LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGIPATOGEN TANAMAN (ISOLASI, PURIFIKASI,
IDENTIFIKASI)
Oleh :Nama : ALif Eka YunianNIM/Kelas : 1250402001111129
Kelompok : Rabu 11.00Asisten: Kartika N.Wibowo
JURUSAH HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHANPROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS
BRAWIJAYAMALANG2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKata mikologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari kata mykes yang berarti jamur dan logos yang berarti
ilmu, jadi mikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan
jamur. Sulit memberikan definisi yang tepat tentang jamur , karena
organisme yang dianggap jamur sangat bervariasi dalam bentuk, sifat
dan siklus hidupnya. Namun sekarang para ahli botani mencoba
mendefinisikan jamur tersebut berdasarkan ciri-ciri umum yang
dimilikinya.Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti
sejati) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatik
atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa
filamen atau benang-benang bercabang (multisesuler), berkembang
biak secara seksual dan aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari
kitin dan selulosa atau keduanya. Jamur tidak mempunyai klorofil
sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi makan sendiri
atau dengan kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida
sebagai sumber karbonnya. Oleh karena itu jamur memerlukan senyawa
organik baik dari bahan organik mati maupun dari organisme hidup
sehingga jamur dikatakan heterotrof. Jamur ini ada yang hidup dan
memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan
atau tumbuhan, dan dapat pula yang hidup dan memperoleh makanan
dari organisme hidup. Jamur hidup dan memperoleh makanan dari bahan
organik mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan
memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan parasit.Pada
umumya jamur yang hidup sebagai saprofit menguntungkan bagi
kehidupan manusia minsalnya sebagai dekomposer yang dapat
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan yang berupa senyawa
yang kompleks menjadi senyawa sederhana, dan kemudian dikembalikan
ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Jamur
saprofit juga penting dalam industri fermentasi minsalnya dalam
pembuatan bir, roti, tempe, dan juga digunakan dalam memproduksi
asam-asam organik, obat-obatan, vitamin, dan anti biotika seperti
penisilin, ampisilin, griseovulfin. Selain itu jamur saprofit juga
banyak yang dikonsumsi olah manusia minsalnya jamur merang, jamur
tiram, jamur kuping.Sedangkan jamur yang hidup sebagai parasit
umumnya merugikan karena dapat menyebabkan berbagai penyakit pada
tumbuhan, hewan dan manusia.Tapi tidak semua jamur yang berasosiasi
dengan tumbuhan merugikan, tetapi ada yang menguntungkan bagi jamur
dan tumbuhan. Hifa jamur membentuk organ khusus dengan akar tanaman
yang dikenal dengan mikoriza. Belakangan ini jamur tidak hanya
menjadi pemikiran bagi ahli jamur tetapi juga bagi ahli sitologi,
ahli genetika dan biokimia yang menemukan bahwa jamur dapat menjadi
alat penelitian penting dalam mempelajari biologi dasar. Hal ini
disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang dibandingkan dengan
tumbuhan dan hewan
1.2 TujuanPraktikum ini bertujuan untuk :a. Mengetahui tentang
patogen tanaman b. Mengetahui cara untuk isolasi, purifikasi dan
identifikasi patogen tanaman khususnya jamur.
1.3 ManfaatPraktikum ini bermanfaat untuk menambah keterampilan
praktikan untuk isolasi, purifikasi dan identifikasi jamur patogen
tanaman..
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Patogen TanamanPatogen tanaman merupakan
organisme yang mengakibatkan tanaman menderita. Menderita dalam
arti umum adalah merasakan sakit dan gelisah, akan tetapi tumbuhan
tidak dapat merasakan sakit dan gelisah. Tumbuhan mengekpresikan
penderitaan tersebut kepada kita berupa perubahan proses fisiologi
yang terus menerus (kontinyu) dan perubahan struktural
(Bambang,2006). Patogen merupakan organisme yang mengakibatkan
penyakit tanaman, yaitu berupa perubahan proses fisiologi yang
kontinyu dan perubahan struktural. Proses perubahannya secara umum
disebut gangguan (Purnomo, 2006).Patogen adalah agen biologis yang
menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen
adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk
agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan
multiseluler (Warren, 2008). Patogen penyebab penyakit
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu cendawan, bakteri dan
virus. Serangan penyakit bukan hanya menghambat pembuahan, tetapi
juga bisa memusnahkan seluruh tanaman di suatu areal kebun
(Rahardi,2007)
2.2 Deskripsi Kelas Jamur yang Berpotensi sebagai Patogen
Tanaman a. Kelas PlasmodiophoromicetesMerupakan parasit pada
tanaman dan jamur lainya, yang berkembang biak dalam jaringan
inangnya dan menyebabkkan gejala hiperplastik pada tanaman inang
dan menghasilkan bentuk bentuk seperti tumor. Contoh Plasmodiophora
penyebab penyakit akar gada, Spongospora subterranae penyebab
penyakit garis bertepung (Sastrahidayat.2011)b. Kelas
ChytridiomycetesGolongan Chytridiomycota bersifat uniseluler,
berkoloni dan memiliki alat gerak yang terletak pada bagian
posterior. Hifa Chytridiomycota senositik, septum akan mulai
dibentuk apabila fungi akan membuat alat reproduksi sporangium.
Reproduksi seksual berlangsung dengan cara kopulasi.
Chytridiomycota banyak terdapat di tanah sebagai saprofit yang
hidup pada bahan organik (Indrawati Gandjar, 2006: 74). Contohnya
Olpidium brassicae merupakan veltor virus dan parasite pada kubis
dan tanaman lain (Sastrahidayat, 2012)c. Kelas OomycetesJamur yang
menyebabkan penyakit hawar daun pada tananman kentang dan embun
palsu pada tanaman anggur. gejala yang tampak dari penyakit ini
adalah timbulnya garis garis hiau muda pada permukaan daun setelah
itu warna putih muncul pada permukaan bawah daun, selanjutnya
bagian yang terserang akan mengering ,sehingga daun akan
mengkriting dan gugur. Contoh Pytthium dan Phytophthora infestan
(Sastrahidayat,2011).d. Kelas ZygomycetesJamur yang menyebabkan
busuk lunak pada ubi jalar. gejala yang nampak yaitu pada kulit
umbi yang terinfeksi oleh jamur ini terdapat bercak berwarna coklat
atau kehitaman yang tidak teratur. kemudian umbi yang teserang
menjadi lunak, berair dan berserat serat. pada daging buah mula
-mula berwarna kuning akan menjadi putih dan lunak. Contoh Rhizopus
sp (Sastrahidayat,2011).e. Kelas AscomycetesGejala yang ditimbulkan
biasanya yaitu timbul bintik bintik kecil berwarna hijau gelap
(lebih gelap dari jaringan normal) pada daun, bunga, ranting atau
cabang, kemudian bintik tersebut akan berwarna kehitaman. yang
mengakibatkan mati kering. contoh penyakit yag disebabkan oleh
jamur ini yaitu, penyakit scab pada tanaman apel, penyakit busuk
buah dan kanker batang pada tanaman pear atau apel, penyakit tepung
pada tanaman apel. Contoh Taphrina deformans
(Sastrahidayat,2011).f. Kelas BasidiomycetesGejala yang ditimbulkan
oleh jamur ini yaitu pada daun terdapat bercak bercak seperti
karat. setelah daun terinfeksi, daun akan mati sebelum tua dan
tanaman akan tumbuh kerdil. contohnya pada penyakit karat pada
serelia. Contoh Ustilago maydis. Kelas ini ditandai dengan adanya
septa dan dikaryotik miselium, sering membentuk clamp connection
dan mempunyai basidium yang mengandung 2-8 basidiospora.
Basidiomycetes biasanya saprofit. Siklus hidup suatu basidiospora
haploid berkecambah dan membentuk suatu miselium bersepta dengan
sel-sel monokaryotik. Perkembangan aseksual dilakukan oleh
konidium. Contoh Hemileia vastatrix penyebab penyakit karat daun
kopi (Sastrahidayat,2011).g. Kelas DeuteromycetesGejala awal dari
serangan jamur ini ialah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun.
daun akan menguning dan layu sehingga daun mudah gugur. contohnya
pada penyakit layu pada tanaman tomat. Contoh Collectotricum
capsici (Sastrahidayat,2011). Kelas ini sering disebut dengan jamur
imperfekti atau jamur aseksual. Miselium berkembang dengan baik,
bersepta, bercabang. Reproduksi seksual sangat jarang ditemukan,
bahkan tidak ditemukan sama sekali atau tidak diketahui fase
seksualnya. Spora aseksual disebut sebagai konidium dibentuk pada
konidiofor yang tumbuh tunggal atau dalam kelompok yang terwadahi
dalam struktur khusus seperti sporodochium dan synnemata, atau
diproduksi dalam struktur yang diketahui sebagai pinidium dan
servulus. Contoh lain Fusarium oxysporum (Abadi, 2003)
2.3 Peran Jamur2.3.1 Menguntungkan :a. Bidang industri makanan
dan minuman : Rhizopus oryzae, jamur fermentasi dalam pembuatan
pada tempe Saccharomyces cerevisiae, pada tape, alkhohol dan roti
Saccharomyces ovale, pada tape, alkohol dan roti. Saccharomyces
sake, jamur pada sake Aspergillus wentii, pada pembuatan kecap
Aspergillus oryzae, untuk tape Penicellium camemberti, untuk
pembuatan keju Penicellium roqueforti, untuk pembuatan keju
Volvariela volvacea, jamur merang. Neurospora crassa, berguna dalam
pembuatan oncom. Saccharomyces tuac, memfermentasi air nira menjadi
tuak. Saccharomyces ellipsoides, berperan sebagai memfermentasi
anggur menjadi minuman anggur. Aspergillus niger, berguna untuk
menjernihkan sari buah. Morchella esculenta, jenis jamur ini dapat
dibuat makanan Auricularia polytricha, jamur kuping, merupakan
salah satu jenis sayuran yang dapat dimakan dan enak rasanya.
Pleurotus, jamur tiram, terdapat pada kayu yang telah lapuk.
Merupakan salah satu jenis sayuran yang dapat dimakan dan enak
rasanya.
b. Bidang pertanian : jamur membantu mengembalikan kesuburan
tanah , sebagai organisme pengurai dan bersimbiossis dengan akar
tanaman contoh mikoriza.
c. Sebagai bahan obat-obatanJamur yang digunakan sebagai bahan
obata-obatan contohnya adalah Penicillium notatum. Jamur ini dapat
dimanfaatkan sebagai antibiotika. Antibiotika merupakan segolongan
senyawa, baik alami maupun buatan (sintetik) yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme.
Khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri atau virus. Antibiotika
yang dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum adalah penisilin.
Penisilin ini mampu mengatasi penyakit infeksi oleh bakteri dan
virus. Cara kerja antibiotik ini adalah menghambat sintesis dinding
sel bakteri patogen (Campbell, 1998).
d. Sebagai dekomposerJamur juga dapat berperan sebagai
dekomposer atau pengurai organisme mati. Perannya sebagai
dekomposer ini mampu mempertahankan persediaan nutrien organik yang
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Tanpa adanya dekomposer,
elemen-elemen penting bagi tumbuhan, seperti karbon, nitrogen, dan
elemen lainnya akan terakumulasi di dalam bangkai dan sampah
organik sehingga tidak akan tersedia nutrien organik bagi tumbuhan
untuk tumbuh. Contoh jamur yang berperan sebagai dekomposer adalah
Pilobolus yang menguraikan sampah organik berupa kotoran hewan dan
jamur kuping yang hidup di kayu (Campbell, 1998).
2.3.2 Merugikan a. Pada tanaman : Phytophthora infestan,
penyakit pada kentang. Phytophthora nicotianae, penyakit pada
tembakau. Phytophthora faberi, penyakit pada karet.
Helminthosporium oryzae, hidup parasit sehingga dapat merusak
kecambah daun buah serta menimbukan noda-noda berwarna hitam pada
daun inangnya. Xylaria tabacina, parasit pada petai Cina. Claviceps
purpurea, parasit pada bakal buah gramineae. Puccinia graminis,
jamur karat, parasit pada rumput-rumputan, bertubuh mikroskopis.
Berwarna karat. Ustilago maydis, parasit pada jagung. Sclerotium
rolfsii, penyebab penyakit busuk pada tanaman budidaya.
b. Jamur penghasil racun : Aspergillus flavus, penghasil racun
oflaktoksin. Amanita phaloides, penghasil racun falin, yang dapat
merusak sel darah merah. Mucor mucedo, saprofit pada roti, kotoran
ternak, dan sisa makanan yang mengandung karbohidrat. Rhizopus
stolonifer, jamur ini disebut juga jamur roti hitam. Jamur ini
tumbuh dan berkembang pada roti apek. Polyporus giganteus, jamur
yang tumbuh dipapan yang lembab. Clavaria zippelli, merupakan jamur
liar di hutan dan beracun. Amanita phalloides, saprofit pada
kotoran ternak. Sangat beracun (Dewi,2012).
III. METODOLOGI 3.1 Pembuatan Media3.1.1 Alat dan Bahana. Alat
Pisau: mengupas dan memotong kentang menjadi kotak kotak kecil.
Bekker glass: mengukur cairan yang dibutuhkan. Saringan: menyaring
sari kentang setelah direbus. Cawan petri: wadah untuk media
perbanyakan. Panci: merebus kentang untuk mendapatkan sari kentang
dan merebus dengan dextrose dan agar. Kompor: memanaskan panci
untuk mendapatkan sari kentang. Spatula: mengaduk/menghomogenkan
campuran sari kentang, dextrose dan agar. Autoclave: mensterilkan
media PDAb. Bahan Kentang 200 gr: sumber karbohidrat. Dextrose 20
gr: sumber nutrisi. Agar 20 gr: memadatkan larutan (media). Akuades
1000 mL: melarutkan dan membersihkan alat. Anti bakteri: mematikan
bakteri Plastik wrap: menutup cawan petri yang berisi media agar
tetap Steril.3.1.2 Deskripsi alur kerjaKupas kentang dan cuci
bersih, kemudian potong-potong menjadi kotak-kotak kecil. Rebus
potongan kentang tersebut dalam 1000mL akuades sampai mendidih.
Saring campuran dengan kain tipis berlapis kapas, sehingga
diperoleh cairan ekstrak kentang yang bening. Tambahkan destrosa
20gr dan agar 20 gr ke dalam ekstrak tersebut, panaskan dan aduk
hingga homogen. Tambahkan sejumlah akuades hingga diperoleh volume
akhir 100mL dan atur pH medium menjadi 6-7. Tuang ke cawan petri
dan tutup dengan plastik wrap dan bungkus kertas. Sterilisasi
medium dengan menggunakan autoclave.
3.2 Isolasi Patogen 3.2.1 Alat dan Bahana. Alat Gunting/cutter:
memotong daun bergejala yang akan diisolasi. Pinset: meletakkan
daun yang telah dipotong pada media. Cawan petri: wadah media dan
daun bergejala untuk isolasi. Bunsen: menjaga daerah sekitar
isolasi tetap steril. Korek api: menyalakan api bunsen. Kamera:
dokumentasi.b. Bahan Daun jagung: bergejala bulai
(Peronosclerospora maudis) Daun teh: bergejala karat (Exobasidium
vexans) Plastik wrap: membungkus cawan petri untuk isolasi. Klorox
2: sebagai desinfektan. Alkohol 70%: mensterilkan alat dan bahan.
Aquadest: membersihkan alat dan membilas daun. Spirtus: isi bunsen.
Tissue: mengeringkan daun yang telah disterilkan. Media PDA: media
isolasi jamur patogen. Kertas label: memberi tanda pada cawan
petri.
3.2.2 Cara kerja
Bagian daun yang sakit dipotong dengan gunting/cutter, setengah
sehat setengah sakit. Siapkan 4 cawan petri berisi alcohol, klorox,
dan 2 cawan petri berisi aquades. Pertama, cuci bagian sampel daun
yang telah dipotong dengan alkohol 70% selama 1 menit, kemudian
klorox 1 menit. Bilas dengan aquades 2 kali. Keringanginkan dengan
tissue. Masukkan ke 3 potong daun dalam media PDA, sterilkan semua
alat tanam dengan Bunsen. Setelah ditanaman, bungkus dengan plastic
wrap, kemudian diinkubasi 5-7 hari dalam suhu kamar. Isolat diamati
setiap hari dan dokumentasikan.
3.3 Purifikasi Patogen3.3.1 Alat dan Bahana. Alat Jarum ose:
mengabil isolat jamur dari media PDA. Bunsen: menstrilkan jarum
ose. Korek api: menyalakan api bunsen. OHP: memberi tanda diameter.
Penggaris: mengukur diameter media purifikasi.
b. Bahan Media PDA: media purifikasi. Alkohol: mensterilkan
alat. Spirtus: isi bunsen. Plastik wrap: menutup cawan petri agar
tetap steril. Tissue: membersihkan alat. Isolat jamur: objek
purifikasi.
3.3.2 Cara Kerja
Lakukan sterilisasi alat dan lingkungan yang akan digunakan
untuk purifikasi. Media purifikasi dan cendawan yang akan di
purifikasi disiapkan. Buka media yang telah terdapat pathogen,
kemudian ambil potongan media yang terdapat patogennya menggunakan
jarum ose dan pindahkan pada media PDA yang baru untuk mendapatkan
biakan murni, kemudian tutup media biakan. Biakan murni dibiarkan
tumbuh sampai koloninya memenuhi seluruh permukaan cawan petri
kurang lebih 5-7 hari.
3.4 Pembuatan Preparat dan Identifikasi Patogen3.4.1 Alat dan
Bahana. Alat Jarum ose: mengambil hifa muda jamur patogen. Bunsen:
mensterilkan jarum ose. Korek api: menyalakan api bunsen. Kaca
preparat: tempat meletakkan hifa jamur patogen. Cover glass:
menutup hifa jemur patogen pada kaca preparat. Cawan petri: wadah
penyimpanan preparat sebelum diamati. Mikroskop: melihat penampakan
mikroskopis jamur patogen.b. Bahan Alkohol: mensterilkan alat.
Spirtus: isi bunsen Aquadest: melembabkan tissue. Tissue:
membersihkan kaca preparat dan cover glass. Isolat jamur: objek
pengamatan. Plastik wrap: membungkus cawan petri yang besisi
preparat.3.4.2 Cara kerja
Sumber hifa diambi dari hasil purifikasi. Ambil hifa
terluar/yang paling muda dengan menggunakan jarum ose yang telah
disterilkn. Letakkan hifa pada preparat yang telah disterilkan
dengan alkohol dan dikeringkan dengan tissue. Tutup preparat dengan
cover glass dan disimpan pada cawan petri yang terdapat 2-3 lembar
tissue didalamnya dan dilembabkan dengan aquadest steril. Tutup
cawan petri dengan menggunakan plastik wrap dan diinkubasikan
selama 7 hari pada suhu kamar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Spesimen4.1.1 Marssonina rosaeSpesimen praktikum
menggunakan tanaman mawar yang terserang Marssonina rosae.
Marssonina rosae merupakan salah satu spesies yang termasuk dalam
kelompok deuteromycetes. Spesies ini dimasukkan dalam kelompok
deuteromycetes karena masih belum diketahui reproduksi seksualnya.
Marssonina rosae, tahap conidial dari Diplocarpon rosae, sebuah
discomycete, menyebabkan bintik hitam. Beberapa spesies Diplocarpon
juga memiliki tahap Entomosporium yang tidak sempurna. Klasifikasi
dari Marsonina rosae adalah Divisi Deuteromycetes, Class
Leotiomycetes, Ordo Melanoconiales, Famili Helotiales, Genus
Marsonina dan Spesies Marsonina rosae. Dilapang, gejala ini
ditandai dengan adanya bintik-bitik hitam pada daun, daunnya yang
menguning dan layu. Berdasarkan penjelasan literatur gejala
Marsonina rosae adalah bintik-bintik hitam pada permukaan daun dan
menyebabkan daun menguning, akhirnya berguguran sebelum waktunya.
Infeksi berat dan berkepanjangan menyebabkan pembentukan bunga
tidak sempurna. Bintik hitam (black spot) ini disebabkan infeksi
cendawanMarssonina rosae, yang banyak muncul di daerah-daerah
banyak hujan (Wintarto, 1997). Selain itu, Gejala dari M. rosae
ditandai dengan dengan munculnya bintik-bintik pada permukaan daun
berbentuk bulatan-bulatan kecil dengan tepi bergerigi.
Lama-kelamaan daun menguning, akhirnya layu dan berguguran.
Penyakit ini sering menginfeksi mawar-mawar kelompokhybrid tea,
hybrid perpetual, polyantha,dantea rose. Pada varietas yang tahan
terhadapblack spot, daun-daunnya tetap hijau dan tidak gugur meski
ada bintik hitamnya. Gejala serangan pada daun yang berumur 4-6
minggu setelah perompesan (pemotongan ranting dan daun yang tidak
produktif). Mulanya pada daun timbul bercak putih tidak teratur,
berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari
daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur (Topan, 2012)Bercak
hitam ini disebabkan cendawan (jamur) Marsonina rosae (Lib.) Lind.
(Black spot). Gejala dapat terjadi pada tangkai daun, batang, dasar
bunga, kelopak dan tajuk bunga. Daun yang terserang akan mudah
berguguran. Pengendalian non-kimiawi dengan memangkas bagian
tanaman yang sakit dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi).
Pengendalian kimiawi disemprot fungisida yang berbahan aktif
Propineb dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan (Prihatman,
2000)
Menurut Wintarto (1997), Penyakit akan cepat berkembang pada
suhu udara sekitar 21C, bila daun basah,atau udara lembap. Spora
cendawan dapat menyebar ke bagian tanaman atau percikan air hujan
atau siraman. Sebagai pencegahan dilakukan penyiraman dengan
irigasi tetes atau lep, dan hindari daun menjadi basah. Bila
terpaksa menyiram dengan system spray sebaiknya dilakukan pagi
hari, sehingga menjelang malam tidak ada lagi air yang menempel di
daun. Pengendalian secara kimia dengan menyemprotkan fungisida
berbahan aktif tembaga, maneb, ferbam, propineb atau mancozeb.
Gambar 1. Gejala Marsonina rosae (Google image,2015) Gambar 2.
Pertumbuhan Marsonina rosae pada PDA (kiri) dan Mikroskopis
Marsonina rosae (kanan) (Google image,2015)
4.1.2 Fusarium oxysporumSpesimen kedua yang harus dibawa pada
saat praktikum adalah tanaman tomat yang terserang Fusarium
oxysporum. Namun kelompok kami tidak membawa spesimen. Penyakit ini
ditandai dengan daun yang menguning dan layu. Klasifikasi dari
jamur ini adalah Kingdom Fungi, Divisio Eumycota, Sub divisio
Deuteromycotina, Class Deuteromycetes, Ordo Moniliales, Famili
Tuberculariaceae, Genus Fusarium, Species Fusarium oxysporum.
Serangan cendawan Fusarium oxysporum ditandai dengan gejala
menguningnya daun-daun tua yang kemudian menjalar ke atas. Tulang
daun memucat dan berwarna keputihan. Tanaman terkulai karena
penyerapan unsur hara maupun air tidak bisa dilakukan. Hal ini
disebabkan berkas pembuluh pengangkut membusuk. Jika tanah di
sekitar lubang tanam dibongkar, tampak akar tanaman membusuk dan
berwarna kecokelatan. Jika pangkal batang dipotong secara
melintang, terdapat lingkaran cokelat kehitaman berbentu cincin,
yang menunjukkan bahwa berkas pembuluh pengangkut rusak. Jika
menyerang pembibitan, tunas tiba-tiba layu dan tanaman mati.
Fusarium menyebabkan layu pembuluh pada banyak tanaman sayuran,
bunga, buah, dan serat. Kebanyakan jenis-jenisnya yang penting
termasuk kompleks Fusarium oxysporum. Ada banyak sekali forma
khusus (formae speciales, f.sp.), yang masing-masing mempunyai
kisaran inang yang terbatas dan seringkali memiliki sejumlah ras
patogen (Shivas dan Beasley, 2005).Pada tanaman yang masih sangat
muda penyakit dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak,
karena pada pangkal terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang.
Sedangkan pada tanaman dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan
terus dan membentuk buah, tetapi hasilnya sangat sedikit dan
buahnya pun kecil-kecil (Semangun, 1991). Berdasarkan penjelasan
Walker (1952), di pertanaman penyakit bisa muncul pada waktu
kondisi yang menguntungkan. Daun menguning, pertama kali muncul
pada daun tua, biasanya daun sebelah bawah, selanjutnya daun layu
dan mati, dan gejala berlanjut ke daun muda. Satu persatu
cabang-cabang mulai terinfeksi. Dalam beberapa minggu penyakit
berkembang cepat, pencoklatan pada berkas pembuluh dapat dilihat
pada pangkal batang. Keseluruhan tanaman akhirnya terinfeksi, dan
biasanya kejadian ini menjadikan layu keseluruhan pada tanaman,
hingga akhirnya mati, dan batang kering seperti kayu.
Gambar 3. Pertumbuhan Fusarium oxysporum pada PDA (kiri) dan
Mikroskopis Fusarium oxysporum (kanan) (Google image, 2015)
Gambar 4. Gejala penyakit Fusarium oxysporum (Google image,
2015)
Fusarium oxysporum membentuk miselium bersekat, membentuk
percabangan dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium
agar yang mengandung ekstrak sayuran. Awalnya miselium tidak
berwarna, semakin tua warna menjadi krem atau kuning pucat dalam
keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu (Gandjar, et al.,
1999). Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora. Jamur
banyak membentuk mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna,
lonjong. Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan,
bersekat dua atau tiga (Agrios, 1996)
4.2 Hasil Pengamatan4.2.1 Tabel Hasil Pengamatan (apabila tidak
cukup dapat dikerjakan pada lembar yang berbeda dan dibuat
landscape)a. Isolasi Patogen No.Nama PatogenDokumentasi 1
HariSetelah IsolasiDokumentasi 7Hari Setelah Isolasi (beri tanda
koloni yang dipurifikasi)Keterangan
1Fusarium oxysporumHifa tumbuh menyebar dan warnanya putih
seperti kapas
2 Marsonina rosaeMiselium hampir mrata di cawan dan berwarna
putih kemudian menghitam
b. Purifikasi Patogen Nama PatogenDokumentasi 1 HariSetelah
PurifikasiDokumentasi 7 Hari Setelah Purifikasi (beri tanda koloni
yang diidentifikasi)Keterangan
Fusarium oxysporum1 HSP Koloni belum tampak tumbuh hifa.
7 HSP miselium berwarna putih dan lama kelamaan berwarna coklat
kehitaman, tekstur lembut dan pertumbuhan menyebar
Bercak Hitam (Marsonina Rosae)(Cawan 1)
(Cawan 2)
(Cawan 1)
(Cawan 2)
1 HSP pada cawan 1 mmulai tumbuh hifa dan cawan 2 med rusak tapi
tumbuh hifa.7 HSP pada cawan 1 hifa tumbuh meluas menjadi miselium,
berwarna putih, cawan 2 media kontam berwarna hitam merata pada
media.
c. Identifikasi Mikroskopis PatogenNoNama
PatogenSpora/KonidiaHifaKeterangan
1.Bercak Hitam (marsonina rosae)Belum ditemukan
Lurus, tidak bersekatSesuai, namun belum tampak konidia
2.Layu Fusarium oxysporum
4.3 PembahasanPada praktikum kelompok kami hanya melakukan
isolasi, purifikasi dan identifikasi pada isolat jamur Marsonina
rosae pada mawar. Sementara pada isolate Fusarium oxysporum pada
kentang, kami hanya mengambil data dari kelompok kelas lain. Hasil
pengamatan yang sudah didapatkan pada isolasi Marsonina rosae
adalah..dapat diketahui bahwa isolasi kedua isolat sampai pada 7
HSI (hari setelah isolasi) kondisi dari perkembangan isolat tidak
mengalami adanya kontaminasi dari faktor manapun. Sementara itu
hasil isolasi Fusarium oxysporum dari kelas lain menunjukkan
pertumbuhan dari miselium yang awalnya tidak berwarna (putih)
berubah menjadi putih keabu-abuan. Berdasarkan literatur, Fusarium
oxysporum dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar
yang mengandung ekstrak sayuran. Awalnya miselium tidak berwarna,
semakin tua warna menjadi krem atau kuning pucat dalam keadaan
tertentu berwarna merah muda agak ungu (Gandjar, et al., 1999)
Pada purifikasi Marsonina rosae dilakukan dua kali, hasil pada
cawan 1 menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan tidak adanya
kontaminasi dan miselium yang awalnya berwarna putih, koloni
terdapat di tengah berwarna abu-abu kehitaman dan tekstur misellium
lembut seperti kapas, pertumbuhannya menyebar rata. Sesuai dengan
literatur yang menyatakan, kenampakan morfologis dari M. rosae pada
media biakan yaitu berwarna kuning kecoklatan dan warna kuning
dominan di bagian ujung koloni (Hyuk Lee, 2011). Pertumbuhan dari
jamur ini untuk memenuhi media pemurnian memerlukan waktu sekitar
10-12 hari, jadi tergolong perkembangannya lambat. Sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa kenampakan morfologis dari
Marsonina rosae pada media biakan yaitu berwarna kuning kecoklatan
dan warna kuning dominan di bagian ujung koloni. Perkembangan
cendawan ini cukup lambat, sulit untuk dibiakkan secara in vitro.
Koloni berwarna coklat gelap sampai hitam tanpa daerah miselium,
berbentuk keriput pada permukaan dengan diameter 5-7 mm pada
permukaan media biakan setelah masa inkubasi 30 hari pada suhu 20C
(Hyuk Lee, 2011).Sedangkan hasil purifikasi dari jamur Fusarium
oxysporum kelas lain, menunjukkan perkembangan dengan ditandai
tumbuhnya miselium berwarna putih yang kemudian berubah menjadi
gelap yakni putih keabu-abuan. Menurut literature Gandjar et al.
(1999), Pertumbuhan dari koloni untuk dilakukkannya pemurnian
tergolong sedang karena memerlukan waktu sekitar 6-7 hari untuk
memenuhi media pemurnian. Selama dilakukannya purifikasi sampai
pengambilan koloni untuk identifikasi terlihat tidak adanya
kontaminasi. Fusarium oxysporum dapat tumbuh dengan baik pada
bermacam-macam medium agar yang mengandung ekstrak sayuran. Awalnya
miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem atau kuning
pucat dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu. Pada
miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora.Proses identifikasi
dilakukan untuk menentukan jenis jamur yang menyebabkan penyakit
pada tanaman inang yang dimaksud itu benar atau tidak. Hasil
identifikasi untuk isolat Marsonina rosae menunjukkan adanya
kenampakan berbentuk batang yang lurus, tidak bersekat dan tidak
bercabang yang kemungkinan merupakan hifa dari koloni yang
diidentifikasi. Pada koloni yang diidentifikasi tidak menunjukkan
adanya spora ataupun sporangium dikarenakan Marsonina rosae
merupakan kelompok jamur Deuteromycetes yang tidak membentuk spora,
sedangkan untuk konidia dan konidiofor kemungkinan masih belum
tumbuh. Hal ini mungkin karena pertumbuhan dari Marsonina rosae
yang lambat, sehingga konidia dan konidiofor pun belum terbentuk.
Menurut Hyuk Lee (2011), Konidianya bersekat, berbentuk hialin,
lurus sampi sedikit melengkung, obovoid, bersel 2 dan berkisar
12-14 x 4-6 m.Sedangkan hasil identifikasi dari Fusarium oxysporum
tidak ditemukan, karenaa tidak dilakukan pengamatan di mikroskop.
Namun, Menurut literarur, Fusarium oxysporum membentuk miselium
bersekat, membentuk percabangan. Miselium yang lebih tua terbentuk
klamidospora, jamur banyak membentuk mikrokonidium bersel satu,
tidak berwarna, lonjong. Makrokonidium lebih jarang terdapat,
berbentuk kumparan, bersekat dua atau tiga (Agrios, 1996).Dengan
demikian, berdasarkan penjelasan diatas, dari kedua spesimen yang
telah diamati dapat diketahui bahwa yang termasuk jamur patogen
tanaman yaitu isolat Marsonina rosae. Hal ini dikarenakan dari
proses isolasi, purifikasi dan identifikasi memiliki kesamaan ciri
maupun karakteristik seperti penjelasan pada berbagai literatur.
Sedangkan pada isolate Fusarium oxysporum tidak dapat diketahui
karena kami tidak menemukan hasil dokumentasi dari kelasa lain.
V. KESIMPULAN
5.1 KesimpulanKegiatan yang dilakukan yaitu isolasi, purifikasi
dan identifikasi. Purifikasi diperlukan untuk mendapatkan biakan
murni dari hasil isolasi patogen. Berdasarkan hasil identifikasi
tidak sesuai dengan jamur patogen yang diinginkan yaitu Exobasidium
vexans dan Peronosclerospora maydis. Hal ini terjadi karena adanya
kontaminasi dengan patogen lain.
5.2 Saran (untuk praktikum dan asisten)Untuk praktikum :
fasilitas untuk identifikasi lebih diperbaiki agar lebih jelas.
Untuk asisten : sippp banget mbak
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Purnomo, 2006.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman :
Penggolongan Penyakitdan Patogen TumbuhanDewi,I.U.2012.Peran Jamur
Dalam Kehidupan(Online). http://ikautaridewi
blogspot.com/2012/05/peranan-jamur-dalam-kehidupan.html.Diakses
tanggal 29 April 2015Rahardi,F.2007.Agar Tanaman Cepat
Berbuah.Agromedia:JakartaSastrahidayat,I.R.2011.Fitopatologi (Ilmu
Penyakit Tanaman). UB Press:MalangTopan, M Ali. 2012. Hama Penyakit
Tanaman Buah-Buahan. Fakultas Pertanian Universitas AndalasWarren,
Levinson. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology
Tenth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.