaglutination inhibiting antibody= HI).

Antibodi yang terakhir, yaitu antibodi yang mengikat complement (complement

fixing antibody= CF), timbul pada sekitar hari keduapuluh.

Pada dasarnya diagnosis konfirmasi infeksi virus dengue ditegakkan atas

hasil pemeriksaan serologic atau hasil isolasi virus. Dasar pemeriksaan serologis

adalah membandingkan titer antibody pada masa akut dengan konvalesen. Teknik

pemeriksaan serologi yang dianjurkan WHO ialah pemeriksaan HI dan CF.

H. PENATALAKSANAAN

Demam :

1. Antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x :3-4

2. Pemberian cairan

16

Page 17: Laporan Kasus DHF Grade II

3. Penggantian volume plasma

Kebutuhan cairan rumatan:

100ml/kgBB (BB 10 kg), + 50 ml/kgBB (BB > 10 kg)

Jenis cairan: kristaloid (RL, RLD, RA, RAD, NaCL 0.9%) dan koloid.

a. Tatalaksana Demam Dengue

Sebagian besar anak dengan Demam Dengue dapat dirawat di rumah

dengan memberikan nasehat perawatan kepada orang tua anak. Berikan anak

banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang

hilang akibat demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan

berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang

perdarahan. Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang,

tidak mau minum atau muntah terus menerus.

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok

Anak dirawat di rumah sakit

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah atau air sirup atau

susu untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,

muntah atau diare

Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen

karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan

Berikan infuse sesuai dengan derajat dehidrasi sedang

Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat atau Asetat

Kebutuhan cairan parenteral :

- Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

17

Page 18: Laporan Kasus DHF Grade II

- Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL

tiap 6 jam

Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah

cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya

hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler

spontan setelah pemberian cairan

Apabila terjadi perburukan klinis, berika tatalaksana sesuai dengan

tatalaksaa syok terkompensasi (compensated shock).

c. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok

Perlakukan hal ini kegawatdaruratan. Berikan Oksigen 2-4 liter/menit secara

nasal

Berikan 20 mg/kgBB larutan kristaloid seperti Ringer Laktat atau Asetat

secepatnya

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20

ml/kgBB secepatnya, maksimal 30 menit, atau pertimbangkan pemberian

Koloid 10-20 ml/kgBB/jam, maksimal 30 ml/kgBB/24 jam

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hemoglobin menurun,

pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfuse

darah/komponen

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler & perfusi perifer mulai

membaik, tekana dahi melebar. Jumlah cairan dikurangi hingga 10

ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam

sesuai kondisi klinis dan laboratorium

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 26-48 jam.

18

Page 19: Laporan Kasus DHF Grade II

19

Page 20: Laporan Kasus DHF Grade II

20

Page 21: Laporan Kasus DHF Grade II

21

Page 22: Laporan Kasus DHF Grade II

22

Page 23: Laporan Kasus DHF Grade II

Indikasi untuk rawat di rumah sakit

o Takikardiao Peningkatan Hematokrito Akral pucat atau dingin o Oliguriao Hipotensi o Tekanan nadi melemah (<20 mmHg)o Penurunan kesadaran o Capillary refill time > 2 detik atau memanjang

Kriteria memulangkan Pasien:

• Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

• Nafsu makan membaik

• Klinis perbaikan hematokrit stabil

• Trombosit > 50.000/ul dan cenderung meningkat

• Tidak dijumpai distres pernapasan

• 3 hari setelah syok teratasi

I. PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,

yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia,

dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:

- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

23

Page 24: Laporan Kasus DHF Grade II

- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan

lain sebagainya.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna

untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air

seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. 

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu

menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti

memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada

waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan

repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan

kondisi setempat.

Komplikasi

Perdarahan organ interna DIC Ensefalopati Dengue

o Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.

o Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati.

o Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular diseminata (KID).

Kelainan Ginjal

24

Page 25: Laporan Kasus DHF Grade II

o Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.

Edema Paruo Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat

berlebihan pemberian cairan. o Pemberian cairan pada hari ketiga sampai kelima sesuai panduan yang

diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan edema paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.

o Akan tetapi apabila pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstraseluler, apabila cairan masih diberikan (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit) pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan tampak adanya gambaran edema paru pada foto dada.

Prognosis

Buruk bila terjadi DSS dengan syok berulang/berkepanjangan atau terjadi DIC.

25

Page 26: Laporan Kasus DHF Grade II

DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Cetakan 1. WHO. 2009.

Garna, Herry. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi ke-3. Bandung: FK UNPAD. 2005.

Soedarmo, Sumarno S. Purwo, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi kedua.

Jakarta: IDAI. 2010.

Standar Pelayanan Medis RSUP DR. SARDJITO Fakultas Kedokteran UGM 1999.

www.ejorunal.unud.ac.id

26