BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk
mengalami gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan
kapasitas mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak
mampu menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah
gangguan jiwa (Pieter, dkk, 2011).
Gangguan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966 tentang
kesehatan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi
kejiwaan adalah proses, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk
bicara (Suliswati, 2005).
Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di Indonesia
masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15
tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan
jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 orang (Riskesdas, 2013).
Skizofrenia ditandai dengan dua kategori gejala utama yaitu gejala
positif dan gejala negatif. Gejala positif berfokus pada distorsi fungsi
normal.Sedangkan gejala negatif mengidentifikasi hilangnya fungsi normal.
Gejala negatif yang didapat klien berupa waham dan halusinasi (Copel, 2007
dalam Pieter, dkk, 2011).
Waham merupakan salah satu gejala negatif yang umum terjadi pada
klien dengan skizoprenia. Waham merupakan gangguan proses pikir yaitu
keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Ada beberapa
jenis waham yaitu waham kebesaran, waham somatik,waham curiga, waham
keagamaan dan waham nihilistik (Stuart & Laraia, 2005).
Waham kebesaran yang merupakan kepercayaan seseorang memiliki
kehebatan atau kekuatan luar biasa padahal kenyataannya tidak (Stuart &
Laraia, 2005). Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku waham, individu
mencoba berprilaku sesuai dengan jenis waham yang diyakininya dengan
mengaku bahwa dia memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa dan
klien cendrung membesar-besarkan dirinya. Apabila waham tersebut tidak
segera ditanggulangi, dapat menyebabkan individu mengalami penarikan diri
dari hubungan sosial (Pieter, dkk, 2011).
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025
sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset
dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut
penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu
sampai tiga permil penduduk (Sartorius & Jablonsky, 1974 dalam Davison &
Neale, 2006).
Di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota sampai dengan
Juni 2011 tercatat tidak kurang 200 orang penderita gangguan jiwa tidak
dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun 2010 di
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah diagnosa /
jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien yang
mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau sekitar 2,8% dan jumlah pasien
laki-laki sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557
jiwa (Arfian, 2010).
Data yang didapat di Ruang PICU Laki-Laki Elang 1 Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan didapatkan bahwa prevalensi kejadian penyakit
waham selama 3 bulan terakhir pada tahun 2016 yaitu, Januari terdapat 2
orang (1,1%), Februari terdapat 3 orang (1,6%), dan pada bulan Maret
terdapat 5 orang (3,8%).
Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri
dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa terhadap klien yang mengalami
gangguan isi pikir : waham yaitu memenuhi dan berupaya seoptimal mungkin
mengorientasikan klien ke dalam realita, dengan cara menciptakan lingkungan
teraupetik, melibatkan keluarga, menjelaskan pola perilaku klien (untuk
diskusi membagi pengalaman, mengatasi masalah klien), menganjurkan
kunjungan keluarga secara teratur. Berdasarkan latar belakang diatas,
kelompok tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan utama yaitu
dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. IH dengan gangguan isi
pikir : waham di Ruang Picu Laki-Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto
Heerdjan”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. IH
dengan gangguan isi pikir : waham di Ruang Picu Laki-Laki Elang 1
Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan
2. Tujuan khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada Tn. IH dengan gangguan isi
pikir : waham
b) Mampu merumuskan masalah dengan diagnosa keperawatan pada
Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham
c) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. IH dengan
gangguan isi pikir : waham
d) Mampu melakukan evaluasi pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir
: waham
e) Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara kasus
dengan terori pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham
f) Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat, serta
dapat mencari solusinya.
g) Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam
bentuk narasi.
C. Proses Pembuatan makalah
Kelompok berjumlah 5 (lima) orang, praktek di ruang Picu Laki-
Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan selama 4 minggu dari
tanggal 18 April 2016, mahasiswa bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan semua pasien yang dirawat di ruang tersebut.
Gangguan sensori persepsi : halusinasi merupakan masalah
terbanyak yang terdapat di ruang Picu Laki-Laki Elang 1. Tetapi
kelompok lebih tertarik untuk mengangkat kasus gangguan isi pikir :
waham pada Tn. IH, dan menjadi tanggung jawab perawat membantu Tn.
IH untuk mengatasinya. Tugas perawat yaitu memenuhi dan berupaya
seoptimal mungkin mengorientasikan klien ke dalam realita karena
penyembuhan klien tidak saja dengan obat, tetapi lebih penting adalah
bagaimana perawatan yang diberikan dalam suasana lingkungan yang
teraupetik. Untuk itu perawat di tuntut memiliki keterampilan khusus agar
dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal dengan menitik
beratkan pada keadaan psikososial tanpa mengabaikan fisiknya.
Berdasarkan hal tersebut, kelompok tertarik untuk mengangkat
masalah keperawatan utama yaitu dengan judul “Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham di Ruang Picu Laki-
Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan”
Asuhan keperawatan pada Tn.IH di awali oleh satu orang
mahasiswa yang melakukan pendekatan secara itensif sebagai klien
kelolaan. Selanjutnya kelompok mengadakan interaksi secara bergantian
dengan pasien untuk membina hubungan saling percaya. Strategi yang
dilakukan kelompok pada tahap kerja dilakukan oleh satu anggota
kelompok melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pasien. Pada tahap evaluasi mahasiswa melakukan
koordinasi antar mahasiswa terutama dalam rencana yang akan datang
sehingga kesinambungan antar anggota kelompok satu dengan yang lain.
Mahasiswa melakukan pendokumentasian dan mengkonsultasikannya
dengan pembimbing dan kemudian mahasiswa dapat melakukan seminar
akhir.
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tn. I berusia 34 tahun, datang ke Panti dengan masalah utama Waham.
Dari hasil pengkajian tanggal 19 April 2016. Klien mengatakan sedang
berjalan-jalan bersama temannya, kemudian ditinggal di RSJ. Klien pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan selanjutnya tidak berhasil.
Saat ini klien dirawat di PSBL Cengkareng. Pada status yang terdapat dibuku
rekam medis klien, tertera klien belum menikah.. Keterangan klien berubah-
ubah, saat dilakukan pengkajian akhir klien mengaku memiliki seorang istri
dan tiga orang anak. Klien tidak memiliki keluhan pada fisiknya. Klien
mengatakan masih memiliki orang tua lengkap. Klien mengatakan berasal dari
Cirebon. Klien mengatakan dirinya seorang presiden, saat ditanya kembali
klien mengaku dirinya dokter spesialis bedah dan dokter spesialis jiwa lulusan
Universitas luar negeri. Istrinya berada di Amerika serikat, memiliki anak 3
atau empat. Klien mengatakan tinggal disebuah rumah elit dikawasan Permata
Hijau. Klien mengaku dirinya seorang presiden yang setiap hari membawa
uang miliaran. Klien mengatakan serinng pergi keluar negeri menggunakan
pesawat pribadi. Saat dilakukan pengkajian kontak mata kurang, klien banyak
menunduk, sesekali tertawa sendiri, senyum-senyum sendiri, bicara kurang
fokus tetapi masih bisa diarahkan pembicaraan lambat, kafdang-kadang tidak
menjawab pertanyaan perawat, klien hanya bereaksi jika ada stimulus, terlihat
lesu karena klien mengatakan bosan dan ngantuk, klien yakin akan apa yang
dibicarakannya tidak mau dikoreksi perawat dan diucapkan berulang-ulang
secara berlebihan.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah yang ditemui pada Tn. I:
Gangguan Isi Pikiran: Waham Kebesaran (18 April 2016)
Data Subjektif: Klien mengatakan berasal dari Cirebon. Istrinya berada di
Amerika serikat, memiliki anak 3 atau empat. Klien mengatakan tinggal
disebuah rumah elit dikawasan Permata Hijau. Klien mengaku dirinya seorang
presiden yang setiap hari membawa uang miliaran. Klien mengatakan serinng
pergi keluar negeri menggunakan pesawat pribadi
Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien
tampak sendiri dipojok, Klien terlihat duduk merangkul kaki, Klien tampak
sering diam dan menunduk, klien berbicara berulang-ulang secara berlebihan,
pernyataan klien tidak sesuai dengan kondisi nyata dimana klien belum
menikah, klien kiriman dari dinas sosial.
Isolasi Sosial (18 April 2016)
Data Subjektif: Klien mengatakan sudah mengenal teman-teman disekitarnya,
tetapi saat ditanya keteman yang lain tidak tahu. Klien mengatakan tidak
pernah mengobrol dengan teman lain. Klien menagatakan lebih senang
sendiri. Klien mengatakan bingung saat hendak berbincang-bincang dengan
orang lain.
Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien
tampak sendiri dipojok ruang kumpul, Klien terlihat duduk merangkul kaki,
Klien tampak sering diam dan menunduk.
Halusinasi (18 April 2016)
Data subjektif : Klien mengatakan sering mendengar bisikan “sabar..sabar..”
saat pagi hari diwaktu mandi. Klien merasa biasa saja saat ada suara-suara.
Klien mengatakan belum pernah belajar menghardik
Data objektif : Klien sering terlihat komat-kamit sendiri, klien tampak
senyum-senyum sendiri, kontak mata kurang sering menunduk.
Defisit Perawatan Diri (20 April 2016)
Data subjektif : Klien mengatakan dirinya sudah mandi sejak subuh memakai
sabun dan sikat gigi, sudah menggunting kuku setiap hari
Data objektif : Klien sering terlihat lusuh, bau badan, gigi kotor, kuku tangan
pendek tetapi kuku kakinya panjang.
C. POHON MASALAH
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan isi pikiran: Waham
2. Isolasi Sosial
3. Halusinasi
4. Defisit Perawatan Diri
Perubahan Isi Pikir : Waham
Isolasi Sosial DPD
Halusinasi
HDR Kronis
RPK
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah
nabi yang menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya
sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya
kemanapun saya pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan
bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008).
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan
alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan
psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada
isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan
alasan atau logika (Kusumawati, 2010).
B. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang
dijelaskan oleh Direja, 2011 yaitu :
1) Teori Biologis
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru
mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan
otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada
area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
c) Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak
yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan
penyebab genetik pada skizofrenia.
d) Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara
terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian
genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam
keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi.
2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini
sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap
tenaga kesehatan jiwa profesional).
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia
dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan. Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.
Pada Tn. I tidak ditemukan adanya factor biologis yang mempengaruhi
pada Tn. I dikarenakan saat dilakukan pengkajian tentang keluarga Tn. I,
Tn. I selalu menghindari pertanyaan perawat dan tidak pernah menjawab
pertanyaan pasien. Tn. I sudah dilakukan rontgen thoraks dengan hasil cor,
pulmo dalam batas normal. Hasil pemeriksaan lab ditemukan Hb : 10.6
g/dl (N : 11.3 – 16.0 g/dl) & Uric Acid : 8.1 (N : 3.4 – 7 mg/dl).
b. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi menurut Direja, 2011 yaitu sebagai berikut :
1) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat
pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan
kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu.
Pada Tn. I ditemukan bahwa dirinya selalu menganggap Tn. I adalah
orang yang kaya, punya uang yang banyak, pesawat pribadi, dan suka
bepergian keluar negeri. Tn. I mengatakan tinggal di Amerika Serikat
bersama istri dan ketiga anaknya. Tn. I mengaku dirinya seorang presiden,
kemudian saat ditanya kembali klien mengaku dirinya seorang dokter
spesialis bedah dan dokter spesialis jiwa lulusan Uneversitas luar negeri.
Hal ini disebabkan karena untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh
klien dan untuk menutupi kejadian masa lalu yang tidak menyenangkan.
c. Mekanisme Koping
Menurut Direja (2011), perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon
neurobioligi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang
tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri
Pada Tn. I mekanisme koping yang dilakukan adalah menarik diri dari
sekitar, menjadi pendiam, menyendiri dan tidak mau berkenalan serta tidak
mau mengobrol dengan orang lain.
d. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
• Pikiran logis
• Persepsi akurat
• Emosi konsisten
dengan pengalaman
• Perilaku sosial
• Hubungan sosial
• Pikiran kadang
menyimpang illusi
• Reaksi emosional
berlebihan dan kurang
• Perilaku tidak
sesuai
• Menarik diri
• Gangguan
proses pikir:
Waham
• Halusinasi
• Kerusakan
emosi
• Perilaku tidak
sesuai
• Ketidakteratu
ran isolasi sosial
Skema 1 Rentang respons neurobiologis Waham (Keliat, 2009)
Tn. I berada pada rentang respon maladatif dimana gejala waham sangat
terlihat sekali yaitu Tn. I menjadi berhalusinasi pendengaran yaitu
mendengar bisikan “Sabar..sabar” dan menjadi isolasi social yaitu Tn. I
menjadi pendiam, menyendiri dan tidak mau berkenalan serta tidak mau
mengobrol dengan orang lain.
e. Fase-Fase Waham
1. Lack of Selfesteen
Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan
antara kenyataan dan harapan. Ex : perceraian berumah tangga tidak
diterima oleh lingkungannya.
2. Control Internal Eksternal
Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Ex : seseorang yang mencoba menutupi kekurangan
3. Environment support
Kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak
merasa bersalah saat berbohong. Ex : seseorang yang mengaku dirinya
adalah guru tari. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien
dalam lingkungan, klien merasa didukung, klien menganggap hal yang
dikatakan sebagai kebenaran, kerusakan control diri dan tidak
berfungsi normal (super ego)
4. Fisik Comforting
Klien merasa nyaman dengan kebohongannya
5. Fase Improving
Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah
akan meningkat.
f. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu :
Jenis Waham Pengertian Perilaku klien
Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahawa
dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan
orang lain, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
“Saya ini pejabat di
Kementrian Semarang!”
“Saya punya perusahaan
paling besar lho “.
Waham agama Keyakinan terhadap suatu agama
secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
“Saya adalah tuhan yang
bisa menguasai dan
mengendalikan semua
makhluk”.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau
sekelompok orang yang mau
merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
“Saya tahu mereka mau
menghancurkan saya,
karena iri dengan
kesuksesan saya”.
sesuai dengan kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh
atau sebagian tubuhnya terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
“Saya menderita kanker”.
Padahal hasil
pemeriksaan lab tidak
ada sel kanker pada
tubuhnya.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya
sudah meninggal dunia, diucapkan
berulangulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
“Ini saya berada di alam
kubur ya, semua yang ada
disini adalah roh-roh
nya”
Pada Tn. I ditemukan bahwa dirinya mengalami waham kebesaran yaitu
keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kelebihan yang
berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Tn. I selalu menganggap ia adalah orang yang kaya,
punya uang yang banyak, pesawat pribadi, dan suka bepergian keluar
negeri. Tn. I mengatakan tinggal di Amerika Serikat bersama istri dan
ketiga anaknya. Tn. I mengaku dirinya seorang presiden, kemudian saat
ditanya kembali klien mengaku dirinya seorang dokter spesialis bedah dan
dokter spesialis jiwa lulusan Uneversitas luar negeri. Hal ini disebabkan
karena untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh klien dan untuk
menutupi kejadian masa lalu yang tidak menyenangkan.
g. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perubahan isi pikir: waham
Gangguan konsep diri: harga diri
rendah
Core problem
h. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Masalah keperawatan :
a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Kerusakan komunikasi : verbal
c) Perubahan isi pikir : waham
d) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2) Data yang perlu dikaji :
a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal
pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai /
merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras,
bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak
dan melempar barang-barang.
b) Kerusakan komunikasi : verbal
Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang
c) Perubahan isi pikir : waham
Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas,
ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
d) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri
Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri
hidup
i. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Kerusakan komunikasi : verbal
3) Perubahan isi pikir : waham
4) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
j. Rencana Tindakan Keperawatan
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN
Pelaksanaan implementasi asuhan keperawatan pada Tn. I. dilakukan sejak
tanggal 20 s/d 25 April 2016. Kelompok melakukan tindakan keperawatan pada
Tn. I untuk diagnosis gangguan isi pikiran : waham kebesaran, halusinasi dengar,
isolasi sosial, defisit perawatan diri, tetapi keempat masalah keperawatan yang
kita temukan hanya tiga masalah yang di implementasikan.
A. Gangguan Isi Pikiran : Waham Kebesaran,
Pada hari Rabu, 20 April 2016, pukul : 10.00 WIB kelompok
melakukan tindakan keperawatan dengan masalah Gangguan Isi Pikiran :
Waham Kebesaran dengan tujuan khusus : klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan perawat. Tindakan keperawatan : membina hubungan
saling percaya dengan klien, membantu klien mengekspresikan perasaan dan
pikirannya, memberikan reinforcement. Evaluasi subjektif : Tn. I
mengatakan senang setelah ngobrol-ngobrol, Tn. I mengatakan tinggal di New
York bersama istri dan ketiga anaknya, klien mengatakan ia tak tahu sekarang
berada dimana dan ingin pulang, klien mengatakan senang mengingat dahulu
menjadi dokter spresialis di RSJ ini”. Evaluasi objektif : Tn. I tampak tenang,
kontak mata kurang, lebih sering menunduk, Tn. I senyum senyum sendiri dan
tampak mengantuk Analisis : waham kebesaran positif. Rencana tindak
lanjut perawat : melakukan orientasi realita.
Kemudian pada hari/tanggal : Kamis, 21 April 2016, pukul : 10.00
WIB dengan tujuan umum : Tn. I dapat melakukan orientasi realita Tindakan
keperawatan : mengevaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, mendiskusikan
dengan klien pengalaman yang dialami selama ini termasuk dengan orang
yang berarti, lingkungan kerja, dan sekolah.membantu klien untuk
mengidentifikasi hal-hal yang menjadi faktor pencetus wahamnya. Evaluasi
subjektif : Tn. I mengatakan senang berbicara dengan perawat, klien
mengatakan ingin pulang kerumah. Klien mengatakan tinggal di di perumahan
permata hijau kebayoran lama, klien mengatakan tinggal di rumah berwarna
putih sangat besar beserta istri dan ketiga anaknya. Evaluasi Objektif : Tn. I
tampak gelisah, posisi duduk berpindah-pindah, klien kooperatif dalam tanya
jawab dengan perawat, klien terkadang senyum-senyum sendiri. Rencana
tindak lanjut : evaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, berikan pendidikan
kesehatan kembali tentang penggunaan obat secara teratur (nama obat, warna
obat, bentuk obat, dosis obat, fungsi dan efek samping obat), masukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Kemudian pada hari/tanggal : Jumat, 22 April 2016, pukul : 10.00
WIB dengan tujuan khusus : Tn. I dapat memahami tentang manfaat serta
kegunaan mengkonsumsi obat. Tindakan keperawatan : mengevaluasi
jadwal kegiatan harian Tn. I, memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur (nama obat, warna obat, bentuk obat, dosis
obat, fungsi dan efek samping obat), memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian. Evaluasi Subjektif : Tn. I mengatakan obat yang diminum ada 3 jenis
Risperidol, heximer, meroplam serta klien mengatakan mau ninum obat
teratur. Evaluasi Objektif : Tn. I dapat menyebutkan 3 warna obat dengan
benar, Tn. I belum dapat menyebutkan nama obat dengan lancar, Tn. I belum
tepat menyebutkan dosis obat, Tn. I belum dapat menyebutkan fungsi dan efek
samping obat dengan benar. Analisis : Gangguan proses pikir : waham positif.
Planning : minum obat 2 kali sehari sesuai jadwal. Rencana tindak lanjut :
evaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, berikan pendidikan kesehatan kembali
tentang penggunaan obat secara teratur (nama obat, warna obat, bentuk obat,
dosis obat, fungsi dan efek samping obat), masukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
Selanjutnya pada hari/tanggal : Sabtu, 23 April 2016, Pukul : 10.00
WIB dengan tujuan khusus : Tn. I dapat memahami tentang manfaat serta
kegunaan mengkonsumsi obat. Tindakan keperawatan : mengevaluasi
jadwal kegiatan harian Tn. I, mengevaluasi validasi tentang penggunaan obat
secara teratur, memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur (nama obat, warna obat, bentuk obat, dosis obat, fungsi dan efek
samping obat), memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi
Subjektif : Tn. I mengatakan obat yang diminum ada 3 jenis, yang pertama
Risperidon, heximer, meroplam, Tn. I mengatakan risperidon warnanya
orange, bentuknya bulat kecil, minumnya 2x1, fungsinya supaya pikiran lebih
tenang, efeknya kebadan seperti kaku. Yang kedua Heximer warna kuning
bulat kecil, diminum 2x1, fungsinya menetralisir dari obat risperidon. Obat
yang ketiga merlopam warna pink bulat kecil, diminum 1x1 fungsinya
penenang dan efek sampingnya menjadi megatuk. Tn. I mengatakan mau
minum obat secara teratur. Objektif : Tn. I dapat menyebutkan nama obat,
warna, dosis, bentuk, fungsi nya meskipun masih terbatah-batah. Analisa :
gangguan proses pikir : waham positif. Planning : minum obat 2 kali sehari
sesuai jadwal. Rencana tindak lanjut : evaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, latih mengendalikan harian bersama pasien.
Pada hari/tanggal : Senin, 24 April 2016, pukul : 10.00 WIB dengan
tujuan khusus : Tn. I dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara
menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya. Tindakan keperawatan
: mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, membuatkan kegiatan
tambahan dalam jadwal kegiatan hariannya dengan berolah raga secara teratur
jam 9.00 serta jam 16.00, olah raga yang bisa dilakukan yaitu push up dan shit
up, masukkan dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi subjektif : Tn. I
mengatakan senang setelah melakukan kegiatan berolah raga, Tn. I
mengatakan mau melakukan kegiatan berolah raga 2 kali sehari sebelum
makan siang dan sore. Objektif : Tn. I dapat melakukan kegiatan olah raga
push up dan shit up, Tn. I tampak antusias dalam melakukan kegiatan olah
raga. Analisa : gangguan isi pikir : waham positif. Planning : minum obat 2
kali sehari sesuai jadwal, berolah raga 2 kali sehari sesuai jadwal. Rencana
tindak lanjut : evaluasi jadwal kegiatan harian pasien, latih pasien
mengendalikan halusinasinya.
B. Isolasi Sosial
Pada hari/tanggal : Kamis, 21 April 2016, pukul : 11.00 WIB dengan
tujuan umum : Tn. I dapat menyebutkan penyebab menarik diri, manfaat
berinteraksi dengan orang lain serta kerugiannya, mampu melakukan
berkenalan dengan satu orang. Tindakan keperawatan : mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial, berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain serta kerugiannya, mengajarkan pada pasien
cara berkenalan dengan satu orang. Evaluasi subjektif : Tn. I mengatakan
senang berbicara dengan perawat, klien mengatakan ingin pulang kerumah.
Klien mengatakan senang bisa berbicara dengan teman satu kamarnya.
Evaluasi Objektif : Tn. I tampak malu dan suara klien terdengar sangat pelan
ketika berbicara dengan temannya.. Rencana tindak lanjut : evaluasi jadwal
kegiatan harian Tn. I, latihan utuk berkenalan dengan dua orang atau lebih,
berbincang bincang dengan orang lain serta masukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
Kemudian pada hari/tanggal : Jumat, 22 April 2016, pukul : 11.00
WIB dengan tujuan : Tn. I dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih serta mau berbincang-bincang dengan orang lain. Tindakan
keperawatan : mengevaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, memberikan
kesempatan kepada klien untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih,
membantu klien untuk berbincang-bincang dengan pasien yang lain,
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi Subjektif : Tn. I
mengatakan senang ketika sudah mengobrol dengan temannya tetapi klien
mengatakan masih malu, klien mengatakan akan berusaha untuk mengenal
semua teman sekamarnya saat ini. Evaluasi Objektif : Tn. I dapat
mempraktekkan cara berkenalan serta Tn. I mampu untuk melakukan
perbincangan dengan teman-temannya. Analisis : Isolasi Sosial positif.
Planning : praktekkan cara berkenalan dengan pasien lainnya serta
berbincang-bincang dengan pasien lainya. Rencana tindak lanjut : evaluasi
jadwal kegiatan harian Tn. I latihan berkenalan dua kali sehari dan
berbincang-bincang dengan pasien lainnya serta masukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
C. Gangguan Pesepsi Sensori: Halusinasi Dengar
Pada hari Selasa, 25 April 2016, pukul : 10.00 WIB kelompok
melakukan tindakan keperawatan dengan masalah Gangguan Pesepsi
Sensori: Halusinasi Dengar dengan tujuan umum : Tn. I dapat Mengontrol
Halusinasi yang dialami. Tindakan keperawatan: mendiskusikan 4 cara
mengontol halusinasi, menjelaskan cara pertama mengontol halusinasi dengan
menghardik, mencontohkan cara menghardik, memotivasi klien untuk
melakukan cara menghardik secara mandiri, memberikan reinforcement,
memasukkan latihan menghardik dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi
subjektif : Tn. I mengatakan senang setelah ngobrol-ngobrol, Tn. I
mengatakan tutup telinga dan bilang “pergi-pergi kamu suara palsu jangan
ganggu saya”. Evaluasi objektif : kontak mata kurang, lebih sering
menunduk, Tn. I dapat melakukan cara menghardik. Planning : menghardik
bila ada suara-suara dan latihan menghardik 2 kali sehari sesuai jadwal
kegiatan harian. Analisis : halusinasi positif. Rencana tindak lanjut perawat
: evaluasi jadwal kegiatan harian pasien, ikut sertakan dalam kegiatan TAK
mengontrol halusinasi.
Pada hari/tanggal : Rabu, 26 April 2016, pukul : 10.00 WIB. Selain
klien mendapat tindakan keperawatan secara pribadi, klien juga di libatkan
dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) dengan tujuan umum : Tn. I dapat
mengenal halusinasinya dan mengontrol halusinasi dengan menghardik serta
membuat jadwal kegiatan harian pasien (TAK), Tindakan keperawatan :
Mengikuti TAK sesi 1 mengenal halusinasi (isi, waktu, situasi dan perasaan).
Mengikuti sesi II latihan menghardik dan memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian. Mengikuti sesi III membuat jadwal kegiatan harian pasien
Evaluasi subjektif : Tn. I mengatakan senang setelah mengikuti TAK sesi 1,
2, dan 3. Objektif : Tn. I dapat menyebutkan isi, waktu, situasi dan perasaan
setelah mendengar suara-suara dan dapat menghardik di depan teman-
temannya dalam TAK serta klien mampu membuat jadwal kegiatan harian
pasien yang dibantu oleh perawat. Analisa : halusinasi positif. Planning :
latihan menghardik 2 kali sehari sesuai jadwal, menghardik kalau mendengar
suara-suara, Rencana tindak lanjut perawat : lanjut ikut TAK sesi IV dan V
(bercakap-cakap, mengenal jenis dan manfaat obat).
Hari/tanggal : Kamis, 27 April 2016, pukul : 11.00 WIB. Selain klien
mendapat tindakan keperawatan secara pribadi, klien juga di libatkan dalam
TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) dengan tujuan umum : Tn. I dapat
mengontrol halusinasi dengan berbincang-bincang serta memahami tentang
obat. Tindakan keperawatan : Mengikuti TAK sesi IV mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan perawat. Mengikuti sesi V
mengontrol halusinasi dengan mengenal jenis dan manfaat obat. Evaluasi
subjektif : Tn. I senang setelah mengikuti TAK sesi IV dan V. Objektif : Tn.
I dapat melakukan cara bercakap-cakap dengan orang lain atau perawat.
Analisa : halusinasi berkurang. Planning : bila ada mendengar suara-suara
laporkan ke perawat dengan menyebutkan isi, waktu, situasi dan perasaan.
Latihan menghardik sesuai jadwal dan saat mendengar suara-suara. Latihan
berbincang-bincang sesuai jadwal dan bila mendengar suara-suara. Rencana
tindak lanjut perawat : latihan menghardik 2 kali sehari sesuai jadwal,
menghardik kalau mendengar suara-suara, minum obat 2 kali sehari sesuai
jadwal, berbincang-bincang dengan orang lain sesuai jadwal dan ketika
mendengar suara-suara, mengelap meja 2 kali sehari sesuai jadwal dan ketika
mendengar suara-suara, menyapu 1 kali sehari pada pagi hari sesuai jadwal
dan ketika mendengar suara-suara, merapikan tempat tidur 1 kali habis bangun
tidur pagi sesuai jadwal dan apabila mendengar suara-suara, mandi 2 kali
sehari sesuai jadwal dan potong kuku 1 minggu sekali sesuai jadwal dan
apabila panjang. Bila mendengar suara-suara laporkan ke perawat dengan
menyebutkan isi, waktu, situasi dan perasaan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membandingkan proses asuhan keperawatan
antara teori dengan kasus. Pembahasan ini untuk mengetahui sejauh mana
kesenjangan dan kesamaan, faktor pendukung dan penghambat dalam
memberikan asuhan keperawatan Tn. I dengan perubahan isi pikir : waham.
Pembahasan ini mencakup semua proses asuhan keperawatan, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses awal dimana seorang perawat berusaha
mendapatkan data dengan pendekatan biopsikososial dan spiritual sehingga
didapat data dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan, data diperoleh dari
catatan rekam medik, wawancara, catatan keperawatan, observasi langsung dan
pemeriksaan fisik. Pada kasus Tn. I kelompok melakukan pengkajian dengan
melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta menggunakan
rekam medic dan catatan perkembangan Tn.I diruang perawatan.
Pada teori terjadinya perubahan isi pikir : waham disebabkan oleh factor
predisposisi dan persipitasi. Pada faktor predisposisi menurut teori biologi
dikatakan bahwa dimana abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis
yang maladaptif yang baru mulai dipahami salah satunya yaitu keterlibatan otak
yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia contohnya lesi pada area frontal,
temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik, hal ini belum
dapat dibuktikannya teori biologi pada kasus Tn.I karena dikasus Tn.I tidak ada
pengguna narkoba, tetapi ketika ditanya ada keluarga yang mengalami gangguan
jiwa klien selalu menghindar selain itu pada pemeriksaan rontgen thoraks tidak
ada gejala yang signifikan dimana hasil dari pemeriksaan tersebut COR, Pulmo
dalam batas normal. Faktor predisposisi yang kedua yaitu faktor psikologis
pasien. Secara teori dikatakan bahwa teori psikodinamika untuk terjadinya respon
neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian tetapi teori
psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini
sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya. Hal ini sesuai dengan Tn.I pada
hasil pengkajian di recam medic klien belum menikah dan tidak mempunyai
keluarga yang utuh karena klien berasal dari dinas sosial tetapi pada kenyataan
klien yang di ucap, klien mempunyai keluarga seorang istri dan tiga orang anak
hal ini jika ditanyakan masalah keluarga yang lebih dalam klien selalu
menghindar dan menutup diri. Faktor predisposisi yang ketiga yaitu factor sosial
budaya. Pada teori dikatakan kondisi sosial budaya mempengaruhi perubahan isi
pikir : waham dimana stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap
skizofrenia dan gangguan psikotik. Hal ini sesuai yang dikaitkan dengan kasus
Tn.I yang ujarnya menjadi seorang yang sukses dan kaya raya dikarenakan dimasa
lalu pernah terjadi kejadian yang tidak menyenangkan atau kemiskinan yang
terjadi pada Tn. I
Pada factor presipitasi secara teori dikatakan bahwa perubahan isi pikir :
waham yaitu berhubungan dengan stress biologi, stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku dan pemicu yang berhubungan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu. Hal ini sesuai dengan kasus
Tn.I akibat stress yang tidak tercapainya seorang yang sukses dan kayaraya.
Pada tahap pengkajian kelompok menemukan hambatan yang berarti dalam
pengambilan data yaitu data diambil hanya dari klien saja belum ada data
tambahan yang mendukung dari keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori terdapat tiga diagnosa. Diagnosa utama
yaitu perubahan isi pikir : waham, sebagai penyebabnya yaitu gangguan konsep
diri : harga diri rendah dan yang menjadi diagnosa akibat yaitu resiko tinggi
mencederai orang lain. Pada kasus Tn.I ditemukan empat diagnosa keperawatan
yaitu perubahan isi pikir : waham kebesaran, , isolasi sosial, halusinasi dan defisit
perawatan diri. Pada tahap diagnosa terdapat kesenjangan antara teori dan kasus,
hal ini terjadi karena diagnosa pada teori merupakan diagnosa standar yang
menjadi patokan dan acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, tetapi pada
kondisi prakteknya diagnosa harus ditegakkan sesuai data yang ditemukan saat
pengkajian dilakukan. Pada teori sebagai penyebabnya yaitu gangguan konsep diri
: harga diri rendah, dimana didalam kasus tidak muncul diagnosa tersebut karena
pada halnya sudah menutupnya harga diri rendah menjadi harga diri yang tinggi
yang mengaku menjadi seorang yang sukses dan kaya raya serta mempunyai
keluarga. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan, kelompok tidak menemukan
hambatan, dan yang menjadi faktor pendukung yang memudahkan kelompok
dalam menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. I ini yaitu mendapatkan
bimbingan dari dosen pembimbing akademik, serta adanya kerja sama yang baik
antar anggota kelompok dalam pembagian tugas dan pengumpulan referensi-
referensi terkait.
C. Intervensi
Pada tahap intervensi keperawatan dibuat sesuai dengan teori. Terdapat tiga
diagnosa keperawatan yang diintervensi pada kasus Tn.I yaitu diagnosa perubahan
isi pikir : waham, isolasi sosial : menarik diri dan halusinasi. Dalam menyusun
perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan pada Tn. I kelompok tidak
menemukan hambatan, faktor pendukung bagi kelompok dalam membuat
perencanaan tindakan keperawatan yang akan diberikan pada Tn. I yaitu
kelompok mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing akademik, serta
adanya kerja sama yang baik antar anggota kelompok dalam pembagian tugas dan
pengumpulan referensi-referensi terkait.
D.Implementasi
Tahap pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada tahap perencanaan
tindakan keperawatan yang telah dibuat, dilakukan dengan tetap memperhatikan
prioritas masalah, pencapaian tujuan tindakan keperawatan, dan
pendokumentasian tindakan keperawatan serta hasil yang dicapai. Pelaksanaan
intervensi yang telah dibuat pada Tn. I dilakukan dari tanggal 19 April 2016
sampai dengan tanggal 28 April 2016.
Pada diagnosa utama yaitu perubahan isi pikir : waham dilakukan
implementasi pada tanggal 20 - 25 April 2016 sesuai Strategi Pelaksanaan yang
sudah dibuat pada tahap intervensi yaitu Strategi Pelaksanaan 1 yang berisi
membantu mengorientasi realita, Strategi Pelaksanaan 2 yang berisi memberikan
pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur sampai dengan
Strategi Pelaksanaan 3 yang berisi tentang berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki.
Pada diagnose kedua yaitu isolasi sosial : menarik diri dilakukan
implementasi pada tanggal 21 - 23 April 2016 sesuai Strategi Pelaksanaan yang
sudah dibuat pada tahap intervensi yaitu Strategi Pelaksanaan 1 yang berisi
mengajarkan berkenalan, Strategi Pelaksanaan 2 yang berisi berkenalan dengan
satu orang sampai dengan Strategi Pelaksanaan 3 yang berisi tentang berkenalan
dengan 2 orang atau lebih.
Pada diagnose ketiga yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi dilakukan
implementasi pada tanggal 26 - 28 April 2016 sesuai Strategi Pelaksanaan yang
sudah dibuat pada tahap intervensi.
Faktor pendukung pada tahap implementasi adalah perawat ruangan
memberikan respon positif sehingga memudahkan kelompok dalam melakukan
implementasi baik yang sifatnya tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan
keperawatan kolaboratif. Solusinya bagi kelompok dalam tahap implementasi
yaitu dengan menggunakan waktu dinas yang seefektif mungkin dan
berkolaborasi serta menjalin komunikasi yang efektif dengan perawat ruangan dan
melaksanakan tindakan keperawatan yang belum dilaksanakan, serta tidak segan
bertanya dan meminta bantuan pada perawat ruang.
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi penulis menilai keberhasilan dan pencapaian tujuan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.I, dengan cara wawancara,
observasi langsung, pemeriksaan fisik, memeriksa laporan atau record. Evaluasi
akhir seluruh proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. F pada
tanggal 28 April 2016.
Pada Tn.I ditemukan empat diagnosa keperawatan yaitu yaitu perubahan isi
pikir : waham kebesaran, isolasi sosial, halusinasi, , dan defisit perawatan diri.
Dari empat diagnosa keperawatan, tiga diagnosa keperawatan yang diintervensi
pada kasus kelolaan Tn. I kelompok ini yaitu: Perubahan isi pikir : waham, isolasi
sosial dan Gangguan sensori persepsi: Halusinasi. Saat evaluasi dilakukan
diagnose perubahan isi pikir waham masih menetap karena masih terjadi dikala
pembicaraan dan pembicaraan yang diulang terus menerus. Untuk menanggulangi
hal ini kelompok berkolaborasi dengan perawat ruangan untuk terus
mengorientasikan realita.
Diagnosa Isolasi Sosial : Menarik Diri ini muncul keberhasilan yang
signifikan dimana awal yang menutup diri kepada semua orang bahkan pada
perawat lalu mulai cerita dengan mahasiswa UPN dan pada evaluasi akhir klien
sering mengajak ngobrol temannya terlebih dahulu.
Diagnosa Gangguan sensori persepsi: Halusinasi saat dilakukan evaluasi
teratasi karena pada Tn.I halusinasi jarang terjadi dan pada evaluasi akhir
halusinasi berkurang dimana klien tidak pernah senyum-senyum sendiri dan
komat kamit. Untuk menanggulangi hal ini kelompok berkolaborasi dengan
perawat ruangan.
Kelompok tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam melakukan
evalusai akhir, namun salah satu faktor yang menjadi penghambat penulis dalam
melakukan evaluasi adalah ketidak lengkapan data akibat kurang baiknya
pendokumentasian proses keperawatan. Ketidak lengkapan data terutama pada
intervensi/implementasi yang tidak dilakukan sendiri oleh kelompok. Namun
sikap asertif dan respon positif perawat ruangan terhadap penulis memudahkan
penulis mengkonfirmasi data yang tidak lengkap. Untuk mengatasi masalah ini
kelompok perlu menjalin komunikasi yang baik dengan perawat ruang dan juga
dengan pasien serta keluarganya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang
menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak
mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya kemanapun saya
pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008).
Waham kebesaran yang merupakan kepercayaan seseorang memiliki
kehebatan atau kekuatan luar biasa padahal kenyataannya tidak (Stuart & Laraia,
2005). Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku waham, individu mencoba
berprilaku sesuai dengan jenis waham yang diyakininya dengan mengaku bahwa
dia memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa dan klien cendrung
membesar-besarkan dirinya. Apabila waham tersebut tidak segera ditanggulangi,
dapat menyebabkan individu mengalami penarikan diri dari hubungan sosial
(Pieter, dkk, 2011).
Pada Tn. I ditemukan bahwa dirinya mengalami waham kebesaran yaitu
keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kelebihan yang berbeda
dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Tn. I selalu menganggap ia adalah orang yang kaya, punya uang yang
banyak, pesawat pribadi, dan suka bepergian keluar negeri. Tn. I mengatakan
tinggal di Amerika Serikat bersama istri dan ketiga anaknya. Tn. I mengaku
dirinya seorang presiden, kemudian saat ditanya kembali klien mengaku dirinya
seorang dokter spesialis bedah dan dokter spesialis jiwa lulusan Universitas luar
negeri. Hal ini disebabkan karena untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh
klien dan untuk menutupi kejadian masa lalu yang tidak menyenangkan.
B. Saran
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat maupun
mahasiswa keperawatan memahami konsep asuhan keperawatan pada Tn. I
dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran.
DAFTAR PUSTAKA
Davison, G.C & Neale J.M 2006, Psikologi Abnormal, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Direja, S.A.H 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogjakarta, Nuha Medika
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta
Keliat, B. A 2005, Keperawatan Jiwa : Terapi Aktifitas Kelompok, Jakarta, EGC
Kusumawati & Hartono 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika
Pieter, H.Z., Janiwarti, B., Saragih, NS.M 2011, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, Jakarta, Kencana
Purba, dkk 2008, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa, Medan, USU Pres
Stuart & Laraia 2005, Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan), Jakarta, EGC
Suliswati 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta, EGC