Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Deep vein thrombosis (DVT) merupakan kondisi dimana trombus terbentuk pada vena dalam terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah dapat menghambat darah dari tungkai bawah kembali ke jantung. Salah satu faktor resiko dari trombosis adalah karena imobilisasi yang lama (Karmel, 2006). Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856 dengan diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai Triad of Virchow, yaitu terdiri dari abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan komposisi darah, dan gangguan aliran darah. Ketiganya merupakan faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam patofisiologi trombosis. Dikenal dua macam trombosis, yaitu trombosis arteri dan trombosis vena Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun ada perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri, pada beberapa hal terdapat keadaan yang saling tumpang tindih. Trombosis dapat mengakibatkan efek lokal adan efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan derajat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa gejal-gejala akibat fenomena
47

Bab i Dan Bab II (Fix)

Jan 04, 2016

Download

Documents

y
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab i Dan Bab II (Fix)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Deep vein thrombosis (DVT) merupakan kondisi dimana trombus

terbentuk pada vena dalam terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah

dapat menghambat darah dari tungkai bawah kembali ke jantung. Salah satu

faktor resiko dari trombosis adalah karena imobilisasi yang lama (Karmel, 2006).

Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856

dengan diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai Triad of

Virchow, yaitu terdiri dari abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan

komposisi darah, dan gangguan aliran darah. Ketiganya merupakan faktor-faktor

yang memegang peranan penting dalam patofisiologi trombosis. Dikenal dua

macam trombosis, yaitu trombosis arteri dan trombosis vena

Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun

ada perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri, pada beberapa

hal terdapat keadaan yang saling tumpang tindih. Trombosis dapat

mengakibatkan efek lokal adan efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan

derajat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa

gejal-gejala akibat fenomena tromboemboli. Trombosis pada vena besar akan

memberikan gejala edema pada ekstremitas yang bersangkutan. Terlepasnya

trombus akan menjadi emboli dan mengakibatkan obstruksi dalam sistem arteri,

seperti yang terjadi pada emboli paru, otak dan lain-lain.

Trombosis di Amerika Serikat merupakan penyebab kematian terbanyak.

Sekitar 80-90% thrombosis dapat diketahui penyebabnya. Angka kejadian deep

vein thrombosis (DVT) di Amerika Serikat lebih dari 1 per 1000 dan terdapat

200.000 kasus baru tiap tahun. Dari total angka kejadian thrombosis vena dalam,

sekitar 60% didapat emboli paru dengan resiko kematian sekitar 30% dalam 30

hari (Kesteven, 2006).

Deep vein thrombosis (DVT) merupakan keadaan darurat yang harus

secepat mungkin didiagnosis dan terapi. Hal ini karena sering menyebabkan

terlepasnya thrombus ke paru dan jantung yang berujung kematian. Berdasarkan

Page 2: Bab i Dan Bab II (Fix)

uraian latar belakang diatas dan bertambah banyaknya prevalensi pasien yang

mengidap penyakit deep vein thrombosis pada pasien yang dirawat di ICU, maka

penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan deep vein thrombosis.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan

deep vein thrombosis

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada Tn.S dengan deep vein thrombosis

b. Melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan

pada Tn.S dengan deep vein thrombosis

c. Menyusun rencana keperawatan pada Tn.S dengan deep vein

thrombosis berdasarkan jurnal evidence based practice

d. Melakukan implementasi dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada Tn.S dengan deep vein thrombosis

e. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan

pada Tn.S dengan deep vein thrombosis

Page 3: Bab i Dan Bab II (Fix)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

Arteri-arteri mempunyai otot-otot yang tipis didalam dinding-dinding

mereka supaya mampu untuk menahan tekanan darah yang dipompa jantung

keseluruh tubuh. Vena-vena tidak mempunyai lapisan otot yang signifikan, dan

disana tidak ada darah yang dipompa balik ke jantung kecuali fisiologi. Darah

kembali ke jantung karena otot-otot tubuh yang besar menekan/memeras vena-

vena ketika mereka berkontraksi dalam aktivitas normal dari gerakan tubuh.

Aktivitas-aktivitas normal dari gerakan tubuh mengembalikan darah ke jantung

(Mansjoer, dkk, 2001).

Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial (dekat

permukaan) dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak

tepat dibawah kulit dan dapat terlihat dengan mudah pada permukaan. Vena-vena

deep, seperti yang disiratkan namanya, berlokasi dalam didalam otot-otot dari

kaki. Darah mengalir dari vena-vena superficial kedalam sistim vena dalam

melalui vena-vena perforator yang kecil. Vena-vena superficial dan perforator

mempunyai klep-klep (katup-katup) satu arah didalam mereka yang mengizinkan

darah mengalir hanya dari arah jantung ketika vena-vena ditekan.

Bekuan darah (thrombus) dalam sistim vena dalam dari kaki adalah

sebenarnya tidak berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika sepotong

dari bekuan darah terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan ke arah muara

melalui jantung kedalam sistim peredaran paru, dan menyangkut dalam paru.

Diagnosis dan perawatan dari deep venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk

mencegah pulmonary embolism (Supandiman, 2001).

Page 4: Bab i Dan Bab II (Fix)

Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya

yang menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja

sebagai saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistim vena dalam.

Mereka biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.

B. ETIOLOGI ATAU FAKTOR RESIKO PENYAKIT DEEP VEIN

THROMBOSIS

Darah dimaksudkan untuk mengalir; jika ia menjadi mandek ada potensi

untuknya untuk membeku/menggumpal. Darah dalam vena-vena secara terus

Page 5: Bab i Dan Bab II (Fix)

menerus membentuk bekuan-bekuan yang mikroskopik yang secara rutin

diuraikan oleh tubuh.

Jika keseimbangan dari pembentukan bekuan dan pemecahan dirubah,

pembekuan/penggumpalan yang signifikan dapat terjadi. Thrombus dapat

terbentuk jika satu, atau kombinasi dari situasi-situasi berikut hadir:

1. Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)

Perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti penerbangan-

penerbangan pesawat yang panjang ("economy class syndrome"),

mobil, atau perjalanan kereta api

Opname rumah sakit

Operasi

Trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa operasi atau gips

Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum

Kegemukan

2. Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)

Obat-obat (contohnya, pil-pil pengontrol kelahiran, estrogen)

Merokok

Kecenderungan genetik

Page 6: Bab i Dan Bab II (Fix)

Polycythemia (jumlah yang meningkat dari sel-sel darah merah)

Kanker

3. Trauma pada vena

Patah tulang kaki

Kaki yang memar

Komplikasi dari prosedur yang invasif dari vena

C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika

trombosis menyebabkan peradangan hebat dan penyumbatan aliran darah, otot

betis akan membengkak dan bisa timbul rasa nyeri, nyeri tumpul jika disentuh dan

teraba hangat. Pergelangan kaki, kaki atau paha juga bisa membengkak,

tergantung kepada vena mana yang terkena.

Beberapa trombus mengalami penyembuhan dan berubah menjadi jaringan

parut, yang bisa merusak katup dalam vena. Sebagai akibatnya terjadi

pengumpulan cairan (edema) yang menyebabkan pembengkakan pada

pergelangan kaki. Jika penyumbatannya tinggi, edema bisa menjalar ke tungkai

dan bahkan sampai ke paha. Pagi sampai sore hari edema akan memburuk karena

efek dari gaya gravitasi ketika duduk atau berdiri. Sepanjang malam edema akan

menghilang karena jika kaki berada dalam posisi mendatar, maka pengosongan

vena akan berlangsung dengan baik.

Gejala lanjut dari trombosis adalah pewarnaan coklat pada kulit, biasanya

diatas pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh keluarnya sel darah merah dari

vena yang teregang ke dalam kulit. Kulit yang berubah warnanya ini sangat peka,

cedera ringanpun (misalnya garukan atau benturan), bisa merobek kulit dan

menyebabkan timbulnya luka terbuka (ulkus, borok).

Trombosis vena dalam merupakan keadaan darurat yang harus secepat

mungkin didiagnosis dan diobati, karena sering menyebabkan terlepasnya

trombus ke paru dan jantung. Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan

berupa :

Page 7: Bab i Dan Bab II (Fix)

- Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada

ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai berjalan dan tidak

berkurang dengan istirahat.

- Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.

- Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan

- Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu

1. Superficial thrombophlebitis

Bekuan-bekuan darah pada sistim vena superficial paling sering terjadi

disebabkan oleh trauma (luka) pada vena yang menyebabkan terbentuknya bekuan

Page 8: Bab i Dan Bab II (Fix)

darah kecil. Peradangan dari vena dan kulit sekelilingnya menyebabkan gejala

dari segala tipe peradangan yang lain:

kemerahan,

kehangatan,

kepekaan, dan

pembengkakan.

Sering vena yang terpengaruh dapat dirasakan sebagai tali menebal yang

kokoh. Mungkin ada peradangan yang menyertai sepanjang bagian dari vena.

Meskipun ada peradangan, tidak ada infeksi.

Varicosities dapat memberi kecenderungan pada superficial

thrombophlebitis. Ketika klep-klep dari vena-vena yang lebih besar pada sistim

superficial gagal (vena-vena saphenous yang lebih besar dan lebih berkurang),

darah dapat mengalir balik dan menyebabkan vena-vena untuk membengkak dan

menjadi menyimpang atau berliku-liku. Klep-klep gagal ketika vena-vena

kehilangan kelenturan dan peregangannya. Ini dapat disebabkan oleh umur,

berdiri yang berkepanjangan, kegemukan, kehamilan, dan faktor-faktor genetik.

2. Deep Venous Thrombosis

Gejala-gejala dari deep vein thrombosis berhubungan dengan rintangan

dari darah yang kembali ke jantung dan menyebabkan aliran balik pada kaki.

Secara klasik, gejala-gejala termasuk:

nyeri,

bengkak,

kehangatan, dan

kemerahan.

Tidak semua dari gejala-gejala ini harus terjadi; satu, seluruh, atau tidak

ada mungkin hadir dengan deep vein thrombosis. Gejala-gejala mungkin meniru

infeksi atau cellulitis dari kaki.

Menurut sejarah, dokter-dokter akan mencoba menimbulkan sepasang

penemuan-penemuan klinik untuk membuat diagnosis. Dorsiflexion dari kaki

(menarik jari-jari kaki menuju ke hidung, atau Homans' sign) dan Pratt's sign

(memencet betis untuk menghasilkan nyeri), telah ditemukan tidak efektif dalam

membuat diagnosis.

Page 9: Bab i Dan Bab II (Fix)

D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

Trombosis vena terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya

statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan

faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan

hanya mengandung sedikit masa trombosit. Pada umumnya menyerupai reaksi

bekuan darah dalam tabung.

Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad

(tigaserangkai Virchow) yaitu :

1. Perubahan dinding pembuluh darah

Pembuluh darah yang dilapisi oleh semacam lapisan khusus dari sel yang disebut

sel endotel. Ini adalah semacam sel yang memiliki sifat khusus, mencegah

pembekuan darah normal di atasnya. Apapun yang merusak sel endotel, dapat

menyebabkan darah menggumpal pada lapisan pembuluh darah di bawah sel

endotel. Dinding pembuluh juga dapat berubah dengan memiliki bekas luka di

atasnya seperti memiliki bekas trombosis vena sebelumnya - atau tonjolan dan

narrowings dari dinding pembuluh darah seperti pada varises.

2. Perubahan aliran darah

Manusia, seperti semua binatang, benar-benar melakukan pergerakan yang cukup

aktif. Sayangnya dengan kehidupan modern, ada banyak contoh di mana mereka

melakukan pergerakan yang kurang aktif dari yang mereka harus lakukan.

Ini mungkin merupakan alasan mengapa seseorang tidak dapat menghindarinya,

seperti sakit atau patah kaki, cara hidup seseorang seperti duduk untuk waktu yang

lama di depan komputer atau televisi, perjalanan di mobil, pelatihan atau pesawat.

Dengan mengurangi aktivitas kaki, pompa infus dan otot sehingga aliran darah

menjadi sangat lamban dalam vena dalam. Penyebab lain perubahan dalam aliran

darah adalah bila terjadi perubahan diameter atau panjang pembuluh darah -

seperti yang ditemukan pada varises. Darah mengalir lancar pada pembuluh darah

yang lurus dan sempit, varises dengan tonjolan narrowings dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan pada aliran darah dan dapat memungkinkan terjadinya

pembekuan darah.

Page 10: Bab i Dan Bab II (Fix)

3. Perubahan komposisi darah

Penyebab paling umum perubahan komposisi darah adalah dehidrasi. Hal

ini sering terjadi karena orang meminum alkohol atau meminuman minuman

dengan kandungan kafein di dalamnya seperti teh, kopi atau minuman ringan.

Sayangnya alkohol dan kafein bertindak sebagai diuretik, yang berarti bahwa

meskipun fluida sedang diambil dalam, lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk

urin. Oleh karena itu darah menjadi lebih terkonsentrasi dan lebih mungkin untuk

membeku.

Wanita yang menggunakan kontrasepsi estrogen baik dalam bentuk pil

kontrasepsi oral atau sebagai HRT, juga mengubah komposisi darah dengan cara

yang membuat trombosis lebih mungkin terjadi. Orang dengan lemak darah tinggi

(hyperlipidaemia) juga lebih mungkin untuk mendapatkan bekuan karena

komposisi darah yang abnormal.

Stasis vena dapat terjadi sebagai akibat dari apa pun yang memperlambat

atau menghambat aliran darah vena. Hal ini menyebabkan peningkatan viskositas

dan pembentukan microthrombi, yang tidak hanyut oleh pergerakan fluida,

sedangkan thrombus yang terbentuk kemudian dapat tumbuh dan merambat.

Endotel (intimal) kerusakan di pembuluh darah mungkin intrinsik atau sekunder

terhadap trauma eksternal. Mungkin akibat dari cedera atau dilakukannya

pembedahan. Hiperkoagulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan biokimia

antara faktor yang beredar. Hal ini mungkin akibat dari peningkatan sirkulasi

aktivasi faktor jaringan, dikombinasikan dengan penurunan sirkulasi plasma

antithrombin dan fibrinolysins.

Seiring waktu, perbaikan telah dibuat dalam deskripsi faktor-faktor dan

kepentingan relatif mereka terhadap perkembangan trombosis vena. Asal

trombosis vena sering multifaktorial, dengan komponen dari Virchow triad

pentingnya asumsi variabel pada individual pasien, namun hasil akhirnya adalah

interaksi awal trombus dengan endotelium. Interaksi ini merangsang produksi

sitokin lokal dan memfasilitasi adhesi leukosit ke endotel, baik yang

mempromosikan trombosis vena. Tergantung pada keseimbangan yang relatif

antara koagulasi dan trombolisis yang diaktifkan, sehingga propagasi trombus

terjadi.

Page 11: Bab i Dan Bab II (Fix)

Penurunan kontraktilitas dinding pembuluh darah dan disfungsi katup vena

memberikan kontribusi pada pengembangan insufisiensi vena kronis. Kenaikan

tekanan vena menyebabkan berbagai gejala klinis seperti varises, edema tungkai

bawah, dan ulserasi vena.

Pasien dengan faktor risiko tinggi untuk menderita trombosis vena dalam

yaitu apabila :

- Riwayat trombosis, stroke

- Paska tindakan bedah terutama bedah ortopedi

- Imobilisasi lama terutama paska trauma/ penyakit berat

- Luka bakar

- Gagal jantung akut atau kronik

- Penyakit keganasan baik tumor solid maupun keganasan hematologi

- Infeksi baik jamur, bakteri maupun virus terutama yang disertai syok.

- Penggunaan obat-obatan yang mengandung hormon esterogen

- Kelainan darah bawaan atau didapat yang menjadi predisposisi untuk terjadinya

trombosis.

Keadaan ini dapat menyerang semua usia, tersering setelah usia 60 tahun,

dan tidak terdapat perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hematokrit : homokonsentrasi (peningkatan Ht) potensial risiko

pembentukan thrombus

2. Pemeriksaan koagulasi : dapat menyatakan hiperkoagulasi

3. Pemeriksaan vaskuler noninvasive (oskilometri Doppler, toleransi latihan,

pletismografi impend, dan skan dupleks) : perubahan pada aliran darah dan

identifikasi volume vena tersumbat, kerusakan vaskuler, dan kegagalan

vaskuler.

4. Tes trendelenburg : dapat menunjukkan tidak kompetennya pembuluh

darah katup

5. Venografi : secara radiografi memastikan diagnose melalui perubahan

aliran darah dan/atau ukuran saluran

Page 12: Bab i Dan Bab II (Fix)

6. MRI : dapat berguna mengkaji aliran turbulen darah dan gerakan,

kompetensi vena katup

F. ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

1. Pengkajian Primer

a. Airway

1) Yakinkan kepatenan jalan napas

2) Berikan alat bantu napas jika perlu

3) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli

anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU

b. Breathing

1) Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan

gejala yang signifikan

2) Kaji saturasi oksigen

3) Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan

kemungkinan asidosis

4) Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask

5) Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada

6) Periksa foto thorak

c. Circulation

1) Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda

signifikan

2) Monitoring tekanan darah

3) Periksa waktu pengisian kapiler

4) Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar

5) Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel

6) Pasang kateter

7) Lakukan pemeriksaan darah lengkap

8) Catat temperature, kemungkinan adanya infeksi lebih dari 360C

9) Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

Page 13: Bab i Dan Bab II (Fix)

d. Disability

Bingung dan lemas merupakan salah satu tanda pertama pada pasien

deep vein thrombosis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat

dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.

e. Exposure

Jika diketahui adanya infeksi, kaji dan nilai kalor, tumor, rubor,

fungsio laesa

2. Pengkajian Sekunder

a) Biodata:

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan

tanggal pengkajian.

b) Anamnesis:

1) Anamnesa SAMPLE dari penderitam keluarga, maupun petugas

pra RS

a. S: Sign and Symptom dengan menggunakan PQRST

b. A: Alergi

c. M: Medikasi/obat-obatan yang dikonsumsi

d. P: Penyakit sebelumnya yang diderita

e. L: Last meal (terakhir makan jam berapa)

f. E: Event, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera

Obyektif :

2) Pemeriksaan Fisik

- Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya

hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)

- Heart rate : takikardi biasa terjadi

- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen

pulmonic) dapat terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG

sering menunjukkan normal

Page 14: Bab i Dan Bab II (Fix)

- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis

biasa terjadi (stadium lanjut)

- Integritas Ego

Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan

kematian

Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan

mental.

- Makanan/Cairan

Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea

Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan,

hilang/melemahnya bowel sounds

- Neurosensori

Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan

mental, disfungsi motorik

- Respirasi

Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi

pulmolal diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air

hunger”

Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting

- Rasa Aman dan Nyaman

Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis,

transfusi darah, episode anaplastik

1. Diagnosa dan Rencana Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

NOC NIC

1. Hyperthermi

(suhu tubuh naik

diatas rentang

normal)

Batasan

Thermoregulas

i

(Keseimbanga

n antara

produksi

panas,

Fever Treatment

( Managemen pasien dengan hyperpireksia

disebabkan faktor-fkator nonenvironmetal)

Pantau suhu secara teratur

Pantau IWL

Page 15: Bab i Dan Bab II (Fix)

Karakteristik :

Kejang

Kulit Kemerahan

Peningkatan suhu

tubuh di atas

rentang normal

Menggigil

Takikardi

Takipnea

Hangat bila

disentuh

Faktor yang

berhubungan :

Hehydrasi

Proses Penyakit

perolehan

panas, dan

kehilangan

panas tubuh)

Hidrasi

Cairan yang

adekuat dalam

kompartemen

ekstra seluler

dan

intraseluler

tubuh)

Status Imun

(Pertahanan

alamiah dan

yang

dibutuhkan

secara tepat

terhadap

antigen

internal dan

eksternal)

Pantau warna kulit dan suhu

Pantau tekanan darah, nadi, dan respirasi

Pantau adanya penurunan kesadaran

Pantau adanya serangan panas

Pantau nilai leukosit, Hg, dan Hct

Pantau intake dan output

Pantau adanya abnormalitas elektrolit

Pantau adanya ketidakseimbangan asam

basa

Pantau adanya aritmia jantung

Berikan medikasi antipiretik, sesuai

anjuran

Berikan medikasi untuk mengobati

penyebab demam, sesuai anjuran

Selimuti pasien dengan selimut tipis

Beri pasien seka air hangat

Dukung peningkatan intake cairan per oral

Beri cairan IV, sesuai anjuran

Beri kantong es yang dibungkus hnduk

pada axila dan lipat paha

Tingkatkan sirkulasi udara menggunakan

kipas angin

Dorong klien melakukan oral hygien

Beri medikadi yang tepat untuk mencegah

atau mengontrol menggigil

Temperature regulation

( Pencapaian dan atau mempertahankan

suhu tubuh dalam batasan normal)

Pantau suhu tubuh setiap 2 jam

Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan

Pantau warna kulit dan suhu tubuh

Pantau dan catat adanya tanda dan gejala

Page 16: Bab i Dan Bab II (Fix)

hypotermi atau hipertermi

Dukung asupan cairan dan makanan yang

adekuat

Ajarkan klien cara untuk mencegah

keletihan karena panas

Barikan medikasi antipiretik, jika perlu

2 Nyeri Akut

Pengalaman

sensori dan

emosional yang

tidak

menyenangkan

akibat kerusakan

jaringan yang

aktual atau

potensial atau

gambaran sebagai

bentuk dari

kerusakan(Internati

onal Association

for the study of

pain) ; Terjadi

mendadak atau

lamban dari

berbagai intensitas

ringan ke sedang

dengan akhir yang

dapat diatasi atau

diperkirakan dan

dalam durasi < 6

bulan)

Kontrol Nyeri

(Tindakan

personal

untuk

mengendalian

nyeri)

Tingkat Nyeri

Tingkat Nyeri

yang diamati

atau

dilaporkan)

Tanda-tanda

Vital

(Tingkatan

dimana suhu,

nadi, respirasi

dan tekanan

darah dalam

batasan

normal)

Pain Management

(Peringanan nyeri batau mengurangiu

nyeri ke level nyaman yang dapat diterima

oleh pasien)

Lakukan pengkajian lengkap pada nyeri

termasuk lokasi, sifat, onset/durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya

nyeri dan faktor pencetusnya.

Kaji isyarat nonverbal ketidaknyamanan,

khususnya pada mereka yang tidak dapat

berkomunikasi dengan efektif

Pastikan pasien mendapatkan pengobatan

analgesik

Gunakan strategi komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri dan

sampaikan respon penerimaan pasien

terhadap nyeri

Gali kepercayaan dan pengetahuan klien

tentang nyeri

Sadari adanya pengaruh budaya dengan

respon terhadap nyeri

Tentukan pengaruh pengalaman nyeri

terhadap kualitas hidup klien

Gali faktor-faktor yang

meningkatkan/memperburuk nyeri

Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan

Page 17: Bab i Dan Bab II (Fix)

Batasan

Karakteristik :

Perubahan Nafsu

makan

Perubahan tekanan

darah

Perubahan denyut

nadi

Perubahan

respiratory Rate

Laporan Kode

Diaporesis

Tingkah laku

menarik diri

Tingkah laku yang

ekspresif ( cth :

gelisah, menguap,

menangis, cerewet)

Muka topeng

( meringis, gerakan

menarik, terlihat

menggigit, dll)

Berhubungan

dengan agen injury

lain tentang keefektifan kontrol nyeri di

masa lalu

Bantu klien dan keluarga untuk mencari

dan mnyediakan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Kaji type dan dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarakan teknik non farmakologi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Ajarkan teknik dan prinsip manajemen

nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Analgesic administration

(Penggunaan agen farmakologi untuk

menghilangkan atau mengurangi nyeri)

Menentukan lokasi, sifat, kualitas, dan

berat nyeri sebelum pengobatan

Periksa anjuran medis untuk obat, dosis

dan frekuensi pemberian

Nilai kemampuan klien untuk ikut serta

dan terlibat dalam pemilihan obat

analgesik, dosis, dan rute

Pilih analgesik yang tepat, attau kombinasi

analgesik saat lebih dari satu analgesik

yang dianjurkan

Tentukan pilihan analgesik berdasarkan

type dan berat nyeri

Pilih rute IV dari IM untuk suntikan

Page 18: Bab i Dan Bab II (Fix)

analgesik yang teratur

Pantau tanda vital sebelum dan sesudah

pemberian analgetik narkotik

Bentuk pengharapan positif berhubungan

dengan keefektifan analgetik untuk

mengoptimmalkan respon klien

Evaluasi keefektifan obat analgesik

Catat respon terhadap analgetik danadanya

efek yand tidak diinginkan

Evaluasi dan catat tingkat sedasi pada klien

yang mendapat golongan opioid.

3 Kurang

Pengetahuan

(Ketidakhadiran

atau kurangnya

informasi kognitif

berhubungan

dengan topik

khusus)

Batasan

Karakteristik :

Tidak tepat saat

mengikuti instruksi

Tingkah laku yang

tidak sesuai

Tingkkah laku

melebih-lebihkan

Mengungkapkan

masalah

Faktor yang

Pengetahuan :

Proses

Penyakit

Tingkat

pemahaman

proses

penyakit dan

pencegahan

komplikasi)

Pengetahuan :

Perawatan

Penyakit

(Tingkat

Pemahaman

tentang

penyakit

berkaitan

dengan

Informasi yang

dibutuhkan

untuk

Teaching : Prescribe Medication

(menyiapkan pasien untuk melakukan

pengobatan yang ditentukan dengan aman

dan memantau efeknya)

Anjurkan klien mengenali sifat-sifat

khusus dari obat-obatannya

Informasikan ke pasien tentang obat

generik dan nama dagangnya pada setiap

obat

Ajarkan klien tujuan dan kerja setiap obat

Jelaskancara pemberi pelayanan kesehatan

memilih obat yang tepat

Ajarkan pasien cara pemberian /aplikasi

yang tepat

Ulangi kembali pengetahuan klien tentang

pengobatannya

Puji pengetahuan klien tentang

pengobatannya

Evaluasi kemampuan klien untuk

meminum obat sendiri

.anjurkan klien melakukan tindakan yang

Page 19: Bab i Dan Bab II (Fix)

berhubungan :

Tidak akrab dengan

sumber infosrmasi

Kurang paparan

informasi

memperoleh

dan

mempertahank

an kesehatan

optimal)

Pengetahuan

Resimen

Pengobatan

(Tingkat

Pemahaman

tentang

resimen

pengobatan

khusus

Pengetahuan :

Prosedur

Pengobatan

(Tingkat

pemahaman

tentang

prosedur yang

dibutuhkan

sebagai bagian

dari resimen

pengobatan)

Proses

Informasi

Pengetahuan :

Medikasi

(Tingkanpema

haman tentang

dilakukan sebelum minum obat

Informasikan pada klien konsekuensi jika

putus obat

Ajarkan klien efek samping yang dimiliki

setiap obat

Ajarkan pada klien cara mencegah dan

menghilangkkan efek sampingnya

Ajarkan klien tindakan tepat yang harus

dilakukan bila ada efek samping

Ajarkan kllien tanda dan gejala

overdosis/dosis kurang

Ajarkan pada klien tentang kemungkinan

adanya interaksi obat dengan makanan

Ajarkan kepada klien cara menyimpan

obat-obatnya

Bantu klien menulis perkembangan jadual

pengobatan

Sediakan klien informasi tertulis tentang

tujuan, cara kerja, efek samping dan lain-

lainnya- tentang pengobatannya

Teaching : Procedure/Treatment

( Menyiapkan pasien untuk mengerti dan

siap mental terhadap pengobatan dan

tindakan yang ditetapkan)

Informasikan ke klien/orang terdekat

tentang kapan dan dimana

tindakan/pengobatan akan dilakukan

Informasikan ke klien/orang terdekat

berapa lama tindakan/pengobatan akan

dilakukan hingga akhir

Informasikan ke klien/orang terdekat siapa

yang akan melakukan tindakan/pengobatan

Page 20: Bab i Dan Bab II (Fix)

penggunaan

obat yang

aman)

tersebut

Kuatkan kembali kepercayaan klien saat

melibatkan staf lain

Tentukan pengalaman masa lalu klien dan

tingkat pengetahuan tentang

tindakan/pengobatan yang akan dilakukan

Jelaskan tujuan dari tindakan/pengobatan

Gmbarkan kegiatan pengobatan/tindakan

yang akan dilakukan

Jelaskan tindakan/pengobatan yang

dilakukan

Ajarkan pada klien cara ikut serta dalam

pengobatan/tindakan yang akan dilakukan

Perkenalkan klien kepada staf yang akan

terlibat dapa tindakan/pengobatan

Tentukan harapan pasien terhadap

tindakan/pengobatan yang akan dilakukan

Perbaiki harapan yang tidak realistik

terhadap tindakan/pengobatan yang akan

dilakukan.

Diskusikan pengobatn alternatif lainnya

Sediakan waktu untuk klien bertanya dan

memperhatikan

Libatkan keluarga/orang terdekat klien

Teaching : Disease Process

(Membantu klien memahami informasi

berhubungan dengan proses penyakit)

Nilai tingkat pengetahuan klien sekarang

tetang psoses penyakit ()

Jelaskan patofisiologi penyakit dan

hubungannya dengan anatomi dan fisiologi

Review pengetahuan klien tentang

Page 21: Bab i Dan Bab II (Fix)

kondisinya

Puji pengetahuan klien tentang kondisinya

Gambarkan tanda dan gejala umum

tentang penyakit klien

Kaji apa yang telah dilakukan klien untuk

mengatasi gejala

Gambarkan proses penyakit klien

Kenali kemungkinan penyebab

Berikan informasi tentang kondisi klien

Mengenali perubahan kondisi fisik untuk

pasien

Berikan ketenangan tentang kondisi pasien

Berikan informasi kepada keluarga/orang

terdekat tentang perkembangan klien

Berikan informasi tentang pengukuran

diagnostik yang tersedia

Diskusikan perubahan gaya hidupyang

dibutuhkan untuk mencegah komplikasi di

masa depandan/atau mengendalikan proses

penyakit

Diskusi kan pilihan terapi dan tindakan

Diskusikan alasan dibelakang

managemen/terapi/tindakan yang

dianjurkan

Dukung pasien untuk mendapatkan

pilihan/mencari pendapat kedua

Gali sumber/dukungan yang tersedia

Anjurkan klien pada tanda dan gejala apa

harus melapor ke pemberi pelayanan

kesehatan

Berikan nomor telepon yang harus

dihubungi bila terjadi komplikasi

Page 22: Bab i Dan Bab II (Fix)

Kuatkan kembali informasi yang telah

diberikan

oleh anggota tim kesehatan lainnya.

4 Ketidakefektifan

perfusi jaringan

perifer

berhubungan

dengan defisiensi

pengetahuan

tentang pemberat

(gaya hidup kurang

gerak,trauma)

Status sirkulasi

(tidak

obstruksi, tidak

mengalirnya

darah secara

langsung di

tekanan yang

disediakanmel

alui jalur

besar dari

sistemik dan

sirkulasi paru)

Perfusi

jaringan :

jantung

(adekuat dari

aliran darah

melalui

vaskulari

coronary untuk

mempertahank

an fungsi

jantung)

Tanda vital

(suhu, nadi,

respirasi, dan

tekanan darah

dalam keadaan

rata-rata

Cardiac Preacautions(Pencegahan

jantung)

Aktivitas :

Membatasi merokok

Mencegah penyebab situasi emosi yang

intensi

Mencegah terlau panas atau dingin pada

pasien

Membatasi untuk berdebat

Menyediakan makanan yang kecil

Mendorong aktiviitas yang tidak

kompertitif

Menginstruksikan pasien di latihan

progresif

Menginstruksikan pasien dan keluarga

pada gejala kompromi jantung yang

mengidentifikasikan kebutuhan istirahat

Menyelenggarakan terapy relaksasi

Mempromosikan tehnik effektive dari

pengurangan stress.

Perawatan jantung

Aktivitas:

Evaluasi nyeri dada

Mendokumentasikan distrimia jantung

Mencatat tanda dan gejala dari penurunan

curah jantung

Monitor frekuensi tanda vital

Monitor status jantung

Monitor status pernapasan dari gejala

Page 23: Bab i Dan Bab II (Fix)

normal)

Status

cardiopulmona

ry

(adekuat dari

volume darah

yang

dikeluarkan

dari ventrikel

dan perubahan

dari carbon

dioksida dan

oksigen di

level alveoli)

kegagalan jantung

Monitor abdomen untuk

mengidentifikasikan penurunan perfusi

Monitor keseimbangan cairan

Monitor aktivitas toleren pasien

Monitor pencocokan nilai laboratorium

Menerima adanya perubahan tekanan

darah

Evaluasi respon pasien untuk ektopi atau

distrimia

Memonitor keadaan pasien

Sering medukung spritual kepada pasien

dan keluarga

Mengatur periode latihan dan istirahat

untuk mencegah kelelahan

5 Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan zat kimia,

faktor mekanik

Keperahan

infeksi

(keparahan

dari infeksi

dan

berhubungan

dengan gejala)

Respon

pengobatan

(teraupetik dan

effek

merugikan

dari

pengobatan

yang

ditentukan)

Perawatan kulit

Aktivitas :

Monitor karakteristik luka

Bersihkan luka dengan normal saline atau

pembersih yang bersifat nonracun

Pelihara teknik steril ketika dilakukan

perawatan pada luka

Ubah posisi pasien

Intruksikan pasien atau anggota keluarga

mengetahui prosedur perawatan luka

Intruksikan pasien dan keluarga tentang

tanda dan gejala dari infeksi

Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan

perubahannya.

Pengawasan Kulit

Aktivitas:

Page 24: Bab i Dan Bab II (Fix)

Jaringan

integritas: kulit

dan membran

mukosa

(struktur yang

utuh dan

fungsi

psikologis

yang normal

dari kulit dan

membran

mukosa)

Inspeksi kulit dan membran mukosa dari

kemerahan, panas yang tinggi, edema,

dan drainage

Observasi ekstremitas(warna,kehangatan,

pembengkakan, denyutan, tekstur,

edema, dan ulcer

Inspeksi kondisi dari insisi bedah

Monitor warna kulit dan suhuh

Monitor kulit dan membran mukosa dari

perubahan warna, memar, dan kerusakan.

Monitor dari infeksi

Monitor dari sumber tekanan dan fraksi

Dokumentasikan perubahan kulit dan

mukosa membran

6 Gangguan citra

tubuh berhubungan

dengan

cedera,penyakit,

trauma.

Adaptasi untuk

cacat fisik

(respon

adaftasi untuk

sebuah

tantangan

fungsi

signifikan

karena cacat

fisik)

Citra tubuh

(persepsi

penampilan

kita dan fungsi

tubuh)

Peningkatan citra tubuh

Aktivitas :

Menentukan harapan utama citra tubuh

pasien di tingkat perkembangan

Gunakan panduan antisipatif untuk

mempersiapkan pasien untuk prediksi

perubahan di citra tubuh

Kaji pasien untuk membahas perubahan

yang disebabkan oleh sakit atau bedah

Bantu pasien menentukan luasnya

perubahan aktual di tubuh

Kaji pasien untuk menyaring penampilan

fisik dari perasaan harga diri

Kaji pasien untuk menentukan pengaruh

dari sebuah grup pertemanan

Kaji pasien untuk diskusi stress affektif

citra tubuh karena kondisi kongenital,

Page 25: Bab i Dan Bab II (Fix)

injury, penyakit, atau bedah

Monitor apakah pasien bisa terlihat ada

perubahan bagian tubuh

Tingkatkan kalau perubahan di citra

tubuh sudah berkontribusi untuk

meningkatkan isolasi sosial

7 risiko cedera akibat

kondisi perioperatif

berhubungan

dengan

disorientasi,

edema, emasiasi,

imobilisasi,

kelemahan otot,

obesitas, gangguan

sensori akibat

anestesi.

Perfusi

jaringan :

pulmonar

(adekuat dari

aliran darah

melalui

vaskularpulmo

nar untuk

perfusi

alveoli/unit

kapiler)

Status

pernapasan:ve

ntilasi

(perpindahan

udara di dan

luar paru)

Status sirkulasi

: tidak

obstruksi,

(tidak secara

langsung

aliran darah di

tekanan yang

Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena

Aktivitas :

Inspkesi kulit dari stasis ulkus dan

kerusakan jaringan

Evaluasi edema peripherala dan denyutan

Berlakukan dressing sesuai dengan ukuran

luka dan type

Monitor derajat dari kegelisahan atau nyeri

Instruksikan pasien tentang pentingnya

pemahaman terapy

Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20

derajat atau lebih besar diatas level

jantung, untuk meningkatkan vena

kembali.

Ubah posisi pasien setiap 2 jam

Kelola profilaksis dosis rendah

antikoagulan dan pengobatan

antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan

dextra)

Instruksikan pasien di perawatan kaki yang

tepat

Monitor status cairan, termasuk masukan

dan keluaran

Utamakan adekuat hidrasi untuk

Page 26: Bab i Dan Bab II (Fix)

sesuai melalui

pembuluh

besar dari

sistemik dan

sirkulasi

pulmonar)

menurunkan viskositas darah

Perawatan Embolus : pulmonar

Aktivitas

Evaluasi nyeri pasien

Auskultasi suara paru dari krakel atau

suara tidak diketahui

Monitor pola respirasi untuk gejala

perpindahan respirasi

Catat level gas darah arteri

Kelola antikoagulan

Monitor efek obat antikoagulan

Menghindari overwedging kateter arteri

pulmonar untuk mencegah ruptur artery

pulmonar

Mendorong pasien relek

Monitor gejala dari jaringan oksigen yang

tidak adekuat

Pencegahan Emboli

Aktivitas

Laksanakan sebuah nilai komprehensif

dari sirkulasi peripheral

Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20

derajat atau lebih besar diatas level

jantung, untuk meningkatkan vena

kembali.

Memberlakukan kaus kaki antiemboli(e.g

elastik atau stocking pneumatik)

Melepas kaus kaki antiemboli dari 15

sampai 20 menit setiap 8 jam

Kaji pasien dengan pasive atau aktive jarak

gerakan

Page 27: Bab i Dan Bab II (Fix)

Ubah posisi pasien setiap 2 jam atau

ambulasi sebagai toleran

Mencegah injury untuk lumen pembuluh

oleh mencegah tekanan lokal, trauma,

infeksi, atau sepsis

Intruksikan pasien tidak menyilangkan

kaki

Menahan diri dari pijatan atau kompres

otot kaki

Mendorong menghentikan merokok

Intruksikan pasien atau keluarga di

pencegahan yang tepat

Kelola profilaksis dosis rendah

antikoagulan dan pengobatan

antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan

dextra)

Page 28: Bab i Dan Bab II (Fix)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Trombosis vena dalam adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah

vena terutama pada tungkai bawah.

2. Penyebab dari deep vein thrombosis adalah :

Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)

Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)

Trauma pada vena

3. Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan berupa :

Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan,

biasanya pada ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai

berjalan dan tidak berkurang dengan istirahat.

Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.

Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan

Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu

4. Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad

(tigaserangkai Virchow) yaitu perubahan dinding pembuluh darah, perubahan

aliran darah dan perubahan komposisi darah

5. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan terbagi dua, yaitu penatalaksanaan

secara nonfarmakologi maupun penatalaksanaan secara farmakologi

(misalnya pemberian heparin dan weafrin).

6. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien penderita deep

vein thrombosis adalah :

Hipertermi

Nyeri akut

Kurang pengetahuan

Page 29: Bab i Dan Bab II (Fix)

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan defisiensi

pengetahuan tentang pemberat (gaya hidup kurang gerak,trauma)

Kerusakan integritas kulit

Gangguan citra tubuh

Resiko cidera

B. SARAN

Deep vein trhombosis merupakan penyakit yang sering terjadi di

masyarakat. Penyakit ini bahkan hanya dapat disebabkan oleh kurangnya

pergerakan atau mobilitas. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui seluk

beluk penyakit ini, misalnya penyebab, tanda dan gejala, serta pengobatannya,

sehingga diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan agar terhindar dari

penyakit deep vein thrombosis.

Page 30: Bab i Dan Bab II (Fix)

DAFTAR PUSTAKA

Andrews KL, Gamble GL, et al. Vascular Diseases. In: Delisa JA, editor.

PhysicalMedicine & Rehabilitation Pr inciples and Practice, 4th Edition.

Phyladelphia: LippincottWilliams & Wilkins; 2005. p. 787-806.

Dahlan M. Trombosis Arterial Tungkai Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2007.

Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2004.

Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Elsevier.

Karmel TL. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta :

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006: 767-768

Katzung BG. 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R et al. Trombosis Vena. Dalam : Kapita

Selekta Kedokteran Jilid I. edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001.

Sue Moorhead, Marion Johnson, Maridean L. Mass, Elizabeth Swanson. 2008.

Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. BOOK AID

International.

Tambunan KL. Trombosis : Masalah di Indonesia Masa Kini dan Masa

Datang. Jakarta : Yoga Buana;2009.

Supandiman I. Trombosis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.

Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2001.

Rani AA, Soegondo, Nazir AU et al. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Page 31: Bab i Dan Bab II (Fix)