BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhan masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Hal ini terlihat dari masih rendahnya kebersihan rongga mulut dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat. Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari masyarakat, yang berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut. Survei pendahuluan dilakukan terhadap masyarakat di Dusun Langon Desa Ambulu Kecamatan Ambulu membuktikan bahwa sebanyak 76,1% masyarakat tidak pernah memeriksakan gigi, sebanyak 76,3 % tidak pernah membersihkan karang gigi, sebanyak 77,2% menjawab jika gigi bermasalah dibiarkan saja, dan sebanyak 69,6% masyarakat mengaku tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari puskesmas Ambulu didapatkan bahwa kelainan penyakit pulpa dan periapikal menempati urutan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar
penyakit yang paling sering dikeluhan masyarakat Indonesia. Persepsi dan
perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya kebersihan rongga mulut dan penyakit mulut
di Indonesia yang cenderung meningkat. Hal yang sangat mempengaruhi masalah
tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari masyarakat, yang
berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat
khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Survei pendahuluan dilakukan terhadap masyarakat di Dusun Langon
Desa Ambulu Kecamatan Ambulu membuktikan bahwa sebanyak 76,1%
masyarakat tidak pernah memeriksakan gigi, sebanyak 76,3 % tidak pernah
membersihkan karang gigi, sebanyak 77,2% menjawab jika gigi bermasalah
dibiarkan saja, dan sebanyak 69,6% masyarakat mengaku tidak pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan data sekunder
yang didapatkan dari puskesmas Ambulu didapatkan bahwa kelainan penyakit
pulpa dan periapikal menempati urutan ke-3 sebanyak 1933 pada tahun 2011
diantara 10 penyakit terbesar yang tercatat pada kunjungan pasien di puskesmas
Ambulu.
Selain itu, dilihat dari ilmu pengetahuan, masih banyak dari masyarakat
yang belum mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga
mereka juga tidak mengetahui dampak dan efek yang timbul apabila mereka tidak
menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut. Terdapat beberapa kelompok
masyarakat yang hanya mengetahui tapi tidak paham sehingga mereka tidak
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
1
semakin luas pula pengetahuannya. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek
lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan
kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Kesehatan gigi adalah bagian
intergral dari kesehatan umum, sehingga perlu bagi kesehatan gigi untuk
senantiasa meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan kesehatan
pada umumnya. Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada
masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2004). Hal tersebut dilandasi oleh
kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.
Penyakit gigi-geligi merupakan proses biologis yang fase awalnya tidak
dapat ditentukan secara klinis. Suatu proses perjalanan penyakit akan
menyebabkan perubahan patologis yang dapat diamati secara objektif. Pada
umumnya pasien tersebut baru sadar akan sakitnya (sakit gigi, gigi goyang) dalam
stadium yang sangat lambat, dan apabila mereka sudah menyadari, keadaan
tersebut sudah menjadi suatu proses yang kronik. Oleh karena itulah biasanya
seseorang terlambat untuk melakukan perawatan terhadap kondisinya tersebut
(Houwink et al, 1993). Salah satu penyakit gigi dan mulut tersebut adalah karies
gigi.
Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan
menyegarkan mulut,gigi, dan gusi untuk mencegah dari penyakit gigi dan mulut
terutama yang disebabkan plak dan kalkulus, mencegah penyakit menular yang
penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki
fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan(Hermawan dalam Najib, 2010).
OHI-s (Oral Hygiene Index Simplified) merupakan metode yang digunakan untuk
mengklasifikasikan status oral hygiene(kebersihan rongga mulut) dari suatu
kelompok atau populasi yang telah disederhanakan (Hiremath ,2007: 183).
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan
2
mulut terhadap indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa
Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013?
1.3 TujuanPenelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat
Dusun Langon Desa Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Dusun Langon Desa Ambulu
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ambulu yang terletak
di sebelah selatan Kabupaten Jember dengan jarak 30 km dan waktu tempuh
kurang lebih satu jam. Wilayah kerja Ambulu meliputi 3 desa yaitu Desa Ambulu,
(terdiri dari 3 dusun), Desa Karanganyar (terdiri dari 4 dusun) dan Desa Tegalsari
(terdiri dari 3 dusun). Pada penelitian kali ini, dilakukan di Dusun Langon Desa
Ambulu. Dusun Langon memiliki 7 posyandu dimana setiap posyandu
membawahi 75 Kepala keluarga, sehingga didapatkan jumlah total kepala
keluarga pada 7 posyandu adalah sebanyak 525 kepala keluarga.
2.2. Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti
segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran).Adapun pengetahuanmenurut beberapa
ahli adalah:
1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia
atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek
dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-
bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat
kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh
teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan
yang sesuai.
3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
4
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari
persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus
bahasa indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses belajar
Depdiknas. (2008). KBBI Daring. Dipetik Februari 07, 2012, dari Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Suriasumantri, J. S. (2001). Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
2.3. Karies gigi
Karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh
terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut.
Walaupun terdapat komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor
hereditas hanya memainkan peran kecil. Karies gigi secara garis besar adalah
penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus
berinteraksi secara terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor
tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat dan waktu (Dwi, 2010).
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam
suatu karbohidrat dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang diikuti timbulnya kerusakan komponen organiknya.
Akibatnya terjadi infeksi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya
ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Ginting B, 1984).
Risiko karies dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu risiko karies tinggi,
sedang dan rendah. Agar dapat mengidentifikasi risiko karies anak digunakan