BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyebab penyakit tanaman dapat berasal dari faktor biotik ataupun abiotik,untuk mengetahui penyebabnya maka perlu adanya identifikasi gejala awal dilapang. Faktor biotik yang sering menyerang tanaman salah satunya dari jamur, jamur dapat berkembang dalam tubuh inang dengan menempel dan kemudian bercambah membentuk haustorium dalam tubuh tanaman inang yang kemudian infeksi tersebut dapat menyebabkan sakit dalam diri inang hingga dapat menyebakan kematian pada inang. Untuk mengetahui lebih spesifik dari jamur tersebut maka perlu dilakukan pengujian dalam laboratorium. Pengujian dalam laboratorium dapat dilakukan dengen mengisolasi bagian tanaman yang sakit dari inang ke media buatan,kemudia setelah didapatkan biakan jamur dapat dilakukan proses purifikasi untuk mendapatkan koloni jamur yang murni,dan setelah itu dapat dilakukan identifikasi dengan menggunakan mikroskop. Oleh sebab itu dalam pratikum mikologi tumbuhan mahasisawa perlu mempratikan dan mengetahui bagaimana cara isolasi, purifikasi hingga identifikasi dengan benar. I.2 Tujuan Pada Praktikum ini bertujuan untuk: 1.Mengetahui cara untuk isolasi, purifikasi, dan identifikasi jamur patogen tanaman.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyebab penyakit tanaman dapat berasal dari faktor biotik ataupun
abiotik,untuk mengetahui penyebabnya maka perlu adanya identifikasi gejala
awal dilapang. Faktor biotik yang sering menyerang tanaman salah satunya
dari jamur, jamur dapat berkembang dalam tubuh inang dengan menempel dan
kemudian bercambah membentuk haustorium dalam tubuh tanaman inang yang
kemudian infeksi tersebut dapat menyebabkan sakit dalam diri inang hingga
dapat menyebakan kematian pada inang. Untuk mengetahui lebih spesifik dari
jamur tersebut maka perlu dilakukan pengujian dalam laboratorium.
Pengujian dalam laboratorium dapat dilakukan dengen mengisolasi bagian
tanaman yang sakit dari inang ke media buatan,kemudia setelah didapatkan
biakan jamur dapat dilakukan proses purifikasi untuk mendapatkan koloni jamur
yang murni,dan setelah itu dapat dilakukan identifikasi dengan menggunakan
mikroskop. Oleh sebab itu dalam pratikum mikologi tumbuhan mahasisawa
perlu mempratikan dan mengetahui bagaimana cara isolasi, purifikasi hingga
identifikasi dengan benar.
I.2 Tujuan
Pada Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara untuk isolasi, purifikasi, dan identifikasi jamur patogen
tanaman.
2. Mengetahui karakteristik atau kenampakan dari spesies jamur pathogen
tanaman.
I.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam praktikum ini adalah untuk engetahui
cara untuk isolasi, purifikasi, dan identifikasi jamur patogen tanaman dan untuk
mengetahui karakteristik atau kenampakan dari spesies jamur pathogen
tanaman apakah sesuai yang diinginkan atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jamur (2 b.ind 1 b.ing)
Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan
karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora,
tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai akar, batang, daun dan
sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Umumnya jamur
berbentuk benang, bersel banyak, dan semua bagian jamur tersebut memiliki
potensi untuk tumbuh. Setiap lembar benang disebut hifa, dan kumpulan hifa
dinamakan miselium. Diameter hifa berkisar antara 0,5 – 100 mikron atau lebih
(Subahari, 2008).
Fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan
multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat
membentuk anyaman bercabang-cabang (miselium). Organisme yang disebut
jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid,
tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar dkk,
2006)
Fungi are organisms that have a nucleus, spores, lacking chlorophyll, a cell
wall composed of cellulose, chitin or a combination of both, in the form of
filaments or yarns branched insulated or not insulated. Threads on this fungus
called hyphae. Hyphae comprised of the nucleated cells one (uninucleate) or
two (binukleat). Fungal hyphae together to form a collection of hyphae is called
mycelium (Alexopoulos, 1996).
2.2 Peran Jamur (2 b.ind 1 b.ing)
Sebagai jamur antagonis, yaitu dengan menghambat pertumbuhan dan
mengendalikan patogen tanaman. Jamur yang berperan sebagai antagonis
misalnya Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.. Jamur juga berperan sangat
penting dalam fermentasi makanan dan obat-obatan. Sebagai contoh, jamur
yang termasuk kelompok Zygomycota, misalnya Rhizopus dapat digunakan
secara komersial pada pembuatan tempe. Beberapa jenis lain juga dapat
dikonsumsi oleh manusia seperti jamur merang (Volvariella volvacea), jamur
tiram (Pleutus sp.) dan jamur kuping (Auricularia polytricha). Dalam bidang
pertanian jamur membantu mengembalikan kesuburan tanah, sebagai
organisme pengurai dan bersimbiosis dengan akar tanaman contoh mikoriza
(Dewi, 2012).
Sebagai bahan obat-obatan, Jamur yang digunakan sebagai bahan obat-
obatan contohnya adalah Penicillium notatum. Jamur ini dapat dimanfaatkan
sebagai antibiotika. Antibiotika yang dihasilkan oleh jamur penicillium notatum
adalah penisilin. Penisilin ini mampu mengatasi penyakit infeksi oleh bakteri dan
virus. Cara kerja antibiotik ini adalah menghambat sintetis dinding sel bakteri
patogen. Sebagai dekomposer, Jamur juga dapat berperan sebagai
dekomposer atau pengurai organisme mati. Perannya sebagai dekomposer ini
mampu mempertahankan persediaan nutrien organik yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman Contoh jamur yang berperan sebagai dekomposer
adalah pilobolus yang menguraikan sampah organik berupa kotoran hewan dan
jamur kuping yang hidup di kayu (Firmansyah, 2008).
Fungi pathogens in other organisms (cause a disease). for example, skin
diseases, infections of the genitals, and a lung infection that can lead to death.
generally organisms that fungi is a plant widely attacked. many fungi attack
crops and may cause toxicity to humans who consume them (Campbell, 1998).
2.3 Morfologi Jamur
Fungi pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri fungi berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan,
dan reproduksinya. Fungi benang terdiri atas massa benang yang
bercabangcabang yang disebut miselium. Miselium tersusun dari hifa (filamen)
yang merupakan benang-benang tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun
dari filamen-filamen disebut thallus. Berdasarkan fungsinya dibedakan dua
macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat
membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Apabila hifa tersebut arah
pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa
yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat. Berdasarkan bentuknya
dibedakan pula menjadi dua macam hifa, yaitu hifa tidak bersepta dan hifa
bersepta. Hifa yang tidak bersepta merupakan ciri jamur yang termasuk
Phycomycetes (Jamur tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel yang memanjang,
bercabang-cabang, terdiri atas sitoplasma dengan banyak inti (soenositik). Hifa
yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi, atau yang termasuk
Eumycetesi (Sumarsih, 2003).
2.4 Deskripisikan Kelas Jamur Sebagai Patogen Tanaman
1. Kelas Plasmodiophoromicetes
Merupakan parasit pada tanaman dan jamur lainnya, yang berkembang
baik dalam jaringan inangnya dan menyebabkan gejala hiperplastik pada
tanaman inang dan menghasilkan bentuk-bentuk seperti tumor. Contoh
Plasmodiophora penyebab penyakit akar gada, Spongospora subterranae
penyebab penyakit garis bertepung (Sastrahidayat, 2011).
2. Kelas Chytridiomycetes
Golongan Chytridiomycota bersifat uniseluler, berkoloni, dan memiliki
alat gerak yang terletak pada bagian posterior. Hifa Chytridiomycota
senositik, septum akan mulai dibentuk apabila fungi akan membuat alat
reproduksi sporangium. Reproduksi seksual berlangsung dengan cara
kopulasi. Chytridiomycota banyak terdapat di tanah sebagai saprofit yang
hidup pada bahan organik (Indrawati Gandjar, 2006). Contohnya Olpidium
brassicae merupakan veltor virus dan parasite pada kubis dan tanaman lain
(Sastrahidayat, 2011).
3. Kelas Oomycetes
Jamur yang menyebabkan penyakit hawar daun pada tanaman
kentang dan embun palsu pada tanaman anggur, gejala yang tampak dari
penyakit ini adalah timbulnya garis-garis hijau muda pada permukaan daun
setelah itu warna putih muncul pada permukaan bawah daun, selanjutnya
bagian yang terserang akan mengering, sehingga daun akan mengkriting
dan gugur. Contoh Pytthium dan Phytophthora infestan (Sastrahidayat,
2011).
4. Kelas Zygomycetes
Jamur yang menyebabkan busuk lunak pada ubi jalar, gejala yang
nampak yaitu pada kulit umbi yang terinfeksi oleh jamur ini terdapat bercak
berwarna coklat atau kehitaman yang tidak teratur, kemudian umbi yang
terserang menjadi lunak, berair dan berserat-serat, pada daging buah mula-
mula berwarna kuning akan menjadi putih dan lunak. Contoh Rhizopus sp
(Sastrahidayat, 2011).
5. Kelas Ascomycetes
Gejala yang ditimbulkan biasanya yaitu timbul bintik-bintik kecil
berwarna hijau gelap (lebih gelap dari jaringan normal) pada daun, bunga,
ranting atau cabang, kemudian bintik teresbut akan berwarna kehitaman,
yang mengakibatkan mati kering. Contohnya penyakit yang disebabkan
oleh jamur ini yaitu, penyakit “scab” pada tanaman apel, penyakit busuk
buah dan kanker batang pada tanaman pear atau apel, penyakit tepung
pada tanaman apel. Contoh Taphrina deformans (Sastrahidayat, 2011).
6. Kelas Basidiomycetes
Gejala yang ditimbulkan oleh jamur ini yaitu pada daun terdapat
bercak-bercak seperti karat, setelah daun terinfeksi, daun akan mati
sebelum tua dan tanaman akan tumbuh kerdil. Contohnya pada penyakit
karat pada serelia. Contoh Ustilago maydis. Kelas ini ditandai dengan
adanya septa dan dikaryotik miselium, sering membentuk clamp connection
dan mempunyai basidium yang mengandung 2-8 basidiospora.
Basidiomycetes biasanya saprofit. Siklus hidup suatu basidiospora haploid
berkecambah dan membentuk suatu miselium bersepta dengan sel-sel
monokaryotik. Perkembangan aseksual dilakukan oleh konidium. Contoh
Hemileia vastatrix penyebab penyakit karat daun kopi (Sastrahidayat,
2011).
7. Kelas Deuteromycetes
Gejala awal dari serangan jamur ini ialah terjadinya pemucatan daun
dan tulang daun, daun akan menguning dan layu sehingga daun mudah
gugur. Contohnya pada penyakit layu pada tanaman tomat. Contoh
Colletotricum capsici (Sastrahidayat, 2011). Kelas ini sering disebut dengan
jamur imperfekti atau jamur aseksual. Miselium berkembang dengan baik,
bersepta, bercabang. Reproduksi seksual sangat jarang ditemukan, bahkan
tidak ditemukan sama sekali atau tidak diketahui fase seksualnya. Spora
aseksualnya disebut sebagai konidium dibentuk pada konidiofor yang
tumbuh tunggal atau dalam kelompok yang terwadahi dalam struktur
khusus seperti sporodochium dan synnemata, atau diproduksi dalam
struktur yang diketahui sebagai pinidium dan servulus. Contoh lain
Fusarium oxysporum (Abadi, 2003).
2.5 Pengertian Isolasi Patogen dan Purifikasi
A. Isolasi
Isoolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang
berasal dari campuran bermacam-macam mikroba (Krisno, 2011).
Isolasi ialah proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya
untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium
(Semangun, 1996)
Isolation constitute techniques to separate microbes from a sample
containing mixtures of microbes (Pelczar, 1986)
B. Purifikasi
Purifikasi adalah suatu cara untuk memisahkan satu pathogen dari
pathogen lainnya yang tujuannya untuk mendapatkan biakan yang murni
(Agrios, 1996)
Purifikasi atau disebut juga pemurnian adalah pemisahan satu jenis
mikroorganisme patogen dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja,
dari beberapa macam mikroorganisme dalam satu media, purifikasi ini
dilakukan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian patogen tersebut
(Semangun, 1996).Purification is the process of rendering something pure,
i.e. clean of foreign elements and/or pollution (Pelczar, 1986)
2.6 Karakteritik Spesimen (Gejala, Morfologi,Edipemi,Kenapakan makro dan mikro
pada media PDA)
A. Fusarium Oxisforum
1. Gejala
Layu fusarium umumnya terjadi pada pertengahan musim panas
ketika temperatur udara dan tanah tinggi. Awal terbentuknya penyakit
tanaman ini adalah perubahan warna daun yang paling tua menjadi
kekuningan (daun yang dekat dengan tanah). Seringkali perubahan
warna menjadi kekuningan terjadi pada satu sisi tanaman atau pada
daun yang sejajar dengan petiole tanaman. Daun yang terinfeksi akan
layu dan mengering, tetapi tetap menempel pada tanaman. Kelayuan
akan berlanjut ke bagian daun yang lebih muda dan tanaman akan
segera mati. Batang tanaman akan tetap keras dan hijau pada bagian
luar, tetapi pada jaringan vaskular tanaman, terjadi diskolorisasi,
berupa luka sempit berwarna cokelat. Diskolorisasi dapat dilihat dengan
mudah dengan cara memotong batang tanaman didekat tanah dan
akan terlihat luka sempit berbentuk cincin berwarna cokelat, diantara
daerah sumbu tanaman dan bagian terluar batang (Cahyono, 2008).
2. Morfologi
Cendawan Fusarium sp mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu
mikrokonidia (terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan
klamidospora (pembengkakan pada hifa). Makrokonidia berbentuk
melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai
satu atau tiga buah sekat. Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1
atau 2, dan paling banyak dihasilkan di setiap lingkungan bahkan pada
saat patogen berada dalam pembuluh inangnya. Makrokonidia
mempunyai bentuk yang khas, melengkung seperti bulan sabit, terdiri
dari 3-5 septa, dan biasanya dihasilkan pada permukaan tanaman yang
terserang lanjut. Klamidospora memiliki dinding tebal, dihasilkan pada
ujung miselium yang sudah tua atau didalam makrokonidia, terdiri dari
1-2 septa dan merupakan fase atau spora bertahan pada lingkungan
yang kurang baik. Menurut Agrios (1997) dalam Susetyo (2010),
miselium yang dihasilkan oleh cendawan patogen penyebab penyakit
layu ini mulanya berwarna putih keruh, kemudian menjadi kuning pucat,
merah muda pucat sampai keunguan.
3. Epidemi
Fusarium oxysporum yang terdapat disuatu daerah dapat
disebabkan oleh penyaluran tanaman yang terinfeksi saat manusia
beraktifitas. Patogen dapat berpindah dari jaringan tanaman yang sakit
sebagai klamidospora yang dirangsang berkecambah oleh inang atau
kontak dengan jaringan sehat tanaman rentan. Miselia dan konidia
hasil perkecambahan klamidospora yang diproduksi setelah 6-8 jam, 2-
3 hari kemudian akan menginfeksi akar sekunder atau tersier. Patogen
masuk ke zona vaskular dari rimpang akar tanaman yang sakit,
kemudian bergerak keluar dari sistem vaskular masuk ke sel parenkim.
Selanjutnya konidia terbentuk dan klamidospora terbentuk di dalam
tanah ketika tanaman mati, berlangsung aktif sampai beberapa tahun.
Fusarium oxysporum umumnya terdapat pada jaringan xilem. Parenkim
yang mengelilingi jaringan vaskular akan mati, sebelumnya terjadi
invasi cendawan dan selanjutnya berlangsung dalam lumen sel (Perez
dan Vicente, 2004).
4. Kenampakan Makroskopis dan Mikroskopis
Kenampakan Makroskopis
Koloni pada media OA (Oat Agar) atau PDA (25˚C) mencapai
diameter 3,5 - 5,0 cm. Miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti
kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem
dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat dekat permukaan
medium. Sporodokia terbentuk hanya pada beberapa strain.
Sebaliknya koloni berwarna kekuningan hingga keunguan. Konidiofor
dapat bercabang dapat tidak, dan membawa monofialid (Kirnando,
2011)
Gambar : Makroskopis Fusarium Oxysforum
Kenampakan Mikroskopis
Jamur Fusarium sp. mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu
mikrokonidia (terdiri dari 1-2 septa), makrokonidia (3-5 septa), dan
klamidospora (pembengkakan pada hifa). Mikrokonidia berbentuk bulat
telur, tidak bersekat atau bersekat satu dengan ukuran 8-12 x 3 µm
pada perbesaran 400x . Makrokonidia berbentuk bulan sabit dengan
sekat 3-5, berukuran 27,536,25 x 3-5 µm). Hifa bersekat dan
bercabang (Gambar 4B2). Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Semangun (2004), bahwa Fusarium sp. memiliki struktur yang terdiri
dari mikronidium dan makronidium. Konidiofor A B 3 1 2 21 bercabang-
cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering
kali berpasangan.
Kenampakan Mikroskopis Fusarium Oxysporum
B. Colletotricum gloesporiodes
1. Gejala
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang
agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange
dan coklat. Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro
skelerotia dan aservulus), apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah
akan berwarna orange atau merah muda. Luka yang ditimbulkan akan
semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris dengan
ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang tidak lama
buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan
penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. (Melin.2014).
Penyakit ini juga dapat timbul pada buah, terutama buah yang
masih pentil atau buah muda. Pada buah muda bintik-bintik coklat
berkembang menjadi bercak coklat berlekuk. Selanjutnya buah akan
layu, mengering dan mengeriput. Serangan pada buah tua akan
menyebabkan busuk kering pada ujung buah (Semangun, 2004). Buah
muda yang terserang menjadi keriput kering atau menyebabkan gejala
busuk kering. Busuk kering karena serangan penyakit ini ditandai
dengan terjadinya lingkaran berwarna kuning pada batas jaringan yang
busuk dan jaringan yang sehat. Daun-daun muda rentan selama lebih
kurang 5 hari pada waktu kuncup membuka (bud break) dan daun
selama 10 hari, daun berkembang sampai membuka penuh, warnanya
berubah dari warna perunggu menjadi hijau pucat. Pada waktu ini
kutikula sudah terbentuk dan daun menjadi cukup tahan. Pada daun
yang lebih dewasa serangan Colletotrichum dapat menyebabkan tepi
dan ujung daun berkeriput, dan pada permukaan daun terdapat bercak-
bercak bulat berwarna coklat dengan tepi kuning, bergaris tengah 1 – 2
mm. Bila stadia umur daun bertambah, bercak akan berlubang
ditengahnya dan bercak tampak menonjol dari permukan daun. Hal ini
dapat digunakan sebagai salah satu penanda yang penting adanya
serangan penyakit Colletotrichum (Semangun, 2004).
2. Morfologi
Pada permukaan organ yang diserang jamur ini membentuk tubuh
buah berupa aservulus yang menyembul dari permukaan organ yang
diserangnya. Aservulus berlilin, berbentuk cakram dengan beberapa bulu
atau duri berwarna cokelat tua diantara konidiofor (Semangun, 2004).
Konidium tidak berwarna (tetapi dalam jumlah banyak berwarna merah
salmon), bersel 1, jorong memanjang, agak melengkung, berukuran
panjang 10-15 µm dan lebar 5-7 µm, terbentuk pada ujung konidiofor
yang sederhana dan pendek (Semangun, 2004). Pada saat
berkecambah konidium yang bersel tunggal membentuk penetrasi
(Dickman, 1993). Pada medium PDA jamur membentuk koloni yang
mula-mula berwarna cokelat jingga tetapi kemudian menjadi cokelat
gelap. Menurut Dickman (1993), isolasi Colletotrichum gloeosporioides
dari bercak yang berbeda dapat menghasilkan isolat dengan warna
koloni dan virulensi yang berlainan.
Biasanya C. Gloesporioides biasanya memiliki miselium septa,
tidak berwarna,gelap ketika tua. Miselium membentuk massa sel
berdinding tebaldengan bentuk seperti badan buah, yang disebut
acervuli. Biasanya acervuli ini berada dalam jaringan inang tepat di
bawah sel epidermis, jamur ini juga mempunyai konidia yang berbentuk
pendek lonjong dan berwarna sedangkan konidiofor pendek dan di
antara keduanya dihasilkan seta mirip rambut berwarna hitam (Lucas et
al. 1985).
Patogen C. gloeosporioides membutuhkan air bebas atau
kelembaban relatif di atas 95% untuk perkecambahan konidia dan
pembentukan appressorium. Namun, konidia dapat bertahan selama 1-2
minggu pada kelembaban terendah 62% dan kemudian berkecambah
jika kelembaban 100%. Secara umum, infeksi terjadi pada suhu antara
200 -300 C. Diantara 200 -300 C ada rentang diantara suhu tersebut
sehingga variasi dalam suhu optimal untuk persyaratan perkecambahan
dan pembentukan appressorium antara isolat C. gloeosporioides dari
lokasi yang berbeda (Arauz, 2000).
3. Epidemi
C. Gloesporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada
bermacammacam tumbuhan inang, bahkan ada yang hanya hidup
sebagai saprofit. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup
secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada
cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk
dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air, dan
mungkin oleh serangga. Pembentukan konidium dibentuk oleh cuaca
yang lembab, sedang pemencaran konidium dibantu oleh percikan air
hujan maupun siraman (Semangun, 2004).
4. Kenampakan makro dan mikro pada media PDA
Kenampakan Makroskopis
Pada medium PDA jamur membentuk koloni yang mula-mula
berwarna cokelat jingga tetapi kemudian menjadi cokelat gelap. Menurut
Dickman (1993), isolasi Colletotrichum gloeosporioides dari bercak yang
berbeda dapat menghasilkan isolat dengan warna koloni dan virulensi
yang berlainan C. gloeosporioides yang berumur muda berwarna putih
dan kemudian berangsur-angsur berubah menjadi orange dan keabu-
abuan saat sudah tua
Koloni pada medium PDA
Kenampakan Mikroskopis
C.gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian yang mati
(nekrosis) yang berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang
berseta sangat jarang atau tidak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat,
memanjang atau tidak teratur. Seta mempunyai panjang yang bervariasi,
bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil
ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium
berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung,
hialin, tidak bersekat, berinti. Konidiofor berbentuk tabung, tidak
bersekat, hialin atau coklat pucat (Semangun, 2004)
Gambar Mikroskopis Konidia dan konidiofor C.gloeosporioides
C. Ustilago maydis
1. Gejala
Gejala ditemukan pada tongkol jagung, gejala awalnya berupa
pembengkakan atau gall yang dibungkus dengan jaringan berwarna
putih kehijauan sampai putih perak mengkilat. Bagian dalam gall
berwarna gelap dan berubah menjadi massa tepung spora berwarna
coklat sampai hitam. Gall dapat terjadi pada semua bagian tanaman
jagung. Gall pada tongkol apabila sudah mencapai pertumbuhan
maksimal dapat mencapai diameter 15 cm. Gall pada daun tetap kecil
dengan diameter 0,6-1,2 cm. Apabila bunga jantan terinfeksi, maka
semua tongkol pada tanaman tersebut terinfeksi penyakit gosong
(Wakman dan Burhanuddin, 2007).
Biji-biji yang terinfeksi membengkak, membentuk kelenjar-kelenjar
(gall, cecidia). Semula kelenjar berwarna putih, tetapi setelah jamur yang
terdapat didalamnya membentuk spora (teliospora), kelenjar berwarna
hitam, dengan kulit yang jernih. Dengan makin membesarnya kelenjar-
kelenjar, kelobot terdesak ke samping, sehingga sebagian dari kelenjar
itu tampak dari luar. Akhirnya kelenjar pecah dan spora jamur yang
berwarna hitam terhambur keluar (Semangun, 2004).
2. Morfologi
Ustilago maydis adalah cendawan penyebab penyakit gosong
bengkak pada tanaman jagung (Zea mays L.). Cendawan ini merupakan
dimorfik, artinya dalam siklus hidupnya dapat terjadi dua bentuk, yaitu
membentuk sel khamir dan membentuk misellium. Ustilago
maydis tumbuh dalam bentuk sel khamir haploid selama fase saprofit,
namun berubah menjadi miselium bersel haploid pada fase menginvasi
atau menginfeksi inang (AAK, 1993).
3. Epidemi
Ustilago maydis menghendaki keadaan iklim kering dan suhu
antara 26-340C. Periode inkubasi dari infeksi sampai timbul gall sekitar
satu sampai beberapa minggu. Pemupukan N tinggi dan pupuk kandang
meningkatkan penyakit gosong. S. reiliana menghendaki suhu tanah 21-
280C dan kelembaban tanah moderat sampai rendah 15 25%. Inang dari
S. reiliana meliputi pitscalegrass, sorgum dan sudangrass (Pabbage et
al., 2002)
4. Kenampakan makro dan mikro pada media PDA
Kenampakan Makroskopis
Cendawan ini merupakan dimorfik, artinya dalam siklus hidupnya
dapat terjadi dua bentuk, yaitu membentuk sel khamir dan membentuk
miselium. U. maydis tumbuh dalam bentuk sel khamir haploid selama
fase saprofit namun berubah menjadi miselium bersel diploid pada fase