Page 1
TUGAS MATA KULIAH FARMAKOTERAPI
MAKALAHHIPERLIPIDEMIA
Disusun Oleh:
Ryan Wahyudin 260110100150
Aulia Siti Nurhayati 260110100151
Oktavia S D Sihombing 260110100152
Dewi Gayuh Lestari 260110100153
Marratussholikhah Nur Azizah 260110100154
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
Page 2
DAFTAR ISI
Definisi……………………………………………………………................. 1
Patofisiologi……………………………………………………...................... 2
Manifestasi klinik…………………………………………………………….. 3
Diagnosis………………………………………………………………………4
Terapi Farmakologi……….…………………………………………………. 5
Terapi non-Farmakologi………………………………………………..…… 15
Hasil Terapi Yang Diharapkan………………………………………………..17
Contoh Kasus dan Solusi……………………………………………………… 17
Daftar pustaka………………………………………………………………… i
Page 3
Hiperlipidemia
I. Definisi
Dislipidemia atau Hiperlipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL.
Klasifikasi menurut WHO
Fredricson Klasifikasi generik Klasifikasi terapeutik Peningkatan
Lipoprotein
I Dislipedemia
eksogen
Hipertrigliseridemia
eksogen
Kilomikron
IIa Hiperkolesterolemia Hiperkolseterolemia LDL
IIb Disiplidemia
Kombinasi
Hiperkolsetero
Endogen
+
Disiplidemia
kombinasi
LDL +VLDL
III Dislipedemia
remnant
Hipertrigliseridemia Partikel –
partikel
remnant(Beta
VLDL)
IV Dislipedemia
Endogen
Endogen VLDL
V Dislipedemia
campuran
Hipertrigliseridemia
endogen
VLDL+
Kilomikron
(Wijaya, 1995).
Page 4
II. Patofisiologi
Hiperlipidemia merupakan penyakit metabolic yang ditandai kenaikan
jumlah kolesterol atau trigliseroda atau kenaikan jumlah keduanya dalam plasma.
Patofisiologi hiperlipidemia berdaarkan faktornya dibagi menjadi 2 subtipe, yaitu:
a. Hiperlipidemia primer
Biasanya dikarenakan oleh penyebab genetika, dan diklasifikasikan dengan
tabel berikut:
Hyperlipidemia Synonyms Problems Labs description
Type I
Primary hyperlipoproteinaemia, or Familial hyperchylomicronemia
Decreased lipoprotein lipase (LPL) or altered ApoC2
Elevated Chylomicrons
Type IIa
Polygenic hypercholesterolaemia or Familial hypercholesterolemia
LDL receptor deficiency
Elevated LDL only
Type IIb Combined hyperlipidemia
Decreased LDL receptor and Increased ApoB
Elevated LDL and VLDL and Triglycerides
Type III Familial Dysbetalipidemia Defect in ApoE synthesis Increased IDL
Type IV Endogenous Hyperlipemia
Increased VLDL production and Decreased elimination
Increased VLDL
Type V Familial Hypertriglyceridemia
Increased VLDL production and Decreased LPL
Increased VLDL and Chylomicrons
b. Hiperlipidemia sekunder
Page 5
Hiperlipidemia sekunder terjadi karena adanya penyakit lain yang
menyebabkan perubahan lipid plasma dan metabolisme lipoprotein , seperti
penyakit di bawah ini:
a) Diabetes mellitus
Peningkatan kadar trigliserida dan LDL serta penurunan kadar HDL
b) Hipotiroidism
Hipotiroidism dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang
menyebakan sisa kilomikron dan VLDL dalam darah meningkat sehingga
terjadi hipertrigliseridemia
c) Gagal ginjal kronis
d) Obesitas
Kebanyakan asupan kalori kronis dapat menyebabkan peningkatan
konsentrasi trigliserida dan penurunan konsentrasi HDL
Hiperlipidemia banyak terjadi dikarenakan factor sekunder dibandingkan
factor primer.
III. Maninfestasi Klinis
Manifestasi klinik dari hiperlipidemia disebabkan oleh deposisi lipid di sistem
vaskelur dan mata, seperti:
a. Lipemia retinalis disebabkan oleh peningkatan kadar trigliserida serum.
Perubahan biasanya tidak terlihat hingga kadar trigliserida mencapai 2000
mg/dL.
b. Xanthelasma adalah deposisi lipid pada kelopak mata, biasanya pada kelopak
mata atas.
(Roy, 2011).
IV. Diagnosis
Page 6
Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total
bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan
makanan berlemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki
kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan
tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan
yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki
kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat
genetic dan berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya
lipoprotein dari aliran darah (Anne, 2008).
Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Terkadang,
jika kadar lemak sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu
pertumbuhan yang disebut xantoma di dalam tendon (urat daging)dan di dalam
kulit (Anne, 2008).
Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai 800 mg/dL atau lebih) bisa
menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala-gejala dari pancreatitis
(misalnya nyeri perut yang hebat) (Anne, 2008).
Oleh karena itu untuk mendiagnosa hiperlipidemia perlu dilakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol total. Untuk mengukur kadar
kolesterol LDL, HDL, dan trigliserida, sebaiknya penderita berpuasa dulu
minimal selama 12 jam (Anne, 2008).
Kadar Lemak Darah Orang Dewasa
Pemeriksaan LaboraturiumKisaran yang Ideal
(mg/dL darah)
Kolesterol Total < 200
KilomikronNegative
(setelah berpuasa selama 12 jam)
VLDL 1-30
LDL < 100
HDL > 40
Page 7
Perbandingan LDL dengan HDL < 3,5
Trigliserida < 150
(Anne, 2008).
V. Terapi
Farmakologi
(Katzung, 2002).
a. Niasin (asam nikotinat)
Page 8
Asam nikotinat mempunyai kemampuan menurunkan lipid yang luas,
tetapi penggunaaan dalam klinik terbatas karena efek samping yang tidak
menyenangkan.
- Mekanisme kerja:
pada dosis dalam gram, niasin merupakan vitamin larut air,
menghambat lipolisis dengan kuat dalam jaringan lemak-penghasil
utama asam lemak bebas yang beredar. Hati umumnya menggunakan
asam lemak dalam sirkulasi sebagai precursor utama untuk sintesis
triasilgliserol. Karena itu, niasin menyebabkan penurunan sintesis
triasilgliserol yang diperlukan untuk produksi VLDL (lipoprotein
densitas sangat rendah). Lipoprotein densitas rendah (LDL,
lipoprotein kaya kolesterol) berasal dari VLDL dalam plasma. Karena
itu, reduksi VLDL juga mengakibatkan penurunan konsentrasi LDL
plasma. Dengan demikian, baik triasilgliserol (dalam VLDL) dan
kolesterol (dalam VLDL dan LDL) dalam plasma menjadi rendah.
Selanjutnya, pengobatan dengan niasin akan meningkatkan kadar
kolesterol-HDL (HDL merupakan karier kolesterol yang “baik”).
Selanjutnya, dengan meningkatkan sekresi aktivator plasminogen
jaringan dan merendahkan fibrinogen plasma, niasin dapat mengubah
beberapa disfungsi sel endotel penyebab thrombosis yang ada
kaitannya dengan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis.
- Penggunaan dalam terapi :
niasin merendahkan kadar plasma kolesterol dan triasilgliserol.
Karena itu, obat ini berguna pada pengobatan hiperlipoproteinemia
tipe II b dan IV, dengan VLDL dan LDL naik. Niasin juga
diguanakan untuk pengobatan hiperkolesterolemia lain yang berat,
sering dengan kombinasi antihiperlipidemia lain. Selain itu, obat ini
Page 9
merupakan obat antihiperlipidemia paling poten untuk meningkatkan
kadar HDL plasma.
- Farmakokinetik :
niasin diberikan per oral. Zat ini diubah dalam tubuh menjadi
nikotinamid yang dimasukkan dalam kofaktor nikotinamid adenine
dinukleotida (NAD). Niasin adalah derivat nikotinamid dan metabolit
lain dikeluarkan dalam urin. Nikotinamid sendiri tidak menurunkan
kadar lipid dalam plasma.
- Efek samping :
efek samping niasin yang paling menonjol adalah kemerahan pada
kulit (disertai perasaan panas yang tidak nyaman) dan pruritus.
Pemberian aspirin sebelum minum niasin mengurangi rasa panas
yang diantar oleh prostaglandin. Beberapa pasien juga mengalami
mual dan sakit pada abdomen. Asam nikotinat menghambat sekresi
tubular asam urat dan karena itu mudah terjadi hiperurisemia dan
pirai. Telah dilaporkan adanya gangguan toleransi glukosa dan
hepatotoksisitas.
(Katzung, 2002).
b. Fibrat-Klofibrat dan Gemfibrozil
Obat-obat tersebut merupakan derivat asam fibrat dan keduanya
mempunyai mekanisme kerja yang sama. Gamfibrozil dalam klinik telah
menggantikan klofibrat karena kematian akibat klofibrat lebih tinggi.
Kematian tersebut tidak ada hubungannya dengan penyebab
kardiovaskular tetapi lebih ganasan atau komplikasi pasca kolesistektomi
dan pankreasitis.
- Mekanisme kerja :
Kedua obat menyebabkan penurunan trigliserol plasma dengan
memacu aktifitas lipase lipoprotein, sehingga menghidrolisis
Page 10
triasilgliserol pada kilomikron dan VLDL, sehingga dapat
mempercepat pengeluaran partikel-partikel ini dari plasma. Penelitian
pada hewan menunjukkan bahwa fibrat dapat menyebabkan penurunan
kolesterol plasma dengan menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan meningkatkan ekskresi biliar kolesterol ke dalam feses. Fibrat juga
merendahkan kadar fibrinogen plasma.
- Penggunaan Terapi :
Fibrat digunakan dalam pengobatan hipertrigliseridemia,
menyebabkan penurunan yang signifikan pada kadar triasilgliserol
plasma. Klofibrat dan gamfibrozil berguna dalam mengobati
hiperlipidemia tipe III (disbetalipoproteinemia), dengan penumpukan
partikel lipoprotein densitas sedang (IDL). Pasien dengan
hipertrigliseridemia (tipe IV) (VLDL meningkat) atau penyakit tipe V
(peningkatan VLDL dan kilomiron) yang tidak responsif dengan diet
atau obat lain dapat mengambil manfaat obat-obat ini.
- Farmakokinetik :
Kedua obat diabsorpsi sempurna setelah dosis oral. Klofibrat
mengalami esterifikasi menjadi asam klofibrat yang aktif terikat pada
albumin dan tersebat luas seluruh jaringan tubuh. Untuk gamfibrizil
secara luas menyebar ke seluruh tubuh dan terikat pada albumin
juga.Keduanya mengalami biotransformasi sempurna dan dikeluarkan
dalam urin sebagai konjugat glukuronida.
- Efek samping
o Efek Gastrointestinal
Efek samping paling umum adalah gangguan pencernaan ringan.
Efek samping akan berkurang dengan berkembangnya terapi.
Page 11
o Litiasis
Karena obat-obat ini meningkatkan ekskresi kolesterol
biliar,terdapat predisposisi untuk pembentukan batu empedu.
o Keganasan
Pengobatan dengan kolifibrat telah menyebabkan sejumlah
keganasan-terkait dengaan kematian.
o Otot
Miositis atau peradangan otot polos dapat terjadi dengan kedua
obat sehingga pelemahan otot atau nyeri otot harus dievaluasi.
Meskipun jarang, pasien dengan insufisiensi ginjal mengandung
resiko. Miopati dan rhabdomiolisis telah dilaporkan pada
beberapa pasien yang menggunakan gamfibrozil dan lovastatin
bersamaan.
o Interaksi Obat
Kedua fibrat bersaing dengan antikoagulan kumarin dalam
pengikatan pada protein plasma, sehingga meningkatkan efek
antikoagulan sepintas. Karena itu kadar protrombin perlu
dimonitor jika pasien meminum kedua obat ini.
- Kontraindikasi
Keamanan obat-obat ini pada ibu hamil atau menyusui belum jelas.
Seharusnya obat-obat ini tidak digunakan pada pasien dengan kelainan
fungsi hati atau ginjal atau pasien dengan penyakit kandung empedu.
(Katzung, 2002).
c. Resin pengikat asam empedu : kolestiramin dan kolestipol
- Mekanisme kerja:
kolestiramin dan kolestipol adalah resin pertukaran anion yang terikat
pada asam dan garam empedu bermuatan negatif dalam usus halus.
Kompleks resin atau asam empedu ini dikeluarkan melalui feses,
Page 12
sehingga mencegah asam empedu kembali ke hati melalui sirkulasi
enterohepatik. Berkurangnya konsentrasi asam empedu menyebabkan
hepatosit meningkatkan konversi kolesterol ke asam empedu,
menyebabkan suplai senyawa ini baik kembali, sebagai komponen
penting empedu. Akibatnya, konsentrasi kolesterol intraseluler,
mengaktifkan hati untuk meningkatkan ambilan partikel LDL yang
mengandung kolesterol, sehingga LDL plasma turun. Ambilan yang
miningkat ini dilakukan melalui upregulasi reseptor LDL pada
permukaan sel.
- Penggunaan dalam terapi :
resin yang mengikat asam empedu (sering dikombinasi dengan diet
atau niasin) adalah obat-obat pilihan dalam mengobati hiperlipidemia
tipe II a dan II b. kolestiramin juga dapat meringankan pruritus akibat
akumulasi asam empedu pada pasien dengan obstruksi biliar.
- Farmakokinetik :
kolestiramin dan kolestipol diminum per oral. Karena tidak larut
dalam air dan merupakan molekul yang sangat bessar (berat molekul
lebih dari 106), keduanya tidak diabsorbsi atau dimetabolisme dalam
usus. Sebaliknya semua dikeluarkan dalam feses.
- Efek samping
o Efek Gastrointestinal
efek samping paling sering adalah gangguan pencernaan seperti
konstipasi, mual dan flatus.
o Gangguan Absorbsi
absorbsi vitamin larut lemak A,D,E,K dapat terganggu jika
terdapat dosis resin yang tinggi. Absorbsi asam folat dan askorbat
juga dapat berkurang.
Page 13
o Interaksi Obat
kolestiramin dan kolestipol mengganggu absorbsi beberapa obat
dalam usus, misalnya tetrasiklin, fenobarbital, digoksin, warfarin,
pravastatin, fluvastatin, aspirin, dan diuretic thiazid. Karena itu,
obat-obat harus diminum 1-2 jam sebelum atau 4-6 jam setelah
resin pengikat asam empedu ini diminum.
(Katzung, 2002).
d. Inhibitor HMG – CoA reduktase : Lovastatin, praavastatin, simvastatin,
dan fluvastatin
Kelompok antihiperlipidemia yang baru ini menghambat tahap pertama
aktifitas enzim dalam sintesis sterol. Analog dengan struktural alamia,
asam3-hidroksi-3metil Glutarat (HMG), semua obat dalam grup ini
berpacu dalam menghambat hidrosi metil glutaril koenzim A (HMG-CoA
reduktase). Kecuali fluvastati, inhibitor HMG reduktase lainnya
merupakan modifikasi kimia dari senyawa alamia yang terdapat dalam
jamur.
- Mekanisme Kerja Inhibisi
1. HMG-CoA reduktase
Lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastain adalah analog 3-tatin
dan simvastatin adalah lakton yang dihidrolisis menjadi obat aktif.
Pravastatin dan fluvastatin aktif dengan cara demikian. Karena
afinitasnya yang kuat terhadap enzim, semua efektif berpacu
menghambat HMG-CoA reduktase, tahapan terbatas dalam sintesis
kolesterol. Dengan menghambat sintesis kolesterol denovo-, obat
akan menghabiskan simpanan kolesterol.
2. Penurunan reseptor LDL
Penghapusan kolesterol intraseluler menyebabkan sel meningkat
jumlah resepto LDL permukaan sel spesifik yang dapat mengikat
Page 14
dan menginternalisasikan LDL yang beredar. Sehingga, hasil akhir
adalah penurunana kolesterolplsama karena sintesis berkurang dan
peningkatan katabolisme LDL. Inhibitor HMG-CoA reduktase,
seperti kolestiramin , dapat meningkatkan kadar HDL plasma pada
beberapa pasien sehingga menurunkanresiko mendapatkan penyakit
PJK. Penurunan triasilgliserol juga terjadi sedikit.
- Penggunaan Dalam Terapi
Obat-obat ini efektif dalam menurunkan kadar kolesterol plasma pada
semua jenis hiperlipidemia. Namun pasien yang homozigot untuk
penyakit hiperkolesterolemia kekurangan reseptor LDL dan oleh
karenanya mendapatkan keuntungan sedikit dari obat-obat ini. Perlu
diperhatikan bahwa meskipun proteksi diberikan karena pengurangan
kadar kolesterol, kira-kira ¼ pasien yang diobati dengan obat ini masih
menderita masalah koroner. Karena itu diperlukan strategi tambahan
seperti diet, latihan, atau obat tambahan perlu diberikan.
- Farmakokinetik:
pravastatin dan fluvastatin hamper seluruhnya dapat diabsorbsi setelah
pemberian oral; dosis oral lovastatin dan simvastatin diabsorbsi 30-
50%. Pravastatin dan fluvastatin adalah obat aktif langsung, sedangkan
lovastatin dan simvastatin harus dihidrolisis menjadi asam. Karena
ekstraksi first pass, kerja utama obat-obat ini pada hati. Semua
mengalami biotransformasi, beberapa produk masih tetap aktif.
Ekskresi terjadi terutama melalui empedu dan feses, tetapi
pengeluaran melalui urin juga terjadi. Waktu paruh berkisar antara
1,5-2 jam.
Page 15
- Efek samping :
o Hati
kelainan biokimiawi fungsi hati telah terjadi dalam penggunaan
inhibitor HMG-CoA reduktase. Karena itu, sangat diperlukan
menilai fungsi hati dan mengukur kadar serum transaminase secara
periodic. Semua akan kembali normal jika obat dihentikan.
o Otot
miopati dan rhabdomiolisis (disintegrasi atau disolusi otot) jarang
dilaporkan. Dalam beberapa kasus, pasien biasanya menderita
insufisiensi ginjal atau mengambil obat seperti siklosporin,
itrakonazol, eritromisin, gemfibrosil atau niasin. Kadar keratin
kinase plasma harus diperiksa secara teratur.
o Interaksi obat
inhibitor HMG-CoA reduktase juga meningkatkan kadar kumarin.
Sehingga, penting untuk sering mengevaluasi waktu protrombin.
- Kontra indikasi
obat-obat ini merupakan kontraindikasi bagi ibu hamil atau menyusui.
Obat-obat ini tidak boleh digunakan pada anak-anak atau remaja.
(Katzung, 2002).
3. Terapi obat kombinasi
Kadang-kadang perlu memberikan 2 antihiperlipidemia untuk mendapatkan
penurunan kadar lipid plasma yang signifikan. Sebagai contoh, pada
hiperlipidemia terapi II, pasien sering diobati dengan kombinasai niasin
ditambah obat pengikat asam empedu, seperti kolestiramin. Kombinasi
inhibitor HMG-CoA reduktase dengan zat pengikat asam empedu juga telah
menunjukkan manfaat dalam menurunkan kolesterol LDL.
Page 16
Efek Terapi Obat Lipid dan Lipoprotein
(Katzung, 2002).
Page 17
Non-Famakologi
Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL,
sedangkan olahraga bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan
menambah kadar kolesterol HDL.
- Terapi diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi
makanan
yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering
keduanya
dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai
asupan gizi, perlu
dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan
bantuan ahli
gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus
dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini
terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian
setelah 3 bulan.
Komposisi I - II
(Anwar, 2004).
Page 18
- Latihan jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat
meningkatkan kadar
HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan
sensitivitas dan
meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan
menurunkan
berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut
jantung maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan,
selama 5-10
menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan
lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.
(Anwar, 2004).
Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar
kolesterol dan trigliserida tinggi adalah:
- Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan
- Berhenti merokok
- Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam tubuhnya
- Menambah porsi olahraga
- Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan)
Jika kadar lemak darah sangat tinggi atau tidak memberikan respon
terhadap tindakan diatas, maka dicari penyebabnya yang spesifik dengan
Page 19
melakukan pemeriksaan darah khusus sehingga bisa diberikan pengobatan
yang khusus (Putri, 2012).
VI. Hasil Terapi Yang Diharapkan
1. Menjaga kadar kolesterol dalam tubuh tetap dalam kondisi normal.
2. Menurunkan risiko kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit lain yang
dapat di pengaruhi oleh hiperlipidemia seperti diabetes mellitus, penyakit
jantung koroner dan stroke.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien terutama kesehatannya
(Putri, 2012).
VII. Contoh Kasus dan Solusinya
Ny.RT (55 th) seorang anggota parlemen menjalani general cek up rutin.
Ny.RT rajin berjalan setiap pagi sejauh 1 km. Ayah Ny.RT meninggal pada usia
35 th karena penyakit myocardial infarction, ibunya masih hidup dan sehat-sehat
saja sampai saat ini. Ny.RT mempunyai 3 saudara kandung, saudara pertama
menderita hipertensi dan saudara keduanya menderita diabetes, dan saudara
ketiga (perempuan) meninggal pada usia 45 th karena penyakit myocardial
infarction, satu tahun yang lalu Ny.RT mendapatkan warfarin 5mg untuk
mengatasi kondisi VTE yang dideritanya.
Pada pemeriksaan diketahui tekanan darahnya 150/90 mmHg. Tinggi
badannya 150 cm, berat badannya 67 kg, random blood glucose level 6 mmol/L.
Hasil pemeriksaan lipid puasa: pemeriksaan total kolesterol 7.5 mmol/L, LDL-
cholesterol 3.9 mmol/L, HDL-cholesterol 1.0 mmol/L, Trigliserida 2.0 mmol/L.
Tujuan Penatalaksanaan Terapi
a.Menurunkan LDL dan meningkatkan HDL
b.Menurunkan tekanan darah
c. Mencegah terjadinya VTE
Page 20
Deskripsi dan Analisis Kasus
No
.
Parameter Hasil Nilai Normal Keterangan
1. Tekanan darah
150/90 mmHg
140/90mmHg Hipertensi stage
1
2. Random blood glucose
6.0 mmol/L
4,0-8,0 mmol/L Normal
3. Total cholesterol
7.5 mmol/L
Desirable: 5.18 mmol/L
Borderline high:
5.18-6.19 mmol/L
High: 6.20 mmol/L
4. LDL-kolesterol
3,9 mmol/L
Desirable:
<3,36 mmol/L
Borderline high risk:
3,36-4,11 mmol/L
High risk:
> 4,13 mmol/L
5. HDL-kolesterol
1,0 mmol/L
0,91 mmol/L Normal atau
sedikit lebh
rendah dari batas
normal
Page 21
6. Trigliserida 2,0 mmol/L 1,8 mmol/L Tinggi/tidak
normal
Pemilihan Terapi Rasional
Ny RT dari data laboratorium dapat dikategorikan mengalami
hyperlipidemia type 2a, karena nilai LDL-nya menunjukkan kenaikan sedang,
untuk nilai HDLnya normal. Terapi yang tepat untuk Ny.RT adalah obat-obatan
yang mampu menurunkan kadar LDL, maka dari itu dipilih obat golongan
statin(yang merupakan drug of choice). Obat golongan statin ini bekerja dengan
cara meningkatkan katabolisme dari LDL dan menghambat sintesis dari LDL
yang mana obat golongan statin ini menghambat konversi HMG-CoA menjadi
mevalonat, sehingga tahap biosintesis kolesterol terhambat/sedikit oleh
penghambatan HMG-CoA reduktase. Maka dari itu diharapkan pada akhir terapi
diperoleh kadar LDL dalam darah berkurang dengan parameter goal terapi kadar
LDL < 130mg/DL atau 3.36 mmol/L, alasan menggunakan parameter kadar LDL
tersebut karena Ny.RT mengalami Hyperlipidemia dengan lebih dari 2 faktor
penyebab yaitu: penyakit turunan dari ayah kandungnya, umur 55th yang
kemungkinan awal terjadinya menopause dan hipertensi tingkat satu(stage 1)
karena tekanan darahnya adalah 150/90mmHg. Untuk menurunkan tekanan
darah dapat digunakan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor seperti
farmoten R 12.5mg(captopril). Alasan pemilihan golongan obat antihipertensi ini
karena pasien mengalami hyperlipidemia dengan kadar LDL yang meningkat,
karena selain obat golongan ACE inhibior, seperti diuretik thiazid tidak
dianjurkan karena akan meningkatkan/ memacu sintesis trigliserida dan LDL
serta akan menurunkan kadar HDL dalam darah. Sedangkan untuk golongan beta
bloker akan memacu sintesis trigliserida dan menurunkan kadar HDL dalam
darah. Maka dari itu apabila digunakan obat seperti thiazid atau beta bloker
Page 22
penurunkan kadar LDL menjadi terhambat atau tidak tercapai hasil yang
dikehendaki.
Terapi non farmakologi:
Di lihat dari ketidaksesuaian pada berat badan dan tinggi badan pasien
yaitu BB 67kg sedangkan tingginya hanya 157 cm, Ibu RT ini mungkin bisa
dikatakan obesitas, maka dari itu disarankan kepada Ny.RT agar melakukan
modifikasi gaya hidup yaitu:
a. olahraga ringan seperti tetap menekuni berjalan santai di pagi hari, untuk
pasien yang mengalami hyperlipidemia tidak dianjurkan untuk olahraga keras
karena ditakutkan akan terjadi syock atau mungkin terjadi hypnoe karena adanya
timbunan lemak dalam pembuluh darah yang mengakibatkan sempitnya
pembuluh darah maka dari itu pasokan oksigen ke dalam organ tubuh juga
berkurang sehingga sulit untuk bernapas dan akhirnya bisa meninggal mendadak.
b.mengurangi konsumsi lemak jenuh
c. perbanyak konsumsi fiber atau serat
Terapi farmakologi :
digunakan obat lipitor dengan kandungan zat aktif atorvastatin yang
merupakan obat golongan statin yang dapat digunakan untuk terapi
hyperlipidemia yang dialami oleh Ny.RT di mana kadar LDLnya menunjukkan
kenaikan atau lebih dari batas normal. Lipitor ini bekerja dengan cara
meningkatkan katabolisme dari LDL, sehingga LDL dalam darah cepat
termetabolisme atau terurai, disamping itu zat aktif atorvastatin ini dapat
menghambat sintesis LDL dengan jalan menghambat HMG-CoA reduktase yang
mengubah HMG-CoA menjadi mevalonate, sehingga jalan biosintesis cholesterol
de-novo menjadi terhambat, yang mengakibatkan LDL sukar terbentuk sehingga
kadar LDL dalam darah menjadi kecil. Hal ini (menurunnya kadar LDL dalam
darah) adalah keadaan yang diinginkan dalam terapi hyperlipidemia.
Untuk mengatasi masalah VTE yang timbul karena penumpukan kolesterol
Page 23
(LDL) dalam pembuluh darah, dapat digunakan obat warfarin (tetap
menggunakan dosis semula). Pemilihan anti platelet ini merupakan... Sedangkan
untuk terapi hipertensinya dapat diberikan obat anti hypertensi golongan ACE-
inhibitor yaitu captensin 12.5mg.
Indikasi obat
1. Lipitor : sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi peningkatan
kolesterol total c-LDL, Apolipoprotein B, trigliserida pada pasien dengan
hyperkolesterolimia heterozigous & homozigous familial ketika respon terhadap
diet dan pengukuran non farmakologi lainnya tidak mencukupi.
2. Farmoten : hipertensi ringan sampai sedang ( sendiri atau dengan terapi tiazid )
dan hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain; gagal jantung
kongestif ( tambahan ); setelah infark miokard; nefropati diabetic
( mikroalbuminuri lebih dari 30 mg per hari ) pada diabetes tergantung insulin.
3. Warfarin : profilaksis embolisasi pada penyakit jantung rematik dan fibrilasi
atrium, profilaksis setelah pemasangan katup jantung prostetik, serangan iskemik
serebral yang transien.
Dosis Obat
lipitor 10mg : 10mg sehari sekali (malam hari)
Farmoten : 12,5 mg 2 x sehari (pagi dan sore hari)
Warfarin : 5mg sehari sekali (malam hari di minum bersama lipitor)
Kontra Indikasi
o Lipitor golongan statin : pasien dengan penyakit hati yang aktif dan pada
kehamilan dan menyusui.
o Farmoten 12,5 mg : hipersensitif terhadap penghambat ACE ( termasuk
angiodema ); penyakit renovaskuler ( pasti atau dugaan ); stenosis aortik atau
obstruksi keluarnya darah dari jantung; kehamilan; porfiria
o Warfarin : kehamilan, tukak peptik, hipertensi berat, endokarditis bakterial.
Efek Samping
Page 24
• Lipitor golongan statin : Miositis yang reversibel merupakan efek samping
yang jarang tapi bermakna (lihat juga efek pada otot). Statin juga menyebabkan
sakit kepala, perubahan nilai fungsi ginjal dan efek saluran cerna (nyeri lambung,
mual dan muntah).
• Farmoten : hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual (terkadang
muntah), diare (terkadang kontipasi), kram otot, batuk kering yang persisten,
gangguan kerongkongan, perubahan suara, perubahan pencecap (mungkin
disertai dengan turunnya berat badan), stomatitis, dispepsia, nyeri perut;
gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema, urtikaria, ruam kulit (termasuk
eritema multiforme dan nekrolisis epidermal toksik), dan reaksi hipersensitivitas,
gangguan darah (termasuk trombositopenia, neutropenia, agranulositosis, dan
anemia aplastik), gejala – gejala saluran nafas atas, hiponatremia, takikardia,
palpitasi, aritmia, infark miokard, dan strok (mungkin akibat hipotensi yang
berat), nyeri punggung, muka merah, sakit kuning (hepatoseluler atau kolestatik),
pankreatitis, gangguan tidur, gelisah, perubahan suasana hati, parestia, impotensi,
onikolisis, alopesia.
• Warfarin : perdarahan, hipersensitivitas, ruam kulit, alopesia, diare, hematokrit
turun, nekrosis kulit, purple toes, sakit kuning, disfungsi hati, mual, muntah,
pankreatitis.
Interaksi Obat
Warfarin dengan atorvastatin dapat menurunkan protombin tetapi ini hanya
berlangsung pada awal terapi, dan hal ini tidak terlalu penting dalam terapinya.
Artinya masih dapat digunakan karena tidak menimbulkan interaksi yang dapat
membahayakan pengobatan atau terapi.
Monitoring Terapi
Page 25
1. monitoring subjektif : masih sering merasakan pusing atau tidak dan keluhan
mudah lelah.
2.monitoring obyektif:
a. kadar LDL dalam darah ketika puasa harus < 130mg/Dl atau 3.36mmol/L
b.tekanan darah turun menjadi 140/90 mmHg (JNC7)
3. monitoring efek samping dari obat yang diberikan yaitu sakit kepala, nyeri
saluran cerna, hipotensi, perdarahan, hipersensitivitas, ruam kulit.
KIE
• untuk obat hyperlipidemia (lipitor) di minum waktu malam hari menjelang tidur
(sehari sekali) karena produksi kolesterol paling banyak ketika istirahat.
• Penggunaan obat anti hipertensi captensin dapat mengakibatkan efek samping
batuk kering
• Sedangkan untuk obat anti hyperlipidemia dapat menyebabkan efek samping:
myalgia, influenza-like syndrome, weakness, rhabdomyolysis (jarang)
Daftar Pustaka
Page 26
Admin. 2005. Hyperlipidemia. Available online at: http://www.diabetesdaily.com/wiki/Hyperlipidemia [diakses tanggal 27 April 2013]
Anne, Carol . Dyslipidemia . 2008 . Available online at http://www.merckmanuals.com/home/hormonal_and_metabolic_disorders/cholesterol_disorders/dyslipidemia.html [diakses tanggal 27-04-13]
Anwar, T. Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Nandini. 2011. Pathophysiology Hyperlipidaemia. Available online at: http://www.pharmainfo.net/ [diakses tanggal 27 April 2013]
Putri, Anggit. 2012. Tatalaksana Terapi Hiperlipidemia. Tersedia di http://siswa.univpancasila.ac.id/ggitputri2012/2012/12/02/tatalaksana-terapi-hiperlipidemia/ ( diakses tanggal 27 April 2013 ).
Roy, H. 2011. Hyperlipoproteinemia. Available online at: http://emedicine.medscape.com/article/1214018-clinical#a0218 [diakses tanggal 27 April 2013]
Wijaya, A. Parameter Resiko Penyakit Vaskuler aterosklerotik. Koroner dan serebral. Forum Diangnostikum 1995,3; 1-15.