Top Banner
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI Oleh: Nama : Andriani Diah Irianti NIM : B1J012011 Rombongan : II Kelompok : 3 Asisten : Devi Fatkuljanah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014
17

Isolasi dan Identifikasi Patogen

Jan 16, 2016

Download

Documents

Laporan Praktikum Fitopatologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Isolasi dan Identifikasi Patogen

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

Oleh:

Nama : Andriani Diah Irianti

NIM : B1J012011

Rombongan : II

Kelompok : 3

Asisten : Devi Fatkuljanah

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2014

Page 2: Isolasi dan Identifikasi Patogen

I. PENDAHULUAN

Penyakit adalah suatu aktivitas fisiologis yang merugikan yang disebabkan

oleh gangguan secara terus menerus oleh faktor penyebab primer. Terjadinya

penyakit pada umumnya diawali dengan adanya tanda atau gejala pada tumbuhan

yang disebabkan oleh serangan patogen. Patogen merupakan penyebab penyakit

yang bersifat menular, dapat berupa jamur, bakteri, virus, nematoda ataupun

tumbuhan tingkat tinggi yang parasitik. Tumbuhan yang diganggu oleh patogen dan

salah satu fungsi fisiologisnya terganggu maka akan terjadi penyimpangan dari

keadaan normal yang menyebabkan tumbuhan menjadi sakit (Agrios, 1996). Sel dan

jaringan tumbuhan yang sakit biasanya menjadi lemah dan hancur oleh agensia

penyebab penyakit. Kemampuan sel dan jaringan untuk melaksanakan fungsi-fungsi

fisiologis yang normal menjadi menurun atau akan terhenti sama sekali dan sebagai

akibatnya tumbuhan tersebut pertumbuhannya akan terganggu atau mati (Yunasfi,

2002).

Salah satu tahapan penting dalam mendiagnosa gejala serangan penyakit

tumbuhan adalah identifikasi terhadap patogen tumbuhan. Patogen yang

diidentifikasi berasal dari pengambilan sampel tumbuhan yang terserang penyakit.

Sampel tumbuhan yang terserang penyakit kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada

media aseptik buatan. Identifikasi menjadi sangat penting karena pada tahapan

tersebut ditekankan beberapa hal pokok seperti untuk pengendalian khususnya untuk

uji antagonis ataupun hanya sekedar untuk mengetahui jenis patogen yang

menyerang tumbuhan. proses identifikasi patogen tumbuhan menjadi sangat penting

untuk memastikan jenis patogen yang menyerang tumbuhan secara akurat. Untuk itu,

perlu dilakukan praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen tumbuhan.

Isolasi patogen merupakan proses pengambilan patogen dari medium atau

lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh

biakan yang murni. Patogen yang dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya

harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi

terkontaminasi karena mikroorganisme lain (Singleton dan Sainsbury, 2006).

Tumbuhan yang terserang oleh suatu penyakit akan menunjukan gejala dan

tanda yang ditimbulkan. Cara mengetahui penyebab penyakit yang menyerang pada

tumbuahan tersebut maka perlu dilakukan cara yaitu mengidentifikasi penyakit

tersebut. Identifikasi penyakit secara umum yaitu membuat kepastian terhadap suatu

Page 3: Isolasi dan Identifikasi Patogen

penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk mengenali suatu

penyakit tumbuhan melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-

faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati, 2012).

Tujuan praktikum isolasi dan identifikasi patogen yaitu mengetahui penyebab

penyakit dengan cara mengisolasi dan mengidentifikasi patogen yang menyebabkan

penyakit pada tumbuhan.

Page 4: Isolasi dan Identifikasi Patogen

II. TELAAH PUSTAKA

Diagnosis yang cepat dan tepat dari penyakit yang menyerang tumbuhan

sangat penting sebelum dilakukan suatu tindakan pengendalian. Jenis penyakit

tumbuhan dalam beberapa hal dapat mudah diidentifikasi dengan cara pengamatan

gejala dan tanda pada tumbuhan tersebut atau dibantu dengan pengamatan

mikroskopis dengan membuat preparat dari bagian tumbuhan yang sakit secara

langsung. Penyebab penyakit yang tidak langsung teridentifikasi, di perlukan

beberapa perlakuan seperti isolasi patogen pada media buatan hingga diperoleh

biakan murni. Postulat Koch merupakan tahap yang sangat penting dalam proses

identifikasi patogen untuk mengetahui patogen tersebut benar-benar merupakan

penyebab utama timbulnya penyakit (Utami et al., 2008).

Prinsip kerja isolasi mikroorganisme (patogen) cukup sederhana yakni

dengan menginokulasikan sejumlah kecil mikroorganisme pada suatu medium

tertentu yang dapat menyusung kehidupan mikroorganisme. Sejumlah kecil

mikroorganisme ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan

inokulasi (Talaro,1999). Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk

menumbuhkan mikroorganisme diluar dari lingkungan alamiahnya. Mikroorganisme

dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan,

tanaman dan hewan. Jenis mikroorganisme dapat berupa bakteri, khamir, jamur dan

jamur. Populasi mikroorganisme di lingkungan sangan beranekaragam sehingga

dalam mengisolasi di perlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil di

peroleh koloni tunggal (Fardiaz, 1992).

Hasil dari identifikasi, dapat diperoleh suatu kesimpulan mengenai jenis

patogen yang menyerang tumbuhan yang kemudian lebih lanjut upaya tersebut juga

dapat diarahkan untuk mempelajari upaya – upaya pengendalian yang tepat untuk

mencegah serangan patogen tersebut. Salah satunya melalui uji antagonism dari

jamur antagonis. Proses identifikasi petogen tumbuhan menjadi sangat penting untuk

memastikan jenis patogen yang menyerang tumbuhan secara akurat. Proses

identifikasi dapat dilakukan dengan pengamatan sifat-sifat mikroskopis (hifa, tubuh

buah dan konidia) dan makroskopis (gejala penyakit dan tanda penyakit di lapangan).

Berdasrkan ciri-ciri tersebut patogen diidentifikasi dengan menggunakan kunci

identifikasi atau yang dideskripsikan dengan pustaka (Utami et al., 2008).

Page 5: Isolasi dan Identifikasi Patogen

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu laminar air flow (LAF),

cawan petri, scalpel, object glass, sprayer, mikroskop, jarum ose, bunsen, label,

cover glass dan wrapper.

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu media PDA, alkohol

70%, akuades dan sampel tanaman berpenyakit.

B. Metode

1. Isolasi

Sampel tanaman

berpenyakit dipotong

1x1 cm(bagian sakit

& sehat)

2. Peremajaan Isolat

Isolat Diambil 1 plug Media PDA baru

Bagian yang sehat

dicuci larutan

alkohol 70%,

larutan akuades

Sampel Sampel

sehat sakit

Dikeringkan

dengan tissue.

Inkubasi 7x24

Jam

°

°°°.,

,,°

°

°°°.,

,,°

°°°.,

,,°

Inkubasi

4x24 Jam

Page 6: Isolasi dan Identifikasi Patogen

Letakan di object

glass

Ditetesi akuades

& tutup dengan

cover glass

°

Amati di

mikroskop

3. Identifikasi

Isolasi hasil

peremajaan diambil

3 plug

° °

Page 7: Isolasi dan Identifikasi Patogen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

A. Gambar 1. Isolasi Patogen Pada Daun Pepaya (Carica papaya)

B. Gambar 2. Peremajaan Isolat Patogen Daun Pepaya (Carica papaya)

Gambar 3. Identifikasi Patogen Penyakit Pada Daun Pepaya (Carica papaya)

B

A

Page 8: Isolasi dan Identifikasi Patogen

Tabel 1. Hasil Pengamatan Isolasi dan Identifikasi Patogen

Pengamatan Kelompok

1 2 3 4

Nama Preparat Musa sp. Solanum

tuberosum

Carica

papaya

Sechium

edulis

Makroskopis

- Warna koloni Abu-abu

kehitaman

Putih Putih Putih

- Tepi koloni Rata Bergeri Rata Rata

- Warna sebalik

koloni

Hitam Putih Putih Putih

- Tekstur

permukaan

Halus Halus Halus Halus

- Pola penyebaran Konsentris Radial Konsentris Radial

Mikroskopis

1. Konidium

- Septat/ aseptat - Aseptat Septat Aseptat

- Bentuk - Silindris

ujung

membulat

Lonjong Lonjong

- Warna - Hialin Hialin Hialin

2. Hifa

- Septat/ aseptat Septat Septat Septat Aseptat

- Warna Coklat Hialin Hialin Hialin

Hasil Rhizoctonia

sp.

Phoma sp. Pyricularia

sp.

Nematoctonus

sp.

B. Pembahasan

Isolasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari

populasi campuran ke media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni

(Perhutani, 1999). Cara mengisolasi patogen penyebab penyakit tumbuhan menurut

Masnilah et al., (2013), dapat dilakukan dengan isolasi dari daun tumbuhan yang

diduga terserang patogen. Isolasi dari daun tumbuhan yang diduga terserang penyakit

dilakukan dengan yang memotong bagian daun yang menunjukan gejala sakit

(terserang patogen) dan bagian daun yang sehat. Potongan-potongan daun tersebut

dicuci dengan air steril, didesinfeksi dengan alcohol 70% dan dibilas dengan air steril

3 kali. Potongan daun tersebut dilembabkan pada cawan petri yang dilapisi kertas

saring steril dan diinkubasi 4-24 jam. Massa patogen yang muncul pada potongan

daun yang dilembabkan digoreskan pada medium buatan (PDA atau King B) dalam

cawan petri dengan menggunakan jarum ose yang kemudian diinkubasi dalam suhu

ruang selama 24 jam. Setelah terjadi pertumbuhan dilakukan pemurnian dengan cara

Page 9: Isolasi dan Identifikasi Patogen

mengisolasi kembali patogen pada medium buatan (PDA ata Kings B) hingga

patogen yang tumbuh benar-benar isolat murni. Menurut Suryatini et al., (2011), cara

mengisolasi patogen dapat dilakukan dengan isolasi dari tanah yaitu dengan

menggunakan metode umpan, plant debris dan dilution plate yang dimodifikasi

pada media agar air (2%) yang mengandung cloramfenicol dan streptomisin. Patogen

yang didapat kemudian dipindah pada medium PDA dan kemudian diinkubasi

selama 7 hari. Manfaat dari Isolasi patogen adalah untuk menghasilkan isolat

patogen murni. Isolasi patogen yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu dengan

isoasi bagian sampel tumbuhan yang diduga terserang patogen.

Cara Identifikasi patogen penyebab penyakit tumbuhan dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik molekuler, PCR (Polymerase Chain Reaction), teknik

serologi dan menggunakan mikroskop. Menurut Dewianti (2011), identifikasi

patogen penyebab penyakit dilakukan dalam rangka menentukan spesies penyebab

penyakit yang terbawa oleh media pembawa. Pengelolaan sampel kerja (media

pembawa) dalam identifikasi penyebab menggunakan metode molekuler akan

memudahkan petugas karantina melakukan tindakan pengujian di laboratorium.

Indeksing adalah istilah yang digunakan untuk suatu prosedur pengujian keberadaan

patogen yang diketahui, terutama virus, pada tanaman. Indeksing memberi peluang

untuk menerapkan secara cepat strategi pengendalian dan mengurangi kemungkinan

berkembangnya wabah penyakit. Manfaaat dilakukannya indentifikasi patogen

adalah untuk memastikan jenis patogen yang menyerang tumbuhan secara akurat

Identifikasi yang dilakukan pada praktikum isolasi dan identifikasi patogen yaitu

dengan melihat karakter mikroskopis dan makroskopis patogen. Karakter makroskpis

dilakukan dengan mengambil isolat hasil peremajaan, letekan di object glass ditetesi

dengan akuades tutup dengan cover glass dan amati di bawah mikroskop sedangkan

untuk karakter makroskopisnya dilihat langsung patogen yang tumbuh dari hasil

peremajaan isolat di dalam cawan petri.

Peremajaan biakan adalah upaya yang dilakukan untuk mempertahankan sifat

alami patogen yang diisolasi. Patogen yang diremajakan adalah jenis patogen biakan

murni yaitu patogen yang terdiri dari satu jenis patogen yang dibutuhkan tanpa

adanya kontaminasi. Perlakuan aseptik dibutuhkan untuk mendapatkan biakan murni.

Peremajaan mikroba bertujuan untuk memperoleh biakan yang baru sehingga

diharapkan dapat berkembang biak dengan baik. Peremajaan penting karena

mencegah terjadinya kerusakan sel patogen. Kerusakan yang dapat terjadi meliputi

Page 10: Isolasi dan Identifikasi Patogen

penurunan viabilitas dan stabilitas sel bahkan suatu patogen akan kehilangan

potensinya sebagai suatu patogen (Black, 1999).

Hasil dari isolasi dan identifikasi patogen kelompok 1 tentang penyakit pada

Musa sp. diduga terserang oleh Rhizoctonia sp. Hal ini dapat ditunjukkan dari

karakter makroskopis dan mikroskopis yang dilihat di bawah mikroskop. Karakter

makroskopisnya menunjukan bahwa warna koloninya abu-abu kehitaman, tepi

koloninya rata, warna sebalik koloninya hitam, tektus permukannya halus dan pola

penyebarannya konsentris. Karakter mikroskopis menunjukkan bahwa konidiumnya

tidak berseptat ataupun aseptat, kodiumnya juga tidak berbentuk dan berwarna.

Hifanya berseptat dan berwarna coklat. Menurut Suryatini et al., (2011), karakteristik

Rhizoctonia spp. adalah warna koloni coklat terang sampai coklat gelap,

terbentuknya sklerotium dan adanya percabangan hifa dengan sudut 90°. Semakin

bertambah umur koloni maka semakin gelap warna koloninya, yaitu dari putih

kecoklatan sampai coklat gelap. Warna coklat Rhizoctonia disebabkan karena adanya

dekomposisi melanin pada dinding sel hifa.

Hasil isolasi dan identifikasi patogen kelompok 2 tentang penyebab penyakit

pada Solanum tuberosum diduga terserang patogen Phoma sp. Hal ini dapat

ditunjukkan dari karakter makroskopis dan mikroskopis yang dilihat di bawah

mikroskop. Karakter makroskopis menunjukkan bahwa warna koloninya putih, tepi

koloninya bergerigi, warna sebalik koloninya putih, tekstur permukaannya halus dan

pola penyebarannya radial, sedangkan karakter mikroskopisnya konidiumnya aseptat

berbentuk silindris ujung membulat dan berwarna hialin. Hifanya septat dan

berwarnya hialin. Menurut EMLab P&K ATest American Company (2014), Phoma

sp. dapat tumbuh baik pada media jamur umum. Spora yang sangat kecil yang

terbentuk di piknidia (tubuh buah aseksual). Massa lengket spora cairan keluar dari

ostiole (pembukaan) di piknidia tersebut. Jamur ini ditemukan dibahan tanaman,

tanah, dan sebagai parasit buah.

Hasil isolasi dan identifikasi patogen kelompok 3 tentang penyebab penyakit

pada Carica papaya diduga terserang patogen Pyricularia sp. Hal ini dapat

ditunjukkan dari karakter makroskopis dan mikroskopis yang dilihat di bawah

mikroskop. Karakter makroskopis menunjukkan bahwa warna koloninya putih, tepi

koloninya rata, warna sebalik koloninya putih, tekstur permukaannya halus dan pola

penyebarannya konsentris, sedangkan karakter mikroskopisnya konidiumnya septat

berbentuk lonjong dan berwarna hialin. Hifanya septat dan berwarnya hialin.

Page 11: Isolasi dan Identifikasi Patogen

Menurut Murata et al., (2013), Pyricularia sp. merupakan patogen yang penyakit

blast yang menyerang tanaman monokotil seperti gandum dan padi. Menurut Barnett

dan Hunter (1972), Pyricularia sp. memiliki bentuk canidiophores panjang, ramping,

sebagian besar sederhana, konidia (sympodulospores) pyriform hampir berbentuk

elipsoid, melekat pada yang lebih luas, hialin, 2-3 untuk sel parasit, terutama pada

rumput.

Hasil isolasi dan identifikasi patogen kelompok 4 tentang penyebab penyakit

pada Sechium edule diduga terserang patogen Nematoctonus sp. Hal ini dapat

ditunjukkan dari karakter makroskopis dan mikroskopis yang dilihat di bawah

mikroskop. Karakter makroskopis menunjukkan bahwa warna koloninya putih, tepi

koloninya bergerigi, warna sebalik koloninya putih, tekstur permukaannya halus dan

pola penyebarannya radial, sedangkan karakter mikroskopisnya konidiumnya aseptat

berbentuk lonjong dan berwarna hialin. Hifanya aseptat dan berwarnya hialin.

Menurut Babu et al., (2014), Nematoctonus robustusis ditandai dengan miselium

hialin, dikaryotic di alam yang mengandung dua inti genetik yang berbeda di setiap

sel, memiliki diameter yang berbeda koneksi penjepit sekitar 2 -2,4 um, konidia

berbentuk lonjong memanjang (sosis), soliter di alam, diproduksi pada conidiophore

singkat dan sederhana pada hifa.

Rhizoctonia merupakan patogen terbawa tanah yang memiliki kisaran inang

luas dengan gejala penyakit tertentu. Rhizoctonia memiliki pertumbuhan,

kemampuan bertahan, virulensi dan kemampuan saprofitik yang beragam. Selain

sebagai patogen Rhizoctonia hipovirulen terbukti dapat menjadi agens pengendali

hayati patogen penyebab penyakit tumbuhan. Isolasi Rhizoctonia hipovirulen atau

non patogenik dari tanah tidaklah mudah karena kemampuan tumbuh Rhizoctonia di

dalam tanah sangat lambat dan rendahnya kerapatan inokulum dalam tanah.

Kelimpahan Rhizoctonia di dalam tanah dipengaruhi oleh suhu dan jenis tanaman

yang tumbuh (Suryatini et al., 2011). Ogoshi et al., (1985) bahwa Rhizoctonia sp.

dapat memperbanyak diri pada kisaran suhu optimum antara 20 ºC – 30 ºC.

Menurut Gillard et al., (2012), Rhizoctonia sp. merupakan jamur polifag dan

umum terdapat dalam tanah. Jamur ini biasanya menyerang tumbuhan yang masih

muda, menyebabkan penyakit rebah semai. Benang-benang seperti rumah laba-laba

dengan tetes-tetes embun yang bergantungan akan terlihat di sekitar tanaman pada

waktu pagi. Jamur Rhizoctonia sp. sering menyerang daun-daun di dekat tanah,

menyebabkan hawar daun atau bercak daun yang lebar. Gejala utama infeksi adalah

Page 12: Isolasi dan Identifikasi Patogen

bercak kecil, bulat, garis tengah 1-2 cm, cokelat, cokelat kemerahan. Penyakit ini

umumnya hadir pada tangkai dan permukaan bawah daun. Berikut ini klasifikasi

Rhizoctonia sp. menurut Agrios (1996) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Agarimycota

Ordo : Cantharellales

Family : Ceratobasidiaceae

Genus : Rhizoctonia

Spesies : Rhizoctonia sp.

Genus Phoma memiliki geografis luas dan terdiri dari kelompok besar jamur

yang ditemukan diberbagai relung ekologi. Beberapa jenis spesies Phoma berbahaya.

Phoma juga telah terbukti menjadi genus jamur patogenik yang menyerang tanaman

ekonomis penting. Infeksi Phoma biasanya terjadi pada manusia dan hewan. Tercatat

9 spesies yang diisolasi dari manusia. Baru-baru ini merupakan sebuah spesies

tambahan, Phoma exigua yang ditambahkan ke daftar patogen manusia. Beberapa

penyakit vertebrata yang parah juga terkait dengan Phoma, seperti sapi mikotik

mastitis dan ikan salmon. Organisme tanah yang terkait seperti arthropoda dan

nematoda juga dapat terkena infeksi Phoma. Tercatat 11 Phoma spesies yang

ditemukan dalam hubungan dengan kista nematoda. Selain itu, spesies Phoma

ditemukan memparasit jamur lain dan Oomycetes. Beberapa spesies Phoma,

melakukan infeksi tanaman dengan cara memasuki tanaman inang melalui stomata

atau langsung melalui epidermis. Awalnya, jamur yang hifa tumbuh interseluler

melalui jaringan tanaman. Setelah itu, jamur akan menjadi nekrotropik. Sel inang

akan menjadi sensitif, setelah itu jamur memiliki akses ke sumber daya dari jaringan

tanaman yang mati (Aveskamp et al., 2008).

Kingdom : Fungi

Class : Dothideomycetes

Subclass : Dothideomycetes

Ordo : Pleosporales

Family : Incertae sedis

Genus : Phoma

Spesies : Phoma sp.

Page 13: Isolasi dan Identifikasi Patogen

Pyricularia spp. merupakan spesies filogenetik besar yang memiliki jamur

anamorf berfilamen yang menyebabkan penyakit blast pada spesies monokotil.

Spesies yang paling dikenal yaitu Pyricularia oryzae Cavara, patogen pada tanaman

pangan pokok termasuk beras dan gandum (Murata et al., 2013). Menurut Ou (1985),

penyakit blast yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae termasuk dalam kelompok

Ascomycetas dan bersifat heterotalik. Cendawan ini ditemukan di alam dalam bentuk

aseksual sedangkan seksualnya Magnaporthe grisea, hanya dihasilkan dengan

pengkulturan di laboratorium. Secara morfologi cendawan Pyricularia oryzae

mempunyai konidia berbentuk lonjong, tembus cahaya dan bersekat dua.

Menurut Agrios (1996), Pyricularia sp mempunyai konidia berbentuk bulat,

lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Kondisi kelembapan dan suhu yang

mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur penyakit dan

menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum

yang tinggi ini sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan. Menurut

Alexopoulus dalam Agrios (1996) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Myceteae

Diviasi : Amastigomycota

Subdivisis : Deuteromycetina

Class : Dothideomycetes

Ordo : Moniliales

Family : Moniliaceae

Genus : Pyricularia

Spesies : Pyricularia sp.

Nematoda parasit tanaman menginfeksi jaringan akar tanaman yang

menyebabkan akar terganggu dalam menyerap air dan mineral. Jamur

Nematophagous yang digunakan sebagai biokontrol untuk nematoda. Nematoctonus

merupakan salah satu spesies yang digunakan sebagai bioagent. Spesies

Nematoctonus menghasilkan miselium luas dan menangkap banyak nematoda

dengan hifa perekatnya yang menyebabkan nematoda menjadi melekat dan kutikula

nematoda ditembus oleh hifa infektif. Isolat Nematoctonus robustusis ditandai

dengan miselium hialin, dikaryotik di alam mengandung genetik dua inti yang

berbeda di setiap sel, memiliki koneksi penjepit yang berbeda. Jamur memiliki

kemampuan kolonisasi lebih baik pada substrat padat seperti jerami gandum dan

jerami padi. Genus Nematoctonusis unik karena beberapa spesies endoparasit dan

Page 14: Isolasi dan Identifikasi Patogen

beberapa spesies nematoda penjebak jamur (Babu et al., 2014). Berikut ini klasifikasi

Nematoctonus sp. menurut Agrios (1996) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Subdivisi : Agaricomycota

Class : Agaricomycetes

Ordo : Agaricales

Family : Pleurotaceae

Genus : Nematoctonus

Spesies : Nematoctonus sp.

Page 15: Isolasi dan Identifikasi Patogen

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

1. Patogen penyebab penyakit yang diisolasi dan diidentifikasi oleh kelompok 1

pada Musa sp terserang oleh patogen Rhizoctonia sp, kelompok 2 pada Solanum

tuberosum terserang oleh patogen Phoma sp., kelompok 3 pada daun daun

pepaya (Carica papaya) terserang oleh patogen Pyricularia sp. dan untuk

kelompok 4 pada Sechium edule terserang oleh patogen Nematoctonus sp.

2. Isolasi yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu dengan memotong 1x1 cm

sampel dari tumbuhan yang diduga terserang penyakit dan bagian yang sehat,

kemudian potongan tadi di cuci dengan alcohol 70% dan larutan akuades,

dikeringkan dengan tissue dan letekan dalam cawan petri dan lakukan inkubasi

selama 7x24 jam.

3. Identifikasi yang dilakukan yaitu dengan mengambil isolat hasil peremajaan,

letekan di object glass ditetesi dengan akuades tutup dengan cover glass dan

amati di bawah mikroskop untuk karakter mikroskopisnya sedangkan untuk

karakter makroskopisnya dilihat langsung patogen yang tumbuh dari hasil

peremajaan isolat di dalam cawan petrinya.

B. Saran

Pada praktikum kali ini akan lebih baik lagi jika setiap kelompok melakukan

isolasi dan identifikasi patogen pada semua preparat yang ada.

Page 16: Isolasi dan Identifikasi Patogen

DAFTAR REFERENSI

Agrios, G. N. 1996. Plant Pathology 3th

ed. Academy Press: New York.

Aveskamp, M. M., J. D. Gruyter dan P. W. Crous. 2008. Biology and Recent

Development in the Systematics of Phoma a Complex Genus of Major

Quaritine Significance. Fungal Diversity, 31: 1-18.

Babu S., R., Anirudh dan R. K. Sigh. 2014. Morphological Characterization and

Mass Production of Nematophagus Fungus Nematoctonus Robustus.

International Journal of Applied Biology and Pharmacautical Technology :

120-124.

Barnett, H. L. dan B. B Hunter. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi.

Burggess Publishing Company.

Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey : Prentince

Hall.

Dewianti. 2011. Identifikasi Pengganggu Tumbuhan.

http://dewiantib.blogspot.com/2011/06/makalah-identifikasi-

pengganggu.html. Diakses 29 Oktober 2014.

EMBLab P&K A TestAmerica Company. 2014 Phoma sp.

https://www.emlab.com/app/fungi/Fungi.po?event=fungi&type=primary&spe

cies=28&name=Phoma . Diakses 31 Oktober 2014.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Gillard, C. L., N. K. Ranatunga and R. L. Conner. 2012. The Effect of Foliar

Fungicide Application Timing on The Control of Dry Bean Anthracnose.

University of Guelph Ridgetown Campus : Canada.

Masnilah, R., A. L. Abadi, T. H. Astono dan L. Q. Aini. 2013. Karakterisasi Bakteri

Penyebab Penyakit Hawar Daun Edamame di Jember. Berkala Ilmiah

Pertanian, 1(1): 10-14.

Murata, N., T. Aoki, M. Kusaba, Y. Tosa dan I. Chuma. 2014. Various Spesies of

Pycularia Constitute a Robust Clade Distinct From Magnaporthe salvanii

and Relatives in Magnaporthaceae. J Gen Pathol, 80: 66-72.

Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan.

http://nurhayatisite.blogspot.com/2011/03/diagnosis-penyakit-tanaman.

Diakses 29 Oktober 2014.

Ogoshi, A., B. Sneh dan L. Burpee. 1985. Identification of Rhizoctonia sp. APS

Press: Minnesota.

Perhutani. 1999. Selayang Persemaian Permanen Pongpoklandak KPH Cianjur.

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Cianjur. Cianjur.

Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology

3rd

Edition. John Wiley and Sons Inc. Sussex, England.

Suryatini, R., A. Priyatmojo, S. M. Widyastuti dan R. S. Kasiamdari. 2011.

Karakteristik Rhizoctonia spp. dari Tanah di bawah Tegakan Tusam (Pinus

Merkusii Jungh. Et De Vriese). Jurnal Budidaya Pertanian, 7(1): 8-13.

Page 17: Isolasi dan Identifikasi Patogen

Utami, S., I. Anggraeni dan Sahwalita. 2008. Serangan Penyakit Daun pada Jelatung

Darat (Dyera costulata Hook.) dan Jelatung Rawa (Dyera lowii Hook.) di

Sumatera Utara. Tekno Hutan Tanama, 1(1): 45-52.

Talaro, K. P. 1999. Foundation Mikrobiologi Third Edition. MC. Graw Hill

Company: Boston.

Yunasfi. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan

Penyakit lain yang Disebabkan oleh Jamur. Digital Library USU: Sumatera

Utara.