bahan psikiatri
Post on 06-Dec-2014
157 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Laporan KasusFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman / RSJD Atma Husada Mahakam
DEPRESI BERAT
TANPA GEJALA PSIKOTIK
`
Oleh
Monika RiaNIM. 0808015053
Pembimbing
dr. A. Dalidjo, Sp.KJ
LAB / SMF KESEHATAN JIWA
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSKD Atma Husada Mahakam
2013
1
Laporan Kasus
DEPRESI BERAT
Oleh:
Monika RiaNIM. 0808015050
Dipresentasikan pada tanggal 15 Desember 2012
Mengetahui,
Pembimbing
dr. Jaya Mualimin, Sp.KJ
2
LAPORAN KASUS
Dipresentasikan pada kegiatan Kepaniteraan Klinik, Lab. Kedokteran Jiwa. Pemeriksaan
dilakukan pada hari Jumat, 10 Januari 2012 Pukul 20.00 WITA, di IGD RSKD Atma Husada
Samarinda, sumber Autoanamnesis dan Heteroanamnesis.
Identitas Pasien
Nama : Tn.MK
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 34 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Kutai
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Babulu Darat RT.02 No. 18 PPU
Identitas Keluarga
Nama : Tn. ZK
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status dengan pasien : Kakak Ipar
Alamat : Babulu Darat PPU RT. 02 No. 21
Status Psikiatri
Keluhan Utama : Pasien mengamuk dan memukul orang
Riwayat penyakit sekarang
Autoanamnesis
Pasien datang diantar oleh kakak ipar dan pamannya, karena marah-marah dan
memukul tetangganya. Pasien memukul karena rasa cemburu, tetangganya sering menggoda
kekasih pasien. Pasien berpacaran dengan kekasihnya sudah 6 bulan. Tetapi 1 bulan 3
terakhir pasien mengetahui kekasihnya mempunyai pasangan lain dan menganggap tidak
serius dalam menjalin hubungan dengan pasien. Kemudian 3 minggu yang lalu
kekasihnya menghilang tiba-tiba dan tidak pernah menghubungi sampai sekarang. Kemudian
pasien mendatangi tempat kekasihnya di Balikpapan, tetapi pasien tidak menemukannya.
Kemudian pasien merasa kehilangan, karena pasien mengaku serius membina hubungan
dengan kekasihnya dan rencana akan menikah tahun ini. Sejak saat itu, pasien merasa tidak
bergairah dalam menjalani hidup, tidak memiliki nafsu untuk makan, sering ngelamun dan
tidak bisa tidur dengan nyenyak karena teringat akan masalah tersebut. Apabila bertemu
dengan tetangga-tetangga yang pernah dekat dengan kekasihnya, pasien merasa curiga dan
ingin memukul mereka.
Heteroanamnesis
Menurut kakak ipar pasien yang tinggal disamping rumah, pasien adalah orang yang
tertutup dan pendiam. Tidak banyak masalah pasien yang pasien sampaikan kepada keluarga.
Semenjak masalah tersebut terjadi, pasien terlihat lebih banyak berdiam di rumah, tidak lagi
melakukan aktivitas seperti biasa, lebih banyak melamun terkadang mondar-mandir,
berbicara sendiri. Pasien terkadang mengamuk dan sering mengetok pintu rumah para
tetangganya dan ingin memukul. Pasien juga sering mencari pasangannya, apabila pasien
melihat pasangan lain berbicara ia mendengar seolah-olah mendengar suara kekasihnya dan
mengejar wanita itu. Keluhan tersebut dialami pasien 2 minggu.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah terjadi gejala seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
riwayat malaria (+), kejang (-), trauma kepala (-).
Riwayat mengkonsumsi “double L” 10 tahun yang lalu selama 1 bulan, tetapi jarang
mengkonsumsi rutin. Kemudian pasien berhenti sendiri karena merasa tidak enak
setelah mengkonsumsinya.
Riwayat mengkonsumsi “Topi miring” 10 tahun yang lalu, selama 2 tahun. Pasien
mengaku jarang minum, hanya minum jika ditawarin dan berkumpul dengan teman-
temannya.
Riwayat Keluarga
Struktur keluarga yang tinggal serumah dengan penderita hingga usia 2 tahun :
4
Nama L/P Hub Umur SifatAyah L Ayah 50 thnIbu P Ibu 45 thn -Inal L Kakak kandung 11 thn -Sri P Kakak kandung 9 thn -Ipul L Kakak kandung 7 thn -Ipan L Kakak kandung 4 thn -Iswan L Os 2 thn Manja
Struktur keluarga yang tinggal serumah sampai saat penderita berusia 10 tahun:
Nama L/P Hub Usia SifatSayuti L Om 50 thn -Siti P Tante 45 thn -Iswan L Os 10 thn Manja
Struktur keluarga yang tinggal dengan penderita sekarang :
Nama L/P Hub Usia SifatAswar L Sepupu 33 thnSafira P Istri Sepupu 28 thnIswan L Os 32 thn Mandiri
- Ada kakak pasien yang memiliki keluhan serupa karena masalah yang kurang
lebih serupa pula.
Genogram
5
Gambaran premorbid
Pasien merupakan orang yang tertutup, pendiam.
Riwayat Pribadi
Faktor pencetus
Pasien ingin bercerai dengan isteri kedua.
Riwayat sosial ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas.
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga. Dengan lingkungan
sekitar rumah tidak begitu sering bersosialisasi karena pasien sibuk bekerja. dengan
lingkungan sekitar baik dengan teman – dteman kerjanya.
6
Status Praesens
Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 72x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu :
Sistem kardiovaskuler : tidak didapatkan kelainan
Sistem respiratorik : tidak didapatkan kelainan
Sistem gastrointestinal : Nyeri epigastrium
Sistem urogenital : tidak didapatkan kelainan
Kelainan khusus : tidak didapatkan kelainan
Status Neurologikus
Panca indera : tidak didapatkan kelainan
Tanda meningeal : tidak dilakukan pemeriksaan
Tekanan intrakranial : tidak dilakukan pemeriksaan
Mata
Gerakan : normal
Pupil : isokor
Diplopia : tidak ditemukan
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
Status Psikiatrik
Kesan umum : Rapi, sedikit gelisah, kooperatif
Kontak : Verbal (+), visual (+)
Kesadaran : Compos mentis, atensi(+), orientasi tempat, waktu dan ruang baik,
Daya ingat (+)
Emosi / afek : labil, afek
7
Proses berpikir : Cepat, koheren, waham (-)
Intelegensi : Baik
Persepsi : Halusinasi auditori (-),ilusi (-)
Psikomotor : Dalam batas normal
Kemauan : ADL mandiri
Diagnosis
Formulasi Diagnosis
Seorang pria berumur 52 tahun, agama islam, bekerja sebagai pegawai di bea cukai
balikapapan, datang pada hari Rabu, 14 Desember 2012 Pukul 00.20 WITA, di POLI
RSJD Atma Husada Samarinda.
Pada proses awal autoanamnesis, pasien susah untuk diajak berkomunikasi karena pasien
kurang kooperatif dan menjawab seadanya. Ketika dilakukan anamnesa yang
keduakalinya sehari setelahnya pasien cukup kooperatif, dan menceritakan bahwa pasien
melihat bayangan wanita yang menyukainya setiap mau tidur, sehingga menjadi susah
tidur dan takut.
Pada proses heteroanamnesa dikatakan pasien menjadi sering menyendiri, suka tertawa,
berbicara sendiri,dan loncat – loncat sendiri selama 5 hari ini, kejadian ini terjadi setelah
pasien tidak bisa pulang ke kampung saat libur kerja, karena tidak cukup biaya, dan
banyak hutang.
Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan penampilan kurang rapi, tegang, kurang
kooperatif, kontak verbal dan visual menurun, emosi labil, afek tumpul, orientasi
menurun, proses pikir lambat, ada waham kejar, didapatkan ilusi, intelegensia kurang
(pasien tidak lulus SD), ADL diarahkan, psikomotor normal.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan pada pasien.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F32.2
Aksis II : Tidak ada diagnosis
8
Aksis III : Penyakit sistem pencernaan
Penyakit sistem muskuloskeletal
Aksis IV : Masalah dengan keluarga
Masalah dengan pekerjaan
Aksis V : GAF 80-71 beberapa gejala ringan dan menetap, diabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.
Penatalaksanaan
Psikoterapi
1. Dukungan keluarga atau teman yang baik untuk pasien sehingga dapat
memberikan perhatian yang lebih pada pasien.
2. Teman – temannya mungkin bisa lebih peduli dengannya, sehingga dapat
memberikan suportif yang baik kedepannya untuk penyembuhannya
Psikofarmakologi:
1. Fridep
2. Atarax
Prognosa
Dubia ad bonam
Faktor yang memperingan :
- Perhatian yang baik dari keluarga.
- Pasien rajin minum obat.
- Penyebabnya jelas
Faktor yang memperberat:
- Ada faktor herediter
9
Pembahasan
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Melihat bayangan seorang wanita padahal kenyataannya tidak ada, dan menjadi takut,
serta susah tidur.
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Orientasi menurun, atensi menurun, afek menumpul
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, bicara dan
tertawa sendiri tanpa alasan, serta loncat – loncat sendiri tanpa alasan.
Gejala gangguan psikotik singkat sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama,
biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola
gejala yang ditemukan pada skizofrenia ( Depkes RI,1993). Beberapa klinisi telah mengamati
bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering
ditemukan pada gangguan psikotik singkat ( pasien terkadang tidak nyambung saat di
anamnesis ) daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik
singkat adalah perubahan emosional ( emosi pasien labil, dan afek menumpul ), pakaian
atau perilaku yang aneh (Berbicara sendiri, tertawa sendiri, dan tidak jelas sebabnya
melompat – lompat tanpa sebab yang jelas).
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin
terkait dengan perilaku aneh, kurang kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur
berbicara, suasana hati labil atau depresi, kegelisahan , halusinasi, perhatian terganggu,
konsentrasi terganggu, wawasan miskin.
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis
mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin
jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan
riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
10
wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi
yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
Faktor pencetusnya pada pasien ini adalah keadaan pasien ingin bertemu dengan
keluarganya di Kupang, tetapi tidak bisa balik ke kampung halaman karena masalah biaya,
dan diikuti pasien terlilit banyak hutang.
Keadaan ini mungkin mirip dengan diagnosis dari episode depresif berat dengan
gejala psikotik, tetapi gejala pasien ini tidak memenuhi kriteria episode depresif yang
minimalnya terjadi selama 2 minggu, dan kriteria gejala utama dari episode depresif juga
tidak dipenuhi, serta dilihat dari onset umur pasien yang tergolong muda dengan umur 28
tahun.
Terapi
Keadaan yang ingin dicapai pada terapi pasien adalah dapat mengurangi gejala psikotik
pasien dan pasien tidak lagi mengalami gangguan tidur, jadi terapi yang dapat digunakan
adalah Haldol dengan sediaan 5 mg, dan diminum 2x/hari dengan efek sebagai sedatif lemah,
dan digunakan pada sindrom psikosis dengan gejala dominan menarik diri, perasaan tumpul,
halusinasi, waham, dan kehilangan minat. Kemudian mungkin diikuti dengan terapi diazepam
5 mg, yang diminum 2x/ hari untuk mengurangi rasa takutnya, dan efek sedatifnya dapat
memberikan pasien bisa tidur (Maslim, 2007).
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
11
Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan (suasana hati/mood) yang
ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak
berharga, merasa hidupnya hampa dan tidak ada harapan, pemikirannya berpusat pada
kegagalan dan kesalahan diri atau menuduh diri, sering disertai iri dan pikiran bunuh diri.
Penderita depresi sering tidak berminat pda penampilan diri dan aktivitas sehari-hari.
B. Epidemiologi
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab depresi bersifat komplek atau multi faktor. Depresi bukan hanya
disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia di dalam otak, namun para ahli
berpendapat bahwa depresi disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial.
(1) Faktor biologis
Disregulasi heterogen pada amin biogenik (norepinefrin dan serotonin). Norepinefrin dan
serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood.
Korelasi yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara regulasi turun reseptor
adrenergik Penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan karena aktivasi reseptor
adrenergik-alfa2
(2) Faktor psikologis
(3) Faktor sosial
D. Patofisiologi dan Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari 2
minggu. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat
menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang
tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat
12
selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood.
Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang
baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien
tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala
depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase
psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan
prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil
untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood (Kaplan, Sadock. 2010).
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat· Penyesuaian premorbid yang baik· Sedikit trait schizoid pramorbid· Stressor pencetus yang berat· Onset gejala mendadak· Gejala afektif· Konfusi selama psikosis· Sedikit penumpulan afektif· Gejala singkat· Tidak ada saudara yang skizofrenik
E. Manifestasi klinis
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta
marah-marah atau memukul tanpa alasan.
13
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala
psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan
keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati
bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering
ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala
karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau
perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk
peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang
mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap,
walaupun hasilnya mungkin negatif.
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin
terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur
berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh
pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu,
konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis
mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin
jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan
riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi
yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar
yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa
tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat.
Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam
14
hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi
mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak
berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal
yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan
oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak
mungkin (Depkes RI, 1993).
F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia
Untuk diagnosis :
1. Onset harus akut (suatu keadaan nonpsikotik hingga psikotik dalam kurun waktu 2
minggu atau kurang);
2. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubahdalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yangsama;
3. Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya;
4. Walau gejala beraneka ragam, tidak ada satupun gejala itu adasecara cukup konsisten
dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atauepisode manik (F30.-) atau episode depresif
(F32.-) ( Maslim, 2003)
F. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut:
1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara
yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).
2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga,
menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
15
4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala psikotik yang
berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang 2 minggu dan yang tidak disertai dengan
suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik
karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan
diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis
sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala
psikotik yang utama), gangguan skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan),
dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan) (Kaplan, Sadock., 2010)
a) Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
1). Waham
2). Halusinasi
3). Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
4). Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara kultural.
b) Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari 2 minggu,
akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.
c) Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri psikotik,
gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
Sebutkan jika:
a) Dengan stresor nyata ( psikosis singkat reaktif ); jika gejala terjadi segera setelah dan
tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama akan
16
menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama
dalam kultur orang tersebut.
b) Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau terlihat bukan
sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian atau bersama sama akan
menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama
dalam kultur orang tersebut.
c) Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu setelah persalinan.
(Kaplan, Sadock. 2010)
Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui
Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria
diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk
ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah:
(a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri
khas yang menentukan seluruh kelompok.
(b) Adanya sindrom yang khas ( berupa “polimorfik” = beraneka ragam dan berubah cepat,
atau “schizophrenia-like” = gejala skizofrenik yang khas).
(c) Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan
karakter tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut). Kesulitan atau problem yang
berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini.
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik atau
episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat
menonjol dari waktu ke waktu.
17
Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan ( Depkes RI, 1993).
G. Diagnosa Banding
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena
dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.
* Epilepsi
* Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alcohol
* Febris karena infeksi
* Demensia dan delirium atau keduanya
* Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan psikotik
kronik lain
* Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses pikir,
harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak.
* Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi.
Klinisi tidak boleh menganggap bahwa diagnosis yang tepat untuk pasien yang psikotik
singkat adalah gangguan psikotik singkat,bahkan jika faktor psikososial pencetus jelas
ditemukan. Faktor tersebut dapat semata-mata terjadi bersama-sama. Diagnosis lain yang
dipertimbangkan didalam diagnosis banding adalah gangguan buatan dengan tanda dan gejala
psikologis yang menonjol, berpura-pura, gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan
gangguan psikotik akibat zat (Kaplan, Sadock. 2010).
Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau tes laboratorium dapat membantu untuk
membedakan gangguan psikotik singkat dari gangguan psikotik gangguan lainnya sekunder
untuk delirium umum medis, kondisi, dan sebagainya. Pertimbangkan pengujian lebih lanjut
dengan modalitas seperti CT scan, MRI, atau EEG. Gangguan psikotik akibat zat, dan
keracunan zat dibedakan dari gangguan psikotik singkat dengan mempertimbangkan onset,
skrining urin narkoba, dan kadar alkohol dalam darah. Terjadinya episode psikotik selama
episode afektif penuh termasuk diagnosis gangguan psikotik singkat. Jika gejala psikotik
18
bertahan lebih lama dari sebulan, diagnosa gangguan schizophreniform, gangguan
schizoaffective, skizofrenia, gangguan delusi, gangguan mood dengan fitur psikotik, atau
gangguan psikotik NOS adalah gangguan yang paling penting untuk dipertimbangkan. Cepat
berubah delusi dan cepat berubah mood juga membantu membedakan dari skizofrenia,
gangguan schizoaffectif, dan gangguan delusi ( Depkes RI, 1993).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Program pengobatan untuk psikotik akut :
1) Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3
kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping,
walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
2) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan
agitasi akut (misalnya: diazepam 5 mg )
3) Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
4) Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini,
lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan
benzodiazepine atau obat antiparkinson.
• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi
atau pemberian beta-bloker.
• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson
oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari) ( Maslim, 2007).
19
PENUTUP
Gangguan psikotik singkat didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi
selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke
tingkat fungsional premorbid. Gangguan psikotik singkat lebih sering pada pasien muda
daripada pasien usia lanjut, pasien dari kelas sosioekonomi rendah dan pada pasien dengan
ganggaun kepribadian yang telah ada sebelumnya ( histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal,
dan ambang) serta orang yang telah mengalami bencana berat atau perubahan kultural yang
besar.
Etiologi gangguan psikotik singkat mungkin berhubungan dengan gangguan mood,
gangguan kepribadian, dan adanya coping mechanism yang tidak adekuat. Penegakan
diagnosa gangguan psikotik singkat dapat ditegakkan dengan menggunakan kriteria DSM IV
TR dan melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III).
20
Penderita gangguan psikotik singkat memiliki gejala psikotik dengan onset yang tiba-tiba,
gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian. Diagnosis bndingnya adalah
gangguan buatan dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura, gangguan
psikotik karena kondisi medis umum, gangguan psikotik akibat zat, gangguan identitas
disosiatif dan episode psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang dan
skizotipal. Perawatan dirumah sakit, farmakoterapi dan psikoterapi merupakan pilihan terapi
utama untuk gangguan jiwa ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis Edisi 10.
Alih bahasa: Widjaja Kusuma. Jawa Barat: Binarupa Aksara
2. Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta
3. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya: Jakarta. 2003
4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Bagian
ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.2007
21
top related