SIMULASI DIAGNOSIS KOMUNITAS TENTANG
PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA KELUARGA BINAANRT/RW 01/02 DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN
TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN
Disusunoleh :
Aditya Arya Putra 1102008008Irfan Nadiyansyah Putra 1102008123
Novita Anggun Permata Sari 1102008347Ressy Octriana 1102008207
Pembimbing :dr. Citra Dewi, Mkes
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2 DESEMBER 2013 – 7 FEBRUARI 2014BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat
dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Menurut
Hendrik L.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal,
bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi
yang optimal pula. (Notoatmodjo, 2003)
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.
Menurut Becker (1987, Notoatmodjo 2007) Praktek buang air besar
adalah perilaku-perilaku seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan
tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi
syarat- syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat
sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktek Buang Air Besar adalah
Pengetahuan, Pendidikan, Sarana dan Dukungan keluarga.
1
1.2. Area Masalah1.2.1. Data Puskesmas
1. Diare
Berdasarkan data Puskesmas mengenai kasus Diare didapatkan:
Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki : 1.000 orang dari 25.000 orang
Perempuan : 1.200 orang dari 26.000 orang
Total : 2.200 orang dari 51.000 orang
Jumlah kasus yang ditangani
Laki-laki : 400 orang (35 %)
Perempuan : 600 orang (50 %)
Total : 1000 orang (52 %)
Sumber : Program Diare Puskesmas TanjungPasir 2013
2. Sumber Air
Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan
menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.000
Keluarga yang diperiksa : 600
Jenis sarana air bersih:
Sungai : 300 keluarga
Sumur : 150 keluarga
SPT : 100 keluarga
PAH : 50 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tanjung
Pasir 2013
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Presentasi rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat menurut
Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.000
Keluarga yang diperiksa : 600
Jumlah yang sesuai kriteria PHBS : 250
Jumlah yang sesuai dengan perilaku buang air besar : 300
2
Sumber: Program Promosi Kesehatan Puskesmas Tanjung Pasir 2013
4.Kriteria Jamban Sehat
Presentasi rumah sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.000
Keluarga yang diperiksa : 600
Jumlah jamban yang sehat : 300
1.2.2. Data Keluarga Binaan
Keluarga 1 (Peneliti Aditya)
Tabel 1.Data Dasar Keluarga Tn.Aditya
Keluarga Tn. Arya bertempat tinggal di Desa Tanjung Pasir RT. 01
RW.02, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten.
Keluargatersebut terdiri dari Tn. Arya sebagai kepala keluarga dengan
seorang istri yang bernama Ny. Radiah dan tiga orang anak, anak pertama
bernama Irfan, anak kedua bernama Ressy, dan anak ketiga bernama
Anggun.
3
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
1 Tn. AryaKepala
KeluargaLaki-laki 37th Tamat SD Nelayan
Rp.1.200.000
/bulan
2 Ny. Radiah Istri Perempuan 25thTidak tamat
SD
Ibu rumah
tangga-
3 IrfanAnak
pertamaLaki-laki 7th SD - -
4 Ressy Anak kedua Perempuan 5thBelum
Sekolah- -
5 AnggunAnak
ketigaPerempuan 2th
Belum
sekolah- -
Tn. Arya berusia 37 tahun pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai
nelayan dengan penghasilan Rp 25.000 - Rp 50.000 perhari. Namun dalam
satu bulan biasanya keluarga Tn. Aditya menghabiskan ± Rp 1.200.000,00.
Uang tersebut digunakan untuk membeli sembilan bahan pokok dan untuk
membayar listrik rumah. Tn. Arya tidak pernah menabung.
Tn. Arya memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki.
Anak tertua bernama Irfan masih berusia 7 tahun dan masuk sekolah SD,
anak kedua Ressy berusia 5 tahun dan anak ketiga bernama Anggunberusia
2 tahun. Istri Tn. Arya yang bernama Ny. Radiah, yang saat ini berumur 25
tahun, dengan latar belakang pendidikan SD namun tidak tamat, hanya
seorang ibu rumah tangga.
Keluarga Tn. Arya tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 5 x 10 m2 dan mempunyai pekarangan seluas 2x3 m2.Ventilasi ruang
tamu tersebut cukup baik, karena pintunya langsung mengarah keluar.
Rumah ini terdiri dari dua kamar tidur yang masing-masing berukuran
2 m x 2 m, ruang tamu, ruang makan bergabung dengan dapur berukuran 4
m x 4 m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang, tidak memiliki
kamar mandi di dalam rumah. Di belakang rumah terdapat sungai kecil
yang digunakan untuk keperluan memasak air maupun makan serta untuk
keperluan mandi. Di bagian belakang rumah tersedia jamban WC buatan
yang kotorannya tertampung di bagian bawahnya, yang letaknya 2 meter
dari sungai. Jarak antara sungai dengan rumah 4 m. Rumah ini mempunyai
1 pintu depan, 1 pintu belakang, 2 jendela di ruang tamu (bagian depan
rumah) dengan ukuran 50 cm x 100 cm dengan jarak 80 cm dari tanah. Di
atas jendela terdapat ventilasi dengan ukuran 30 cm x 20 cm. Di dalam
kamar pertama yang terletak di depan terdapat 1 jendela berukuran 30 cm x
100 cm dengan ventilasi di atasnya berukuran 30 cm x 15 cm, pencahayaan
sangat kurang sehingga saat siang hari pun harus menyalakan lampu.
Demikian pula dapur hanya terdapat pintu belakang menuju bagian
belakang rumah, yakni sungai yang langsung mereka jadikan sebagai
tempat untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci baju, mencuci piring,
mandi, dan untuk keperluan memasak. Sebagian lantai rumah beralaskan
tanah dan sebagian lain terbuat dari semen. Atap rumah terbuat dari seng.
4
Rumah keluarga Tn. Arya berada di lingkungan perumahan padat,
dimana kanan, kiri dan depan terdapat rumah tetangga. Di lingkungan
rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga. Tidak
terdapat WC umum di lingkungan RT rumah Tn. Aditya sehingga mereka
BAB di sungai belakang rumah. Biasanya juga setelah BAB keluarga Tn.
Aditya jarang mencuci tangan dengan sabun dikarenakan tempat jamban
yang jauh dari rumah dan keluarga. Terdapat warung sembako di sebelah
rumah Tn. Aditya sehingga mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ny. Radiah memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ny. Radiah
memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan
sehari-hari ialah tahu, tempe, telor dan sayur terkadang juga memasak ikan
dan udang. Keluarga Tn. Aditya rutin makan sayur 3 kali dalam seminggu
dan sesekali mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Aditya juga
biasanya sebelum makan jarang mencuci tangan. Akibat dari tidak mencuci
tangan, anak Tn. Aditya menderita diare yang berulang.
Selama kehamilan Ny. Radiah mengaku rutin memeriksakan
kehamilannya ke bidan. Anak pertama Tn. Aditya lahir di bidan dengan
persalinan normal dengan berat badan 3200 g. Anak kedua lahir dengan
bantuan bidan dan dukun dengan persalinan normal namun ibu lupa berat
badannya. Anak ketiga lahir dengan bantuan bidan dengan persalinan
normal. Keluarga Tn. Aditya mengaku pernah melakukan imunisasi pada
anak pertama tapi hanya sekali saat usia 2 bulan yaitu BCG dan tidak
melengkapi imunisasi yang lain, mereka mempunyai alasan bahwa setelah
imunisasi akan terkena penyakit juga dan sehabis imunisasi anaknya akan
panas tinggi sehingga membuat anaknya rewel, karena itu mereka
menganggap bahwa imunisasi tidak penting. Mereka juga tidak pernah
membawa rutin anak-anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan
dan pemberian makanan tambahan.
Dalam segi kesehatan, jika keluarga Tn. Aditya sakit mereka cukup
membeli obat warung dan jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan
langsung memeriksakan diri ke bidan dan jarang berobat ke dokter
puskesmas karena jarak yang jauh. Keluarga ini tidak memiliki asuransi
jaminan kesehatan atau Jamkesmas. Dalam segi kesehatan, keluarga Tn.
Aditya belum pernah mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan
5
yang sering dialami anggota keluarganya antara lain infeksi cacing, tifoid,
diare dan terkadang kulit gatal-gatal.
Pokok Permasalahan dari keluarga 1 :
1.3 Hipotesis Penelitian
Dalam pengambilan sebuah masalah, kelompok kami menggunakan
metode Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat
keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari
para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses penetapan Metode
Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya. (Harold dkk, 1975 : 40-55)
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, melalui
proses musyawarah antara kelompok kami dengan para tenaga kesehatan di
PUSKESMAS Tanjung pasir kami memutuskan untuk mengangkat
permasalahan “Perilaku Buang Air Besar Pada Keluarga Binaan RT/RW
01/02 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten”. Pemilihan area masalah ini didasarkan atas berbagai
pertimbangan yaitu:
a. Berdasarkan data di puskesmas tanjung pasir didapatkan peninggkatan
kasus diare dengan total 2.200 orang dari 51.000 orang.
b. Dari pengamatan secara langsung yang kami lakukan pada keluarga
binaan didapatkan terbatasnya pengetahuan tentang perilaku buang air
besar yang baik dan benar.
c. Fasilitas air bersih yang kurang memadai dan jumlahnya yang terbatas.
d. Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit yang ditimbul akibat buang
air besar tidak pada tempat yang sesuai.
1.4 Tujuan Penelitian
Tanpa kita sadari perilaku Buang Air Besar
Khusus
6
1.5 Manfaat penelitian
Mahasiswa
Perguruan Tinggi
Masyarakat
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS
Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu
masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan demikian
diagnosis komunitas merupakan kegiatan survey. Dengan melakukan diagnosis
komunitas ini maka masalah kesehatan di komunitas akan dapat diidentifikasi dan
dibuat intervensi pemecahannya. Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan
dapat menerapkan prinsip kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Berdasarkan latar belakang, profil keluarga binaan, penentuan
area masalah dan hasil jawaban kuesioner maka kami mengangkat diagnosis
komunitas mengenai perilaku pencarian pengobatan pada keluarga binaan di desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.
2.2 TEORI PERILAKU
2.2.1.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
7
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya.
2.2.3. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu
didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
8
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a. Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat
dan kondisi fisik.
b. Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
atausarana.
c. Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
9
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
10
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
11
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba
untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
12
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan
atau keputusan (personal autonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan).
(a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
(b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
13
(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain
yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau
menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-
tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of
life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk
dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat
sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
2.3 Praktek Buang Air Besar
1. Pengertian
Praktek menurut Bartsmet (1994) di pengaruhi oleh kehendak sedangkan kehendak
dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh
keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh
keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk mentaati pendapat tersebut.
Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif
(pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa
objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan
selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek
yang diketahui. Secara lebih operasional praktik dapat diartiakan sebagai suatu respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek
tersebut.Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif yang meliputi pengetahuan,
14
persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif merupakan tindakan yang nyata atau
practice.Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok yakni sakit dan penyakit,
system pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Becker (1987, Notoatmodjo 2007) Praktek buang air besar adalah perilaku-
perilaku seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja meliputi, tempat
pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat- syarat kesehatan dan
bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang
merugikan bagi kesehatan
Menurut Notoadmodjo (2007), Praktik memiliki beberapa tingkatan, yaitu
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yangakan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktik pada tingkat
tiga.
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
15
kebenaran tingkatannya tersebut. Adaptasi praktek (tindakan) memiliki beberapa
indikator, antara lain:
a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakitTindakan ini mencakup antara
lain:
1)Pencegahanpenyakit,misalnyamengimunisasikananak.
2) Penyembuhanpenyakit,misalnyaminumobatsesuaipetunjukdokter.
b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.Tindakan atau
perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
melakukan olahraga secara teratur, dan praktek perawatan kesehatan sebagainya.
c. Tindakan (praktek) Kesehatan Lingkungan.Perilaku ini mencakup buang air besar
di jamban, membuang sampah pada tempatnya.
Secara lebih terperinci praktik manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai
gajala kajiwaan, seperti pengetahuan, dukungan, fasilitas, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
2. Mekanisme Buang Air Besar
Semua makanan yang masuk ke dalam tubuh, akan di cerna oleh organ pencernaan.
Selama proses pencernaan makanan di hancurkan menjadi zat-zat sederhaa yang dapat
diserap dan di gunakan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian sisa-sisa pembuangan
akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja , urine atau gaskarbondioksida. Akhir dari
proses pencernaan yang di keluarkan berupa tinja di sebut buang air besar
( Notoatmodjo, 2003 )
Seseorang yang mempunyai kebiasaan teratur, akan merasa kebutuhan membuang air
besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini di sebabka oleh reflek gastro
kolika yang biasanya bekerja sesudah sarapan pagi. Makanan yang sudah sampai
lambung akan merangsang peristaltic di dalam usus, merambat ke kolon sisa makanan
yang dari hari sebelumnya, yang waktu malam mencapai sekum, mulai bergerak isi
kolon dan terjadi persaan di daerah perineum. Tekanan intra abdominal bertambah
16
dengan penutupan glottis, kontraksi diafragma dan otot abdominal, spinter anus
mengendor, dan kerjanya berakhir. Kerja defekasi dipengaruhi oleh factor kebiasaan
( Notoatmodjo, 2003 )
Seseorang hendaknya berlatih untuk buang air besar tiap pagi, sebelum kesibukan hari
tertunda menyebabkan konstipasi (sembelit).Beberapa orang buang air besar sebelum
sarapan pagi, atau ada juga yang sesudahnya.Ada yang harus keluar rumah pagi-pagi
buang air besar setelah pulang kerja, ada pula yang pada malam hari karena
mmebutuhkan waktu yang tenang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada yang satu kali
sehari, ada yang lebih sering, yang lain lagi dua hari sekali atau dengan jangka waktu
lebih panjang. Jadi frekuen buang air besar tiap orang berbeda-beda. Seorang yang
normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata 330 gram sehari. Tinja ini berisi
bakteri, lepasan epithelium usus, nitrogen, gram, zat besi, selulosa dan sisa zat
makanan lain yang tidak larut dalam air ( Notoatmodjo, 2007 ) .
3. Permasalahan Praktek Buang Air Besar dan Akibat yang ditimbulkan
Sejak dahulu sampai kapan pun, masalah pembuangan ktoran manusia selalu menjadi
perhatian kesehatan lingkungan.Dengan pertambahan penduduk yang tidak sebanding
dengan area pemukiman.Masalah pembuangan tinja semkin meningkat tinja
merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks yang harus sedini
mungkin diatas. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai
penyakit, karenanya perilaku buang air besar sembarangan, sebaiknya segera
dihentikan. Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air
besar di sungai.Pekarangan rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain
mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal
tempat berkembangnya vektor penyebab penyakit akibat kebiasaan perilaku manusia
sendiri ( Notoatmodjo, 2003 )
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan pembuangan tinja dengan disertai
cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-
penyakit yang di tularkan melalui tinja. Untuk mencegah sekurang- kurangya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran
17
manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat ( Notoatmodjo, 2003 )
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktek Buang Air Besar
a. Pengetahuan
1). Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orangmelakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat
dari buku, atau media massa dan elektronik
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior). Pada
dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi
( Notoatmodjo, 2003 ).
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman
orang lain. Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu
maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk
tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan optimal.
2). Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajarisebelumnya, termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tabu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan.
18
b. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentangobjek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang telah
memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materiyang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dlam konteks atau
situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah kesehatan dari kasus- kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, yaitu : dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkanbagian-bagian
kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya : dapat menyususun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untukmelakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan
19
kriteria yang telah ditentkan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
3) Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo(2003) yaitu:
. Tingkat PendidikanSemakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan
lebih mudah dalam menerima hal – hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk
menyelesaikan hal – hal baru tersebut.
. InformasiSeseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang jelas.
. BudayaBudaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi – informasi baru akan di saring kira – kira sesuai dengan tidaknya
dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.
. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin
banyak (bertambah tua).
. Sosial EkonomiTingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang
dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitupun dalam mencari
bantuan ke sarana kesehatan yang ada. Mereka sesuaikan dengan pendapatan
keluarga.
b. Pendidikan
1). Pengertian
Merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusiadan usaha
lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuan untuk tingkat kemajuan masyarakat
dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan ( Budiono, 1998 ).
Disamping itu pendidikan juga dikatakan sebagai pengembangan diri dari individu
dan kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab. Untuk
20
meningkatkan pengetahuan sikap dan ketrampilan serta nilai-nilai sehingga mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan ( yusuf, 1992 ). Pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya, bahwa
ibu yang berpendidikan relatife tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk
menggunakan sumberdaya keluarga. Yang lebih baik dibandingkan ibu yang
berpendidikan rendah.Karena pengetahuan buang air besar yang sering kurang
dipahami oleh keluarga yang tingkat pendidikannya rendah. Sehingga memberi
dampak dalam mengakses pengetahuan khususnya di bidang kesehatan untuk
penerapan dalam kehidupan keluarga terutama pada keluarga yang berperilaku buang
air besar di sembarang tempat (Notoatmojo, 2003).
2) Ruang lingkup pendidikan
Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, non formal, dan formal.
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dirumah dalam
lingkungan keluarga. Pendidikan informal berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa
orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagaipendidik tanpa suatu progam yang
harus disesuaikan dalam jangka waktu tertentu dan tanpa evaluasi yang formal
berbentuk ujian, sementara itu pendidikan non formal meliputi berbagai usaha khusus
yang diselenggarakan secara terorganisasi terutama generasi muda dan orang dewasa,
yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti
pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang
mereka perkirakan sebagai warga masyarakat yang produktif. Sedangkan pendidikan
formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti
terdapat disekolah atau universitas (Notoatmojo, 2003)
3) Jenjang Pendidikan formal
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang pendidikan No.20 Tahun 2003,
jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi. Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah seperti SD,MI, SMP, dan MTS atau bentuk lain yang sederajat.
Sementara itu pendidikan menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari
pendidikan menengah kejurusan seperti SMA, MA, SMK, dan MAK atau bentuk lain
yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
21
pendidikan menengah yang mencakup progam pendidikan Diploma, Sarjana,
Magister dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi ( Kartono, 1992 ).
4). Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan terbagi menjadi 3yaitu :
a. faktor umur,
b. faktor tingkat social ekonomi dan
c. faktor lingkungan,
faktor umur merupakan indikator kedewasaan seseorang. Semakin bertambah umur
pendidikan yang didapat akan lebih banyak. Baik itu pendidikan formal maupun
pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadinya perubahan kemampuan,
penampilan atau perilaku. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan
atau penambahan pengetahuan, sikap atau ketrampilannya (Notoatmojo,2003). Faktor
tingkat sosial ekonomi ini sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan
pelayanan kesehatan yang inginkan oleh masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial
ekonomi yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan
yang bagus dan bermutu (Effendy, 1998). Sedangkan faktor lingkungan mempunyai
pengaruh yang besar dalam pendidikan seseorang seperti contoh orang yang berada
dalam lingkungan keluarga yang mendukung serta mengutamakan pendidikan mereka
akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga pengetahuan yang mereka peroleh akan
lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya tidak mendukung untuk
merasakan bangku sekolah (Effendy,1998).
c. Sarana
1). Pengertian
Sarana adalah adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja danfasilitas yang
berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaanpekerjaan, dan juga dalam
rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.
Jamban keluarga atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut
22
kakus/WC dan memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban keluarga
adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan kotoran manusia
( Salimmadjid, 2009 ).
2). Menentukan letak pembuangan kotoran
Untuk menentukan letak pembuangan kotoran, terlebih dahulu kita
harusmemperhatikan ada atau tidaknya sumber-sumber air.Kita perlu
mempertimbangkan jarak dari tempat pembuangan kotoran ke sumber-sumber air
terdekat. Pertimbangan jarak yang harus diambil antara tempat pembuangan kotoran
dan sumber air, kita harus memperhatikan bagaimana keadaan tanah, kemiringannya,
permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan, dan sebagainya. ( Mubarak,
2009 )
3). Beberapa macam tempat pembuangan kotoran
Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya, dikenal bermacam-macam tempat
pembuangan kotoran:
a. Jamban cemplung
Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada
masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang mempergunakan kakusmacam ini,
maka kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat penampungan( Mubarak,
2009 ).
b. Jamban plengsengan
Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “Melengseng” yang berarti miring.Nama
ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan kotoran
dihubungkan oleh suatu saluran yang miring.Jadi, tempat jongkok dari kakus ini tidak
dibuat persis di atas tempat penampungan, tetapi agak jauh.
c.Jamban bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan Bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang disebut “Bor
Auger” dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang yang dibuat
23
harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada jamban
cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter jamban bor jauh lebih kecil.
d. Angsatrine (Water Seal Latrine)
Jamban ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah
timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya,
karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.
e.Jamban di atas balong (Empang)
Membuat jamban di atas Balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara
pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya,
terutama di daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil mengalihkan
kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang harapkan, dapatkah cara tersebut diteruskan
dengan memberikan persyaratan tertentu ( Mubarak, 2009 ), antara lain :
a) Air dari balong tersebut jangan dipergunakan untuk mandi
b)Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air
c) Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bak balong tersebut atau yang
sejajar dengan jarak 15 meter
d)Aman dalam pemakaiannya
f. Jamban septic tank
Jamban Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukansecara
anaerobic. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan kotoran
terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerobic.
Septic tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak
saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat
atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di
24
dalam bak tersebut ( Mubarak, 2009 ).
Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan
persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingi jamban tersebut Tidak mengotori
air permukaan disekitarnya
2. Tidak mengotori air tanah dan di sekitarnya
3. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang
4. Tidak menimbulkan bau
5. Mudah digunakan dan dipelihara
6. Sederhana desaianya
7. Murah ( Notoatmodjo, 2003 ).
Agar persyaratan –persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain:
1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas
dan hujan, sehingga binatang – binatang lain terlindung dari pandangan orang dan
sebagainya.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang
kuat dan sebaiknya.
3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau sikat WC
( Notoatmodjo, 2003 ).
d. Dukungan Keluarga
1). Pengertian
Keluarga merupakan sebagai unit terkecil dalam masyakat yang merupakanklien
keperawatan atau sebagai penerima asuhan keperawatan keluarga sangatberperan
dalam menentukan cara asuhan yang di perlukan anggota keluarga yang sakit. Bila
dalam keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka
25
sistem dalam keluarga akan terpengaruh. (Friedman, 1998)
2). Struktur Keluarga
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah
Menurut Effendy (1995), struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya
adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garisayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal beserta bersama
keluargasedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal beserta bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
3). Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagaiberikut:
a. Fungsi afektif.Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh, dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan
mendukung.
b. Fungsi sosialisasi.Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,
tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
26
c. Fungsi reproduksi.Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi.Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
seperti sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan. Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yangmengalami masalah kesehatan.
4). Jenis Dukungan Keluarga
Terdapat empat jenis atau dimensi dukungan ( Friedman, 1998 ) yaitu:
a. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi, meliputi empati, kepedulian, dan
perhatian terhadap anggota keluarga yang masih buang air besar misalnya umpan
balik, penegasan.
b. Dukungan penghargaan ( penilaian )
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik membimbing dan
menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota.
Yang terjadi lewat ungkapan hormat ( penghargaan ) positif untuk perilaku BAB,
dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan
perbandingan positif perilaku BAB dengan yang lain yaitu : orang – orang yang
kurang mampu atau lebih buruk keadaannya.( menambah penghargaan diri )
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit.Mencakup
bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi,
lingkungan, maupun menolong dengan pelajaran waktu mengalami stres.
d. Dukungan informative
27
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminato(penyedia) Informasi
tentang dunia mencakup memberi nasehat,petunjuk-petunjuk,sarana-sarana, atau
umpan balik.
Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian
nasihat, atau pengawasan tentang perilaku BAB sehari-hari. Dukungan keluarga juga
merupakan perasaan individu yang dapat perhatian, disenangi, dihargai, dan termasuk
bagian dari masyarakat ( Utami, 2003 ).
5). Hubungan dukungan keluarga dengan kesehatan
Keluarga harus dilibatkan dalam progam pendidikan dan penyuluhan agar mereka
mampu mendukung usaha keluarga yang masih buang air besar di sembarang
tempat.Bimbingan/penyuluhan dan dorongan secara terus menerus biasanya
diperlukan agar keluarga yang buang air besar sembarangan tersebut mampu
melaksanakan rencana yang dapat diterima dan mematuhi peraturan. Keluarga selalu
dilibatkan dalam progam pendidikan sehingga mereka dapat memperingati bahwa
buang air besar sembarangan dapat berdampak penyakit- penyakit (Brunner dan
Suddart, 2001)
28
2.4 KERANGKA TEORI
Faktor Predisposisi
Perilaku Pengetahuan Pendidikan Sikap
Faktor Pendukung
Lingkungan Ekonomi keluarga Ketersediaan sarana
Faktor Pendorong
Dukungan keluarga Peran petugas kesehatan
Perilaku dalam buang air besar
29
2.5 KERANGKA KONSEP
PERILAKU
PENDIDIKAN
DUKUNGAN KELUARGA
Perilaku dalam buang air besar
KETERSEDIAAN SARANA
PENGETAHUAN
30
2.6 DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Perilaku Aktivitas keluarga dalam hal Buang
Air Besar
Kuesioner Wawancara Ya/tidak
Penting/tidak penting
Nominal
2. Pengetahuan Hal-hal yang diketahui tentang
perilaku BAB yang baik dan benar
Kuesioner Wawancara Sudah/belum
Tahu/tidak tahu
Pernah/tidak pernah
Nominal
3. Pendidikan Hal-hal yang dapat menggambarkan
pengetahuan tentang perilaku BAB yang
baik dan benar
Kuesioner Wawancara Sangat buruk/ buruk/ cukup/ baik
Ordinal
4. Ketersediaan sarana
Hal-hal yang berkaitan dengan
kurangnya ketersediaan jamban
sehat
Kuesioner Wawancara Ya/ tidak Nominal
5. Dukungan keluarga
Sistem cara asuh keluarga dalam
perilaku BAB yang baik dan benar
Kuesioner Wawancara Ya/tidak Nominal
LAMPIRAN I
KUESIONER
31
PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA KELUARGA BINAAN DI RT/RW 01/02
DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN
TANGERANG, PROVINSI BANTEN
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
I. PERILAKU
1. Apakah jika anda buang air besar dilakukan di jamban?
a. Ya
b. Tidak. Jika tidak, sebutkan alasannya..........
2. Menurut Anda apakah penting buang air besar di jamban?
a. Penting. Sebutkan alasannya…….
b.Tidak penting. Sebutkan alasannya……..
3. Apakah anda pernahbuang air besar sembarangan ?
a. Pernah. Jika pernah, sebutkan alasannya.............
b. Tidak pernah.
4. Apakah anda selalu cebok dengan air bersih setelah buang air besar ?
a. Ya. Jika ya, sumber air didapatkan darimana…………..
32
b. Tidak. Jika tidak, cebok menggunakan apa……………………
5. Apakah yang anda mencuci tangan setelah buang air besar ?
a. Ya
b. Tidak. Jika tidak, sebutkan alasannya……………………
II. PENGETAHUAN
1. Menurut anda apakah anda sudah menjalankan perilaku buang air besar yang
baik dan benar?
a. Sudah. Jika sudah, sebutkan perilaku buang air besar yang baik dan
benar......
b.Belum. Jika belum,lanjut ke pertanyaan no 2
2. Menurut anda kemana sebaiknya anda atau keluarga buang air besar ?
a. Jamban
b. Sawah
c. Rawa
d. Sungai
e. Lain – lain,..
3. Apakah yang anda ketahui mengenai resiko buang air besar sembarangan ?
a. Tahu, sebutkan :
b. Tidak tahu
4. Pernahkan anda mendengar tentang jamban sehat ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
c. Tidak tahu
III. PENDIDIKAN
33
1. Apakah pendidikan terakhir anda?
a. SMA/SMK
b. SMP
c. SD
d. Tidak Sekolah
IV. KETERSEDIAAN SARANA
1. Apakah didalam tempat tinggal anda tersedia jamban?
a. Ya. Jika ya, lanjut ke pertanyaan no 2
b. Tidak. Jika tidak, lanjut ke pertanyaan no 3
2. Berapakah jumlah jamban yang tersedia didalam tempat tinggal anda?
a. 1-2 jamban
b. 3-4 jamban
c. 5-6 jamban
3. Dimanakah anda membuang air besar?
a. WC umum
b. WC di tempat tinggal tetangga
c. Lain-lain
V. DUKUNGAN KELUARGA
1. Apakah anda pernah mengajarkan tentang perilaku buang air besar yang baik
dan benar kepada keluarga?
a. Ya. Jika ya, lanjut ke pertanyaan no 2
b. Tidak.
2. Bagaimana anda mengajarkan tentang perilaku buang air besar yang baik dan
benar kepada keluarga?
a. Sesuai acuan puskesmas
b. Menurut pemahaman diri sendiri
34