Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ..1 Konsep dasar lansia 1.Pengertian Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada dalam tahapan usia late adulthood atau yang dimagsud dengan tahapan usia dewasa akhir, dengan kisaran usia dimulai dari 60 tahun keatas (Santrock,2006 dalam Widyanto,2014). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2014).
34

BAB II fix

Jan 31, 2016

Download

Documents

adisedana93

h
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka1.1.1 Konsep dasar lansia

1. Pengertian

Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada

dalam tahapan usia late adulthood atau yang dimagsud

dengan tahapan usia dewasa akhir, dengan kisaran usia

dimulai dari 60 tahun keatas (Santrock,2006 dalam

Widyanto,2014).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang

terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,

yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2014).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diriuntuk mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (CONSTANTANIDES,1994 dalam Siti, 2009)

Page 2: BAB II fix

Proses menua merupakan kombinasi bermacam-

macam faktor yang saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak

definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua

yang tidak seragam. Secara umum proses menua di

definisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat

universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan

tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup

(Nugroho, 2014).

2. Batasan Umur Lansia

(WHO dalam Siti, 2014) menjelaskan bahwa ada beberapa batasan umur pada lansia antara lain :

1) Lanjut Usia (elderly) antara 60-75 tahun

2) Lanjut usia tua (old) antara 76-90 tahun

3) Lanjut usiatua (very old) diatas 90 tahun

3. Tipe Kepribadian Lansia

Menurut Kuntjoro dalam Azizah (2011) adalah sebagai berikut :

1) Tipe kepribadian tergantung (dependent personality)

Tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan

yang ditinggalkan akan menjadi sedih yang mendalam. Tipe lansia ini

senang mengalami pensiun, tidak punya inisiatif, pasif tetapi masih

tau diri dan masih dapat diterima oleh masyarakat.

Page 3: BAB II fix

2) Tipe kepribadian bermusuhan (hostile personality)

Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak

puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang tidak

diperhitungkan sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menurun.

Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu

mengeluh dan curiga. Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut

mati dan iri hati dengan yang muda.

3) Tipe kepribadian defensive

Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat

kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi

masa pensiun.

4) Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality)

Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah

dirinya. Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa

korban dari keadaan.

4. Perubahan Pada Lansia

1) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial menurut Potter & Perry (2009)

meliputi :

(1) Pensiun

Masa pensiun merupakan tahap kehidupan yang

ditandai transisi dan perubahan peran. Terkadang

Page 4: BAB II fix

timbul masalah yang berkaitan dengan isolasi social

dan keuangan. Kehilangan peran kerja sering

memiliki dampak besar bagi orang yang telah

pensiun. Mereka juga kehilangan struktur

padakehidupan harian saat mereka tidak lagi

memiliki jadwal kerja. Interaksi sosial dan juga

interpersonal yang terjadi pada pada lingkungan

kerja juga sudah hilang. Sebagai penyesuaian, lansia

harus menyusun jadwal yang bermakna dan jaringan

sosial pendukung.

(2) Rumah dan lingkungan

Jangkauan kemampuan lansia untuk hidup mandiri

sangat menentukan pilihan tempat tinggal.

Perubahan peran sosial, tanggung jawab keluarga

dan status kesehatan akan mempengaruhi susunan

hidup lansia. Tempat tinggal dan lingkunagn memiliki

dampak besar bagi kesehatan. Lingkungan dapat

mendukung atau menghambat fungsi fisik dan sosial,

meningkatkan atau memperburuk perubahan fisik.

(3) Seksualitas

Semua lansia, baik sehat maupun sakit, ,erasakan

kebutuhan untuk mengekpresikan perasaan

seksual.seksualitas melibatkan cinta, kehangata,

Page 5: BAB II fix

kasih saying, saling berbagi dan sentuhan. Sentuhan

adalah ekspresi terbuka dengan banyak arti dan

merupakan merupakan bagian dari keintiman.

(4) Isolasi Sosial

Tingkat isolasi soaial meeningkat seiring usia. isolasi terkadang

merupakan suatu pilihan, yaitu keinginan untuk tidak berhubungan

dengan orang lain, isolasi juga dapat menjadi respon terhadap

kondisi yang menghambat interaksi dengan pihak lain. Lansia

terhadap isolasi bertambah jika tidak ada dukungan para dewasa

lain, seperti yang terjadi kehilangan peran kerja atau relokasi ke

lingkungan yang asing.

2) Perubahan Kognitif

(1)Memori (Daya Ingat, Ingatan)

Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai

beberapa hari yang lalu dan mencakup beberapa

perubahan. Kenangan jangka pendek atau seketika

(0-10 menit). Kenangan buruk (bisa kearah demensia)

(Nugroho, 2014).

(2)Intelegentia Quocient (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal. Penampilan, persepsi, dan

keterampilan psikomotor berkurang. Terjadi

Page 6: BAB II fix

perubahan pada daya membayangkan kerena

tekanan faktor waktu (Nugroho, 2014).

(3)Demensia

Demensia merupakan gangguan intelektual yang

menghambat fungsi kerja dan sosial. Perubahan

kongnitif akan menurunkan an lansia untuk

melakukan kegiatan harian (Potter&Perry,2009).

(4)Delirium

Delirium atau keadaan bingung akut adalah kongnitif

yang reversible danbiasanya biasanya disebabkan

oleh faktor fisologis. Delirium juga bisa disebabkan

karena faktor lingkungan seperti lingkungan yang

asing (Potter&Perry,2009).

(5)Depresi

Pada panghujung kehidupannya,lansia bisa

mengalami depresi, ini bukan merupakan proses

penuaan yang normal, penyakit medis yang dapat

ditangani (Potter&Perry,2009).

1.1.2 Depresi

1. Pengertian

Page 7: BAB II fix

Depresi merupakan satu masa terganggu fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertaan, termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,

kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri

( Kap’an dan Sandock, 1998) dalam Yuli (2014)

Depresi adalah perasaan sedih, ketidak berdayaan, dan pesimis,

yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang

ditunjukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam ( Nugroho,

2014)

Depresi adalah suasana hati (afek) yang sedih atau

kehilangan minat atau kesenangan dalam semua aktifitas

selama sekurang-kurangnya dua minggu yang disertai

dengan beberapa gejala yang berhubungan, seperti

kehilangan berat badan dan kesulitan berkonsentrasi

(Idrus, 2007).

Sedangkan menurut (Hawai 1996) dalam Yuli (2014)

mengatakan depresi merupakan bentuk gangguan

kejiwaan pada alam perasaan (mood), yang ditandai

dengan kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup,

perasaan tidak berguna, dan putus asa.

2. Etiologi

Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) dalam Yuli (2014) mengatakan faktor

penyebab depresi adalah:

Page 8: BAB II fix

1) Faktor Predisposisi :

(1) Faktor genetic, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif

melalui riwayat keluarga dan keturunan.

(2) Teori agresi menyerang kedalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi

karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri

(3) Teori kehilangan objek, menunjukkan kepada perpisahan traumatika

individu dengan benda atau yang sangat berarti

(4) Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang

negative dan harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan dan

penilaian seseorang terhadap stressor.

(5) Model kongnitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah

kognitifyang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri

seseorang, dunia seseorang dan masa depan seseorang.

(6) Model ketidakberdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa semata-

mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang

tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam

kehidupannya.

(7) Model perilaku, berkembang dari teori belajar social, yang mengasumsi

penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam

berinteraksi dengan lingkungan

(8) Model biologi, menguraikan kimia dalam tubuh yang terjadi selama

depresi, termasuk definisi katekolaim, disfungsi endokrin

2) Stressor pencetus

Page 9: BAB II fix

Ada 4 sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam

perasaan ( depresi ) menurut (Stuart dan Sudeen, 1998) dalam Yuli,2014

yaitu :

(1) kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk

kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga

diri,karena elemen actual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan,

maka persepsi seseorang merupakan hal sangat penting.

(2) Peristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai

pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-

masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan

masalah.

(3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi

perkembangan depresi, terutama pada wanita

(4) Perubahan fidiologik diakibatkan oleh oba-obatan atau berbagai

penyakit fisik. Seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan

metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

Faktor-faktor yang menyebaban terjadinya depresi pada lanjut usia yang

tinggal dalam institusional seperti tinggal dipanti wredha (Endah dkk,

2003) dalam Yuli (2014) :

1) Faktor psikologis

Menururt Maramis (1995) dalam Yuli (2014) mengatakan pada lanjut usia

permasalahan yang menarik adalah kekurangan kemampuan dalam

Page 10: BAB II fix

beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan yang terjadipada dirinya.

Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stress

lingkungan sering menyebabkan depresi.

2) Faktor psikososial

Kunjungan keluarga yang kurang, berkurangnya interaksi social dan

dukungan social mengakibatka penyesuaian diri yang negative pada lansia.

Tinggal di institusi membuat konflik bagi lansia antara integritas,

pemuasan hidup dan keputusasaan karena kehilangan dukungan social

yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memelihara dan

mempertahankan kepuasan hidup sehingga mudah terjadi depresi pada

lansia.

Pekerjaan di waktu muda dulunya yang berkaitan dengan peran sosial dan

pekerjaannya yang hilang setelah memasuki masa lanjut usia dan tinggal

di isntitusi mengakibatkan hilangnya gairah hidup, kepuasan dan

penghargaan diri (Rini, 2001) dalam Yuni (2014).

3) Faktor budaya

Perubahan social ekonomi dan nilai sosial masyarakat, mengakibatkan

kecenderungan lansia tersisihkan dan terbengkalai tidak mendapatkan

perawatan dan banyak yang memilih untuk menaruhnya dipanti lansia

(Darmojo danMartono, 2004) dalam Yuli (2014)

2. Tanda dan Gejala

Menurut Kelliat dalam Yuli (2014), perilaku yang berhubungan dengan

depresi meliputi beberapa aspek seperti :

Page 11: BAB II fix

1) Afektif

Kemarahan, ansietas,apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan,

kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan , keputusan, kesepian, harga

diri rendah, kesedihan.

2) Fisiologi

Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan,

gangguan pencernaan, insomnia. Perubahan haid, makan

berlebihan/kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat badan.

3) Kognitif

Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan

minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, pikiran

yang destruktif tentang diri sendiri, pesimis, ketidakpastian.

4) Perilaku

Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan obat,

intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung,

kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik

diri.

Menurut PPDGJ-III (Maslim,1997) dalam Yuli 2014, tingkatan depresi ada 3

berdasarkan gejala-gejalanya yaitu :

1) Depresi Ringan

(1) Kehilangan minat dan kegembiraan.

Page 12: BAB II fix

(2) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas.

(3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang.

(4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.

2) Depresi Sedang

(1) Kehilangan minat dan kegembiraan

(2) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas

(3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

(4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

(5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

3) Depresi Berat

(1) Mood depresif

(2) Kehilangan minat dan kegembiraan

(3) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas

(4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

(5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

(6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

(7) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri

Page 13: BAB II fix

(8) Tidur terganggu

(9) Disertai waham, halusinasi

(10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu.

3. Penatalaksanaan Depresi

Penatalaksanaan depresi menurut Agus dalam Setiawan

(2011) antara lain yaitu :

1) Terapi Fisik

Pemberian anti-depresan pada usia lanjut, sama seperti pemberian

psikotropika pada umumnya harus hati-hati. Umumnya diperlukan dosis

yang leebih kecil daripada orang dewasakarena dikhawatirkan terjadi

akumulasi akibat fungsi ginjal yang sudah kurang baik.

2) Terapi keluarga

Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan depresi,

sehingga dukungan terhadap keluarga pasien adalah sangat penting. Proses

penuaan mengubah dinamika keluarga, diantaranya ada perubahan posisi

dari dominan menjadi dependen pada lanjut usia. Tujuan dari terapi

terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan

frustasi dan putus asa, merubah dan memperbaiki sikap atau struktur

dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.

3) Terapi kognitif-perilaku

Page 14: BAB II fix

Bertujuan mengubah pola pikirpasien yang selalu negatif (persepsi diri

yang buruk, masa depan yang suram, dunia yang tak ramah, diri yang tak

berguna lagi, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola piker yang netral

atau positif. Ternyata pasien lanjut usia dengan depresi dapat menerima

metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan

terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas, terapi kognitif-

perilaku bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.

4) Terapi Seni

menurut Case dan Dalley dalam Mukhlis (2011), terapi seni merupakan

salah satu jenis dari berbagai jenis terapi ekspresif melibatkan individu

dalam aktivitas kreatif dalam bentuk penciptaan (karya atau produk) seni.

Holt dan Kaiser dalam Mukhlis (2011) mengatakan bahwa melalui

aktifitas seni tersebut individu diasumsikan mendapat media paling aman

untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi pikiran, persepsi,

keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi.

4. Pengukuran Tingkat Depresi

Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap

lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai

dengan gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus

dilakukan pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat

dipercayai serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia.

Salah satu yang paling muadah digunakan untuk diinterprestasikan di berbagai

tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis adalah Geriatric Depression

Page 15: BAB II fix

Scale (GDS). Alat ini terdiri dari 15 poin pertanyaan dibuat sebagai alat

penapisan depresi pada lansia. GDS menggunakan format laporan sederhana

yang diisi sendiri dengan menjawab “ya” atau “tidak”

Skor 0-4 menunjukkan tidak ada depresi, nilai 5-8 menunjukkan depresi

ringan, skor 9-11 termasuk depresi sedang, skor 12-15 menunjukkan depresi

berat (Jason, 2010).

2.1.3 Terapy Clay

1. Pengertian

Clay adalah semacam bahan yang menyerupai lilin, lembut, mudah

dibentuk, dapat mengeras, mengering dengan sendirinya, dan bersifat anti

racun. Penggunaannya aman bagi siapapun, termasuk anak-anak. Clay

memiliki struktur yang sangat liat sehingga sangat mudah dibentuk

menjadi apapun. Hanya dengan mengeringkannya, maka clay yang sudah

dibentuk akan mengeras ( Monica, 2007).

Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain

terbuat dari tanah liat, caly juga ada yang terbuat dari bermacam-macam

bahan yang nantinya bisa dibuat aneka bentuk (Eliyawati, 2005:64 dalam

Listiana, 2012)

Clay adalah bahan yang sering digunakan dalam terapi seni dan

psikoterapi. Banyak yang menganjurkan penggunaan clay sebagai alat

dalam proses terapi individu dan kelompok. Produk clay yang dikenal

dalam sejak jaman prasejarah yaitu dalam bentuk vas, pot, dan simbolis

Page 16: BAB II fix

tokoh-tokoh, termasuk juga tokoh-tokoh manusia (Sholt dan Gavron,

2006). Menurut Sholt dan Gavron (2006) tujuan terapi clay diantaranya :

1) Memfasilitasi ekspresi emosi

Clay digambarkan sebagai alat untuk memfasilitasi dan

memungkinkan dalam mengekspresikan perasaan. Dalam proses

pembuatan clay terdapat beberapa teknik yang dapat mengekspresikan

rasa marah, seperti menggaruk, menggenggam, menusuk, melempar,

dan sebagainya.

2) Memfasilitasi katarsiss

Jorstad dan Anderson dalam Sholt dan Gavron (2006)

menggambarkan sebuah efek katarsis dari penggunaan clay dalam

psikoterapi. Intensitas keterlibatan emosional saat bekerja dengan clay

akan membangkitkan suatu respon afektif, seperti kenangan, pikiran,

dan fantasi.

3) Mengungkap kesadaran

Salah satu aspek dari efek katarsis adalah untuk membawa ideide,

perasaan, keinginan, dan kenangan dari masa lalu.

4) Memfasilitasi ekspresi yang kaya dan mendalam.

Clay bekerja sebagai alat komunikasi, clay dapat mengekspresikan

makna tentang kepemilikan, misteri, jebakan, kesempurnaan, dendam,

dan kebodohan.

Page 17: BAB II fix

5) Memfasilitasi komunikasi.

Jorstad (1965) melaporkan bahwa komunikasi verbal menjadi lebih

mudah, pengalaman dan wawasan meningkat dalam situasi terapi.

6) Konkretisasi dan simbolisasi

Konkretisasi mengacu pada proses di mana pikiran, perasaan, fantasi,

dan konflik yang diwujudkan dalam benda-benda konkret. Lowenfeld

dalam Henley dan David R (1991) menggambarkan penggunaan clay

sebagai sarana untuk mengembangkan kesadaran diri, citra diri, dan

konsep diri, dan sebagai sarana memperkuat hubungan antara diri

sendiri dan orang lain. Dalam terapi clay, sebuah format terstruktur

bekerja yang termasuk pembukaan, kerja, diskusi, dan penutupan.

Kegiatan terapi diadakan di sebuah ruangan yang cukup terang,

tenang, dan nyaman (Yaretzky, Abraham,Levinson dan Malca, 1996).

2. Jenis Clay

Adonan clay merupakan sejenis adonan menyerupai adonan keramik.

Clay yang telah dibentuk bisa mengeras dan bisa dimanfaatkan sebagai

hiasan sesuai kebutuhan (Indira, 2007). Ada beberapa jenis clay,

diantaranya adalah :

1) Lilin Malam ( color clay)

Lilin mainan fisiknya lentur dan halus, membuatnya mudah dibentuk

menjadi apa saja, sudah mempunyai warna dan tidak bias mengeras

(Stephani, 2010).

Page 18: BAB II fix

2) Paper clay

Paper clay dibuat dari campuran kertas yang direndam dalam air dan

lem. Clay ini biasanya berwarna putih dan harus diberi cat pabila ingin

menghasilkan clay yang berwarna-warni,dan dapat mengeras dengan

cara diangin-anginkan. Adapun paperclay merupakan clay yang

pengeringannya dilakukan di udara terbuka (Indira, 2007).

3) Plastisin Clay (Clay Tepung)

Plastisin clay dapat dibuat sendiri dengan menggunakan tepung

maizena, tapioka, tepung beras, dan benzoate yang dicampur lem putih

(Indira, 2006). Menurut Eliyawati dalam Listiana, (2012), Clay tepung

merupakan salah satu alat permainan edukatif (APE), Clay dapat

mengembangkan aspek perkembangan, mendorong aktivitas dan

kreatvitas.

4) Polymer Clay

Polymerclay merupakan clay yang sering digunakan untuk membuat

karakter. Polymerclay ini terdiri dari berbagai macam warna. Proses

pengeringan polymerclay harus dipanggang dalam oven atau dibakar

dalam pembakaran khusus (Indira, 2007).

5) Clay Asli (Tanah Liat)

Tanah liat dengan sifatnya yang mudah dibentuk, lunak dan elastis

banyak digunakan untuk barang-barang kerajinan. Mulai dari yang

Page 19: BAB II fix

kasar seperti tungku, sampai dengan yang halus, seperti guci hiasan

(Subarnas, 2007).

3. Teknik Dasar Membuat Kreasi Clay

Ada beberapa teknik dasar dalam pembuatan kreasi clay,

menurut Schubert (2009) ada sepuluh teknik dasar dalam

pembuatan clay diantaranya adalah:

1) Menggulung

Teknik ini digunakan untuk membuat bulatan

menggunakan kedua telapak tangan

2) Menggilas

Membentuk lembaran menggunakan kayu bulat atau

spidol. Ada dua macam teknik menggilas. Pertama

menggilas dengan ketebalan yang sesuai dengan

keinginan sendiri. Kedua, menggilas dengan pengukur

ketebalan.

3) Menekan

(1)Menekan dengan telunjuk. Letakkan malam diatas

meja lalu tekan dengan telunjuk.

(2)Menekan dengan telunjuk disertai tarikan.

Letakkan malam diatas mejadan tekan dengan jari

telunjuk kemudian terik kebawah.

Page 20: BAB II fix

(3)Menekan dengan telunjuk dan telapak tangan.

Letakkan malam ditengah telapak tangan,

kemudian tekan dengan jari telunjuk.

(4) Menekan dengan jempol. Letakkan malam diatas

meja atau jepit diantara jempol dan telunjuk,

kemudian tekan dengan jempol.

(5)Menekan dengan tumit telapak tangan. Letakkan

malam diatas mika atau meja kemudian tekan

dengan tumit telapak tangan

(6)Menekan dengan alat seperti pensil, tutup botol,

kancing, baut dan sisir. Letakkan malam diatas

mika atau meja, kemudian tekan menggunakan

alat dengan bantuan telaak tangan.

4) Meremas

Meremas-remas atau menekan dengan ujung jari

sampai menjadi bentuk yang diinginkan.

5) Melinting

Menggunakan beberapa jari tangan , telapak tangan,

atau alat untuk membuat lintingan panjang atau

bulatan.

6) Menggunting

Potong langsung malam dengan gunting atau

tempelkan lilin malam pada kain kasa , lalu gunting.

Page 21: BAB II fix

7) Memotong

Potong malam dengan alat ukir atau lembaran mika

menjadi bentuk yang diinginkan.

8) Mengukir

Ukir malam dengan alt ukir atau pensil.

9) Menyambung

Sambung langsung antar malam atau gunakan bantuan

tusuk gigi atau sedotan.

10) Menempel

Temple malam yang sudah atau belum dibentuk ke

tempat yang diinginkan

2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang

dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep

memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan

untuk melakukan penelitian ( Saryono, 2011).

Page 22: BAB II fix

Keterangan : : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur konsep

Gambar 2

Jenis-Jenis Clay :1. Lilin malam/color clay (Stephani,2010).

Depresia. Depresi ringanb. Depresi sedangc. Depresi berat

PPDGJ-III (Maslim,1997) dalam

Yuli, 2014

Faktor yang mempengaruhi depresi dipanti

1) Faktor psikologis2) Faktor psikososial3) Faktor budaya

(Yuli, 2014)

Depresi pada lansia

2. Plastisine clay/Clay tepung(Indira, 2006).3. Clay asli/tanah liat (Subarnas,2007)4. Paper clay (Indira, 2007).

Page 23: BAB II fix

Kerangka konsep penelitian Pengaruh Terapi clay terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia

2.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Pengaruh Terapi Clay Terhadap

Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana

Seraya Denpasar 2015.