ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR PATOGEN
Oleh :Kartika Sari DwinusaB1J010002Tya Arbianti Andini
B1J010054Devina AndayaniB1J011112Dinari Ayu ListikaB1J011119Hanifah
Kholid BasalamahB1J011156
Kelompok: 5Rombongan: IVAsisten: Tria Fauzi Prabandani Hakim
LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2013I. PENDAHULUANA. Latar
BelakangMikroorganisme merupakan sumber penting keanekaragaman
hayati dalam tanah dan merupakan bagian integral dari terestrial
ekosistem. Mereka berkontribusi terhadap fungsi biologis utama
seperti nutrisi dan gas, proses biogeokimia dan dekomposisi dan
transformasi organik materi. Jamur juga sangat melimpah di tanah
dan dapat mewakili sampai 80 % dari biomassa mikroba tanah (Kirk
2004 dalam Lecomte 2011).Pengamatan terhadap patogen berupa jamur
di laboratorium, terlebih dahulu kita harus menumbuhkan atau
membiakan jamur tersebut. Mikroorganisme dapat berkembang biak
dengan alami atau dengan bantuan manusia. Setelah jamur diisolasi
dan diidentifikasi maka dapat diamati lebih lanjut jamur patogen
penyebab penyakit pada tanaman tersebut.Isolasi adalah proses
pemisahan mikroorganisme yang diinginkan daripopulasi campuran ke
media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni. Inokulasi
merupakan perpindahan inokulum dari sumbernya ke dalam tanaman
inang. Dengan dilakukannya inokulasi, berarti patogen memiliki
peluang yang besar untukmenyerang inangnya dan menimbulkan
penyakit. Hal ini dapat menjelaskan pengaruh inokulasi yang nyata
terhadap intensitas dan luas serangan penyakit hawar daun.
Sedangkan identifikasi adalah membandingkan gejala yang ada atau
yang ditemukan dengan yang terdapat di dalam buku atau pustaka
(Perhutani, 1999)
B. TujuanTujuan dari praktikum ini yaitu mengisolasi dan
mengidentifikasi patogen yang menyebabkan penyakit pada
tumbuhan.
C. Tinjauan PustakaIsolat penyebab penyakit atau patogen yang
diperoleh dari tumbuhan yang sakit menunjukkan bahwa patogen adalah
berupa cendawan atau fungi. Pengamatan secara makroskopis terhadap
biakan murni isolat pada media PDA menunjukkanbahwa pada hari
pertama setelah tanam terlihat berupa koloni serabut benang
tipis,berwarna putih keruh dan kecoklatan yang merupakan kumpulan
miselia. Pada hari ke-3, mulai terlihat adanya gumpalan-gumpalan
kecil yang tidak teratur dan berwarnaputih menyebar tidak merata
pada permukaan miselia. Pada hari ke-5, gumpalan-gumpalan tersebut
berubah menjadi berwarna coklat yang disebut dengan
sklerotia.Secara mikroskopis, fungi ini memiliki ciri-ciri antara
lain percabangan hifa yangtampak tegak lurus, memiliki septa atau
bersekat, tidak terdapat bentuk konidia ataubentuk spora serta
tidak ditemukannya sambungan apit (clamp connection). Biakan fungi
tumbuh dengan cepat, hanya dalam waktu tiga hari koloninya telah
memenuhicawan Petri dengan media PDA (Achmad dan M. Maisaroh,
2004). Perkembangan suatu penyakit didukung oleh tiga faktor, yaitu
inang yang rentan, patogen yang virulen dan lingkungan yang
mendukung. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu
keberhasilan untuk menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari
patogenisitas. Gejala layu dan rontok pada daun seiring
denganperkembangan bercak dapat diduga sebagai akibat dari
substansi-substansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme
penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama
substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidaklangsung
adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh, dan polisakarida
(Semangun,1996)Perkembangan penyakit juga bergantung pada faktor
lingkungan, setelah faktor inang dan patogen. Fungi patogen dalam
perkembangannya dipengaruhi olehbeberapa faktor abiotik yaitu suhu,
kelembaban, oksigen, derajat kemasaman (pH) dan cahaya. Kisaran
suhu terendah yang diduga turut mendukung fungi patogenuntuk
berkembang biak, seperti yang dinyatakan oleh Ullstup (1939) Dalam
Ogoshi et al., (1985) bahwa Rhizoctonia sp. dapat memperbanyak diri
pada kisaran suhu optimum antara 20 C 30 C
II. MATERI DAN METODEA. AlatAlat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah cawan petri, skalpel, jarum ose, pinset, wrapper, LAF,
object glass, mikroskop, pipet tetes, sprayer, dan lampu
spiritus.B. BahanBahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah media Potato Dextrose Agar (PDA), alkohol 70%, akuades
steril, sampel daun atau buah yang sakit meliputi buah strawberry
(Fragaria sp.), buah pisang (Musa sp.), buncis (Phaseolus
vulgaris), labu siam (Sechium edule), daun jambu biji (Psidium
guajava), dan buah cabai (Capsicum annum).C. Cara Kerja1.
Isolasi
Sampel daun atau buah yang sakit
Sampel dipotong ukuran 1x1cm pada bagian yang sehat dan
sakit
Dicelupkan kedalam alkohol 70%
Dicelupkan kedalam akuades
Diinkubasi 5x24 jamDitanam pada media PDA
Isolat diambil2. Peremajaan
Ditanaman pada media PDA baru
Inkubasi 7x24 jam
Hasil isolasi diambil satu ose oleskan ke object glass3.
Identifikasi
Fiksasi diatas lampu spirtus
Ditetesi akuades
Tutup dengan cover glass
Amati dibawah mikroskop
III. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilNOPENGAMATANKELOMPOK
MAKROSKOPISIIIIIIIVVVI
1Nama preparatStrawberryPisangBuncisLabu siamJambu bijiCabai
2Nama ilmiahFragaria sp.Musa sp.Phaseolus vulgarisSechium
edulePsidium guajavaCapsicum annum
3Warna koloniHitamAbu-abuPutih (spora hitam)KuningPutihPutih
4Tepi koloniRataRataRataBergerigiRataRata
5Tekstur permukaanKasarHalusHalusHalusHalusHalus
6Warna sebalik koloniHitamHitamBening (putih tersebar)Merah
kekuninganHitamPutih keorangean
7Pola
penyebaranTersebarKonsentrisTersebarRadialKonsentrisKonsentris
PENGAMATAN
MIKROSKOPIS
1KonidiumAdaTidak adaAdaTidak adaAdaAda
2HifaaseptataseptataseptatSeptataseptataseptat
3HasilRhizopus stoloniferFusarium sp.Colletotrichum
lindemuthianumColletotrichum sp.Pestalotiopsis psidiiGloeosporium
piperatum
Gambar
Gambar 1. Isolasi daun Jambu biji (Psidium guajava)Gambar 2.
Hasil isolasi daun Jambu biji (Psidium guajava) setelah diisolasi
5x 24 jam
Gambar 3. Hasil peremajaan daun Jambu biji (Psidium guajava)
setelah setelah diinkubasi 7x24 jam (tampak depan).Gambar 4. Hasil
peremajaan daun Jambu biji (Psidium guajava) setelah setelah
diinkubasi 7x24 jam (tampak belakang).
Gambar 5. Hasil identifikasi daun Jambu biji (Psidium guajava)
dibawah mikroskop.
B. PembahasanPengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan
atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga
diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel
mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat
dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau
mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,
morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu
populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Soni,
2010). Isolasi jamur patogen dilakukan di dalam laminar air flow
cabinet dengan cara mengambil hifa jamur yang telah tumbuh dari
hasil teknik ruang lembab dengan menggunakan jarum ose yang telah
steril. Setelah itu hifa diletakkan pada bagian tengah medium PDA
steril di dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu kamar selama 7
hari. Setelah diperoleh biakan murni, isolat direisolasi pada
medium PDA, kemudian jamur tersebut diidentifikasii. Tujuan dari
Pemotongan pada bagain yang sakit dan sehat agar saat ditumbuhkan
pada media PDA hifa pada bagian tumbuhan yang sakit akan tumbuh ke
bagian tumbuhan yang sehat (Elfina, 2013). Menurut Soni (2010),
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan
ke biakan segar tanpa terjadipencemaran. Pemindahan mikroorganisme
ini dilakukan dengan teknik aseptis untuk mempertahankan kemurnian
biakan selama pemindahan berulang kali. Jamur diidentifikasi secara
makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi secara makroskopis
dilakukan secara visual dengan menggunakan mata secara langsung
sedangkan identifikasi mikroskopis dilakukan dengan metode preparat
basah dengan cara meletakkan miselium pada gelas objek steril yang
telah ditetesi aquades steril, kemudian ditutup dengan gelas
penutup dan diamati dengan mikroskop binokuler dengan pembesaran
lemah (10 x 10), sedang (10 x 40), dan tinggi (10 x 100).
Pengamatan mikroskopis dilakukan 7 hari setelah inkubasi (Elfina,
2013). Metode atau teknik yang digunakan pada isolasi
mikroorganisme, yaitu metode tuang (pour plate), metode sebar
(spread plate), metode goresan (streak plate), Pengenceran
(dilution method), serta micromanipulator (teh micromanipulator
method). Metode tuang adalah suatu teknikdalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media
agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Dimana kelebihan
metode ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
meratapada media agar, metode ini cocok untuk isolasi mikroba yang
bersifat anaerob. Kekurangan metode ini adalah kurang cocok apabila
digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat aerob (Soni, 2010).
Metode sebar adalah teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di
dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur murni atau
menghapuskannya diatas media agar yang telah memadat. Bedanya
dengan metode tuang adalahpencampuran stok kultur bakteri dilakukan
setelah media agar memadat, sedangkan metode tuang kultur
dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan
metode sebar adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata pada media agar, dan metode ini digunakan untuk isolasi
mikroba yang bersifat aerob. Kekurangan metode ini adalah tidak
cocok digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat anaerob (Soni,
2010). Metode pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan suatu
suspensiberupa cairan spesies kemudian diencerkan dalam tabung
tersendiri. Daripengenceran tersebut kemudian diambil 1 ml umtuk
diencerkan lagi. Jika perlu, daripengenceran yang kedua diambil 1
ml untuk diencerkan lebih lanjut hinggapengenceran yang diinginkan.
Dari akhir pengenceran diambil kembali 1 ml untukdisebarkan pada
suatu medium padat sehingga kemungkinan besar akan
didapatkanbeberapa koloni yang tumbuh pada medium tersebut.
Dilakukannya pengenceranbertujuan untuk memperoleh biakan atau
koloni murni dari suatu medium. Selain metode yang disebutkan
diatas, terdapat metode lainnya yaitu metode micromanipulator,
dimana kita memerlukan kesabaran dalam pengerjaannya, selain itu
harganya sangat mahal, tetapi dengan menggunakan alat
micromanipulatorini kita dapat mengambil satu bakteri dari sekian
banyak bakteri dengan tidak ikut sertanya bakteri lain (Soni,
2010). Hasil isolasi dan identifikasi patogen dari kelompok satu
yaitu buah strawberry (Fragaria sp.) yang sakit, diperoleh
identifikasi patogen pada pengamatan makroskopis yaitu: warna
koloni hitam, tepi koloni rata, tekstur permukaan kasar, warna
sebalik koloni hitam, pola penyebaran tersebar, pengamatan
mikroskopis yaitu: terdapat konidium, hifa aseptat dan hasil
identifikasi Rhizopus stolonifer. Kelompok dua yaitu buah pisang
(Musa sp.) yang sakit, diperoleh identifikasi patogen pada
pengamatan makroskopis yaitu: warno kloni abu-abu, tepi koloni
rata, tekstur permukaan halus, warna sebalik koloni hitam, pola
penyebaran konsentris, pengamatan mikroskopis yaitu tidak terdapat
konidium, hifa aseptat dan hasil identifikasi Fusarium sp..
Kelompok tiga yaitu buncis (Phaseolus vulgaris) yang sakit,
diperoleh identifikasi patogen pada pengamatan makroskopis yaitu:
warna koloni putih (spora hitam), tepi koloni rata, tekstur
permukaan halus, warna sebalik koloni bening, pola penyebaran
tersebar, pengamatan mikroskopis yaitu: terdapat konidium, hifa
aseptat dan hasil identifikasi Colletotrichum lindemuthianum.
Kelompok empat labu siam (Sechium edule) yang sakit, diperoleh
identifikasi patogen pada pengamatan makroskopis yaitu: warna
koloni kuning, tepi koloni bergerigi, tekstur permukaan halus,
warna sebalik koloni merah kekuningan, pola penyebaran tersebar,
pengamatan mikroskopis yaitu: tidak terdapat konidium, hifa septat
dan hasil identifikasi Colletotrichum sp.. Kelompok lima yaitu daun
jambu biji (Psidium guajava) yang sakit, diperoleh identifikasi
patogen pada pengamatan makroskopis yaitu: warna koloni putih, tepi
koloni rata, tekstur permukaan halus, warna sebalik koloni hitam,
pola penyebaran konsentris, pengamatan mikroskopis yaitu: terdapat
konidium, hifa aseptat hasil identifikasi Pestalotiopsis psidii.
Kelompok enam buah cabai (Capsicum annum) yang sakit, diperoleh
identifikasi patogen pada pengamatan makroskopis yaitu: warna
koloni putih, tepi koloni rata, tekstur permukaan halus, warna
sebalik koloni putih keorangean, pola penyebaran konsentris,
pengamatan mikroskopis yaitu: terdapat konidium, hifa aseptat dan
hasil identifikasi Gloeosporium piperatum. Menurut Soni, (2010),
dimana untuk bakteri terdapat bentuk tidakberaturan & menyebar,
bundar, dan rizoid. Sedangkan untuk tepiannya lebih beragam
meliputi licin, bercabang, berombak, berlekuk, dan siliat. Untuk
elevasi didominasidatar, cembung dan timbul. Dan untuk warna,
semuanya sama yaitu berwarna putih susu. Sedangkan untuk fungi
hanya satu bentuk yaitu berbenang-benang dengan tepian yang siliat,
elevasi yang datar serta berwarna putih susu. Peremajaan biakan
adalah upaya yang dilakukan untuk mempertahankan sifat alami
patogen yang diisolasi. Patogen yang diremajakan adalah jenis
patogen biakan murni yaitu patogen yang terdiri dari satu jenis
patogen yang dibutuhkan tanpa adanya kontaminasi. Perlakuan aseptik
dibutuhkan untuk mendapatkan biakan murni (Black, 1999). Peremajaan
mikroba bertujuan untuk memperoleh biakan yang baru sehingga
diharapkan dapat berkembang biak dengan baik. Hasil dari peremajaan
mikroba adalah mikroba yang masih muda sehingga dapat digunakan
dengan baiksesuai dengan fungsinya. Peremajaan biakan adalah
tindakan pemeliharaan kulturyang penting dalam mikrobiologi untuk
mencegah terjadinya kerusakan sel patogen. Kerusakan yang dapat
terjadi meliputi penurunan viabilitas dan stabilitas sel bahkan
suatu mikroba akan kehilangan potensinya sebagai suatu mikroba
(Black, 1999). Peremajaan biakan yang dilakukan dalam praktikum ini
diperoleh dari biakan murni patogen penyebab penyakit tanaman yang
tersedia dalam penyimpanan jangkapendek (aerob) dan penyimpanan
jangka panjang (parafin oil dan nitrogen cair). Penyimpanan isolat
dalam peremajaan biakan dilakukan selama tujuh hari. Peremajaan
dilakukan pada media agar dengan bahan media PDA dengan penggoresan
zig-zag (Meryandini, 2009). Pemurnian biakan murni bertujuan untuk
mendapatkan satu spesies dalam satu tabung pemeliharaan kultur.
Langkah-langkah pemurnian biakan murni adalah sebagai berikut,
koloni dengan karakter morfologi tertentu (koloni tunggal) dapat
dipisahkan satu dengan lainnya dengan cara mengambilnya dengan ose
(diusahakan koloni yang berjauhan). Kemudian digoreskan pada medium
agar pemurnian. Pengambilan dengan ose dapat memisahkan koloni
tunggal dengan yang lainnya. Untuk memurnikan kapang, ambil koloni
dengan karakter morfologi tertentu dengancara mengambilnya dengan
jarum enten kemudian menaruhnya pada satu titik media PDA pada
cawan petri. Jarum ose dan jarum enten yang digunakan
untukmemindahkan sedikit biakan bakteri dan kapang ke gelas obyek
harus disterilisasi dengan cara dipanaskan diatas lampu bunsen agar
terbebas dari mikroba (steril),begitu pula dengan bibir cawan petri
tempat koloni fungi (Soni, 2010). Penyebab penyakit busuk daun ini
adalah kapang patogen. Penyebaran spora atau patogen kapang melalui
angin, air atau serangga. Jika spora sampai ke daun basah, ia akan
berkecambah dengan mengeluarkan Zoospora atau langsung membentuk
tabung kecambah, kemudian masuk ke bagian tanaman, dan akhirnya
terjadi infeksi. Kasuspenyakit busuk daun biasanya sering terjadi
di daerah dataran tinggi yang bersuhu rendah dengan kelembaban
tinggi. Selain itu penyebaran spora patogen dipicu olehkeadaan
lingkungan udara yang relatif lembab (di atas 80%). Gejala pada
dauntanaman berupa hawar (blight) atau bercak berwarna abu-abu yang
berukuran besardengan bagian tengahnya agak gelap dan agak basah
(Purwantisari, 2008).
IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum
penyebab isolasi dan identifikasi jamur patogen dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :1. Rhizopus stolonifer menyebabkan
penyakit pada buah strawberry.2. Fusarium sp. menyebabkan penyakit
pada daun pisang.3. Colletotrichum lindemuthianum menyebabkan
penyakit pada buah buncis.4. Colletotrichum sp. menyebabkan
penyakit pada labu siam.5. Pestalotiopsis psidii menyebabkan
penyakit pada daun jambu biji.6. Gloeosporium piperatum menyebabkan
penyakit pada buah cabaiB. SaranSaran untuk praktikum kali ini
adalah asisten mampu menjaga praktikan agar selalu tertib dan
kondusif serta ruang praktikum agar disediakan AC agar praktikan
tidak kepanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad dan M. Maisaroh. 2004. Identifikasi dan Uji Patogenisitas
PenyebabPenyakit Hawar Daun pada Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal
ManajemenHutan Tropika Vol. X No. 1 : 67-75.
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New
Jersey : Prentince Hall.
Elfina yetti, Muhammad Ali, dan Siti Maysaroh. 2012. Idenifikasi
Gejala dan Penyebab Penyakit Buah Jeruk Impor Dipenyimpanan di Kota
Pekanbaru. Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Isolasi DanPemurnian
Mikrobia. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas
TeknikUniversitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Lecomte julie, Marc St-Arnaud & Mohamed Hijri. 2011.
Isolationand identication of soil bacteria growing at the expense
of arbuscular mycorrhizal fungi. De partement de sciences
biologiques, Institut de recherche en biologie vege tale,
Universite de Montre al, Montre al, QC, Canada.
Meryandini Anja et al. 2009. Isolasi bakteri selulolitik dan
karakterisasi enzimnya.Makara Sains 2009; 13: 33-38.
Ogoshi, A., B. Sneh and L. Burpee. 1985. Identification of
Rhizoctonia sp. APSPress. Minnesota.
Perhutani. 1999. Selayang Pandang Persemaian Permanen
Pongpoklandak KPH Cianjur. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KPH
Cianjur. Cianjur.
Purwantisari, S., Rejeki Siti Ferniah, dan Budi Raharjo. 2008.
Pengendalian HayatiPenyakit Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens
Hayati Jamur-jamurAntagonis Isolat Lokal. BIOMA, Desember 2008
ISSN: 1410-8801 Vol. 10,No. 2, Hal. 13-19.Sadiqul, M. 2010.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada
Univ Press.Yogyakarta.
Soni, 2010. The Biochemistry and Physiology ofInfectious Plant
Diseases. D. Van Nostrand. New Jersey.
Soni, Ahmad. 2010.Skripsi: Isolasi Dan Pemurnian Mikroba, Teknik
Pemeliharaan Kultur Murni Dan Perhitungan Angka Lempeng Total
(Total Plate Count=Tpc). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam UniversitasBrawijaya, Malang.