BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk mengalami gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan kapasitas mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak mampu menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah gangguan jiwa (Pieter, dkk, 2011). Gangguan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk bicara (Suliswati, 2005). Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di Indonesia masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riskesdas, 2013).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk
mengalami gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan
kapasitas mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak
mampu menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah
gangguan jiwa (Pieter, dkk, 2011).
Gangguan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966 tentang
kesehatan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi
kejiwaan adalah proses, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk
bicara (Suliswati, 2005).
Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di Indonesia
masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15
tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan
jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 orang (Riskesdas, 2013).
Skizofrenia ditandai dengan dua kategori gejala utama yaitu gejala
positif dan gejala negatif. Gejala positif berfokus pada distorsi fungsi
normal.Sedangkan gejala negatif mengidentifikasi hilangnya fungsi normal.
Gejala negatif yang didapat klien berupa waham dan halusinasi (Copel, 2007
dalam Pieter, dkk, 2011).
Waham merupakan salah satu gejala negatif yang umum terjadi pada
klien dengan skizoprenia. Waham merupakan gangguan proses pikir yaitu
keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Ada beberapa
jenis waham yaitu waham kebesaran, waham somatik,waham curiga, waham
keagamaan dan waham nihilistik (Stuart & Laraia, 2005).
Waham kebesaran yang merupakan kepercayaan seseorang memiliki
kehebatan atau kekuatan luar biasa padahal kenyataannya tidak (Stuart &
Laraia, 2005). Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku waham, individu
mencoba berprilaku sesuai dengan jenis waham yang diyakininya dengan
mengaku bahwa dia memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa dan
klien cendrung membesar-besarkan dirinya. Apabila waham tersebut tidak
segera ditanggulangi, dapat menyebabkan individu mengalami penarikan diri
dari hubungan sosial (Pieter, dkk, 2011).
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025
sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset
dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut
penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu
sampai tiga permil penduduk (Sartorius & Jablonsky, 1974 dalam Davison &
Neale, 2006).
Di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota sampai dengan
Juni 2011 tercatat tidak kurang 200 orang penderita gangguan jiwa tidak
dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun 2010 di
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah diagnosa /
jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien yang
mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau sekitar 2,8% dan jumlah pasien
laki-laki sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557
jiwa (Arfian, 2010).
Data yang didapat di Ruang PICU Laki-Laki Elang 1 Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan didapatkan bahwa prevalensi kejadian penyakit
waham selama 3 bulan terakhir pada tahun 2016 yaitu, Januari terdapat 2
orang (1,1%), Februari terdapat 3 orang (1,6%), dan pada bulan Maret
terdapat 5 orang (3,8%).
Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri
dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa terhadap klien yang mengalami
gangguan isi pikir : waham yaitu memenuhi dan berupaya seoptimal mungkin
mengorientasikan klien ke dalam realita, dengan cara menciptakan lingkungan
teraupetik, melibatkan keluarga, menjelaskan pola perilaku klien (untuk
diskusi membagi pengalaman, mengatasi masalah klien), menganjurkan
kunjungan keluarga secara teratur. Berdasarkan latar belakang diatas,
kelompok tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan utama yaitu
dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. IH dengan gangguan isi
pikir : waham di Ruang Picu Laki-Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto
Heerdjan”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. IH
dengan gangguan isi pikir : waham di Ruang Picu Laki-Laki Elang 1
Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan
2. Tujuan khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada Tn. IH dengan gangguan isi
pikir : waham
b) Mampu merumuskan masalah dengan diagnosa keperawatan pada
Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham
c) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. IH dengan
gangguan isi pikir : waham
d) Mampu melakukan evaluasi pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir
: waham
e) Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara kasus
dengan terori pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham
f) Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat, serta
dapat mencari solusinya.
g) Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam
bentuk narasi.
C. Proses Pembuatan makalah
Kelompok berjumlah 5 (lima) orang, praktek di ruang Picu Laki-
Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan selama 4 minggu dari
tanggal 18 April 2016, mahasiswa bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan semua pasien yang dirawat di ruang tersebut.
Gangguan sensori persepsi : halusinasi merupakan masalah
terbanyak yang terdapat di ruang Picu Laki-Laki Elang 1. Tetapi
kelompok lebih tertarik untuk mengangkat kasus gangguan isi pikir :
waham pada Tn. IH, dan menjadi tanggung jawab perawat membantu Tn.
IH untuk mengatasinya. Tugas perawat yaitu memenuhi dan berupaya
seoptimal mungkin mengorientasikan klien ke dalam realita karena
penyembuhan klien tidak saja dengan obat, tetapi lebih penting adalah
bagaimana perawatan yang diberikan dalam suasana lingkungan yang
teraupetik. Untuk itu perawat di tuntut memiliki keterampilan khusus agar
dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal dengan menitik
beratkan pada keadaan psikososial tanpa mengabaikan fisiknya.
Berdasarkan hal tersebut, kelompok tertarik untuk mengangkat
masalah keperawatan utama yaitu dengan judul “Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham di Ruang Picu Laki-
Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan”
Asuhan keperawatan pada Tn.IH di awali oleh satu orang
mahasiswa yang melakukan pendekatan secara itensif sebagai klien
kelolaan. Selanjutnya kelompok mengadakan interaksi secara bergantian
dengan pasien untuk membina hubungan saling percaya. Strategi yang
dilakukan kelompok pada tahap kerja dilakukan oleh satu anggota
kelompok melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pasien. Pada tahap evaluasi mahasiswa melakukan
koordinasi antar mahasiswa terutama dalam rencana yang akan datang
sehingga kesinambungan antar anggota kelompok satu dengan yang lain.
Mahasiswa melakukan pendokumentasian dan mengkonsultasikannya
dengan pembimbing dan kemudian mahasiswa dapat melakukan seminar
akhir.
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tn. I berusia 34 tahun, datang ke Panti dengan masalah utama Waham.
Dari hasil pengkajian tanggal 19 April 2016. Klien mengatakan sedang
berjalan-jalan bersama temannya, kemudian ditinggal di RSJ. Klien pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan selanjutnya tidak berhasil.
Saat ini klien dirawat di PSBL Cengkareng. Pada status yang terdapat dibuku
rekam medis klien, tertera klien belum menikah.. Keterangan klien berubah-
ubah, saat dilakukan pengkajian akhir klien mengaku memiliki seorang istri
dan tiga orang anak. Klien tidak memiliki keluhan pada fisiknya. Klien
mengatakan masih memiliki orang tua lengkap. Klien mengatakan berasal dari
Cirebon. Klien mengatakan dirinya seorang presiden, saat ditanya kembali
klien mengaku dirinya dokter spesialis bedah dan dokter spesialis jiwa lulusan
Universitas luar negeri. Istrinya berada di Amerika serikat, memiliki anak 3
atau empat. Klien mengatakan tinggal disebuah rumah elit dikawasan Permata
Hijau. Klien mengaku dirinya seorang presiden yang setiap hari membawa
uang miliaran. Klien mengatakan serinng pergi keluar negeri menggunakan
pesawat pribadi. Saat dilakukan pengkajian kontak mata kurang, klien banyak
menunduk, sesekali tertawa sendiri, senyum-senyum sendiri, bicara kurang
fokus tetapi masih bisa diarahkan pembicaraan lambat, kafdang-kadang tidak
menjawab pertanyaan perawat, klien hanya bereaksi jika ada stimulus, terlihat
lesu karena klien mengatakan bosan dan ngantuk, klien yakin akan apa yang
dibicarakannya tidak mau dikoreksi perawat dan diucapkan berulang-ulang
secara berlebihan.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah yang ditemui pada Tn. I:
Gangguan Isi Pikiran: Waham Kebesaran (18 April 2016)
Data Subjektif: Klien mengatakan berasal dari Cirebon. Istrinya berada di
Amerika serikat, memiliki anak 3 atau empat. Klien mengatakan tinggal
disebuah rumah elit dikawasan Permata Hijau. Klien mengaku dirinya seorang
presiden yang setiap hari membawa uang miliaran. Klien mengatakan serinng
pergi keluar negeri menggunakan pesawat pribadi
Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien
tampak sendiri dipojok, Klien terlihat duduk merangkul kaki, Klien tampak
sering diam dan menunduk, klien berbicara berulang-ulang secara berlebihan,
pernyataan klien tidak sesuai dengan kondisi nyata dimana klien belum
menikah, klien kiriman dari dinas sosial.
Isolasi Sosial (18 April 2016)
Data Subjektif: Klien mengatakan sudah mengenal teman-teman disekitarnya,
tetapi saat ditanya keteman yang lain tidak tahu. Klien mengatakan tidak
pernah mengobrol dengan teman lain. Klien menagatakan lebih senang
sendiri. Klien mengatakan bingung saat hendak berbincang-bincang dengan
orang lain.
Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien
tampak sendiri dipojok ruang kumpul, Klien terlihat duduk merangkul kaki,
Klien tampak sering diam dan menunduk.
Halusinasi (18 April 2016)
Data subjektif : Klien mengatakan sering mendengar bisikan “sabar..sabar..”
saat pagi hari diwaktu mandi. Klien merasa biasa saja saat ada suara-suara.
Klien mengatakan belum pernah belajar menghardik
Data objektif : Klien sering terlihat komat-kamit sendiri, klien tampak
senyum-senyum sendiri, kontak mata kurang sering menunduk.
Defisit Perawatan Diri (20 April 2016)
Data subjektif : Klien mengatakan dirinya sudah mandi sejak subuh memakai
sabun dan sikat gigi, sudah menggunting kuku setiap hari
Data objektif : Klien sering terlihat lusuh, bau badan, gigi kotor, kuku tangan
pendek tetapi kuku kakinya panjang.
C. POHON MASALAH
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan isi pikiran: Waham
2. Isolasi Sosial
3. Halusinasi
4. Defisit Perawatan Diri
Perubahan Isi Pikir : Waham
Isolasi Sosial DPD
Halusinasi
HDR Kronis
RPK
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah
nabi yang menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya
sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya
kemanapun saya pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan
bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008).
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan
alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan
psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada
isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan
alasan atau logika (Kusumawati, 2010).
B. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang
dijelaskan oleh Direja, 2011 yaitu :
1) Teori Biologis
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru
mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan
otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada
area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
c) Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak
yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan
penyebab genetik pada skizofrenia.
d) Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara
terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian
genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam
keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi.
2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini
sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap
tenaga kesehatan jiwa profesional).
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia
dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan. Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.
Pada Tn. I tidak ditemukan adanya factor biologis yang mempengaruhi
pada Tn. I dikarenakan saat dilakukan pengkajian tentang keluarga Tn. I,
Tn. I selalu menghindari pertanyaan perawat dan tidak pernah menjawab
pertanyaan pasien. Tn. I sudah dilakukan rontgen thoraks dengan hasil cor,
pulmo dalam batas normal. Hasil pemeriksaan lab ditemukan Hb : 10.6