Top Banner
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhan masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Hal ini terlihat dari masih rendahnya kebersihan rongga mulut dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat. Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari masyarakat, yang berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut. Survei pendahuluan dilakukan terhadap masyarakat di Dusun Langon Desa Ambulu Kecamatan Ambulu membuktikan bahwa sebanyak 76,1% masyarakat tidak pernah memeriksakan gigi, sebanyak 76,3 % tidak pernah membersihkan karang gigi, sebanyak 77,2% menjawab jika gigi bermasalah dibiarkan saja, dan sebanyak 69,6% masyarakat mengaku tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari puskesmas Ambulu didapatkan bahwa kelainan penyakit pulpa dan periapikal menempati urutan 1
38

hasil survey JADI.doc

Oct 24, 2015

Download

Documents

srvey
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: hasil survey JADI.doc

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar

penyakit yang paling sering dikeluhan masyarakat Indonesia. Persepsi dan

perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk.

Hal ini terlihat dari masih rendahnya kebersihan rongga mulut dan penyakit mulut

di Indonesia yang cenderung meningkat. Hal yang sangat mempengaruhi masalah

tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari masyarakat, yang

berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat

khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Survei pendahuluan dilakukan terhadap masyarakat di Dusun Langon

Desa Ambulu Kecamatan Ambulu membuktikan bahwa sebanyak 76,1%

masyarakat tidak pernah memeriksakan gigi, sebanyak 76,3 % tidak pernah

membersihkan karang gigi, sebanyak 77,2% menjawab jika gigi bermasalah

dibiarkan saja, dan sebanyak 69,6% masyarakat mengaku tidak pernah

mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan data sekunder

yang didapatkan dari puskesmas Ambulu didapatkan bahwa kelainan penyakit

pulpa dan periapikal menempati urutan ke-3 sebanyak 1933 pada tahun 2011

diantara 10 penyakit terbesar yang tercatat pada kunjungan pasien di puskesmas

Ambulu.

Selain itu, dilihat dari ilmu pengetahuan, masih banyak dari masyarakat

yang belum mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga

mereka juga tidak mengetahui dampak dan efek yang timbul apabila mereka tidak

menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut. Terdapat beberapa kelompok

masyarakat yang hanya mengetahui tapi tidak paham sehingga mereka tidak

menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

1

Page 2: hasil survey JADI.doc

semakin luas pula pengetahuannya. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek

lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan

kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Kesehatan gigi adalah bagian

intergral dari kesehatan umum, sehingga perlu bagi kesehatan gigi untuk

senantiasa meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan kesehatan

pada umumnya. Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada

masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan

kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2004). Hal tersebut dilandasi oleh

kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.

Penyakit gigi-geligi merupakan proses biologis yang fase awalnya tidak

dapat ditentukan secara klinis. Suatu proses perjalanan penyakit akan

menyebabkan perubahan patologis yang dapat diamati secara objektif. Pada

umumnya pasien tersebut baru sadar akan sakitnya (sakit gigi, gigi goyang) dalam

stadium yang sangat lambat, dan apabila mereka sudah menyadari, keadaan

tersebut sudah menjadi suatu proses yang kronik. Oleh karena itulah biasanya

seseorang terlambat untuk melakukan perawatan terhadap kondisinya tersebut

(Houwink et al, 1993). Salah satu penyakit gigi dan mulut tersebut adalah karies

gigi.

Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan

menyegarkan mulut,gigi, dan gusi untuk mencegah dari penyakit gigi dan mulut

terutama yang disebabkan plak dan kalkulus, mencegah penyakit menular yang

penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki

fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan(Hermawan dalam Najib, 2010).

OHI-s (Oral Hygiene Index Simplified) merupakan metode yang digunakan untuk

mengklasifikasikan status oral hygiene(kebersihan rongga mulut) dari suatu

kelompok atau populasi yang telah disederhanakan (Hiremath ,2007: 183).

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan

2

Page 3: hasil survey JADI.doc

mulut terhadap indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa

Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013?

1.3 TujuanPenelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat

Dusun Langon Desa Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013.

3

Page 4: hasil survey JADI.doc

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Dusun Langon Desa Ambulu

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ambulu yang terletak

di sebelah selatan Kabupaten Jember dengan jarak 30 km dan waktu tempuh

kurang lebih satu jam. Wilayah kerja Ambulu meliputi 3 desa yaitu Desa Ambulu,

(terdiri dari 3 dusun), Desa Karanganyar (terdiri dari 4 dusun) dan Desa Tegalsari

(terdiri dari 3 dusun). Pada penelitian kali ini, dilakukan di Dusun Langon Desa

Ambulu. Dusun Langon memiliki 7 posyandu dimana setiap posyandu

membawahi 75 Kepala keluarga, sehingga didapatkan jumlah total kepala

keluarga pada 7 posyandu adalah sebanyak 525 kepala keluarga.

2.2. Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti

segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui

berkenaan dengan hal (mata pelajaran).Adapun pengetahuanmenurut beberapa

ahli adalah:

1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia

atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek

dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.

2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-

bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat

kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh

teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan

yang sesuai.

3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari

tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

4

Page 5: hasil survey JADI.doc

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.

Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari

persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya

merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang

menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus

bahasa indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang

diketahui berkaitan dengan proses belajar

Depdiknas. (2008). KBBI Daring. Dipetik Februari 07, 2012, dari Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Suriasumantri, J. S. (2001). Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

2.3. Karies gigi

Karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh

terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut.

Walaupun terdapat komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor

hereditas hanya memainkan peran kecil. Karies gigi secara garis besar adalah

penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus

berinteraksi secara terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor

tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat dan waktu (Dwi, 2010).

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,

dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam

suatu karbohidrat dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi

jaringan keras gigi yang diikuti timbulnya kerusakan komponen organiknya.

Akibatnya terjadi infeksi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya

ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Ginting B, 1984).

Risiko karies dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu risiko karies tinggi,

sedang dan rendah. Agar dapat mengidentifikasi risiko karies anak digunakan

suatu penilaian risiko karies (Tinanoff, 2002).

5

Page 6: hasil survey JADI.doc

Karies bisa digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan

beerkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa berbeda-beda

tergantung keparahan karies yang dihadapi. Oleh karena itu karies disebut karies

ringan jika yang terkena karies adalah daerah yang sangat rentan terhadap karies

misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen. Dikatakan moderate jika karies

meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior, dan dikatakan parah jika

kariestelah menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya bebas karies

(Kidd dan Joyston, 1992).

2.4 Kebersihan Gigi dan Mulut

Dari data puskesmas Ambulu didapatkan data bahwa penyakit pulpa dan

periodontal menempati urutan ke-3 dari 15 besar angka kejadian penyakit di desa

Ambulu. Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah

karies gigi dan penyakit periodontal.Kesehatan gigi dan mulut sangat penting

untuk diperhatikan.Mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi

perkembangan bakteri karena temperatur, kelembaban dan makanan yang cukup

tersedia disana. Bakteri inilah yang berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut.

Gigi dan mulut yang sehat selain akan menghindarkandari kuman dan

bakteri yang sering menimbulkan berbagai keluhan sakit gigi, juga akan menjaga

kesegaran aroma mulut dan menjadikan senyum terlihat lebih menawan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa memiliki mulut yang sehat dapat membantu

mencegah penyakit jantung, stroke dan sejumlah penyakit lainnya.

Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan

plak. Plak merupakan faktor etiologi utama terjadinya karies dan penyakit

periodontal karena plak mengandung bakteri patogen yang melekat pada

permukaan gigi dan gingiva. Plak terjadi ketika makanan yang mengandung

karbohidrat (gula dan zat tepung) seperti susu, minuman ringan, kismis, kue, atau

permen tersisa pada gigi. Upaya dalam mencegah penyakit gigi dan mulut serta

meningkatkankebersihan mulut dapat dilakukan dengan mencegah dan

menghilangkan akumulasi plak. Kebersihan rongga mulut sangat

dianjurkansebagai upayauntuk mencegah penyakit gigi dan mulut. Upaya

6

Page 7: hasil survey JADI.doc

pencegahan timbulnya plak disebut dengan kontrol plak. Ada tiga cara yang

digunakan dalam kontrol plak yaitu mekanik, kemis, dan modifikasi metode

mekanik dan kemis. Sampai saat ini, kontrol plak masih mengandalkan pada

pembersihan secara mekanik. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan

menyikat gigi.

Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang

cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan

pemeliharaan kesehatan gigi danmulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan

alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat.

Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi, berbagai metode penyikatan

gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu penyikatan gigi

2.5 Indeks DMF-T

Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T

adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut

dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah

total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan

DMF-T

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Setiap gigi dicatat satu kali

2. D = Decay atau rusak

a. Ada karies pada gigi dan restorasi

b. b. Mahkota gigi hancur karena karies gigi

3. M = Missing atau hilang

a. Gigi yang telah dicabut karena karies gigi

b. Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan

4. F = Filled atau tambal

a. Tambalan permanen dan sementara

b. Gigi dengan tambalan tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas

7

Page 8: hasil survey JADI.doc

Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang

tidak dihitung adalah sebagai berikut :

1. Gigi molar ketiga

2. Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang

menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi

sebagian(partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption).

3. Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih

(supernumerary teeth).

4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan

ortodontik.

5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan.

6. Gigi susu yang belum tanggal

WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa

derajat interval sebagai berikut (Pine, 1997).

1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1

2. Rendah : 1,2 – 2,6

3. Moderat : 2,7 – 4,4

4. Tinggi : 4,5 – 6,5

5. Sangat Tinggi : > 6,6

(Anne Agustina, 2008)

2.4 OHI-S

Oral hygiene Index (OHI) dikenalkan oleh Green dan Vermillion pada

tahun 1960. Pada tahun 1964 terjadi perkembangan yaitu OHI di modifikasi

dengan Simplified yang dikenal Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). OHI-S

merupakan indeks status kebersihan rongga mulut dengan mengukur enam

permukaan gigi, dimana semua permukaan telah mewakiti segmen anterior dan

posterior dari permukaan gigi dan mulut (Newman et al, 2002).

OHI-S adalah hasil penjumlahan dari skor Debris Indeks Simplified (DI-S)

dan Calculus Indeks Simplified (CI-S) (Hiremath 2007: 184).

8

Page 9: hasil survey JADI.doc

Gambar 2.1 Komponen Oral Hygiene Index

(Sumber: Hiremath,2007: 183)

Penentuan DI-S dan CI-S ini didapatkan dari enam area permukaan gigi.

Enam area yang dinilai OHI-S nya adalah empat permukaan fasial gigi 11, 16, 26,

dan 31 (insisivus satu atas kanan, molar satu atas kanan, molar satu atas kiri, dan

insisivus satu bawah kiri) dan dua permukaan lingual dari gigi 36 dan 46 (molar

satu bawah kanan dan kiri). Permukaan gigi tersebut dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu 1/3 gingival, daerah 1/3 bagian tengah, dan daerah 1/3 insisal. Pembagian

daerah permukaan gigi menjadi 3 bagian digunakan dalam skoring DI-S dan CI-s

(Newman et al, 2002).

2.4.1 Penentuan Status OHI-S

Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan untuk menentukan nilai OHI-S.

Tahapan yang dilakukan adalah penentuan skor DI-S dan CI-S. Nilai dari DI-S

dan CI-S berkisar antara 0-3. Skoring DI-S dan CI-S digolongkan sendiri-sendiri

dan indeks tiap perhitungan berbeda tetapi dengan cara yang sama.

9

Page 10: hasil survey JADI.doc

Penjumlahan dari skor DI-S dan CI-S adalah OHI-S (Hiremath,2007: 183).

Gambar 2.2 Skor Debris Indeks

Sumber: Hiremath (2007: 183)

a. Penghitungan Debris Index Simplified

Tabel 2.1 Skor Debris Indeks

Skor Kriteria

0 Tidak ada debris / stain terlihat pada permukaan

gigi

1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3

permukaan gigi atau tampak stain tanpa

memperhatikan debris pada permukaan gigi.

2 Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak

lebih dari 2/3 permukaan gigi

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan

gigi

Sumber : Hiremath (2007: 183)

DI-s = Jumlah skor debris

Jumlah gigi yang diperiksa

10

Page 11: hasil survey JADI.doc

b. Penghitungan Calculus Index Simplified

Tabel 2.2 Skor Calculus Index

Skor Kriteria

0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari

1/3 permukaan gigi .

2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3

tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi atau

bercak kalkulus subgingiva

3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3

permukaan gigi atau kalkulus subgingiva yg

mengelilingi servikal gigi.

Sumber : Hiremath (2007: 183)

CI-s = Jumlah skor calculus

Jumlah gigi yang diperiksa

c. Penghitungan Oral Hygiene Index Simplified

Dilakukan penjumlahan hasil dari DI-S dan CI-S untuk mendapatkan nilai

OHI-S (Hiremath, 2007: 183).

11

Page 12: hasil survey JADI.doc

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2013 di Dusun Langon,

Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan mulut.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai indeks DMF-T dan indeks

OHI-S

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Pengetahuan kesehatan gigi adalah merupakan hasil “tahu” dan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu

dimana objek tersebut merupakan kondisi umum gigi geligi.

3.4.2 Indeks DMF-T adalah indeks yang digunakan untuk melihat status karies

gigi, perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan

perawatan, membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari

satu daerah ke daerah lain atau untuk membandingkan antara sebelum dan

sesudah pelaksanaan program serta untuk memantau perkembangan status

perkembangan karies individu.

12

Page 13: hasil survey JADI.doc

3.4.3 Indeks OHI-S adalah merupakan indeks status kebersihan rongga mulut

dengan mengukur enam permukaan gigi, dimana semua permukaan telah

mewakiti segmen anterior dan posterior dari permukaan gigi dan mulut

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah warga Dusun Langon, Desa Ambulu,

Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.

3.5.2 Sampel Penelitian

a. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling

dari warga Dusun Langon, Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu, Kabupaten

Jember.

b. Kriteria Sampel

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Warga Dusun Langon, Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu,

Kabupaten Jember.

2. Bersedia menjadi sampel penelitian.

3. Usia 17-60 tahun.

c. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan

berdasarkan rumus sampel sebagai berikut (Sujarweni. W, 2005):

keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Populasi

e = prosentasi kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan

pengambilan sampel yg masih diinginkan.

13

Page 14: hasil survey JADI.doc

n = 355,4

n = 356.

3.6 Metode Pengukuran Sampel

3.6.1 Pengetahuan kesehatan rongga mulut dengan metode angket.

3.6.2 Indeks DMF-T diukur dengan memeriksa seluruh gigi yang mengalami

pengalaman karies (decay, missing, dan filling).

3.6.3 Indeks OHI-S diukur yang didahului dengan DI-S dan CI-S. Gigi yang

diperiksaadalah gigi 11dan 31 bagian fasial, 16 dan 26 bagian bukal, 36

dan 46 bagian lingual. Setelah didapat indeks DI-S dan CI-S kedua skor

akan ditambahkan dan akan didapatkan skor indeks OHI-S

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat tulis

3.7.2 Lembar kuesioner (kuesioner tertutup).

3.7.3 Alkohol 70%.

3.7.4 Sarung tangan (Everglove Latex Examination).

3.7.5 Masker (Diapro Disposable Face Mask).

3.7.6 Kaca mulut (Medica).

3.7.7 Pinset (Medica).

3.7.8 Deppen Glass.

3.8 Analisa Data

Data disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dianalisis dengan uji

korelasi untuk mengukur hubungan antara pengetahuan terhadap indeks DMF-T

dan OHI-S. Uji stati stik dilakukan dengan kepercayaan 95%.

14

Page 15: hasil survey JADI.doc

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 453 responden yang diambil dari warga

Dusun Langon, Desa Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui pengetahuan

responden tentang kesehatan gigi dan mulut dan pengamatan langsung atau

pemeriksaan terhadap rongga mulut responden untuk mengetahui tingkat karies

gigi dan kebersihan rongga mulutnya. Karies gigi dan kebersihan rongga mulut

dilakukan melalui pemeriksaan langsung dengan menggunakan skor DMF-T dan

OHI-S.

Berdasarkan kuesioner yang ditanyakan kepada responden di dapat

karakteristik resonden sebagai berikut :

4.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Berdasarkan Umur

Rentang Umur Frekuensi %

15 – 30 th 150 33,1

30 – 45 th 183 40,4

45 – 60 th 120 26,5

Total 453 100,0

15

Page 16: hasil survey JADI.doc

4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Frekuensi %

Laki – Laki 233 48,6

Perempuan 220 51,4

Total 453 100,0

4.3 Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi %

TS 17 3,8

SD 143 31,6

SMA 110 24,3

PT 73 16,1

Total 453 100,0

4.4 Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi %

PNS 11 2,4

Wiraswasta 82 18,1

Swasta 52 11,5

Petani 133 29,4

Guru 94 20,8

IRT 81 17,9

Total 453 100,0

16

Page 17: hasil survey JADI.doc

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.2 . Tabel tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

PENGETAHUAN

TotalBURUK SEDANG BAIK

JENIS KELAMIN P 27 155 30 212

% 12,73 73,11 14,15 100,0

L 17 179 45 241

% 7,05 74,27 18,67 100,0

Total 44 334 75 453

Hasil analisis data yang dilakukan  pada responden, didapatkan

pengetahuan buruk pada 12,73% responden perempuan dan 7,05% pada

responden laki-laki, pengetahuan sedang pada 73,11% responden perempuan dan

74,27 pada responden laki-laki, dan pengetahuan buruk pada 45% responden

perempuan dan respnden laki-laki sebesar 18,67%.

Tabel 2a. Tabel dan Diagram jumlah responden berdasarkan usia

Pengetahuan

TotalBuruk Sedang Baik

Umur 17 -40 Count 18 191 59 268

% within Umur 6.7% 71.3% 22.0% 100.0%

41-60 Count 26 143 16 185

% within Umur 14.1% 77.3% 8.6% 100.0%

Total Count 44 334 75 453

% within Umur 9.7% 73.7% 16.6% 100.0%

17

Page 18: hasil survey JADI.doc

Hasil analisis data yang dilakukan  pada 453 responden, didapatkan

pengetahuan buruk pada 6,7% responden berumur 17 – 40 tahun dan 14,1%

resonden berumur 41 – 60 tahun, pengetahuan sedang pada 71,3% responden

berumur 17 – 40 tahun dan 77,3% pada responden berumur 41 – 60 tahun, dan

pengetahuan buruk pada 22% responden berumur 17 – 40 tahun dan responden

berumur 41 – 60 tahun sebesar 8,6%.

Tabel 2b. Tabel jumlah responden berdasarkan pendidikan

18

Page 19: hasil survey JADI.doc

Pengetahuan

TotalBuruk Sedang Baik

pendidikan TS Count 7 12 0 19

% within pendidikan 36.8% 63.2% .0% 100.0%

SD Count 25 121 4 150

% within pendidikan 16.7% 80.7% 2.7% 100.0%

SMP Count 10 110 17 137

% within pendidikan 7.3% 80.3% 12.4% 100.0%

SMA Count 2 83 33 118

% within pendidikan 1.7% 70.3% 28.0% 100.0%

D3 Count 0 1 4 5

% within pendidikan .0% 20.0% 80.0% 100.0%

S1 Count 0 7 17 24

% within pendidikan .0% 29.2% 70.8% 100.0%

Total Count 44 334 75 453

% within pendidikan 9.7% 73.7% 16.6% 100.0%

Tabel 2c. Diagram tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan

19

Page 20: hasil survey JADI.doc

Hasil analisis data yang dilakukan  pada 453 responden, didapatkan

pengetahuan buruk pada 36,8% responden yang tidak pernah sekolah, 16,7%

responden berpendidikan terakhir SD, 7,3% responden berpendidikan terakhir

SMP, 1,7% responden berpendidikan terakhir SMA, dan 0% responden

berpendidikan terakhir D3 dan S1. Pengetahuan sedang pada 63,2% responden

yang tidak pernah sekolah, 80,7% responden berpendidikan terakhir SD, 80,3%

responden berpendidikan terakhir SMP, 70,3% responden berpendidikan terakhir

SMA, 20% pada responden berpendidikan terakhir D3 dan 29,2% responden

berpendidikan terakhir S1. Pengetahuan baik pada 0% responden yang tidak

pernah sekolah, 27% responden berpendidikan terakhir SD, 12,4% responden

berpendidikan terakhir SMP, 28% responden berpendidikan terakhir SMA, 80%

pada responden berpendidikan terakhir D3 dan 70,8% responden berpendidikan

terakhir S1.

Tabel 2d. Tabel dan diagram tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan

20

Page 21: hasil survey JADI.doc

pekerjaan * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

TotalBuruk Sedang Baik

pekerjaan PNS Count 1 2 10 13

% within

pekerjaan

7.7% 15.4% 76.9% 100.0%

Wiraswasta Count 5 69 19 93

% within

pekerjaan

5.4% 74.2% 20.4% 100.0%

Swasta Count 2 47 12 61

% within

pekerjaan

3.3% 77.0% 19.7% 100.0%

Petani Count 23 106 7 136

% within

pekerjaan

16.9% 77.9% 5.1% 100.0%

Guru Count 0 5 11 16

% within

pekerjaan

.0% 31.3% 68.8% 100.0%

IRT Count 12 94 11 117

% within

pekerjaan

10.3% 80.3% 9.4% 100.0%

lain-lain Count 1 11 5 17

% within

pekerjaan

5.9% 64.7% 29.4% 100.0%

Total Count 44 334 75 453

% within

pekerjaan

9.7% 73.7% 16.6% 100.0%

21

Page 22: hasil survey JADI.doc

Hasil analisis data yang dilakukan  pada 453 responden, didapatkan

pengetahuan buruk pada 7,7% responden yang bekerja sebagai PNS, 5,4% pada

responden yang bekerja sebagai wiraswasta, 3,3% responden yang bekerja pada

perusahaan swasta, 16,9% responden yang bekerja sebagai petani, dan 0%

responden yang bekerja sebagai guru, 10,3% pada responden yang bekerja sebagai

IRT, dan 5,9% pada responden yang pekerjaanya selain pekerjaan di atas.

Pengetahuan sedang pada 15,4% responden yang bekerja sebagai PNS, 74,2%

pada responden yang bekerja sebagai wiraswasta, 77,0% responden yang bekerja

pada perusahaan swasta, 77,9% responden yang bekerja sebagai petani, dan

31,3% responden yang bekerja sebagai guru, 80,3% pada responden yang bekerja

sebagai IRT, dan 64,7% pada responden yang pekerjaanya selain pekerjaan di

atas. Pengetahuan baik pada 76,9% responden yang bekerja sebagai PNS, 20,4%

pada responden yang bekerja sebagai wiraswasta, 19,7% responden yang bekerja

pada perusahaan swasta, 5,1% responden yang bekerja sebagai petani, dan 68,8%

responden yang bekerja sebagai guru, 9,4% pada responden yang bekerja sebagai

IRT, dan 29,4% pada responden yang pekerjaanya selain pekerjaan di atas.

22

Page 23: hasil survey JADI.doc

Tabel tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 75 16,6 16,6 16,6

Sedang 334 73,7 73,7 90,3

Buruk 44 9,7 9,7 100,0

Total 453 100,0 100,0

diagram 3b. diagram tingkat pengetahuan

Hasil analisis data yang dilakukan  pada 453 responden, didapatkan

pengetahuan buruk pada 16,6% responden, pengetahuan sedang pada 73,7%

responden, dan pengetahuan baik pada 9,3% responden.

Tabel tabel ohi-s

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 25 5,5 5,5 5,5

Sedang 304 67,1 67,1 72,6

Buruk 124 27,4 27,4 100,0

Total 453 100,0 100,0

23

Page 24: hasil survey JADI.doc

diagraml 3b. diagram tingkat OHI-S

Hasil analisis data yang dilakukan  pada 453 responden, didapatkan

tingkat OHI-S buruk pada 27,4% responden, tingkat OHI-S sedang sedang pada

67,1% responden, dan tingkat OHI-S baik pada 5,5% responden.

Diagram DMF

Hasil analisis data yang dilakukan  pada 453 responden, didapatkan nilai D

(decay) sebesar 5,2. Nilai M (Missing) sebesar 2,2 dan nilai F (Filing) sebesar )

0,1.

24

Page 25: hasil survey JADI.doc

4.4 Hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks

DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa Ambulu Kecamatan

Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ohis dmft

pengetahua

n

N 453 453 453

Normal

Parameters(a,b)

Mean 2,5487 7,4614 1,93

Std. Deviation 1,02182 2,87289 ,509

Most Extreme

Differences

Absolute ,089 ,111 ,388

Positive ,089 ,111 ,349

Negative -,056 -,079 -,388

Kolmogorov-Smirnov Z 1,887 2,356 8,257

Asymp. Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,000

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Correlations

pengetahua

n ohis dmft

Spearman's

rho

Pengetahua

n

Correlation

Coefficient1,000 ,137(**) ,216(**)

Sig. (2-tailed) . ,004 ,000

N 453 453 453

Ohis Correlation

Coefficient,137(**) 1,000 ,209(**)

25

Page 26: hasil survey JADI.doc

Sig. (2-tailed) ,004 . ,000

N 453 453 453

Dmft Correlation

Coefficient,216(**) ,209(**) 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 .

N 453 453 453

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji Spearman didapatkan

hasil terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap

indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa Ambulu

Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013. Hal ini ditunjukkan dari

signifikan kurang dari 0,05 yaitu sebesar

26

Page 27: hasil survey JADI.doc

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada masyarakat Dusun Langon,

Desa Ambulu Kecamatan Ambulu terdapat 3 variabel yang diteliti, yaitu tingkat

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut , indeks DMF-t, dan indeks OHI-S. Alat

ukur yang digunakan untuk mengukur pengetahuan kesehatan gigi dan mulut

adalah kuesioner, sedangkan untuk tingkat karies dan tingkat kebersihan rongga

mulut digunakan indeks DMF-t dan OHI-S dengan cara pemeriksaan secara

lagsung. Tingkat pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dikategorikan menjadi 3

kategori, yaitu baik, sedang, dan buruk

Survey yang dilakukan pada 453 responden di Dusun Langon, Desa

Ambulu menunjukkan mayoritas masyarakat memiliki tingkat pengetahuan

sedang yaitu 339 responden (73,7%). Responden yang memiliki tingkat

pengetahuan buruk sebanyak 49 responden (9,7%) dan 75 responden (16,6%)

Baik

Tingkat Karies yang diukur dengan DMF-t di Dusun Langon menunjukkan

angka 7,46 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, tingkat

kebersihan rongga mulut yang diukur menggunakan indeks OHI-S menunjukkan

hanya 25 responden (5,5%) memiliki tingkat OHI-S baik. Sebagian besar

masyarakat Dusun Langon memiliki tingkat OHI-S sedang yaitu sebayak 304

responden (67,4%).

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji analisa statistik

Spearman yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi atau

hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat pada daerah tersebut dengan

indeks DMF-T dan OHI-S, hal ini ditunjukkan dengan didapatkannya nilai

signifikansi (0,00 dan 0,04) yang berarti data tersebut signifikan (sig<0,05).

27

Page 28: hasil survey JADI.doc

BAB 5. KESIMPILAN DAN SARAN

1.4 Kesimpulan

Terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap

indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa Ambulu

Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013.

1.5 Saran

1. Diharapkan adanya upaya peningkataan pencegahan penyakit gigi

dan mulut.

2.

28