PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
PALUPI PURNAMAWATI
103016227140
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
PALUPI PURNAMAWATI
103016227140
Pembimbing I Pembimbing II
Dedi Irwandi, M.Si Munasprianto Ramli, S.Si, M.A
NIP. 19710528 200003 1 002 NIP. 19791029 200604 1 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul : “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dalam
Pembelajaran Kimia terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa” diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqasyah pada, 18 Juni
2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan.
Jakarta, 18 Agustus 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan IPA) Tanggal Tanda Tangan
Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 19700209 200003 2 001 …………… ….………….
Sekretaris (Sekretaris Jurusan IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 200604 1 001 …………… ….………….
Penguji I
Tonih Feronika, M.Pd NIP. 19760107 200501 1 007 ….………… .…………….
Penguji II
Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 011 ..………..… ……………..
Mengetahui Dekan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1 003
ii
ABSTRAK
PALUPI PURNAMAWATI. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Skripsi. Jakarta : Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah. Sampel pada penelitian ini adalah 60 orang yang diambil dari 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 1 (kelas kontrol) dan kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrumen penelitian yang diberikan berupa Tes Kreativitas Verbal (TKV) dengan 6 dimensi, antara lain (1) kelancaran kata, (2) kelancaran menyusun kata, (3) Kelancaran berekspresi, (4) Kelancaran memberi ide, (5) fleksibilitas dan orisinalitas, dan (6) elaborasi. Analisis validitas butir instrumen menggunakan teknik belah dua (split half) kelompok atas (nilai tinggi) dan kelompok bawah (nilai rendah) sehingga menghasilkan 24 butir pernyataan yang valid (TKV). Koefisien reliabilitas instrumen dihitung menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment yang kemudian dianalisis dengan rumus Spearman Brown, menunjukkan reliabilitas yang tinggi sebesar 0,9265. Uji prasyarat analisis data menunjukkan bahwa semua data hasil penelitian berdistribusi normal dan homogen. Uji hipotesis penelitian menghasilkan t hitung > t tabel, yakni 7,92 > 2,00. tolak H0 pada α = 0,05. hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dengan siswa yang diajar menggunakan Pendekatan Ekspositori. Dengan demikian terbukti bahwa terdapat pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Kata kunci : Pendekatan Konstruktivisme, pembelajaran kimia, kemampuan berpikir kreatif
iii
ABSTRACT
PALUPI PURNAMAWATI. Effect of Constructivism Approach in Chemical Learning from Creative Thinking Ability of Students. Scription. Jakarta: Chemical Education Studies Program, Department of Science Education (Science), Faculty of Science and Teaching Tarbiyah (FITK), State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. The purpose of this study is to determine whether there is influence between the Constructivism Approach in Chemical learning to creative thinking abilities of students. The research method used is a quasi-experimental method. The population were eleventh grade students of MAN 7 Srengseng Sawah. The sample in this study were 60 people taken from the two classes, which is used class XI IPA 1 (control class) and class XI IPA 2 (experimental class). The sampling technique in this study using purposive sampling technique. The research instrument is given in the form of Verbal Creativity Test (TKV) to six dimensions, among others (1) word fluency, (2) the smoothness of a word, (3) The smoothness of expression, (4) Smooth suggest ideas, (5) flexibility and originality, and (6) elaboration. Analysis of the validity of the instrument using the technique of grain split (split half) group of (high value) and the lower group (low value) so as to produce a 24 valid statement (TKV). Instrument reliability coefficient calculated is using Pearson Product Moment correlation formula which was then analyzed by Spearman Brown formula, showed a high reliability of 0.9265. Prerequisite test data analysis indicate that all survey data in normal distribution and homogeneous. Testing hypotheses resulted t count > t table, is, 7.92> 2.00. H0 rejected at α = 0.05. This mean that there are differences on average a significant creative thinking skills among students who were taught using the Constructivism Approach with students who were taught using expository approach. Thus proved that there are significant Constructivism approach in chemical learning of creative thinking abilitiy of students.
Keywords: Constructivism Approach, chemical learning, creative thinking ability
iv
KATA PENGANTAR
Tiada kata terindah untuk mengawali lembaran ini selain hanya untaian
pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan segala karunia
dan kemudahan yang tidak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sekaligus menyelesaikan penyusunan skripsi ini
sebagai salah satu syarat kelulusan. Shalawat serta salam juga selalu tercurah
kepada teladan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, para sahabatnya
hingga pengikutnya semoga kita termasuk dalam barisannya hingga akhir zaman
nanti. Amin.
Penulis sadar bahwa penelitian ini tidak akan dapat terlaksana kecuali atas
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak mulai dari awal penelitian hingga
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu , pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan doa semoga mendapatkan balasan dan
kebaikan dari Allah SWT, kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahun Alam (IPA).
4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Kimia
sekaligus sebagai dosen pembimbing I, yang dengan sabar telah membimbing
dan mengarahkan penulis sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Munasprianto Ramli, S.Si, M.A., selaku dosen pembimbing II yang
juga telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasinya kepada penulis
untuk melakukan penelitian sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Taufik, M.M., selaku Kepala Sekolah MAN 7 Srengseng
Sawah, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
v
7. Ibu Yusridah, S.Pd., selaku guru Kimia kelas XI di MAN 7 Srengseng Sawah,
yang bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.
8. Keluarga di Depok : Bapak, Mama, Mba Nila, Mas Ade, penulis ucapkan
terimakasih atas semua doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya kepada
penulis serta kepercayaannya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi
ini.
9. Keluarga di Tangerang : Bapak dan Mama atas doa dan bantuannya selama
penyusunan skripsi ini.
10. Suami ku tercinta Eko Febrianto, S.Sos.I yang tak pernah berhenti
mendoakan, memotivasi dan memberikan banyak dukungannya baik berupa
tenaga, pikiran, maupun materi. Tak lupa juga skripsi ini ku persembahkan
untuk putri pertama kami Sarahasna Putri Oktavia, terima kasih atas senyuman
yang tak pernah lepas dari hadapan umi hingga penat dan jenuh selama
penyusunan semakin tidak terasa.
11. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2003, yang telah
memberikan warna dalam kehidupan ku.
12. Semua “pahlawan tanpa nama” yang tidak dapat disebutkan satu - persatu atas
bantuan, pengalaman, dan diskusinya.
Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih dan berdoa semoga Allah
SWT senantiasa membalas dengan sebaik-baik balasan atas segala jasa yang telah
diberikan kepada penulis.
Besar harapan penulis semoga karya yang tidak seberapa ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dari Allah SWT, sehingga dapat membuat
kita lebih merenungkan dan bersyukur atas keagungan-Nya. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah, oleh sebab itu saran untuk perbaikan adalah harapan dari
penulis.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….….. i
ABSTRAK ……………………………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR ………………………..……………………………….. v
DAFTAR ISI ………………………………….……………………………….. vii
DAFTAR TABEL …………..………………..………………………………. x
DAFTAR GAMBAR ………………………..………………………………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………..……………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …..……………….….......………...…… 1
B. Identifikasi Masalah …………………...…….…...……………… 5
C. Pembatasan Masalah ……………………...….………………….. 5
D. Perumusan Masalah ……………………….……..…....……….... 5
E. Manfaat Penelitian ………………………..…….………….…….. 6
BABII DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori ……………..………………..….….…......…….. 7
1. Konstruktivisme …………………………………………..….. 7
a. Pengertian Konstruktivisme …….…………..………..……7
b. Jenis-jenis Konstruktivisme ………..………………..….. 11
b. Prinsip Pembelajaran Konstruktivisme …..…..….…..….. 12
c. Peranan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Konstruktivisme ……………………..………………....…14
d. Keunggulan Pembelajaran Konstruktivisme …….…….. 16
e. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme ….…… 17
f. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia.. 19
vii
2. Berpikir Kreatif Dalam Sains …………….……...…….…..... 23
a. Konsep Berpikir Kreatif ………..……….…...……….…. 23
b. Karakteristik Siswa yang Kreatif …….……..……..…...… 27
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas. .…..….….. 31
d. Cara-cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa ……….…………………………..….….….. 34
e. Pengukuran Kreativitas Verbal ………………………….. 35
3. Hubungan antara Pendekatan Konstruktivisme
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ……...……..37
B. Kerangka Berpikir ………………………………...…..………... 39
C. Perumusan Hipotesis ………………………....…….….…….… 43
D. Penelitian yang Relevan ……………………………………….. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan penelitian …...………………..….….……..…….….… 45
B. Waktu dan Tempat Penelitian …………...…..….…......……... 45
C. Metode Penelitian …….…...…………...….....……....…………45
D. Prosedur Penelitian …………………...……....…....…....……. 46
E. Populasi dan Sampel ……....………….……..…..……..…..… 48
F. Variabel Penelitian ……………………………..…….….….… 49
G. Teknik Pengumpulan Data …...………….……..…………..…. 50
H. Teknis Analisis Data …………………….….….…..……...….. 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………...………………………………. 56
1. Deskripsi Data …………...………………………………... .56
2. Pengujian Persyaratan Analisis …….………………..….…. 59
B. Pembahasan ………………….……….…………………..……. 62
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………….………………..…… 66
B. Saran …………………………………….………………..…... 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 67
LAMPIRAN –LAMPIRAN ..………………………………………………. 70
BIODATA PENULIS ……………………………………………………… 127
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Variabel penelitian ………………………………………………. 49
Tabel 3.2. Kisi –kisi instrumen berpikir kreatif verbal ……………………... 51
Tabel 3.3. Ketentuan waktu pengisian tes berpikir kreatif verbal ……..….... 51
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir kreatif kelompok
siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme ….….…. 56
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir kreatif kelompok
siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori …….…….…. 58
Tabel 4.3. Hasil pengujian normalitas dengan Uji Liliefors ……………….… 60
Tabel 4.4. Hasil pengujian homogenitas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan Uji Bartlett ………………………….... 60
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur proses konstruktivisme ………………………………… 9
Gambar 2.2 Peta konsep konstruktivisme dan pembelajaran …………….. 10
Gambar 2.3 Skema kerangka berpikir pendekatan konstruktivisme dengan
Kemampuan berpikir kreatif siswa ………………………….. 42
Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir
kreatif kelompok eksperimen ….……………………………. 57
Gambar 4.2 Histogram distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir
kreatif kelompok kontrol ……………………………………. 59
Gambar 4.3 Histogram skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ……………….. 63
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan Pendekatan Konstruktivisme …………….. 70
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan pendekatan ekspositori ………..………….. 81
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) …………………..…………... 89
Lampiran 4. Instrumen Tes Kreativitas Verbal (TKV) …..…………….. 95
Lampiran 5. Alternatif jawaban instrumen ……..……………………… 100
Lampiran 6. Skor pre test dan post test kemampuan berpikir kreatif
kelompok eksperimen dan kontrol …..…………………... 103
Lampiran 7. Skor hasil uji coba instrumen tes berpikir kreatif ………. 104
Lampiran 8. Skor hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif siswa
kelompok eksperimen ………………………………….…. 105
Lampiran 9. Skor hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif siswa
kelompok kontrol .…………..……………………………. 106
Lampiran 10. Data hasil uji coba kemampuan berpikir kreatif siswa
kelompok atas dan kelompok bawah .………………….….. 107
Lampiran 11. Perhitungan analisis butir soal instrumen uji coba kemampuan
berpikir kreatif siswa ……..…………………………..…... 108
Lampiran 12. Perhitungan koefisien reliabilitas hasil uji cobainstrumen
kemampuan berpikir kreatif ………………………………. 109
Lampiran 13. Perhitungan koefisien reliabilitas kemampuan berpikir
kreatif kelompok eksperimen …………………………….. 111
Lampiran 14. Perhitungan koefisien reliabilitas kemampuan berpikir
kreatif kelompok kontrol ….………………………..…….. 113
Lampiran 15. Analisa data skor hasil penelitian kemampuan berpikir
kreatif kelompok eksperimen ………………………….... 115
Lampiran 16. Analisa data skor hasil penelitian kemampuan berpikir
xii
kreatif kelompok kontrol ….……………………….…….. 116
Lampiran 17. Uji normalitas kemampuan berpikir kreatif kelompok
eksperimen ………………………………………………. 117
Lampiran 18. Uji normalitas kemampuan berpikir kreatif kelompok
kontrol ……………………………………………………. 118
Lampiran 19. Uji kesamaan variansi (homogenitas) kelompok eksperimen
dan kontrol ……………………………………………….. 119
Lampiran 20. Uji hipotesis penelitian ………………………………….... 121
Lampiran 21. Distribusi t pada beberapa level probabilitas …………..…. 123
Lampiran 22. Tabel nilai statistik uji Liliefors ………………………..…. 124
Lampiran 23. Distribusi nilai z ……………………………………….…... 125
Lampiran 24. Surat keterangan izin melakukan penelitian ………....…… 126
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, dkk. 2004. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Ardiana, Fani Prima. 2007. Keefektifan Penerapan Pendekatan Konstruktivis Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi pokok Trigonometri di SMA Negeri 15 Semarang Kelas X Semester 2. Skripsi Sarjana Pendidikan. Semarang : FMIPA UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi
Revisi, Cet.13, Jakarta : PT Rineka Cipta. Barak, Moshe dkk. Using Portfolios to Enhance Creative Thinking, dalam
www.scholar.lib.vt.edu/ejourney/summer_fall_2000/pdf.,30 Januari 2007.
Boo Hong Kwen. Using Two Tier Reflective Multiple Choice Questions to Cater to Creative Thinking, dalam www.aare.edu.au/05pap/boo05235.pdf. 30 Januari 2007/
Cottrell, Stella. Creative Thingking, dalam www.palgrave.com. 30 Januari 2007 Depag RI. 2003. Memahami Paradigma Baru Dalam UU Sisdiknas, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan, Bandung : Alfabeta.
Juanengsih, Nengsih. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Pendekatan Induktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Biologi Siswa, Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA, Jakarta : FITK UIN Syarif Hidayatullah
Konstruktivisme, dalam
www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/konstruktivisme2.htm. 21 September 2007.
Mariati, 2006. Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pertanyaan Divergen
pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Jurnal pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : LIPI
Miranto, Sujiyo. 2006. Portofolio Strategi Pengajaran Sains, Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah.
Mughni, Syarif. 2007. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Pendekatan Konstruktivisme dan Kontekstual Sebuah Refleksi dalam Upaya
xiv
Membangun Citra Madrasah, Makalah, Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah
Mulyasa, E. 2006 Menjadi Guru Profesional, Cet 4, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006. Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan kreativitas Anak Sekolah,
Cet. 3, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana. ________________ 2004. Pengembangan kreativitas Anak Berbakat, Cet. 2,
Jakarta : Rineka Cipta.
Noraziah, Konstruktivisme dalam Pengajaran dan Pembelajaran, dalam www.geocities.com/hypatia_01_2001/ilmiahazie.htm. 21 September 2007
On Constructivism, dalam
www.academic.sun.ac.za/mathed/174/constructivism.pdf. 6 Februari2008. Portofolio. 2002. Psikologi Kognitif, Jakarta : Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia Y.A.I.
Purwanto, 2005. Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : LIPI.
Ramli, Munaspriyanto. 2006. Metamorfosa, Jurnal Pembelajaran Sains Yang
Menyenangkan Dengan Metode Konstruktivisme. Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah.
Semiawan, Conny R. 2007. Suatu Orientasi Tentang Kurikulum Berbasis Konstruktivisme Untuk Pendidikan Agama, Makalah, Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah
Setyaningsih, N. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa Dalam Pemecahan Masalah Pengantar Dasar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Surakarta : Varia Pendidikan, vol 21, No.1.
Sofa, H. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle), dalam
www.massofa.wordpress. 1 Mei 2008
Somantri, Ating, dkk. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Bandung : CV. Pustaka Setia
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta
Suparno, Paul. 2001. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Cet. 5, Yogyakarta : Kanisius.
xv
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo.
Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Cet 1. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Ulfah, Iswatin. 2005. Pengaruh Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran
Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SLTP 2 Mei Ciputat, Skripsi Sarjana Pendidikan, Jakarta : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cet 1. Jakarta : Bumi Aksara. Vertika, Lingga. 2007. Hubungan Antara Berpikir Kreatif Dengan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas VII di SLTP Negeri 188 Ciracas Jakarta, Skripsi Sarjana Pendidikan, Jakarta : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah.
What is Constructivism?, dalam
www.mpbl.edu.my/math/modul/matterials/constructivism. 6 Februari 2008.
Teori Pembelajaran Konstruktivisme Dalam Reka Bentuk dan Pembinaan Perisian Pengajaran dan Pembelajaran Berbantukan Komputer (PPBK), dalam www.planet,time,net.my/KLCC/azm/2001/teori. 21 September 2007
Teori Konstruktivisme, dalam www.teachersrock.net/ciri_konst.htm.
21 September 2007
xvi
xvii
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mengembangkan potensi
sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Karena pendidikan juga
merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya.
Agar terwujud masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan,
berdaya saing, maju, dan sejahtera. Maka harus didukung oleh manusia
Indonesia yang sehat, mandiri, bertakwa, cinta tanah air, berkesadaran hukum
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II
Pasal 3 tentang fungsi dari pendidikan nasional, yakni :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa, cakap
dan kreatif dalam berilmu pengetahuan, serta mandiri dan bertanggung jawab
dalam kehidupannya. Sebagai upaya mewujudkan tujuan dari pendidikan
nasional tersebut, pemerintah Indonesia menyelenggarakan pendidikan
disekolah-sekolah. Kegiatan pengajaran tersebut dilakukan pada semua satuan
dan jenjang pendidikan. Mulai dari tingkat TK (Taman Kanak-kanak) sampai
Perguruan Tinggi (PT).
1 Depag RI, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang - undang
Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Depag RI, 2003), h. 37.
2
Sekolah sebagai lembaga formal, sudah seharusnya mulai menerapkan
paradigma baru dalam pendidikan. Seperti gaya mengajar, pendekatan, strategi
ataupun metode belajar yang lebih efektif. Hal tersebut sangat berarti, karena
lembaga formal ini sangat diharapkan peranannya dalam membentuk sumber
daya manusia yang lebih berkualitas dan berguna bagi agama, bangsa, serta
negara.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal
adalah masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Hal
ini dikarenakan kondisi pembelajaran masih bersifat konvensional atau guru
masih mendominasi dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk
berkembang secara mandiri melalui proses berpikirnya.2
Pendidikan disekolah masih kurang menunjang tumbuh dan
berkembangnya kemampuan kreativitas peserta didik. Sistem pendidikan kita
sebagian besar didesain untuk membuat anak-anak menempuh ujian saja. Ini
berarti membuat mereka memberikan jawaban sesuai dengan apa yang
diinginkan pengujinya saja. Melainkan tidak ada jawaban yang memberikan
peluang kreatif dalam lembar jawabannya.
Kenyataannya bidang pendidikan lebih menekankan kepada
pemikiran tidak produktif, hapalan, dan mencari satu jawaban yang benar
saja. Dan akibatnya kreativitas siswa pun dapat terhambat. Proses pemikiran
yang tinggi termasuk berpikir kreatif jarang sekali dilatih. Sehingga
pembelajaran seperti ini dapat menimbulkan kekakuan dalam proses berpikir
dan kurang luas dalam meninjau suatu masalah.
Pada dasarnya bakat dasar kreatif itu dimiliki oleh setiap orang, karena
setiap orang memiliki kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan
potensinya. Selain itu juga untuk mewujudkan dirinya, dorongan untuk
berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitasnya namun hanya kadar dan potensinya yang
2 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 1.
3
berbeda-beda. Potensi inilah yang membedakan manusia dengan ciptaan
Tuhan yang lainnya.
Manusia diberi kemampuan untuk berpikir dan memiliki potensi untuk
menciptakan berbagai hal yang memberi arti bagi kehidupan. Oleh karena itu
penting sekali bagi kita untuk mulai belajar mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dalam diri kita. Untuk dapat memupuk, mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir tersebut, perlu diciptakan lingkungan yang
kreatif. Lingkungan tersebut, antara lain orangtua, guru, teman, maupun
masyarakat harus memberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas.
Guru sebagai salah satu pendorong kreatif merupakan faktor yang
penting untuk meningkatkan kreativitas siswa disekolah. Banyak hal yang
dapat dilakukan guru untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir siswa,
sikap dan perilaku kreatif siswa, yakni dengan melakukan kegiatan didalam
(indoor) atau diluar (outdoor) kelas. Diantaranya melalui pendekatan
pembelajaran yang kreatif, yakni pendekatan mengajar yang dilakukan untuk
mengembangkan kreativitas siswa.
Pendekatan pengajaran yang sering digunakan oleh guru sebagai
strategi dalam proses pembelajaran diantaranya adalah pendekatan ekspositori.
Pendekatan ini sifatnya kaku, kompetitif dan satu arah sehingga membuat
anak menjadi bosan dan tidak diberi kesempatan untuk berkreasi. Meskipun
demikian, pendekatan ini sering menjadi pilihan guru-guru dalam mengajar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah, karena dianggap cukup efektif
dilaksanakan dan cenderung memudahkan guru.
Pendekatan lain yang dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu
perubahan paradigma pembelajaran saat ini adalah pendekatan kostruktivisme.
Pendekatan ini merupakan strategi yang pembelajarannya berpusatkan kepada
siswa. Dimana siswa dapat membina ingatan jangka panjangnya tentang suatu
konsep melalui penglibatan yang aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang
diterimanya dengan pengetahuan yang ada sebelumnya untuk menemukan
pengetahuan yang baru (discovery learning).
4
Terkadang pendekatan atau metode baru lebih dapat menempatkan
pembelajaran ke arah yang lebih kreatif di kelas, sedangkan pendekatan atau
metode lama cenderung tidak meningkatkan kreativitas di kelas karena
pembelajarannya yang tidak berubah (monoton).3 Konstruktivisme merupakan
suatu pendekatan yang berpusatkan pada siswa melalui serangkaian tahap-
tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran, dengan
cara ikut berperan aktif dan menjadi lebih kreatif.
Dari perspektif konstruktivisme inilah, siswa perlu membangun
pengetahuannya sendiri, terlepas dari bagaimana mereka belajar.4 Dengan
demikian pendekatan konstruktivisme diharapkan dapat mengantarkan siswa
dalam membangun pemahamannya tentang konsep kimia, khususnya pada
materi pokok sistem koloid. Sistem koloid dipilih karena materi tersebut berisi
tentang konsep-konsep kimia yang bersifat verbal. Dimana serangkaian
aktivitas seperti kegiatan pemikiran (reasoning), mental dan performan siswa
dapat dilakukan sesuai tahapan dalam pembelajaran secara konstruktivisme.
Setelah dikemukakan penjelasan tentang pendekatan konstruktivisme
dan pendekatan ekspositori, serta dijelaskan pula tentang peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran, maka menarik
perhatian bagi penulis untuk meneliti apakah ada perbedaan antara siswa yang
diajar dengan menggunakan pendekatan ekspositori dengan siswa yang diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa ?. Oleh karena itu penulis mengangkat judul “Pengaruh
Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Penelitian di Kelas XI MAN 7
Srengseng Sawah)”.
3 Boo Hong Kwen, Using Two Tier Reflective Multiple Choice Question to Cater to Creative Thinking, dalam www.are.edu.au/05pap/boo05235.pdf. 30 Januari 2007. 4 On Constructivism, dalam www.academic.sun.ac.za/mathed/174/constructivism.pdf, 6 Februari 2008.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan diatas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain :
1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kimia.
2. Pendekatan mengajar guru yang kurang dapat mengaktifkan siswa.
3. Pendekatan mengajar guru yang telah dipakai, kurang berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang telah diungkapkan maka perlu
dibatasi, diantaranya adalah :
1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Dimana
proses pengajarannya bukan terdapat pada gagasan guru yang kemudian
diteruskan oleh siswa, melainkan suatu proses untuk mengubah gagasan-
gagasan siswa yang sudah ada dan mungkin salah kemudian
dikembangkan melalui langkah-langkah pembelajaran oleh siswa tersebut
dan berakhir dengan gagasan-gagasan yang telah mengalami modifikasi.
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang akan diteliti adalah kemampuan
berpikir kreatif siswa secara verbal pada pembelajaran Kimia, dinilai dari
aspek dimensi kelancaran kata, kelancaran berekspresi, kelancaran
memberi ide, fleksibilitas dan orisinalitas, serta elaborasi.
3. Pokok bahasan pembelajaran Kimia dibatasi pada materi pokok Sistem
Koloid untuk kelas XI.
D. Perumusan Masalah
Dari masalah yang telah dibatasi maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran Kimia terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa di kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah ?
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian jni adalah :
1. Menambah pengetahuan lebih dalam lagi tentang pendekatan
konstruktivisme khususnya bagi para pendidik atau guru.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan pelaksanaan pembenahan sistem
pendidikan agar dapat menciptakan suasana dan keadaan yang kondusif
sebagai penumbuhkembangan kreativitas bagi para peserta didik maupun
bagi para pendidik.
3. Memotivasi bagi para penulis lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa atau hal-hal yang berhubungan dan berkaitan
dengan penelitian tersebut.
7
7
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Konstruktivisme
a. Pengertian Konstruktivisme
Berdasarkan penelitiannya tentang bagaimana anak-anak
memperoleh pengetahuan, Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan
itu dibangun dalam pikiran anak. Penelitiannya inilah yang
menyebabkan ia dikenal sebagai konstruktivis pertama. Menurut
Piaget, semua pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari
kegiatan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang
ada diluar tetapi ada di dalam diri seseorang yang membentuknya.
Pengetahuan selalu memerlukan pengalaman1. Dengan kata lain
pengetahuan tidak dapat diteruskan dalam bentuk yang sudah jadi.
Setiap orang harus membangun sendiri (mengkonstruksi) pengetahuan-
pengetahuannya.
Menurut Bruner (1960), konstruktivisme merupakan suatu
proses dimana siswa membina ide baru atau konsep yang berasaskan
kepada pengetahuan asal mereka. Siswa memilih dan
mengintepretasikan pengetahuan baru, membina hipotesis dan
membuat keputusan yang melibatkan pemikiran mental (struktur
kognitif) memberikan makna dan pembentukan pengalaman.2
Pembinaan pengalaman demi pengalaman inilah yang menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
1 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogya : Kanisius, 2001), h.38,42 2 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK, dalam www.tutor.com.my/tutor/dunia.asp?y=2001&dt=0703&pub=DuniaPendidikan&sec=sain_teknologi&a-htm16.k h. 2. 21 September 2007
8
Briner (1999), berpendapat bahwa siswa membina
pengetahuan mereka dengan menguji ide dan pendekatan berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang ada, mengaplikasikannya dalam
situasi yang baru dan mengintegrasikan pengetahuan baru yang
diperoleh melalui pembinaan intelektual yang sudah ada. Selain itu
menurut Mc Brien dan Brandt (1997), konstruktivisme adalah suatu
pendekatan atau metode pengajaran berdasarkan kepada penelitian
tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan peneliti berpendapat
bahwa setiap manusia membina pengetahuan dan bukan hanya
menerima pengetahuan dari orang lain.3
Dilihat dari segi pengajaran dan pembelajaran,
konstruktivisme juga diartikan sebagai pendekatan yang memberikan
hak dan peluang belajar kepada siswa untuk belajar dengan membina
makna dalam kerangka pikirannya masing-masing berdasarkan
pengalaman dan lingkungan yang sudah ada.4 Teori konstruktivisme
juga diartikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, antara lain
tindakan mencipta sesuatu maksud dari apa yang mereka pelajari.
Secara ringkasnya, teori pembelajaran konstruktivisme
adalah suatu pemahaman bahwa pengetahuan, ide, atau konsep yang
baru dibina secara aktif berdasarkan kepada pengalaman sendiri dan
pengetahuan yang sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Ide
atau konsep yang diterima diperoleh berdasarkan pengalaman sendiri,
interaksi sosial dan lingkungan yang diselaraskan melalui proses
metakognitif siswa. Secara ringkasnya alur proses konstruktivisme
dapat dilihat berdasarkan gambar 2.1. Dan gambar 2.2 tentang
pembelajaran konstruktivisme berdasarkan prinsip-prinsip secara
umum, pengajarannya, serta peranan guru dan pelajar. 5
3 What is constructivism?, , dalam
www.mpbl.edu.my/math/modul/materials/construktivsm 6 Februari 2008. 4 Noraziah bt Ahmad, Konstruktivisme dalam Pengajaran dan Pembelajaran, dalam
http://www.geocities.com/hypatia_01_2001/ilmiahazie.htm. 21 September 2007 5 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK..,h 4.
9
10
11
b. Jenis – jenis Konstruktivisme
Menurut Von Glasersfeld, teori konstruktivisme dibedakan
menjadi tiga jenis, antara lain (1) konstruktivisme radikal, (2) realisme
hipotesis, dan (3) konstruktivisme yang biasa.
1). Konstruktivisme radikal merupakan teori yang mengesampingkan
antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria
kebenaran. Melainkan sebagai pengaturan yang dibentuk oleh
pengalaman seseorang (Von Glaserfeld, 1982). Teori
konstruktivisme radikal meyakini bahwa kita hanya dapat
mengetahui apa yang dibentuk atau dikonstruksi oleh pikiran kita,
dan tidak harus selalu merupakan representasi dunia nyata.
Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang
mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang
pasif. Penerima sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuan
tersebut. Tokoh dalam konstruktivisme radikal adalah Piaget
(Bettencourt, 1989).6
2). Menurut teori realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) dipandang
sebagai suatu hipotesis dari struktur kenyataan dan berkembang
menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas.
Pengetahuan juga mempunyai hubungn dengan kenyataan, akan
tetapi tidak sempurna (Manuvar, 1981). Tokoh dalam teori ini
adalah Lorenz dan Popper. 7
3). Pada teori konstruktivisme biasa, tidak mengambil konsekuensi
konstruktivisme. Menurut teori ini, pengetahuan kita merupakan
gambaran dari realitas tersebut. Pengetahuan kita dipandang
sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek
dalam dirinya sendiri.8
6 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Kanisius, 2001), cet ke-5, h.25 - 26.
7 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h. 26. 8 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h. 26 - 27.
12
c. Prinsip -prinsip Pembelajaran Konstruktivisme
Salah satu faktor yang paling utama dalam pembelajaran
konstruktivisme adalah pengajaran dan pembelajaran yang berpusatkan
pada siswa. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa merupakan hasil
dari aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukan pengejaran
yang diterima secara pasif.
Berdasarkan gambar 2.2, prinsip-prinsip pembelajaran
konstruktivisme yang pertama terpusatkan pada siswa memiliki ciri-
ciri, antara lain pembelajaran merupakan suatu proses yang aktif.
Siswa diberikan peluang untuk memilih tujuan, strategi dan penilaian
pelajarannya. Yang kedua adalah motivasi merupakan kunci
pembelajaran, yakni terdapat penemuan inkuiri, perasaan ingin tahu,
dan inisiatif siswa. Selain itu pengalaman, sikap dan pengetahuan
sebelumnya, dan kecenderungan berpikir (cognitive predisposition)
mempunyai peranan yang penting dalam pembelajaran.
Dalam teori konstruktivisme, pembelajarannya berbentuk
kontekstual, yakni berkaitan dengan kehidupan seseorang yang
berhubungan dengan analisis dan bimbingannya. Pembelajaran
konstruktivisme juga merupakan suatu aktivitas sosial dimana
termasuk pembelajaran kooperatif yakni antara sesama siswa maupun
antara guru dengan siswa.
Pembelajaran konstruktivisme juga membutuhkan waktu.
Siswa perlu diberikan waktu untuk memenuhi dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Pembelajaran konstruktivisme juga menekankan
pada pematangan pemahaman siswa.9 Karena pemahaman yang
matang akan menghasilkan pengetahuan yang mendalam dan
menyeluruh.
9 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme PPBK…, h. 6 - 7
13
Adapun menurut Caine dan Caine (1991), pembelajaran
konstruktivisme, mempunyai 12 prinsip dasar , antara lain : 10
1). Otak adalah alat yang paling utama. Karena ia memproses banyak
jenis ide termasuk pikiran, emosi, dan pengetahuan budaya.
2). Pembelajaran melibatkan keseluruhan fisiologis. Guru tidak boleh
menitikberatkan kepada kemampuan intelektual saja.
3). Usaha dalam mencari pengetahuan bersifat personal dan unik. Hal
ini terjadi karena pemahaman siswa dibangun sendiri dan didasari
oleh pengalaman uniknya.
4). Pembelajaran yang efektif adalah saling menghubungkan antara
ide dan kegiatan dengan suatu konsep dan tema yang global.
5). Emosi adalah faktor kritis dalam pembelajaran. Pembelajaran
hendaknya dipengaruhi oleh emosi, perasaan, dan sikap.
6). Kemampuan otak memproses sebagian kecil sampai
keseluruhannya secara bersamaan sehingga tidak terjadi suatu
masalah.
7). Pembelajaran melibatkan perhatian yang terfokus dan persepsi dari
lingkungan, kebudayaan dan iklim.
8). Pembelajaran melibatkan proses secara sadar dan tidak sadar.
Siswa membutuhkan waktu untuk memproses “apa” dan
“bagaimana” isi pelajarannya.
9). Terdapat sekurang-kurangnya dua jenis ingatan, yakni sistem
ingatan ruang (spartial) dan sistem ingatan untuk pembelajaran
hapalan. Pengajaran yang terlalu mengutamakan pembelajaran
hapalan tidak dapat memajukan pembelajaran ruang dan
pembelajaran yang berasaskan pengalaman sehingga pemahaman
siswa menjadi terhambat dan tidak menyeluruh.
10). Pembelajaran yang menitikberatkan terhadap eksperimen adalah
paling efektif.
10 Teori Konstruktivisme, dalam www.teachersrock.net/ciri_konst.htm. 21 September 2007
14
11). Pembelajaran dengan penguatan. Penguatan tidak selalu hal yang
menggembirakan, tetapi bisa juga sebaliknya. Hal ini diterapkan
kepada siswa disesuaikan dengan situasi pembelajaran yang ada,
dimana penguatan ini juga tidak membuat siswa menjadi
tertekan.
12). Setiap otak adalah unik dan berbeda. Pembelajaran haruslah
diimplementasikan kepada siswa sehingga siswa dapat
membangun pemikirannya masing-masing.
c. Peranan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Berdasarkan yang telah ditunjukkan dalam gambar 2.2,
pengajar atau guru mempunyai peran sebagai mediator dan
fasilitator dikelas. Antara lain dijabarkan tugas-tugas guru sebagai
berikut :11
1). Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan atau proses.
2). Menyediakan atau memberikan kegiatan yang menstimulus
keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan
gagasan atau ide ilmiah mereka.
3). Menyediakan sarana yang menstimulus siswa untuk berpikir
secara poduktif dan kreatif.
4). Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling
mendukung proses belajar siswa. Guru juga harus mengamati
dan membantu mengevaluasi kesimpulan siswa.
Tugas yang paling penting adalah menghargai dan menerima
pemikiran siswa apapun adanya sambil menunjukkan apakah
pemikiran itu jalan atau tidak. Guru juga harus menguasai bahan
secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima
11 Konstruktivisme, dalam
http://www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/konstruktivisme 2.htm 21 September 2007
15
gagasan siswa yang berbeda-beda.12 Secara garis besar, tugas guru
dalam proses ini lebih menjadi mitra yang aktif bertanya,
menstimulus pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan siswa
mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep
siswa.
Salah satu peran esensial dari guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran sains adalah membina belajar mandiri (independent
study) kepada siswa. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :13
1). Mengakses minat siswa
2). Memperkenalkan kepada siswa berbagai bidang minat
3). Melakukan wawancara pribadi terhadap siswa
4). Mengembangkan rencana tertulis
5). Menentukan arah dan waktu dengan siswa berbakat
6). Membantu siswa dalam mencari macam-macam sumber
7). Melakukan sumbang saran terhadap produk akhir
8). Memberikan bantuan dalam metodelogi yang dibutuhkan
9). Membantu siswa dalam menemukan pendengar untuk presentasi
siswa
10). Menilai hasil studi bersama siswa dan mempertimbangkan
bidang baru untuk diteliti.
Selain guru, siswa juga mempunyai peranan penting dalam
pembelajaran konstruktivisme, antara lain :
1). Bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran mereka sendiri
2). Membangun sendiri pengetahuannya
3). Menggabungkan pengertian yang lama dan pengertian yang
baru
12 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h.72. 13 Utami Munandar, Pengembangan kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2004), h. 149.
16
4). Diperbolehkan untuk menyelesaikan masalah. Siswa juga perlu
mempunyai inisiatif dalam mengemukakan permasalahan dan
membuat prediksi serta menjawab persoalan-persoalan yang
dikemukakan guna membantu dalam mengubah atau membuat
ide-ide baru mereka sebelumnya.
d. Keunggulan dari Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran konstruktivisme dapat mestimulus seseorang
dalam berpikir secara kreatif dan kritis. Siswa terbiasa untuk
berpikir dalam menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru dan
keputusan yang bijaksana. Karena siswa terlibat secara langsung
dalam membina pengetahuan baru, maka siswa menjadi lebih paham
dan ingat lebih lama semua konsep yang diperolehnya.14
Siswa juga dapat meningkatkan kemampuan interaksi
sosialnya, yakni bekerja sama dengan siswa lain, menambah
pengetahuan dan pemahamannya. Oleh karena siswa terlibat secara
terus-menerus, siswa menjadi lebih paham, ingat, yakin dan mampu
berinteraksi sosial dengan baik, maka siswa akan lebih berani lagi
dalam belajar dan dalam membina pengetahuannya yang baru.
Menurut pendapat Shapiro (1994) yang menyatakan bahwa
kelas yang mengaplikasikan pendekatan konstruktivisme, maka akan
menghasilkan siswa yang mempunyai sifat dan perilaku yang sama
dengan saintis. Hal itu terjadi karena siswa secara mandiri yang
membangun hipotesis, mengumpulkan data dengan melakukan
percobaan atau observasi kemudian membangun konsep berdasarkan
hipotesis dan fakta yang mereka peroleh.15
e. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme.
14 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme PPBK…, h. 9. 15 Metamorfosa, vol 1, Munaspriyanto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan
dengan Metode Konstruktivisme, (Ciputat : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta FITK, 2006), h.
17
Untuk mengaplikasikan pendekatan konstruktivisme dalam
kelas sains, guru diharapkan mampu memahami dan melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran dengan teratur dan terurut sesuai
dengan proses tahapannya. Alters (2004) memberikan ilustrasi
tentang langkah-langkah pembelajaran tersebut, antara lain : 16
1). Menarik Perhatian
Dalam tahapan ini, guru memberikan gambaran singkat tentang
sebuah fenomena dan menayakan pengalaman siswa tentang
fenomena tersebut.
2). Prediksi Pribadi
Pada tahapan ini, siswa diberi kesempatan untuk membuat
prediksi tentang percobaan yang akan dilakukan.
3). Prediksi Kelompok
Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan
berdiskusi di dalam kelompok untuk membuat prediksi
kelompok. Kemudian masing-masing kelompok diharapkan
menyampaikan prediksi mereka.
4). Percobaan
Tahapan ini merupakan bagian yang sangat penting, karena
pada bagian ini siswa akan melakukan sendiri percobaan
mereka. Mereka akan melakukan percobaan untuk menguji
hipotesis mereka dan mengobservasi apakah prediksi mereka
akurat atau tidak.
5). Diskusi Kelompok
Setelah melakukan percobaan, siswa diajak untuk berdiskusi
dalam kelompok mengenai hasil percobaan mereka. Mereka
berdiskusi apakah prediksi mereka akurat atau tidak dan
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
16 Metamorfosa, vol 1, Munaspriyanto Ramli, Pembelajaran Sains..., h. 52-53.
18
6). Laporan Kelompok
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompok mereka dan bermacam alasan yang mendukung
hipotesis dan konsep mereka.
7). Penjelasan
Pada tahapan ini, guru menyampaikan penjelasan singkat
tentang teori dan konsep yang mendasari percobaan serta juga
mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa.
8). Aplikasi
Pada tahap ini, guru mengajak siswa untuk berpikir tentang apa
yang bisa mereka lakukan untuk mengembangkan percobaan
yang telah dikerjakan atau menjelaskan fakta lain mengenai
percobaan yang mereka lakukan.
Langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme juga telah
terangkum dalam tahapan pembelajaran konstruktivisme.
Pembelajaran tersebut terbagi menjadi empat tahapan, yaitu
apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep, serta
pengembangan dan aplikasi.
Pada tahapan apersepsi, guru menarik perhatian siswa
dengan mengajukan pertanyaan dan siswa diajak untuk membuat
prediksi pribadi. Tahapan eksplorasi, siswa sudah mempunyai
prediksi secara kelompok kemudian mendiskusikannya. Tahapan
diskusi dan penjelasan konsep, siswa memberikan hasil diskusi dan
solusi berdasarkan hasil observasinya. Pada tahapan inilah siswa
dapat dikatakan sudah mengkonstruksi pemikirannya. Dan pada
tahapan pengembangan dan aplikasi, guru berusaha menciptakan
iklim pembelajaran agar siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
19
konseptualnya dengan mengajak siswa berpikir untuk
mengembangkan percobaan yang telah dikerjakannya. 17
Efektifitas implementasi pembelajaran konstruktivisme
biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes.
Apabila ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut kurang
memuaskan, maka akan dapat diperbaiki pada pembelajaran
berikutnya dengan cara mangantisipasi kelemahan-kelemahan
proses pembelajaran sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan.
f. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia
Perkembangan mental peserta didik di sekolah, antara lain
meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju
konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan
pengalaman yang bervariasi dengan metode dan pendekatan yang
efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan
kemampuan peserta didik.18
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dan dapat menstimulus anak untuk berkreatif adalah
dengan menyesuaikan metode, strategi atau pendekatan
pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran adalah cara kerja yang
dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan
yang sistematis agar memperoleh tujuan pengajaran yang lebih baik.
Pendekatan merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa untuk mencapai tujuan instruksional dalam satuan
pembelajaran.19 Pendekatan seringkali disamakan dengan model
17 Nengsih Juanengsih, Penerapan model Pembelajaran Konstruktivisme melalui
Pendekatan Induktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Biologi Siswa, Seminar Internasional Pendidikan IPA,FITK, UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 31 Mei 2007), h.41-42
18 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet ke-4, h.107
19 Sujiyo Miranto, Portofolio Strategi Pengajaran Sains, (Jakarta, 2006)
20
pembelajaran, karena model memiliki arti yang sangat luas antara
lain mencakup strategi, metode, dan prosedur yang dapat dipakai.
Terdapat beberapa macam dari pendekatan dan strategi
belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
pengajaran, antara lain pendekatan umum seperti pendekatan konsep
dan proses, deduktif dan induktif, ekspositori, heuristik, dan
pendekatan kecerdasan. Namun adapula pendekatan modern yang
bisa diterapkan sebagai metode baru dalam pengajaran seperti
pendekatan keterampilan berproses, konstruktivisme, pembelajaran
kooperatif, CTL (Contextual Teaching Learning), dan sebagainya.
Menurut para ahli psikologi pendidikan berpendapat, bahwa
belajar adalah perubahan secara sadar, bersifat kontinyu dan
fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara,
bertujuan dan terarah, serta mencakup seluruh aspek perilaku.20
Kaum konstruktivis juga mengartikan belajar sebagai proses aktif
pelajar dalam mengkonstruksi arti, baik teks, dialog, pengalaman
fisis, dll.21 Agar siswa mempunyai keinginan untuk belajar sesuatu
dengan cara yang lebih efisien, maka dibutuhkan tindakan
pembelajaran.
Hamzah (2007), mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu
proses interaksi antara siswa dengan guru/instruktur dan/atau sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan
belajar tertentu.22 Pembelajaran dalam suatu definisi juga dipandang
sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar.
Pembelajaran juga diartikan sebagai proses menerjemahkan
dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum
kepada siswa melalui interaksi belajar mengajar di sekolah.23
20 Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 61. 21 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h.61. 22 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, h.54. 23 Syarif Mughni, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran…, (Jakarta : FITK, UIN Syarif
Hidayatullah) h. 4.
21
Proses pembelajaran yang baik diyakini dapat menghasilkan output
pendidikan yang baik pula
Ilmu kimia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“ilmu tentang susunan, sifat dan reaksi suatu unsur atau zat.” 24
Dalam ilmu kimia juga terdapat bangun (struktur) materi dan
perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-proses
alamiah maupun dalam percobaan yang sudah direncanakan.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah suatu
proses yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk
menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat
mempelajari tentang bahan penyusun suatu benda, reaksi-reaksi yang
terjadi pada benda tersebut, serta perubahan-perubahan yang terjadi
pada benda tersebut baik secara fisik maupun secara kimiawi. Dan
dapat membangun pola berfikir peserta didik agar kreatif guna
memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran kimia disebut juga sebagai pembelajaran sains.
Dikarenakan ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu sains.
Pembelajaran kimia sering diyakini sebagai pembelajaran yang
kurang menyenangkan dan cenderung membosankan. Hal ini terjadi
karena pembelajaran kimia masih sering diajarkan dalam suasana
pendekatan yang tradisional, dimana guru mengambil peranan
dominan sementara siswa hanya bersifat pasif.
Munculnya perspektif konstruktivisme dalam pendidikan
sains tidak terlepas dari pengaruh konstruktivisme dalam bidang
sains itu sendiri. Proses membangun pengetahuan ilmiah sains harus
bersifat bermanfaat (useful) dan mengarah pada hal-hal yang praktis.
Selain itu juga harus relevan dengan fenomena sains sehari-hari yang
familiar dimata siswa.
24 Pusat Bahasa DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta :
Balai Pustaka, 2002), h. 569.
22
Dalam konstruktivisme, siswa perlu membangun
pengetahuannya sendiri, terlepas dari bagaimana mereka belajar.25
Dengan demikian konstruktivisme mengantarkan siswa dalam
membangun pemahamannya tentang konsep kimia melalui
serangkaian aktivitas antara lain, kegiatan pemikiran (reasoning),
mental dan performan siswa.
Menurut perspektif guru, pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran kimia merupakan cara berpikir, sikap, dan perilaku
guru dalam proses belajar mengajar dengan menekankan pada peran
aktif siswa untuk membangun pengetahuan kimianya melalui
pemahaman terhadap realitas kehidupan sebagai hasil dari
pengalaman dan interaksinya. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk
mengidentifikasi secara dini pengetahuan awal siswa. Hal ini
bertujuan agar bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dapat
disesuaikan dengan karakteristik siswa.
Sesuai dengan tujuan dari pembelajaran konstruktivisme,
antara lain :26
1). Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung
jawab dari siswa itu sendiri
2). Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaanya
3). Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau
pemahaman konsep secara lengkap
4). Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri
5). Lebih menekankan pada proses belajar.
25 On Constructivism, dalam www.academic.sun.ac.za/mathed/174/constructivism.pdf,
6 Februari 2008, h. 2 26 Konstruktivisme, dalam
http://www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/konstruktivisme 2.htm 21 September 2007
23
Konstruktivisme memandang bahwa pembelajaran,
khususnya pembelajaran kimia merupakan proses interaksi (terutama
kognitif) antara guru dan siswa dalam rangka membangun
pengetahuan. Hasil dari proses pemahaman konsep ini, siswa dapat
mengingat dengan ingatan jangka panjang, karena melalui pelibatan
yang aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan
pengetahuan asal untuk membentuk suatu pengetahuan yang baru
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme dapat
meningkatkan pola pikir siswa dan mengembangkan ruang gerak
siswa. Dengan menekankan peran aktif siswa dalam membangun
pengetahuannya melalui pemahaman konsep berdasarkan
pengalaman dan lingkungan sosialnya.
3. Berpikir Kreatif Dalam Sains
a. Konsep Berpikir Kreatif
Betapa pentingnya kreativitas dalam pengembangan sistem
pendidikan yang ditekankan dalam UU RI Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan nasional. Yakni pasal 8 ayat 2 bahwa
“warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh perhatian khusus.” Dalam GBHN tahun 1993
juga dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas hendaknya dimulai
pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan
pertama dan dalam pendidikan pra-sekolah.27
Pada setiap tahap perkembangan anak dan pada sampai jenjang
pendidikan. Mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai pendidikan di
perguruan tinggi, bahwa kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan serta
ditingkatkan disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain
yang menunjang pembangunan.
27 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta,
2004) cet. 4, h. 16.
24
Ditinjau dari sudut etimilogi, kreativitas berasal dari bahasa
Inggris yaitu to create, yang artinya mencipta. Sedangkan menurut
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Bahasa
Indonesia mengartikan kreativitas sebagai “kemampuan untuk
mencipta, daya cipta.” 28
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar
pendidikan berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan
dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas
dengan penekanan yang berbeda-beda. Menurut Baron (1982),
kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal yang
baru.29
Menurut Guilford (1970), bahwa “kreativitas mengacu pada
kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.” 30 Yakni dengan
berpikir untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu
persoalan (divergen) bukan berpikir bahwa hanya ada satu jawaban
yang benar (konvergen).
Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai suatu proses
munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan. Kreativitas ini
juga dapat terwujud dalam suasana kebersamaan. Menurut Drevdahl,
kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk memproduksi
komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas
imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-
pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan
dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.31
Berdasarkan berbagai definisi kreativitas, Rhodes (1961)
mengelompokan kreativitas kedalam empat dimensi atau lebih dikenal
28 Pusat Bahasa DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta :
Balai Pustaka, 2002), h. 599 29 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2004), cet-1, h. 41 30 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.., h. 41 31 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.., h. 42
25
dengan The Four P’s of Creativity, antara lain process, product,
person dan press. 32
Dimensi process melihat kreativitas sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai
dengan berwujudnya suatu perilaku kreatif. Dalam hal ini, memberikan
kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif
dengan tidak merugikan orang lain atau lingkungannya..
Dimensi product, menekankan pada hasil karya seseorang.
Baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama
sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Selain itu hendaknya
pendidik menghargai produk kretivitas dengan mempertunjukkan dan
mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga akan lebih
menggugah minat untuk lebih berkreasi.
Dimensi person, memandang bahwa karakteristik kreatif
seseorang lebih mengacu kepada kemampuan individu itu sendiri.
Atau berdasarkan dari segi ciri-ciri individu yang menandai
kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas.
Untuk dimensi press, penekanannya pada faktor dorongan.
Dorongan tersebut baik dari internal diri sendiri berupa keinginan dan
hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, juga dorongan
secara eksternal dari lingkungan sosial dan psikologisnya.
Kreativitas dapat terbina melalui proses berpikir. Berpikir
merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau
jalannya. Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga
langkah, yakni pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan
penarikan kesimpulan.33
Menurut De Bono, berpikir dibedakan menjadi 2 tipe, yakni
berpikir lateral dan berpikir vertikal. Berpikir lateral merupakan
kecenderungan menemukan gagasan baru dalam berpikir untuk
32 Fakultas Psikologi UPI Y.A.I, Portofolio Psokologi Kognitif, (Jakarta, 2002) 33 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
h. 54-55.
26
mencari ide yang bervariasi. Dalam berpikir lateral, pemikirannya
menyimpang dari jalan yang telah dirintis sebelumnya. Berpikir
vertikal yakni menghubungkan dengan membangun ide serta meneliti
ide itu semua secara terurut sehingga menjadi kriteria gagasan yang
objektif. Berpikir vertikal memilih pendekatan yang paling
menjanjikan untuk setiap masalah sementara berpikir lateral
menghasilkan banyak alternatif gagasan untuk mencari solusi suatu
masalah. Berpikir kreatif adalah perpaduan antara berpikir lateral dan
berpikir vertikal.34
Menurut Sarwono, kegiatan berpikir terbagi menjadi dua, yaitu
berpikir asosiatif (tidak terarah) dan berpikir terarah. Berpikir asosiatif
adalah proses berpikir dimana suatu ide menstimulus timbulnya ide
baru. Jalan pikiran tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya,
sehingga ide-ide timbul secara bebas. Yang termasuk dalam berpikir
ini adalah asosiasi bebas, asosiasi terkontrol, melamun, mimpi, dan
berpikir artistik. Berpikir terarah adalah proses berpikir yang sudah
ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu pemecahan
persoalan. Yang termasuk dalam berpikir jenis ini adalah berpikir kritis
dan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir inilah yang menghasilkan
kreativitas berpikir.35
Menurut Woolfolk, keterampilan berpikir kreatif “adalah suatu
keterampilan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk
menghasilkan suatu ide baru, konstruktif, dan baik berdasarkan
konsep-konsep, prinsip-prinsip yang rasional, maupun persepsi dan
intuisi.” 36
34 Moshe Barak dkk, Using Portfolios to Enhance Creative Thinking, dalam
www.scholar.lib.vt.edu/ejourney/summer_fall_2000/pdf. , 30 Januari 2007. 35 Purwanto, Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, (Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan No 055: Juli 2005), h.513. 36 Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran.., h. 134.
27
Kreativitas berpikir atau berpikir kreatif adalah kreativitas
sebagai proses dan berpikir dilakukan secara terarah. Dalam berpikir
kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan
gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan
imajinatif. Kreativitas juga dipandang sebuah proses mental. Daya
kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal
dibandingkan dengan kebanyakan orang lain.37
Dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan
berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban (berpikir divergen) terhadap suatu masalah
dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam
jawaban. Semakin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan
terhadap suatu masalah maka semakin kreatif seseorang. Tentunya
jawaban yang dikemukakan harus sesuai dengan masalahnya.
b. Karakteristik Siswa yang Kreatif
Secara operasional, kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, meperkaya, dan merinci) suatu gagasan.38 Torrance
(1981) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut : 39
1). Memiliki rasa ingin tahu yang besar 2). Tekun dan tidak mudah bosan 3). Percaya diri dan mandiri 4). Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas 5). Berani mengambil resiko 6). Berpikir divergen.
37 Purwanto, Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, (Jakarta : LIPI, 2005) 38 Mariati, Pengembangan Kreativitas Siswa melalui Pertanyaan Divergen pada Mata
Pelajaran IPA, (Jakarta : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 063, November 2006), h.763. 39 M. Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 53
28
Disisi lain, Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri
kreativitas sebagai berikut : 40
1). Senang mencari pengalaman baru 2). Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang
sulit 3). Memiliki inisiatif 4). Memiliki ketekunan yang tinggi 5). Cenderung kritis terhadap orang lain 6). Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya 7). Selalu ingin tahu 8). Peka atau perasa 9). Enerjik dan ulet 10). Menyukai tugas-tugas yang majemuk 11). Percaya kepada diri sendiri 12). Mempunyai rasa humor 13). Memiliki rasa keindahan 14). Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi
Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan
afektif. Faktor-faktor tersebut diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitude dan
non aptitude dari kreativitas. Adapun ciri-ciri aptitude yang
berhubungan dengan kognitif meliputi :41
1). Keterampilan berpikir lancar
Kelancaran dalam berpikir yang dimaksud adalah
kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian
masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan
banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
Penekanannya disini adalah dalam waktu yang singkat dapat
menghasilkan gagasan atau ide tentang obyek tertentu dalam
jumlah yang banyak.
40 M. Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 52 41 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,Cet ke-3, (Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,2000) h. 88
29
2). Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)
Fleksibel yang dimaksud adalah kemampuan menghasilkan
gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mampu mengubah
cara pendekatan atau pemikiran, dan mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda-beda. Mereka yang memiliki tingkat
fleksibilitas yang tinggi mampu mengalihkan arah berpikir untuk
memecahkan suatu masalah. Sehingga penekanan fleksibilitasnya
pada segi keragaman gagasan, kaya akan alternatif dan bukan
kekakuan dalam berpikir yang cenderung otoriter.
3). Keterampilan berpikir orisinil
Orisinilitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan yang secara statistik unik dan langka untuk
populasi tertentu, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru atau kombinasi baru antar bermacam-macam unsur atau
bagian. Semakin banyak unsur-unsur yang digabung menjadi satu
gagasan atau produk kreatif, maka semakin orisinil pula pemikiran
individu tersebut.
4). Keterampilan memerinci (mengelaborasi)
Elaborasi yang dimaksud adalah kemampuan untuk
mengembangkan, memerici, dan memperkaya atau memperluas
suatu gagasan atau ide sehingga menjadi lebih menarik. Salah
satunya adalah jika anak diberikan masalah sebagai berikut : “Apa
akibatnya jika air didingini?” bagi anak yang tidak mempunyai
kemampuan mengelaborasi atau kreatif mungkin akan menjawab
dengan satu jawaban saja, yaitu air itu akan menjadi es, tetapi bagi
anak yang mempunyai kemampuan kreatif dalam hal ini mampu
mengelaborasi, akan menjawab lebih luas dan terperinci lagi,
diantaranya adalah : suhunya akan lebih menurun, struktur
molekulnya dan volumenya juga berubah, dan lain sebagainya.
30
Ciri-ciri non aptitude yang berhubungan dengan sikap dan
perasaan adalah :42
1). Rasa ingin tahu : terdorong untuk mengetahui lebih banyak,
mengajukan banyak pertanyaan, memperhatikan orang/obyek/
situasi, peka mengamati, mengetahui dan meneliti.
2). Bersifat imajinatif : mampu memperagakan atau membayangkan
hal-hal yang belum pernah terjadi, menggunakan daya khayal,
tetapi mengetahui batas antara khayalan dan kenyataannya.
3). Merasa tertantang oleh kemajemukan : terdorong mengatasi
masalah yang sulit, tertantang oleh situasi yang sulit dan lebih
tertarik pada tugas-tugas yang rumit.
4). Sifat berani mengambil resiko : berani memberi jawaban
meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal, tidak ragu karena
ketidakjelasan, dan hal-hal yang tidak konvensional atau kurang
berstruktur.
5). Sifat menghargai : menghargai bimbingan dan pengarahan dalam
hidup, menghargai kemampuan dan bakat yang berkembang.
Pada dasarnya kedua aspek diatas mempunyai pengaruh besar
pada tingkat kreativitas seseorang. Siswa yang kreatif biasanya sering
mengajukan pertanyaan yang baik, mempunyai motivasi ingin tahu
yang besar, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu
masalah. Siswa yang kurang kreatif bahkan tidak kreatif, sebaliknya
merupakan kurang mampu atau tidak mampu dalam menghasilkan
banyak gagasan, tidak berani untuk mengajukan pertanyaan dan lain
sebagainya. Dengan demikian semakin banyak ciri-ciri kognitif dan
42 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,Cet ke-3, (Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,2000) h. 91.
31
afektif yang dimiliki seseorang maka semakin kreatiflah orang
tersebut.
Dalam penelitian lain, kita juga dapat mengenali siswa yang
berbakat sains dan sekaligus kreatif. Antara lain dengan menekankan
kepada komponen-komponen yang berbeda, komponen itu meliputi :
1). Kepekaan terhadap masalah
2). Kemampuan untuk mengembangkan gagasan baru
3). Kemampuan untuk menilai
4). Kesiagaan dalam mendeteksi ketidakajegan (inkonsistensi)
5). Derajat tinggi dari kemampuan mekanikal
6). Ketekunan semangat
7). Dedikasi terhadap pekerjaan dan prakarsa
8). Visualisasi spesial,
9). Kemampuan manipulatif, kemampuan untuk mengkomunikasikan
10). Keuletan, dan sikap mempertanyakan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Kreativitas bukanlah unsur bawaan yang dimiliki oleh
sejumlah anak saja, akan tetapi kreativitas dimiliki oleh semua anak.
Oleh karena itu kreativitas perlu diberi kesempatan dan rangsangan
oleh lingkungan sekitarnya agar dapat berkembang dengan baik
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut :43
1). Usia
2). Tingkat pendidikan orang tua
3). Tersedianya sarana (fasilitas)
4). Penggunaan waktu luang.
43 M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 53
32
Clark (1983) mengategorikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas dalam dua kelompok, yaitu faktor yang
mendukung dan faktor yang menghambat. Faktor yang mendukung
perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut : 44
1). Situasi yang memunculkan ketidaklengkapan serta keterbukaan
2). Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak
pertanyaan
3). Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan
sesuatu
4). Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian
5). Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali,
mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat,
menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan
mengomunikasikan.
6). Kedwibahasaan yang memungkinkan pengembangan potensi
kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan
dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi
masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang
berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang
dimilikinya.
7). Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki
lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).
8). Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, rangsangan dari
lingkungan sekolah (pendekatan, metode pembelajaran), dan
motivasi diri.
Faktor-faktor yang dapat menghambat berkembangnya
kreativitas adalah sebagai berikut :
44 M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 54
33
1). Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam
menanggung resiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum
diketahui.
2). Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan
sosial.
3). Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan
imajinasi, dan penyelidikan.
4). Stereotip peran seks atau jenis kelamin.
5). Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
6). Otoritarianisme.
7). Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan.
Ahli lain, yaitu Torrance (1981) juga menekankan
pentingnya dukungan dan dorongan dari lingkungan agar individu
dapat berkembang kreativitasnya. Menurutnya, salah satu lingkungan
pertama dan utama yang dapat mendukung atau menghambat
berkembangnya kreativitas adalah lingkungan keluarga, terutama
interaksi dalam keluarga tersebut. Ini dapat dimungkinkan karena
sebagian besar waktu kehidupan anak berlangsung dalam keluarga.
Dalam hal ini, Torrence mengemukakan lima bentuk interaksi orang
tua dengan anak yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas
dan yang dapat menghambat berkembangnya kreativitas, yaitu :45
1). Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak lazim
2). Menghormati gagasan imajinatif
3). Menunjukkan kepada anak bahwa gagasan yang dikemukakan itu
bernilai
4). Memberikan kesempatan kapada anak untuk belajar atas
inisiatifnya sendiri dan memberikan reward kepadanya
5). Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dan
melakukan kegiatan tanpa suasana penilaian.
45 M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 55
34
Interaksi dalam keluarga yang dapat menghambat
berkembangnya kreativitas, antara lain :
1). Terlalu dini dalam mengeliminasi fantasi anak
2). Membatasi rasa ingin tahu anak
3). Terlalu menekankan peran berdasarkan jenis kelamin
4). Terlalu banyak melarang anak
5). Terlalu menekankan kepada anak agar memiliki rasa malu
6). Terlalu menekankan pada keterampilan verbal tertentu
7). Sering memberikan kritik yang bersifat destruktif
d. Cara-cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kreativitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada
kreativitas guru dalam mengembangkan materi standar dan
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru dapat
menggunakan berbagai macam pendekatan dalam meningkatkan
kreativitas siswa. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan guru
untuk meningkatkan kreativitas siswa, antara lain : 46
1). Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak siswa dalam
pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru
2). Bantulah siswa memikirkan sesuatu yang belum lengkap,
mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang
orisinal.
3). Bantulah siswa untuk mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke
dalam situasi baru
4). Berikan tugas-tugas secara independen
5). Kurangi pengekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat
menstimulus otak
46 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional.., h. 169
35
6). Berikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir reflektif
terhadap masalah yang dihadapi
7). Hargai perbedaan individu siswa, dengan melonggarkan aturan
dan norma kelas
8). Jangan memaksakan kehendak terhadap siswa
9). Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran
10). Kembangkan tugas-tugas yang dapat menstimulus tumbuhnya
kreativitas
11). Kembangkan rasa percaya diri siswa
12). Kembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik
13). Libatkan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran,
sehingga proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan
konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Semua teknik kreatif yang dilakukan oleh guru pada dasarnya
menuntut siswa untuk berpikir divergen, yakni kemampuan dalam
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat
memberikan gagasan yang bervariasi. Dan bukan hanya memberikan
satu gagasan saja.
e. Pengukuran Kreativitas Verbal
Untuk mengukur kreativitas secara verbal, maka dapat
menggunakan tes kreativitas verbal (TKV). Tes ini dikonstruksi di
Indonesia pertama kali pada tahun 1977 oleh pakar Psikologi
Pendidikan, Universitas Indonesia, yaitu Prof. Dr. Utami Munandar.
Tes ini terdiri dari enam sub-tes yng semuanya mengukur
dimensi operasi berpikir divergen dengan dimensi verbal. Secara
operasional, tes ini dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin
dari kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam berpikir.
36
Keenam subtes dari tes kreativitas verbal ini, adalah47 :
1). Permulaan Kata
Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata
yang dimulai dengan susunan huruf tertentu sebagai stimulus.
Tes ini mengukur kelancaran dengan kata.
Contoh : S
2). Menyusun Kata
Pada subtes ini subjek harus menyusun sebanyak mungkin
dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan
sebagai stimulus. tes ini mengukur kelancaran kata dan juga
menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.
Contoh : Kimia
3). Membentuk Kalimat Tiga Kata
Pada subtes ini subjek harus menyusun kalimat yang terdiri dari
tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai
stimulus. Akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf
tersebut boleh berbeda-beda menurut kehendak subjek.
Contoh : A – I – G
4). Sifat-sifat yang Sama
Pada subtes ini subjek harus menemukan sebanyak mungkin
objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini
merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan.
Contoh : Merah dan Cair
5). Macam-macam Penggunaan
Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin
penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari.
Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir. Tes ini
juga mengukur orisinalitas dalam berpikir, dengan melihat
kelangkaan jawaban yang diberikan.
Contoh : Kegunaan air
47 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.., h. 68 – 69.
37
6). Apa Akibatnya
Pada subtes ini subjek harus memikirkan segala sesuatu yang
mungkin terjadi dari suatu kejadian yang telah ditentukan sebagai
suatu stimulus. Kejadian atau peristiwa tersebut sebetulnya tidak
mungkin terjadi di Indonesia. Akan tetapi dalam hal ini subjek
harus mengumpamakan andaikata hal tersebut terjadi dan apa
saja akibatnya. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam
memberikan gagasan yang digabung dengan elaborasi
(kemampuan untuk mengembangkan gagasan, merincinya
dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi).
Contoh : Apa yang akan terjadi jika di alam tidak terdapat
oksigen bebas ?
4. Hubungan antara Pendekatan Konstruktivisme terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Konstruktivisme merupakan pemikiran yang sangat berharga
mengenai bagaimana peserta didik (siswa) belajar dan mempunyai
dampak yang besar terhadap pendidikan sains. Menurut National Science
Resource Center ((institusi pengembangan pembelajaran sains di
Amerika) mempublikasikan bahwa siswa akan belajar sains dengan baik
jika mereka mampu membuat konsep sendiri dengan menggabungkan
pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman sehari-hari dengan
pengetahuan yang mereka peroleh dari percobaan atau praktikum di
kelas.48
Konstruktivisme tidak hanya mengkaji mengenai bagaimana siswa
membina ilmu pengetahuannya saja. Akan tetapi juga melibatkan cara
perubahan konseptual yang ada, dan hanya dapat dilakukan melalui proses
pembelajaran.
48 Metamorfosa, Vol 1, Munasprianto Ramli,Pembelajaran Sains.., h.51
38
Pada umumnya prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak
digunakan dalam pembelajaran sains (IPA) dan matematika. Prinsip-
prinsip itu berperan sebagai referensi dan alat refleksi kreatif terhadap
praktek, pembaruan dan perencanaan.49
Pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan
berpikir secara kreatif dan kritis. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran
konstruktivisme dapat menggerakkan siswa untuk berpikir kreatif
menyelesaikan masalahnya, mencari ide dan membuat keputusan yang
paling tepat dalam menghadapi berbagai kemungkinan.50 Siswa juga
terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan yang baru dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan atau situasi yang baru. Hasil dari
proses pemahaman konsep ini, siswa dapat membina ingatan jangka
panjangnya tentang suatu konsep melalui pelibatan aktif dalam
mengaitkan pengetahuan yang diterimanya dengan pengetahuan
sebelumnya untuk membina pengetahuan yang baru.
Dalam teori konstruktivisme, kreativitas dan keaktifan siswa
sangatlah penting, karena akan membantu siswa untuk berdiri sendiri
dalam kehidupan kognitifnya. Siswa terbantu menjadi orang yang kritis
menganalisis sesuatu dari proses berpikir dan bukan hasil meniru saja.51
Siswa dapat dikatakan kritis dan kreatif apabila ia mampu mencari
makna dan pemahaman terhadap sesuatu hal serta membuat pertimbangan
dan keputusan terhadap suatu masalah secara ilmiah. Dan upaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, salah satunya
adalah menyiapkan strategi pembelajaran dikelas dengan berbasis
konstruktivisme.52
49 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h. 73. 50 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme PPBK.., h. 9 51 Konstruktivisme, dalam
http://www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/kontruktivisme2.htm 21 September 2007 52 N. Setyaningsih, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa
dalam Pemecahan Masalah Pengantar Dasar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kontruktivisme ,Varia Pendidikan, vol 21 No.1, (Surakarta: Juni 2009), h. 12
39
Keunggulan pembelajaran konstruktivisme juga dapat
meningkatkan kemampuan sosial siswa, seperti bekerja sama dengan
orang lain atau dalam kelompok. Sehingga dengan pembelajaran ini, siswa
dapat membina pengetahuannya, konsep dan ide baru secara aktif dan
berpikir kreatif, serta dapat meningkatkan pemahamannya, merasa lebih
yakin dan berani untuk tetap terus belajar dalam kehidupannya.
B. Kerangka Berpikir
Belajar pada dasarnya membangun (mengkonstruksi) pengetahuan dan
memerlukan partisipasi yang aktif antara siswa dengan lingkungannya.
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap
pencapaian prestasi belajar. Pembelajaran tanpa adanya motivasi
kemungkinan besar akan jauh dari keberhasilan. Dalam hal ini motivasi
sebagai daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan
belajar yang diharapkan dapat tercapai. Siswa yang mempunyai motivasi dan
rasa ingin tahu yang besar dalam dirinya merupakan salah satu ciri dari siswa
yang berpikir kreatif.
Untuk dapat memupuk dan mengembangkan, serta meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, perlu diciptakan lingkungan yang kreatif.
Lingkungan tersebut, antara lain keluarga (orang tua), guru dan teman
(sekolah), maupun masyarakat yang harus memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas siswa.
Seperti yang diungkapkan oleh Torrance (1981), bahwa lingkungan
yang pertama dan utama yang dapat mendukung atau menghambat
berkembangnya kreativitas adalah lingkungan keluarga, terutama interaksi
dalam keluarga tersebut.53 Interaksi antara guru dan siswa di kelas menjadi
faktor lain yang utama untuk membantu siswa mempermudah dalam proses
membangun pengetahuannya disekolah. Semakin sering siswa berinteraksi
dengan guru maka semakin mudah siswa membangun pengetahuannya.
53 M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 55
40
Terkadang dalam proses pembelajaran disekolah hasilnya tidak
memuaskan atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Terlebih lagi
dalam pembelajaran kimia. Hal ini terjadi karena siswa yang tidak merasa
senang, bosan terhadap pelajaran kimia, takut terhadap guru diakibatkan
metode atau pendekatan guru yang cenderung otoriter.
Faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran disekolah, salah
satunya adalah kurang tepatnya pendekatan mengajar yang dipakai. Ada
banyak pendekatan pengajaran yang sering digunakan oleh guru sebagai
strategi dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah pendekatan
ekspositori. Pendekatan ini mempunyai sistem bahwa guru yang menyajikan
pelajaran yang telah disiapkan secara rapi, sitemik dan lengkap sehingga siswa
hanya menyimak, mencernanya dan bertanya secara tertib.54 Pendekatan ini
bersifat kaku, satu arah dan siswa tidak diberi kesempatan untuk berkreasi.
Namun demikian pendekatan ini sering menjadi pilihan guru-guru dalam
mengajar IPA disekolah. Karena dianggap cukup efektif dilaksanakan dan
cenderung memudahkan guru.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat inilah yang
akan mengakibatkan kurang optimalnya hasil yang diperoleh dari proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru tidak menyesuaikan dengan
karakteristik siswanya.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran mayoritas lebih menekankan
terhadap yang bersifat hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap
soal-soal yang diberikan saja. Akibatnya proses pemikiran tinggi termasuk
berpikir kreatif jarang untuk dilatih dan anak didik hampir kehilangan setiap
kesempatan untuk kreatif. Hal itu berdampak siswa akan merasa bosan
terhadap mata pelajaran dan tidak nyaman untuk belajar mata pelajaran kimia.
Siswa cenderung untuk mempelajari kimia sesuai dengan yang diberikan oleh
guru. Siswa jarang diberikan untuk mengekspresikan pengetahuan melalui
pengalaman-pengalaman yang ada seperti praktikum kimia, atau diskusi kimia
lainnya. Dan mereka dapat dikatakan sebagai siswa yang kurang kreatif.
54 Sujiyo Miranto, Portofolio Strategi Pengajaran Sains, (Jakarta, 2006).
41
Banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk merangsang dan
meningkatkan daya pikir, sikap dan perilaku kreatif siswa, yakni dengan
melakukan kegiatan pembelajaran didalam atau diluar kelas. Diantaranya
melalui pendekatan pembelajaran yang merangsang siswa untuk berpikir
secara kreatif.
Dengan berpikir kreatif, siswa akan mendapatkan banyak pengalaman
baru, dan melakukan sesuatu yang sedikit berbeda seperti memikirkan dan
mendapatkan ide-ide baru dengan menggunakan pendekatan yang tidak
biasanya. Semua itu akan menjadikan belajar sebagai kegiatan yang
menyenangkan.55
Guru juga diharapkan menggunakan pendekatan mengajar yang tepat,
sehingga dapat memotivasi siswa untuk mampu berpikir secara kreatif dan
aktif dalam kegiatan belajar. Karena jika siswa mampu berpikir kreatif dalam
belajar maka siswa mampu mengekspresikan pengetahuannya, lebih
memahami, dan ingat terhadap pengetahuan yang disampaikan oleh guru.
Salah satunya dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Pendekatan konstruktivisme dapat mengantarkan siswa dalam
membangun pemahamannya tentang konsep kimia khususnya melalui
serangkaian aktivitas seperti, kegiatan pemikiran (reasoning), mental dan
performan siswa. Sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus
dicapai serta meningkatkan pembelajaran dengan siswa turut berperan aktif
dan kreatif. Skema kerangka berpikir tentang pendekatan konstruktivisme
dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, dapat dilihat berdasarkan gambar
2.3.
55 Stella Cottrell, Creative Thinking, dalam www.palgrave.com. 30 Januari 2007.
42
43
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan kelompok siswa
yang diajar menggunakan pendekatan ekspositori adalah sama.
H1 : Kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi daripada
kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan
ekspositori.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian skripsi ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat apakah
terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa. Oleh karena itu, penelitian skripsi ini disertai dengan beberapa
penelitian ilmiah yang sudah dilakukan dan berhubungan dengan
pembelajaran konstruktivisme sebagai salah satu sumber informasi dan teori
dalam penyusunan skripsi.
Implementasi pembelajaran konstruktivisme sudah banyak diterapkan
dalam pembelajaran sains melalui penelitian dan proses pembelajaran
disekolah ataupun perguruan tinggi. Pembelajaran konstruktivisme sudah
menjadi referensi bagi para guru atau pendidik untuk meningkatkan
penguasaan konsep pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika dan
IPA (biologi, fisika , dan kimia).
Hasil penelitian di beberapa institusi pendidikan menunjukkan
keberhasilan pendekatan kontruktivisme dalam meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar siswa. Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh saudari
Agustina Eko Susanti, mahasiswi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Fakultas
MIPA, Jurusan Pendidikan Biologi. Implikasi dari penelitian skripsinya
44
tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran konstruktivisme model 5E dapat
menjadi alternatif dalam pembelajaran sains (biologi) untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dan hasil belajar biologi siswa pada berbagai pokok
bahasan.56
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh saudari Fani Prima Ardiana,
mahasiswi Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan pendekatan konstruktivisme lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada materi pokok trigonometri..57
Pendekatan konstruktivisme juga telah terbukti dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam pemecahan masalah, sehingga
prestasi belajar semakin meningkat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
saudari N. Setyaningsih, mahasiswi FKIP Universitas Muhamadiyah
Surakarta, menujukkan hasil bahwa usaha yang dilakukan dosen dengan
menyiapkan strategi pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dipandang
cukup efektif dalam menciptakan suasana akademik yang kondusif antara
dosen dengan mahasiswa. Sehingga tercapainya peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif mahasiswa dalam pemecahan masalah serta
peningkatan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah pengantar dasar
matematika.58
56 Agustina Eko Susanti, Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Biologi Siswa Melalui
Pembelajaran Konstruktivisme Siklus Belajar (Learning Cycle) Model 5E, Skripsi, Fakultas MIPA, UNJ, Bab V, h. 71.
57 Fani Prima Ardiana, Keefektifan Penerapan Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Trigonometridi SMA Negeri 15 Semarang, Skripsi, Fakultas MIPA, UNNES, Bab V, h. 64.
58 N. Setyaningsih, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif…, h. 21-22.
45
Pengetahuan
Idea Konsep
Kemahiran
Pengetahuan sebelumnya / pengalaman
lepas
Pengetahuan baru
Idea baru
Konsep baru
Diubah / DisesuaikanSecara aktif
Proses metakognitif
Lingkungan /
sosial / individu
Gambar 2.1 : ALUR PROSES KONSTRUKTIVISME
GOL PENGAJARAN
BERPUSATKAN PELAJAR
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
PERANAN PELAJAR
PERANAN GURU
Menerima autonomi pelajar Lebih bertumpu kepada pembelajaran
Pelajar berwawasan Pelajar berwawasan
konstektual
Aktivitas sosial
waktu
fokuskan
“reasoning”
Pemikiran kritikal
Penyelesaian masalah
“retrieval”, pemahaman dan penggunaan
Fleksibilitas kognitif
refleksi
Agihan Kepakaran
Pembelajaran satu proses yang aktif
Motivasi-kunci pembelajaran
Pengalaman-peranan kritikal dalam pembelajaran
Meningkatkan penemuan inkuiri Meningkatkan perasaan ingin tahu
Meningkatkan inisiatif
Pengalaman dan pengetahuan yang sebelumnya ada pada siswa
“Cognitive pre-disposition” manusia
Pilih dan ubah maklumat Konstruk hipotesis Membuat pilihan
PRINSIP-PRINSIP KESELURUHAN
Berkaitan dengan kehidupan Berkaitan dengan pengalaman Berkaitan dengan pemikiran
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran melibatkan
bahasa Pembelajaran melibatkan
situasi Pembelajaran melibatkan
realita dunia Pembelajaran melibatkan
dialog
Refleksi dan kematangan
Pemahaman dan prestasi
Bertanggungjawab-pembelajaran Sendiri
Double lesson
Penggunaan teknologi
Organisasi kerja sendiri
Trait yang diingini- ingin
tahu, inisiatif dan “persistent”
Membelajari pengetahuan baru,
Cara belajar yang baru
Fasilitator
Pembimbing
Berpikiran terbuka
Penyokong kognitif
Akses pelajar individu
Set limit
Perancangan
Konseling dan arah tuju
“Learn along the way”
Buat cadangan, Memperkenalkan kreativitas Berpikir mandiri
Peralatan, Pengaksesan
Internet, Simulasi,
modelling dll –yang mendukung kompetensi agar
terwujudnya pembelajaran
Kemungkinan, Kekuatan, Keperluan & perasaan.
Gambar 2.2 : BAGAN KONSTRUKTIVISME DAN PEMBELAJARAN Sumber : http://uib.no/people/sinia/CSCL/HMM_Constructivism.htm
GURU & PELAJAR
Minat
Bakat Kepribadian
Gambar 2.3 : Skema Kerangka Berpikir Pendekatan Konstruktivisme dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
Individu
Motivasi
Lingkungan
Keluarga Interaksi dalam keluarga
Sekolah
- Strategi mengajar - Interaksi guru dan siswa
Masyarakat Sosial budaya
Pengalaman belajar
Melalui Pendekatan Konstruktivisme
Melalui Pendekatan Eksposi-tori
-Pengetahu an sblmnya -Siswa aktif mebangun konsep -Prediksi pribadi -Observasi / Percobaan -Prediksi kelompok -Pmbuktian hipotesis -Diskusi -Ingatan jangka panjang -LKS
-Transfer pngetahuan -Komunika si satu arah --Ingatan jangka pendek -LKS
Penemuan konsep
Kemam uan Berpikir Kreati
p
f
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan dalam bab I, maka
kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai dari tanggal 17 Maret – 26
Maret 2008, pada semester genap (II) dengan materi pokok Sistem Koloid.
Penelitian ini dilakukan di kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah.
C. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut :
Metode Model Kelompok Treatment Eksperimen Pendekatan
Konstruktivisme
Quasi Eksperimen
Nonequivalent Control Group
Design Kontrol Pendekatan Ekspositori
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Quasi Eksperimen. Metode ini dipilih berdasarkan kondisi sampel (siswa
sekolah) yang digunakan tidak memungkinkan untuk menggunakan sebagian
siswanya untuk eksperimen dan sebagian lain tidak. Model penelitian ini
menggunakan model Nonequivalent Control Group Design. Desain ini terdiri
dari dua kelompok yang tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah itu keduanya diberi perlakuan.
Kelompok yang diberi perlakuan dengan pendekatan konstruktivisme
dinamakan kelompok eksperimen, dan kelompok pembanding yang diberikan
perlakuan pendekatan ekspositori dinamakan kelompok kontrol.
46
D. Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian langsung kepada siswa, terlebih
dahulu peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi untuk melengkapi
persiapan kegiatan pembelajaran yang akan diujicobakan. Persiapan itu
diantaranya membahas mengenai materi pelajaran, peralatan, bahan, media,
dan penilaian.
1. Prosedur penelitian pada kelompok eksperimen
a. Tahap persiapan
Peneliti bersama guru merancang kegiatan yang akan
dilaksanakan. Materi yang akan dibahas ada pada kurikulum, yakni
mengenai sistem koloid. Peralatan dan bahan yang akan digunakan
sederhana, murah dan dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Peralatan dan bahan juga disiapkan sehari sebelum pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar.
b. Tahap proses belajar mengajar
Terlebih dahulu dilakukan tes awal (pre test) untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif awal siswa berkenaan dengan konsep-
konsep sistem koloid. Kemudian guru memberikan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme berdasarkan langkah-langkah
pembelajarannya (lampiran 1, hal 67) sehinggga dapat menstimulus
siswa untuk berpikir secara kreatif. Yaitu dengan menarik perhatian
siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga
keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan lebih digali.
Guru juga dapat mengidentifikasi pemahaman konseptual siswa melalui
prediksi pribadi siswa. Selama proses ini, siswa diharuskan bertanya
tentang hal-hal yang belum mereka pahami.
Siswa diberikan waktu untuk berpikir, merencanakan, menyelidiki,
dan mengorganisasi serta mengumpulkan informasi tentang sistem
koloid. Pada tahap ini siswa berkerja secara kelompok dan membuat
47
prediksi secara kelompok. Siswa juga membuktikan prediksi
kelompoknya melalui kegiatan percobaan. Kemudian siswa
mempresentasikan hasil percobaannya secara berkelompok. Siswa
berdiskusi, saling berbagi, mengklarifikasi dan merefleksikan hasil
temuannya.
Siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman
mereka dari apa yang mereka peroleh untuk diaplikasikan pada situasi
yang nyata. Atau siswa menggunakan informasi untuk menjawab
pertanyaan, memecahkan masalah, membuat keputusan yang digunakan
pada situasi yang baru.
Guru dan siswa mengambil kesimpulan umum dari hasil
pembelajaran. Guru mengevaluasi kerja siswa pada setiap tahapan,
memperbaiki pengetahuan siswa yang masih salah serta memberikan
penghargaan (reward) kepada siswa.
c. Tahap penilaian
Yaitu pemberian tes akhir atau tes berpikir kreatif secara verbal
(TKV) sebanyak satu kali. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap materi
soal yang akan diteliti. (lampiran 4, hal 92)
2. Prosedur penelitian pada kelompok kontrol
a. Tahap Persiapan
Peneliti bersama guru merancang kegiatan yang akan
dilaksanakan. Materi yang akan dibahas ada pada kurikulum, yakni
mengenai sistem koloid. Peralatan dan bahan yang akan digunakan
sederhana, murah dan dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Peralatan dan bahan juga disiapkan sehari sebelum pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar
48
b. Tahap belajar mengajar
Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, dilakukan terlebih
dahulu tes awal (pre test) untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif
awal siswa yang juga berkenaan dengan konsep-konsep sistem koloid.
Kemudian guru menjelaskan materi sampai selesai. Setelah itu siswa
dibagi secara kelompok dan dilakukan percobaan-percobaan mengenai
materi yang disampaikan. Kegiatan terakhir dari proses ini adalah tanya
jawab mengenai materi dan percobaan yang telah dilakukan.
c. Tahap penilaian
Yaitu pemberian tes akhir atau tes berpikir kreatif secara verbal
(TKV) sebanyak satu kali. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap materi,
dengan tes yang sama pada kelompok eksperimen.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 7
Srengseng Sawah, yang telah terdaftar pada tahun ajaran 2007 / 2008.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah dua kelas yang telah
homogen dari populasi target, yaitu kelas XI IPA-1 Sebagai kelas kontrol
dan kelas XI IPA-2 sebagai kelas eksperimen.
3. Sampel
Jumlah sampel yang diambil dari populasi terjangkau dan
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dimana
sampel seluruhnya sudah berjumlah 60 siswa, yang terdiri dari dua kelas,
dan masing-masing kelas sebanyak 30 siswa.
49
F. Variabel Penelitian
Dalam setiap penelitian, maka ada yang menjadi variabel penelitian.
Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu :
1. Variabel bebas (X) adalah pendekatan konstruktivisme
2. Variabel terikat (Y) adalah berpikir kreatif
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Konseptual
Devinisi Operasional
IPD
1. Variabel X (Pendekatan Konstruktivisme)
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang berpusatkan pada siswa, dimana pengetahuan, ide atau konsep siswa yang baru dapat dibina secara aktif berdasarkan kepada pengalaman sendiri dan pengetahuan yang sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
Pendekatan konstruktivisme dapat diukur melalui penilaian dalam langkah-langkah pembelajaran seperti : 1.apersepsi 2.eksplorasi 3.diskusi dan pen- jelasan konsep 4.pengembangan dan aplikasi.
Dari pengamatan afektif dan psikomotorik siswa
2. Variabel Y (Berpikir Kreatif Verbal)
Berpikir kreatif verbal adalah proses berpikir divergen yang dilakukan untuk menghasilkan cara berpikir baru, asli, independen memberikan banyak jawaban dan imajinatif.
Berpikir kreatif verbal dapat diukur melalui : 1. kelancaran berpikir 2. kelancaran berekspresi 3. kelancaran memberi ide 4. fleksibilitas dan orisinalitas 5. kemampuan untuk elaborasi
Dari hasil tes berpikir kreatif (TKV)
50
G. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian, atau suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati.1 Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa
Tes Kreativitas Verbal (TKV) oleh Utami Munandar.
Tes berpikir kreatif ini berdasarkan TKV Torrence. Tes ini bersifat
verbal (mengukur kemampuan berpikir divergen) dan sudah baku,
karena sudah diujikan ke beberapa negara oleh Torennce. Pada tahun
1977 tes ini digunakan pertama kali di Indonesia oleh Utami Munandar.2
Pada tahun 1986 tes ini dibakukan sebagai Standarisasi Tes
Kreativitas Verbal (TKV) oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
bagian Psikologi Pendidikan.3 Tes ini juga telah digunakan untuk
pengukuran kreativitas baik tingkat SD, SMP, dan SMU, dikarenakan
pelajar tingkat sekolah tersebut, kegiatan utamanya banyak
menggunakan kegiatan secara verbal.
TKV ini terdiri dari 6 dimensi kreativitas, antara lain : kelancaran
kata, kelancaran menyusun kata, kelancaran berekspresi, kelancaran
memberi ide, fleksibilitas dan orisinalitas, serta kelancaran memberi ide
dan elaborasi.
TKV ini juga mempunyai 6 subtes. Setiap subtes terdiri dari 5 butir
soal dan mempunyai batasan waktu pengerjaan yang berbeda-beda.
Berkisar dari 2 sampai 5 menit dan total waktu pengerjaan dari TKV ini
sekitar 80 menit.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2007), h.148 2 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2004), h. 68. 3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.., h. 69.
51
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif Verbal
No Dimensi Nama Tes Indikator No Butir Soal
1. Kelancaran kata
Permulaan kata
Membuat kata dengan susunan huruf tertentu
1, 2, 3, 4
2. Kelancaran menyusun kata
Menyusun kata
Membuat kata dengan memenuhi strukturan tertentu
5, 6, 7, 8
3. Kelancaran berekspresi
Membentuk kalimat 3 kata
Menyusun kalimat dari 3 huruf sebagai permulaan kata
9,10, 11, 12
4. Kelancaran memberi ide
Sifat-sifat yang sama
Menyebutkan objek yang memiliki sifat yang sama
13, 14, 15, 16
5. Fleksibilitas dan orisinalitas
Macam-macam penggunaan
Menyebutkan berbagai macam kegunaan suatu objek
17, 18, 19, 20
6. Kelancaran memberi ide dan elaborasi
Apa akibatnya Menjelaskan akibat suatu kondisi yang tidak mungkin terjadi
21, 22, 23, 24
Tabel 3.3. Ketentuan Waktu Pengisian Tes Berpikir Kreatif Verbal
No Nama Tes Jumlah
Butir Waktu /
Butir (Menit)
Total Waktu (Menit)
1. Permulaan Kata 4 2 8
2. Menyusun Kata 4 2 8
3. Membentuk kalimat 3 kata 4 5 20
4. Sifat-sifat yang sama 4 3 12
5. Macam-macam penggunaan 4 4 16
6. Apa akibatnya 4 4 16
Jumlah 24 20 80
52
2. Skor
Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh setelah diukur dengan
instrumen Tes Kreativitas Verbal (TKV). Dalam hal ini data dilakukan
terhadap semua dimensi, berpedoman pada Petunjuk Praktis Tes
Kreativitas Verbal yang disusun oleh lembaga pengembangan sarana
pengukuran dan pendidikan psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, antara lain :
a. Skor 0 untuk responden yang tidak menjawab
b. Skor 1 untuk responden yang menjawab alternatif jawaban 1 – 2
c. Skor 2 untuk responden yang menjawab alternatif jawaban 3 – 4
d. Skor 3 untuk responden yang menjawab alternatif jawaban ≥ 5
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas Instrumen
Sebuah instrumen dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.4 Dalam
penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Setelah
instrumen dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan
dianalisis dengan analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan
dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total.
Uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara
27 % skor kelompok atas dan 27 % skor kelompok bawah yang
dibandingkan dengan harga t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka instrumen
dinyatakan valid. Dari uji coba instrumen, diperoleh 24 butir instrumen
yang valid atau memiliki angka t-hitung yang lebih besar dari angka kritik
t-tabel pada α = 0,05 dan sebanyak 6 butir instrumen yang tidak valid.
(lampiran 11, hal 105).
4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.., h.173
53
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama5. Pengujian reliabilitas instrumen ini dilakukan dengan internal
consistency ( dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja)
dengan teknik belah dua ganjil-genap (split half) yang dianalisis dengan
rumus Spearman Brown.4
Untuk keperluan itu, butir-butir instrumen dibelah dan disusun
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok
instrumen genap. Kemudian dicari koefisien korelasi dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment6 :
(N. ΣX.Y) – (ΣX. ΣY) rXY = √ [(N. ΣX2) – (ΣX)2] . [(N . ΣY2) – (ΣY)2]
Keterangan :
rXY = Koefisien korelasi
ΣX = Jumlah skor item ganjil
ΣY = Jumlah skor item genap
ΣX.Y = Jumlah dari hasil kali skor item ganjil dan genap
ΣX2 = Jumlah skor item ganjil yang dikuadratkan
ΣY2 = Jumlah skor item genap yang dikuadratkan
N = Jumlah responden
Setelah diketahui koefisien korelasinya, selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan rumus Spearman Brown7, antara lain :
2 x rXY r 11 = (1 + rXY)
5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…., h. 173 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…., h. 190 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, cet 13, 2006), h. 170 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h.180
54
Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen kemampuan
berpikir kreatif yang telah valid, yaitu 24 butir dengan jumlah responden
30 orang, maka diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen sebesar
0,9365 (lampiran 12, hal 106). Nilai koefisien ini menunjukkan taraf
reliabilitas tes kemampuan berpikir kreatif yang tinggi atau dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengukur yang senantiasa memberikan hasil
yang sama.
Dengan perhitungan yang sama, dapat diperoleh koefisien
reliabilitas instrumen kelompok yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme sebesar 0,9345 (lampiran 13, hal 107) dan kelompok yang
mnggunakan pendekatan ekspositori sebesar 0,9049 (lampiran 14, hal
109). kedua koefisien tersebut menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas
hasil penelitian pada kedua kelompok tersebut tergolong tinggi dan dapat
dipercaya.
3. Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t,
terlebih dahulu diadakan pengujian persyaratan analisis. Pengujian
persyaratan analisis dalam penelitian ini, antara lain uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji Liliefors pada data
kemampuan berpikir kreatif. Kelebihan dari uji ini adalah penggunaan dan
penghitungannya yang sederhana dan cukup kuat (power full) sekalipun
dengan ukuran sampel yang kecil, n = 4 (lihat lampiran 17, 18 hal 114 dan
115).5
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlet.
Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah apabila nilai χ2 hitung < χ2
tabel, maka H0 yang menyatakan varian skornya homogen diterima, dan
dalam hal lainnya ditolak (lampiran 19, hal 116). Setelah persyaratan
analisis dipenuhi, maka hipotesis diuji pada taraf signifikasi α = 0,05.
5 Ating Somantri, Aplikasi Statistika dalam Penelitian, (Bandung :Pustaka Setia, 2006),
h. 289.
55
Pengujian variabel (X) dan (Y) dengan menggunakan tes-t, yaitu
:6
(n1-1)s21 + (n2-1)s2
2
x1 – x2 t dengan S = =
S 1 + 1 √ n1 + n2 -2 1 n2
en
trol
en
en
n2 = Banyaknya sampel kelompok kontrol
hadap kemampuan berpikir kreatif siswa dirumuskan sebagai
HI : µx > µy
µx = ang diajar dengan
√ n Keterangan :
x1 = Mean sampel kelompok eksperim
x2 = Mean sampel kelompok kon
S = Simpangan baku gabungan
s21 = Varians kelompok eksperim
s22 = Varians kelompok kontrol
n1 = Banyaknya sampel kelompok eksperim
4. Pengujian Hipotesis
Perumusan hipotesis statistik untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran
kimia ter
berikut :
Ho : µx = µy
Keterangan :
Rata-rata kemampuan berpikir kreatif y
menggunakan pendekatan konstruktivisme
6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.., h. 181
56
µy = Rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang diajar dengan
menggunakan pendekatan ekspositori.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
a. Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Siswa yang
Diajar dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
(Kelompok Eksperimen).
Berdasarkan data yang diperoleh dari tes kreativitas verbal
(TKV) oleh 30 orang sampel siswa MAN 7 Srengseng Sawah
kelas XI IPA 2, maka diperoleh skor kemampuan berpikir kreatif
seperti terdapat dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen
Batas Nyata Frekuensi Kelas
Interval
Xi Bawah Atas
(Xi-X) Absolut Relatif
f (Xi-X)
f.Xi
49 - 52 50,5 48,5 52,5 160,53 3 10 % 481,59 151,5 53 - 56 54,5 52,5 56,5 75,17 4 13,33 % 300,68 218,0 57 - 60 58,5 56,5 60,5 21,81 3 10% 65,43 175,5 61 - 64 62,5 60,5 64,5 0,45 2 6,67 % 0,9 125,0 65 - 68 66,5 64,5 68,5 11,09 12 40 % 133,08 798,0 69 - 72 70,5 68,5 72,5 53,73 6 20 % 322,38 423,0
JUMLAH TOTAL 30 100% 1304,06 1895,0 Rata-rata (mean) 1895 / 30 = 63,17 Simpangan baku (SD) √ 1304,06 / 29 = 6,705 Varian 1304,06 / 29 = 44,967
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata skor
kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme, sebesar 63,17 atau sebesar 87,74 % dari skor
maksimum yang diharapkan yaitu 72. Simpangan baku sampel
adalah 6,7 dan variansi sampel adalah 44,97 sedangkan modus
57
sampel sebesar 68. Pada kelompok ini skor tertinggi yang didapat
adalah 72, dimana merupakan skor maksimum yang diharapkan.
Skor terendah 49 ( Lihat lampiran 15 hal 112). Selain tabel
distribusi frekuensi yang telah ditampilkan, terdapat juga grafik
histogram dari distribusi frekuensi tersebut yang menunjukkan
tingkatan skor kemampuan berpikir kreatif siswa yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme.
3
4
3
2
12
6
0
2
4
6
8
10
12
48,5 - 52,5 52,5 - 56,5 56,5 - 60,5 60,5 - 64,5 64,5 - 68,5 68,5 - 72,5
Batas Bawah - Atas Skor
Frek
uens
i Abs
olut
Gambar 4.1
Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelompok Eksperimen
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas, terlihat skor yang
berada di dalam interval kelas 64,5 – 68,5 merupakan skor yang paling
banyak diperoleh, yakni sebanyak 12 siswa (40 %). Sedangkan yang
memperoleh skor terendah berada pada interval kelas 48,5 – 52,5
sebanyak 3 siswa (10 %) dan siswa yang memperoleh skor tertinggi
berada pada interval kelas 68,5 – 72,5 sebanyak 6 siswa (20 %).
58
b. Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Siswa yang
Diajar dengan menggunakan Pendekatan Ekspositori
(Kelompok Kontrol).
Berdasarkan data yang diperoleh dari tes kreativitas verbal
(TKV) oleh 30 orang sampel siswa MAN 7 Srengseng Sawah kelas
XI IPA 1, maka diperoleh data skor kemampuan berpikir kreatif
seperti terdapat dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol
Batas Nyata Frekuensi f.Xi Kelas
Interval Xi Atas
(Xi-X) Bawah Absolut Relatif
f (Xi-X)
40 – 44 42 39,5 44,5 60,37 6 20 % 362,22 252,0 45 – 49 47 44,5 49,5 7,67 12 40 % 92,04 564,0 50 – 54 52 49,5 54,5 4,97 5 16,67 % 24,85 260,0 55 – 59 57 54,5 59,5 52,27 5 16,67 % 261,35 285,0 60 – 64 62 59,5 64,5 149,57 1 3,33 % 149,57 62,0 65 – 69 67 64,5 69,5 296,87 1 3,33 % 296,87 67,0
JUMLAH TOTAL 30 100% 1186,9 1493,0 Rata-rata (mean) 1493,0 / 30 = 49,77 Simpangan baku (SD) √ 1186,9 / 29 = 6,397 Varian 1186,9 / 29 = 40,927
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa rata-rata skor
kemampuan berpikir kreatif sebesar 49,77 atau sebesar 69,13 % dari
skor maksimum yang diharapkan yaitu 72. Simpangan baku
sampel adalah 6,39 dengan variansi sampel adalah 40,927 dan
mempunyai 2 modus yaitu 47 dan 49. Pada kelompok ini skor
tertinggi yang didapat adalah 65 dan skor terendahnya 40 (Lihat
lampiran 16 hal 113). Selain tabel distribusi frekuensi yang telah
ditampilkan, terdapat juga grafik histogram dari distribusi frekuensi
tersebut yang menunjukkan tingkatan skor kemampuan berpikir
kreatif siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.
59
6
12
5 5
1 1
0
2
4
6
8
10
12
39,5 - 44,5 44,5 - 49,5 49,5 - 54,5 54,5 - 59,5 59,5 - 64,5 64,5 - 69,5
Frek
uens
i Abs
olut
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Skor
Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 di atas, terlihat skor yang
berada di dalam interval kelas 44,5 – 49,5 merupakan skor yang paling
banyak diperoleh, yakni sebanyak 12 siswa (40 %). Sedangkan siswa
yang memperoleh skor terendah berada pada interval kelas 39,5 – 44,5
sebanyak 6 siswa (20 %) dan siswa yang memperoleh skor tertinggi
berada pada interval kelas 64,5 – 69,5 sebanyak 1 siswa saja (3,33 %).
2. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan
Liliefors Test. Harga D-tabel Liliefors statistik untuk kedua
kelompok pada α = 0,05 dan n1 = n2 = 30 adalah sama yaitu 0,161.
Harga D suprimum kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dapat dilihat pada ringkasan hasil perhitungan pada tabel 4.3
berikut ini.
60
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Liliefors
Kelompok D-suprimum D- tabel Keputusan
Eksperimen 0,1580
Kontrol 0,1554
0,161
Terima Hipotesis nol, maka
data berdistribusi normal
Karena D suprimum yang diperoleh dari kelompok
eksperimen (kelompok yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme), sebesar 0,1580 dan kelompok kontrol
(kelompok yang menggunakan pendekatan ekspositori), sebesar
0,1554 berada dibawah angka kritik D-tabel Liliefors, yaitu 0,161
dari jumlah tiap sampel n = 30 atau 0,1580 < 0,161 dan 0,1554 <
0,161, maka keputusan yang diambil adalah terima hipotesis nol
(Lampiran 17, 18 hal 114 dan 115). Berdasarkan kedua data
kelompok tersebut, menunjukkan bahwa data skor kemampuan
berpikir kreatif pada semua sampel mengikuti distribusi normal.
b. Uji Homogenitas (Uji Kesamaan Varian)
Berdasarkan hipotesis H0 : varian semua kelompok sama
dan H1 : salah satu varian tidak sama, maka kelompok eksperimen
dan kontrol diuji kesamaan variansi dengan menggunakan uji
Bartlett. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Menggunakan Uji Bartlett
Variansi
Kelompok
χ2-
hitung
χ2-
tabel
Keputusan
S2Eksperimen = 44,967
S2Kontrol
= 40,927
0,058
3,84
Terima hipotesis nol, maka data mempunyai variansi sama (homogen)
61
Keterangan :
S2Ekperimen = Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif
kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme.
S2Kontrol = Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif
kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori.
Dari hasil perhitungan Uji Bartlett pada tabel diatas,
diperoleh χ2- hitung sebesar 0,058 dan harga χ2- tabel sebesar 3,84
pada α = 0,05. Karena χ2- hitung lebih kecil dari χ2-tabel, 0,058 <
3,84. Hal ini berarti variansi sampel kedua kelompok tersebut
adalah sama (homogen). (Lampiran 19 hal 116)
c. Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan terhadap data sampel diperoleh harga
t-hitung sebesar 7,905 Sedangkan t-tabel sebesar 2,00 pada α =
0,05 atau 5 %. Karena t-hitung > t- tabel, yaitu 7,905 > 2,00
maka tolak hipotesis nol (Lihat lampiran 20 hal 118). Hal ini
berarti bahwa kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan kelompok
siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori tidaklah sama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme
lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang menggunakan
pendekatan ekspositori.
Hipotesis penelitian dapat dirumuskan dengan, terdapat
pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari skor
rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi (x = 63,17)
62
dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan
pendekatan ekspositori (x = 49,77). Atau kesimpulan
hipotesissnya adalah terima H1.
Hasil pengujian persyaratan analisis kedua kelompok juga
berdistribusi normal. Dan variansi populasi dari kedua kelompok
adalah sama serta hasil pengujian hipotesis yang menolak
hipotesis nol (tolak H0).
Pengambilan taraf signifikan 5 % (α = 0,05) dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa penarikan kesimpulan dalam
hipotesis kemungkinan salah 5 %. Dengan kata lain kesimpulan
tersebut 95 % akurat atau dapat dipercaya.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya perbedaan positif dan
signifikan antara pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme dengan pembelajaran kimia secara ekspositori. Hal ini
berarti bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme ini dipandang efektif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran
kimia khususnya pada materi pokok sistem koloid.
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai perbandingan antara variabel
penggunaan pendekatan konstruktivisme (X) dan variabel kemampuan
berpikir kreatif (Y) sebesar t-hitung = 7,905. Selanjutnya nilai dari t-hitung
sebesar 7,905 (lihat lampiran 20 hal 118) berkonsultasi pada t- tabel dengan
df/ db = 30 + 30 – 2 = 58. Ternyata dalam tabel tidak ditemui df sebesar 58,
karena itu dipergunakan df yang terdekat, yaitu df = 60. Dengan df sebesar
60 diperoleh t- tabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,00. Sehingga
dapat dibandingkan, t-hitung > dari t- tabel, 7,905 > 2,00. Dengan demikian
hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh (hasil skor akhir
sama) penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa ditolak (tolak H0).
63
Dari perhitungan data hasil penelitian diketahui bahwa terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol. Skor rata-rata kelompok eksperimen mencapai
87,74 % dari skor maksimal yang diharapkan, yaitu 72. dan skor rata-rata
kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol mencapai 69,13 % dari skor
maksimal yang diharapkan. Perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif
kedua kelompok tersebut, dapat dilihat histogram berdasarkan gambar 4.3.
87.74%69.13%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Pers
enta
se
Eksperimen Kontrol
Kelompok
Gambar 4.3
Histogram Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Hasil penelitian terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran konstruktivisme dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal itu tampak selama proses
pembelajaran berlangsung diantaranya, siswa terbiasa berpikir untuk
menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru, dan keputusan yang tepat.
Siswa juga terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan barunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (1960), bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep yang
64
berasaskan kepada pengetahuan asal mereka.1 Selain itu siswa juga dapat
meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya, yakni bekerja sama dengan
siswa lain dalam proses menambah pengetahuannya. Sehingga menjadi lebih
paham dan ingat lebih lama terhadap semua konsep yang diperolehnya.
Pembelajaran secara konstruktivisme juga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan kritis. Hal itu terbukti ketika
siswa mencari ide baru dan mencari jawaban yang paling banyak, ketika
menjawab pertanyaan dalam test kemampuan berpikir kreatif secara verbal.
Bahkan siswa yang diajar secara konstruktivisme mempunyai keterampilan
menjelaskan yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan
ekspositori.
Guilford (1970) menandai ciri-ciri kreatif seseorang dengan berpikir
untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan (berpikir
divergen), atau bukan berpikir dengan hanya ada 1 jawaban yang benar saja.2
Pada kelompok eksperimen, hasil yang didapat terlihat memuaskan, dengan
mencapai skor tertinggi, yaitu 72. Hal ini terjadi karena pendekatan
kontruktivisme yang digunakan telah melalui serangkaian fase kegiatan yang
diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi
yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Pada kelompok kontrol, yaitu kelompok yang menggunakan
pendekatan ekspositori, siswa memperoleh informasi dari guru. Guru yang
menerangkan konsep pelajaran kemudian siswa diberikan kesempatan
bertanya. Siswa tidak dilatih untuk mencari dan membentuk konsep ilmunya
secara mandiri, melainkan hanya melalui informasi yang diterima guru dan
beberapa demonstrasi dikelas. Siswa juga kurang dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa cenderung
menjadi pasif dalam mencari ilmu, tidak kritis bahkan kurang kreatif dalam
1 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK, dalam www.tutor.com.my/tutor/dunia.asp?y=2001&dt=0703&pub=DuniaPendidikan&sec=sain_teknologi&a-htm16.k h. 2. 21 September 2007 2 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), cet-1, h. 41
65
mencari jawaban. Hal itu dikarenakan siswa tidak memperoleh pengalaman
belajar secara utuh melalui pengalamannya sendiri. Dan implikasinya
terhadap pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif dan
cenderung membosankan. Siswa juga akan sulit memahami dan menyimpan
materi pelajaran tersebut dalam ingatannya yang lama.
Pendekatan ekspositori sering disamakan dengan metode ceramah.
Pendekatan ini juga sering digunakan oleh para guru IPA. Akan tetapi
terdapat perbedaannya. Perbedaan khusus dengan pendekatan
konstruktivisme, yakni terletak pada pencarian konsep dalam membangun
pengetahuannya sendiri. Pendekatan ekspositori pusat informasinya
bersumber pada guru. Sehingga siswa menjadi terpaku dengan pola
pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban
yang benar. Selain itu guru juga cenderung membatasi eksplorasi berpikir
siswa sehingga aspek berpikir kreatif siswa tidak dilatih dan berakibat
cenderung terhambat.
Pada pendekatan konstruktivisme, pencarian informasi sampai
terbentuk menjadi suatu konsep ilmu yang baru dengan cara yang tidak biasa
(kreatif), yakni bersumber pada siswa itu sendiri. Guru hanya berperan
sebagai motivator dan fasilitator dikelas, antara lain sebagai mitra aktif
bertanya kepada siswa, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan
konsepnya, serta kritis dalam menguji konsep siswa.
Selain kelebihan yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti juga
menemukan beberapa kendala dalam menerapkan pendekatan
konstruktivisme, antara lain :
1. Peneliti merasa kesulitan untuk mengatur situasi dan kondisi kelas pada
saat siswa berada dalam kelompok. Hal ini menimbulkan suasana gaduh
atau ramai diantara siswa sehingga membuat perhatian beberapa siswa
sedikit terganggu.
2. Penggunaan waktu yang kurang efektif menyebabkan siswa lebih
berorientasi pada penyelesaian LKS atau tugas yang diberikan guru,
sehingga diskusi dalam kelas tidak terlampau banyak.
66
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari perhitungan uji hipotesis
statistik, dimana diperoleh t-hitung > t-tabel, sebesar 7,905 > 2,00. Selain itu
ditunjukkan pula dari perbandingan skor rata-rata kemampuan berpikir
kreatif (TKV), dimana kelompok siswa yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme lebih tinggi rata-ratanya daripada kelompok siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori.
Sebanyak 87,74 % skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif diraih
oleh kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Bahkan kelompok tersebut juga meraih skor maksimal yang diharapkan,
yakni 72. sedangkan pada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan
ekspositori, skor rata-rata yang dihasilkan sebanyak 69,13 % dari skor yang
diharapkan.
B. Saran
Adapun saran-saran dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Pendidik diharapkan agar merencanakan secara matang antara waktu
pembelajaran dengan setiap langkah pembelajarannya. Sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif.
2. Siswa juga diharapkan kooperatif selama proses pembelajaran sehingga
siswa optimal mendapatkan pengetahuan yang baru secara mandiri.
3. Adalah sebuah keharusan bagi guru atau pendidik untuk terus mengasah
kreativitasnya dalam mengajar. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk
lebih kreatif serta kritis dalam menggali pengetahuan barunya.
4. Untuk peneliti lain dan pembaca pada umumnya, semoga karya ini bisa
menambah pengetahuan baru atau menjadikan motivasi bahkan inspirasi
dalam penelitian atau karya ilmiah selanjutnya.
67
70
Lampiran 1.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
(Pertemuan ke-1)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersinya.
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis dari koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersinya.
E. Sumber / Alat Belajar
• Buku Kimia Kelas XI IPA
• OHT dan OHP
• Lembar pre test koloid
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa
71
b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
c. Guru mengadakan pre test
2. Kegiatan Inti
No Tahapan Kegiatan
1 Menarik
Perhatian
Guru menarik perhatian siswa dengan memberikan dan
menggambarkan contoh-contoh benda seperti air sabun (busa), susu,
keju, kanji (lem), batu apung dan logam. Guru juga memberikan
pertanyaan terbuat dari apa bahan-bahan tersebut ? Bagaimana dengan
fase terdispersi dan medium pendispersinya ? guru juga menyakan
pertanyaan yang sama terhadap contoh awan dan debu?
2 Prediksi
Pribadi
Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang
terbuatnya dan fase serta medium pendispersinya berdasarkan contoh-
contoh yang dikemukakan guru sebelumnya.
3 Prediksi
Kelompok
Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi
didalam kelompok tersebut tentang contoh-contoh tersebut serta
dengan menjawab pertanyaan sehingga mendapatkan prediksi dari
masing-masing kelompok
4 Percobaan Siswa mengamati contoh-contoh dari koloid tersebut dan menuliskan
hasil pengamatan. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.
5 Diskusi
Kelompok
Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari
kelompok sebelum melakukan pengamatan dengan hasil pengamatan
yang telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan
yang mendukung.
6 Laporan
kelompok
Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan
hasil pengamatan dan diskusi mereka.
7 Penjelasan
singkat
Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru
memberikan penjelasan singkat tentang jenis-jenis dari koloid
berdasarkan fase dan medium pendispersinya. serta juga mengoreksi
sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa.
8 Aplikasi Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir untuk menjelaskan
fakta lain mengenai hasil pengamatan tersebut dan mengajak siswa
untuk memberikan contoh-contoh lain dari jenis-jenis koloid.
72
3. Kegiatan Akhir
a. Kelompok siswa mengumpulkan Pre test dan hasil laporan praktikum
b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama
G. Penilaian
Jenis tagihan : Individu
Bentuk tagihan : Laporan tertulis
Instrumen : Pre test
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
73
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
(Pertemuan ke-2)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan
mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil
pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
E. Sumber / Alat Belajar
• Buku Kimia Kelas XI IPA
• OHT dan OHP
• Alat-alat dan bahan praktikum (senter, larutan air gula, air garam, air tanah, air sabun,
air kopi, air susu)
• LKS Praktikum
74
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa
b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
2. Kegiatan Inti
No Tahapan Kegiatan
1 Menarik
Perhatian
Guru menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan contoh larutan
gula, garam, kopi, air tanah dan susu. Serta menanyakan
pengelompokkan benda-benda tersebut apakah termasuk dari larutan,
koloid atau suspensi ? Bagaimana cara membuktikannya ? dan
jelaskan cara kerjanya.
2 Prediksi
Pribadi
Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang
definisi dari laruatn, koloid dan suspensi berdasarkan contoh-contoh
yang dikemukakan guru sebelumnya. Pada tahap ini guru membagikan
lembar kegiatan praktikum siswa (siswa bisa menulis di lembar
kegiatan tersebut)
3 Prediksi
Kelompok
Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi
didalam kelompok tersebut tentang definisi dari larutan, koloid dan
suspensi sehingga mendapatkan prediksi dari masing-masing
kelompok
4 Percobaan Siswa mengambil peralatan praktikum dan melakukan percobaan
membuat sistem koloid berdasarkan bahan-bahan di sekitar kemudian
mensenterkannya. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.
5 Diskusi
Kelompok
Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari
kelompok sebelum melakukan percobaan dengan hasil percobaan yang
telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang
mendukung.
6 Laporan
kelompok
Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan
hasil diskusi mereka.
7 Penjelasan
singkat
Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru
memberikan penjelasan singkat tentang hasil percobaan dari sistem
koloid tersebut serta juga mengoreksi sekiranya terdapat
kesalahpahaman siswa.
75
8 Aplikasi Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir tentang apa yang
bisa mereka lakukan untuk mengembangkan percobaan yang telah
dilakukan.
3. Kegiatan Akhir
a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar kerja siswa
b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama
G. Penilaian
Jenis tagihan : Kelompok
Bentuk tagihan : Laporan tertulis
Instrumen : LKS Praktikum
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
(Pertemuan ke-3)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara dispersi
Mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Kondensasi
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Dispersi
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
E. Sumber / Alat Belajar
1. Buku Kimia Kelas XI IPA
2. OHT dan OHP
3. Bahan dan Alat-alat praktikum
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa
b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
77
2. Kegiatan Inti
No Tahapan Kegiatan
1 Menarik
Perhatian
Guru menarik perhatian siswa dengan memberikan dan
memperlihatkan contoh-contoh benda seperti agar-agar, sol belerang,
emulsi minyak dalam air dan larutan (hangat) tepung beras. Kemudian
guru menanyakan bagaimana cara membuatnya ? dan termasuk cara
apakah mereka ? kondensasi atau dispersi ? dan termasuk koloid
apakah, liofil atau liofob ?
2 Prediksi
Pribadi
Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang
bagaimana cara pembuatanya dan termasuk serta jenis cara apa ?
berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan guru sebelumnya. Pada
tahap ini guru membagikan lembar kegiatan praktikum siswa (siswa
bisa menulis di lembar kegiatan tersebut)
3 Prediksi
Kelompok
Guru mengajak siswa untuk membagi kelompok kecil menjadi 4
bagian dan berdiskusi didalam kelompok tersebut tentang contoh-
contoh tersebut serta dengan menjawab pertanyaan sehingga
mendapatkan prediksi dari masing-masing kelompok
4 Percobaan Siswa mengambil peralatan dan bahan praktikum serta melakukan
percobaan pembuatan koloid tersebut dan menuliskan hasil
pengamatan serta menjawab pertanyaan pertanyaan yang ada di
lembar kerja siswa. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.
5 Diskusi
Kelompok
Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari
kelompok sebelum melakukan percobaan dengan hasil percobaan yang
telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang
mendukung.
6 Laporan
kelompok
Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan
hasil percobaan dan diskusi mereka.
7 Penjelasan
singkat
Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru
memberikan penjelasan singkat tentang pembagian pembuatan koloid
dengan .cara kondensasi dan dispersi serta pengelompokkannya
kedalam koloid liofil atau liofob. Selain itu guru juga mengoreksi
sekiranya terdapat kesalahpahaman dari siswa.
8 Aplikasi Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir untuk menjelaskan
fakta lain mengenai hasil percobaan tersebut.
78
3. Kegiatan Akhir
a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar kerja siswa
b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama
G. Penilaian
Jenis tagihan : Kelompok
Bentuk tagihan : Laporan tertulis
Instrumen : LKS Praktikum
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
79
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
(Pertemuan ke-4)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan
mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersinya.
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil
pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersinya.
Agara siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
80
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa
b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
2. Kegiatan Inti
Siswa mengerjakan post test kemampuan berpikir kreatif verbal
3. Kegiatan Akhir
a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar jawaban tes kemampuan berpikir kreatif
verbal
b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama
F. Penilaian
Jenis tagihan : Individu
Bentuk tagihan : Post test tertulis
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
81
Lampiran 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI
(Pertemuan ke-1)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersinya.
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis dari koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersinya.
E. Sumber / Alat Belajar
• Buku Kimia Kelas XI IPA
• OHT dan OHP
• Lembar pre test koloid
82
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
No A. KEGIATAN AWAL
1. Guru membuka pelajaran dan berdo’a bersama
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
4. Apersepsi
B. KEGIATAN INTI
5. Siswa mengerjakan pre test materi koloid
6. Guru menjelaskan materi pembelajaran (definisi dan jenis-jenis koloid koloid) dan siswa
memperhatikan dengan seksama
7. Guru membagikan kelompok belajar siswa menjadi 4 dan siswa berdiskusi serta
mengerjakan LKS evaluasi praktikum.
8 Siswa mempresentasikannya di depan kelas oleh perwakilan masing-masing kelompok
C. KEGIATAN AKHIR
9. Evaluasi bersama dan guru memberikan penguatan
10. Siswa mencatat hasil perbaikan
11. Guru memberikan tugas PR, Guru memberitahukan pokok bahasan selanjutnya, Guru
menutup pelajaran dan berdo’a bersama
G. Penilaian
Jenis tagihan : Individu
Bentuk tagihan : Laporan tertulis
Instrumen : Lembar pre test
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI
(Pertemuan ke-2)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan
mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil
pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
E. Sumber / Alat Belajar
• Buku Kimia Kelas XI IPA
• OHT dan OHP
• Alat-alat dan bahan praktikum (senter, larutan air gula, air garam, air tanah, air sabun,
air kopi, air susu)
• LKS Praktikum
84
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
No A. KEGIATAN AWAL
1. Guru membuka pelajaran dan berdo’a bersama
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
4. Apersepsi
B. KEGIATAN INTI
5. Guru menjelaskan materi sifat-sifat koloid dan siswa memperhatikan dengan seksama
6. Guru membagikan kelompok belajar siswa menjadi 4 dan siswa melakukan praktek efek
tyndall dari campuran yang ada dan mengerjakan LKS Praktikum
7. Siswa mempresentasikannya di depan kelas oleh perwakilan masing-masing kelompok
C. KEGIATAN AKHIR
8. Evaluasi bersama dan guru memberikan penguatan
9. Siswa mencatat hasil perbaikan
10. Guru memberikan tugas PR, Guru memberitahukan pokok bahasan selanjutnya, Guru
menutup pelajaran dan berdo’a bersama
H. Penilaian
Jenis tagihan : Kelompok
Bentuk tagihan : Laporan tertulis
Instrumen : LKS Praktikum
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
.
85
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI
(Pertemuan ke-3)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara Kondensasi
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara Dispersi
Mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Kondensasi
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Dispersi
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
E. Sumber / Alat Belajar
1. Buku Kimia Kelas XI IPA
2. OHT dan OHP
3. Bahan dan Alat-alat praktikum
86
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
No A. KEGIATAN AWAL
1. Guru membuka pelajaran dan berdo’a bersama
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
4. Apersepsi
B. KEGIATAN INTI
5. Guru menjelaskan materi pembuatan koloid dan siswa menyimak dan memperhatikan
penjelasan
6. Guru membagikan kelompok belajar siswa menjadi 4 kelompok. kel.1 membuat koloid
sol belerang: kel.2 membuat koloid sol agar-agar: kel.3 membuat emulsi minyak dalam
air : kel 4 membuat koloid tepung beras.
7. Masing-masing kelompok mengerjakan LKS praktikum
C. KEGIATAN AKHIR
8. Masing-masing kelompok mempresentasikan dari hasil percobaan yang mereka lakukan
9. Evaluasi bersama dan guru memberikan penguatan dan tugas PR
10. Guru menutup pelajaran dan berdo’a bersama
G. Penilaian
Jenis tagihan : Kelompok
Bentuk tagihan : Laporan tertulis
Instrumen : LKS Praktikum
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI
(Pertemuan ke-4)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester : XI IPA / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C. Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan
mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersinya.
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil
pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersinya.
Agara siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
88
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa
b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari
pembelajaran
2. Kegiatan Inti
Siswa mengerjakan post test kemampuan berpikir kreatif verbal
3. Kegiatan Akhir
a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar jawaban tes kemampuan berpikir kreatif
verbal
b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama
F. Penilaian
Jenis tagihan : Individu
Bentuk tagihan : Post test tertulis
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
89Lampiran 3
LEMBAR KERJA SISWA KELAS XI IPA “SISTEM KOLOID”
Nama : * *
* *
* *
Campuran air dengan SIFAT CAMPURAN
Gula Susu Kopi Sabun Garam Tanah Larut / tidak
Stabil / tidak
Bening / keruh
Satu fase / dua fase
Meninggalkan residu
/tidak
Termasuk larutan / koloid / suspensi
Campuran air dengan … yang diSenteri SIFAT CAMPURAN Susu Kopi Sabun Garam Tanah Gula
Warna larutan /
campuran bening /
keruh ???
Menghamburkan /
meneruskan cahaya
???
Evaluasi :
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan, koloid dan suspensi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Efek Tyndal ?
903. Bagaimanakah sifat koloid terhadap cahaya ? apakah selalu keruh?
jelaskan !!!!
Tes Kreativitas :
1. Buatlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan sistem koloid
yang dimulai dengan huruf “K” ? (minimal 5 kata)
2. Buatlah sebanyak mungkin kalimat dengan menggunakan 3 kata yang ada
yang berhubungan dengan sistem koloid sehingga terbentuk kalimat yang
baik,” E – M – K ” ! (minimal 5 kalimat)
☺ JAWABAN ☺
91
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF
Konsep : Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas : XI IPA
T P K : Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara
kondensasi dan dispersi
Waktu : 30 menit
Kelompok : ………
Pembuatan : ………
ALAT DAN BAHAN UKURAN / SATUAN JUMLAH
HASIL PENGAMATAN :
No Hal yang Diamati Pengamatan dan Gambar Termasuk Pembuatan
Koloid dengan cara
1. Percampuran antara air suling + larutan FeCl3 jenuh
2. Pemanasan campuran hingga ada perubahan warna
EVALUASI & TES KREATIVITAS :
1. Produk apa yang dihasilkan dari percampuran 2 jenis zat diatas? Tuliskan reaksi kimianya !
2. Sebutkan 3 cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi beserta contoh dan reaksinya !
3. Apa yang terjadi jika koloid tidak ditemukan ? (minimal 5)
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
92
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF
Konsep : Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas : XI IPA
T P K : Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara
kondensasi dan dispersi
Waktu : 30 menit
Kelompok : ………
Pembuatan : ………
ALAT DAN BAHAN UKURAN / SATUAN JUMLAH
HASIL PENGAMATAN :
No Hal yang Diamati Pengamatan dan Gambar Termasuk Pembuatan
Koloid dengan cara
1. Percampuran antara belerang + gula yang digerus 4 kali kemudian dilarutkan ke dalam air
2. Belerang yang
dimasukkan ke dalam air
EVALUASI & TES KREATIVITAS :
1. Apakah fungsi gula pada pembuatan sol belerang ?
2. Reaksi apa yang terjadi dari pembuatan sol belerang ?
3. Apa yang terjadi jika penyerapan (adsorbsi) koloid tidak berfungsi ? (minimal 5)
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
93
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF
Konsep : Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas : XI IPA
T P K : Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara
kondensasi dan dispersi
Waktu : 30 menit
Kelompok : ………
Pembuatan : ………
ALAT DAN BAHAN UKURAN / SATUAN JUMLAH
HASIL PENGAMATAN :
No Hal yang Diamati Pengamatan dan Gambar Termasuk Pembuatan
Koloid dengan cara
1. Percampuran antara agar-agar dan air
2. Pembakaran campuran agar-agar dan air
EVALUASI & TES KREATIVITAS :
1. Apakah yang dimaksud dengan peptisasi ?
2. Apakah perbedaan pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi, tuliskan contohnya !
3. Apa yang terjadi jika penggumpalan (koagulasi) koloid tidak berfungsi ? (minimal 5)
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
94
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF
Konsep : Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas : XI IPA
T P K : Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara
kondensasi dan dispersi
Waktu : 30 menit
Kelompok : ………
Pembuatan : ………
ALAT DAN BAHAN UKURAN / SATUAN JUMLAH
HASIL PENGAMATAN :
No Hal yang Diamati
Pengamatan dan Gambar Termasuk Pembuatan Koloid dengan cara
1. Percampuran antara minyak tanah + Air
2. Percampuran antara
minyak tanah + air + detergen
EVALUASI & TES KREATIVITAS :
1. Apakah fungsi dari detergen pada pembuatan emulsi minyak-air ?
2. Sebutkan bagian-bagian yang terdapat dari sabun/detergen dan sifatnya terhadap air !
3. Apa yang terjadi jika koloid pelindung tidak ada ? (minimal 5)
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
95
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF
Materi : Hidrolisis Larutan
Kelas / Sem : XI IPA / Genap
T P K : Melalui percobaan, siswa dapat menentukan ciri-ciri garam yang dapat
terhidrolisis dengan percobaan pemindahan kulit telur mentah tanpa
memecahkannya.
Waktu : 30 menit
Kelompok : ………
ALAT DAN BAHAN JUMLAH
Toples dengan tutupnya 1 buah Telur ayam mentah 1 buah Larutan cuka 500 mL Penggaris 1 buah (30 cm)
LANGKAH KERJA
1. Ukur lebar dan panjang dari telur sebelum dimasukkan ke dalam toples
2. Taruh telur ke dalam toples. Hati-hati jangan sampai kulit telur retak
3. Tambahkan larutan cuka hingga permukaan telur terendam. Tutup segera toples tersebut.
4. Amati seketika dan secara berkala selama 24 jam berikutnya. Catat perubahan yang terjadi, dan
ukur panjang dan lebar dari telut tersebut.
HASIL PENGAMATAN :
No Hal yang diamati Pengamatan dan gambar
1. Reaksi yang terjadi dalam
toples
2. Ukuran dan bentuk telur
sebelum dan sesudah
dimasukkan ke dalam toples.
EVALUASI :
1. Sebutkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam toples tersebut ?
2. Reaksi dan produk apa yang dihasilkan dari pencampuran kulit telur dan asam cuka?
3. Apakah kuning dalam telur tersebut matang dan bisa dibuahi kembali ? jelaskan !
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
96
95
Lampiran 4.
INSTRUMEN TES KREATIVITAS VERBAL
(Tes Kemampuan Berpikir Kreatif) Pokok Bahasan : Sistem Koloid
Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa, data dari hasil
tes atau soal ini akan digunakan ebagai data penelitian dalam rangka penyusunan skripsi
yang berjudul “PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
SISWA”.
Agar penelitian ini dapat memberikan gambaran yang objektif, maka diharapkan
adik-adik menjawab pertanyaan dibawah ini dengan baik dan sesuai petujuk yang benar.
Atas bantuan dan kerjasamanya peneliti mengucapkan terima kasih.
Petunjuk Pengisian :
• Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan
• Jawablah setiap butir soal dengan benar, dan semakin banyak hal yang dapat diuraikan,
maka skor yang diperoleh akan semakin bagus.
• Setelah meyelesaikan soal-soal dibawah ini dengan baik, maka kumpulkanlah kembali
kepada peneliti.
Tes I. Permulaan Kata
Petunjuk :
Buatlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan sistem koloid yang
dimulai dengan huruf yang tertulis di kertas.
Perhatikan contoh dibawah ini !
Contoh : B
Jawab : busa, buih, busur bredig, batu apung, brown (gerak), dan sebagainya.
Perhatian !
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintahkan !
96
Soal : 1. S 3. K
2. A 4. E
Waktu : 2 menit setiap soal !
Test II. Menyusun Kata
Petunjuk :
Susunlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan system koloid dengan
memakai huruf-huruf dalam kalimat yang tertulis di kertas. Kata tersebut dapat disusun
dengan menggunakan sebagian dari huruf-huruf dalam kalimat yang telah diberikan.
Setiap huruf dari kata yang tersedia hanya boleh dipakai satu kali untuk menyusun
satu kata baru.
Perhatikan contoh dibawah ini !
Contoh : Golongan aerosol dalam sistem koloid
Jawab : kabut, awan, embun, debu, asap, dan sebagainya.
Perhatian !
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintahkan !
Soal : 1. Golongan emulsi dalam sistem koloid.
2. Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi.
3. Koloid mempunyai sifat yang khas.
4. zat-zat koloid yang dihasilkan dari produk industri.
Waktu : 2 menit setiap soal !
Tes III. Membentuk kalimat dari Tiga Kata
Petunjuk :
Buatlah sebanyak mungkin kalimat tentang konsep-konsep kimia yang berhubungan
dengan sistem koloid dan terdiri dari tiga kata yang huruf pertama tiap kata diberikan dalam
soal.
Urutan huruf-huruf boleh berubah. Tiap kalimat hanya boleh memakai satu kata yang
telah dipakai pada kalimat sebelumnya.
97
Perhatikan contoh dibawah ini !
Contoh : A – T – O
Jawab : - Obat nyamuk Termasuk Aerosol.
- Obat norit Termasuk Adsorpsi
- Air saring Oleh Tawas
Perhatian !
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintahkan !
Soal : 1. E – K – M
2. P – A – K
3. P – E – T
4. K – G – E
Waktu : 5 menit setiap soal !
Tes IV. Sifat-sifat yang Sama
Petunjuk :
Tulislah sebanyak mungkin nama benda yang berhubungan dengan sistem koloid
(benda mati atau benda hidup) yang semuanya memiliki kedua sifat tersebut.
Perhatikan contoh dibawah ini !
Contoh : Koloid dan tidak suka air
Jawab : sol belerang, sol emas, As2S3, sol Fe(OH)3, dan sebagainya
Perhatian !
Boleh menggunakan istilah Indonesia atau asing, tetapi jangan menulis nama orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintahkan !
Soal : 1. Koloid dan suka air
2. Koloid yang fase terdispersinya padat
3. Koloid yang biasa dimakan
4. Cair dan ukuranya lebih besar dari koloid.
Waktu : 4 menit setiap soal !
98
Tes V. Macam-Macam Penggunaan
Petunjuk :
Pikirkanlah apa saja kata-kata dibawah ini yang dapat dipakai di luar penggunaanya
yang lazim. Jadi, jangan menulis untuk apa alat itu pada umumnya atau biasanya digunakan.
Akan tetapi pikirkanlah macam-macam penggunaan lainnya. Baik yang pernah anda lihat
atau dialami sendiri, maupun yang dapat anda bayangkan.
Perhatikan contoh dibawah ini !
Contoh : Air
Jawab : pelarut makanan, pembangkit listrik, sebagai tempat hidup atau habitat air,
pencegah kekeringan dan sebagai tempai wisata
Perhatian !
Boleh menggunakan istilah Indonesia atau asing, tetapi jangan menulis nama orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintahkan !
Soal : 1. Padat
2. Cair
3. Gas
4. .Larutan
Waktu : 4 menit setiap soal !
Tes VI. Apa Akibatnya
Petunjuk :
Setiap soal dibawah ini melukiskan suatu keadaan yang tidak terdapat atau tidak
mungkin terjadi. Bayangkanlah seandainya keadaan tersebut benar terjadi, apa saja
akibatnya?.
Tulis sebanyak mungkin akibat-akibat atau apa saja yang akan terjadi jika keadaan
tersebut benar-benar terjadi.
Perhatikan contoh dibawah ini !
Contoh : Apa yang akan terjadi jika di alam tidak terdapat oksigen bebas ?
Jawab : - bumi akan menjadi sangat panas
- makhluk hidup tidak dapat bernafas dan berkembang
- proses oksidasi tidak akan berlangsung
99
Perhatian !
Boleh menggunakan istilah Indonesia atau asing, tetapi jangan menulis nama orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintahkan !
Soal : 1. Apa yang terjadi jika koloid tidak ditemukan ?
2. Apa yang terjadi jika penyerapan (adsorpsi) koloid tidak berfungsi ?
3. Apa yang terjadi jika koloid pelindung tidak ada ?
4. .Apa yang terjadi jika penggumpalan (koagulasi) koloid tidak berfungsi ?
Waktu : 4 menit setiap soal !
100
Lampiran 5.
ALTERNATIF JAWABAN INSTRUMEN
Tes I. Permulaan Kata
1. S : Sistem, suspensi, sol padat, sol cair, sol belerang, sol emas, semi permeable,
sabun, susu, santan, sol liofil, sol liofob
2. A : Aerosol cair, aerosol padat, adsorpsi, absorpsi, air, anion, atom, asam, aluminium
sulfat (tawas), asosiasi, asap, agar-agar
3. K : Koloid, koagulasi, koloid pelindung, kondensasi, kristaloid, karbon, kaporit,
kation, kinetik, keruh, kabut, karet busa, kanji, kasein, keju
4. E : Efek Tyndal, elektroforesis, emulgator, emulsi, elektrolisis, elektrolit, elektrode,
embun, enzim pepsin
Tes II. Menyusun Kata
1. Susu, mayones, santan, mutiara, mentega, keju, minyak ikan, jelly, opal
2. Reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, penggantian pelarut
3. Efek tyndal, gerak brown, adsorpsi, elektroforesis, koagulasi, koloid pelindung
4. Cat tembok, krim salad, cat kayu, cat besi, lem kaca, lem kayu, lem besi, lem plastik,
kapsul, kosmetik
Tes III. Membentuk Kalimat dari Tiga Kata
1. E – K – M
- Mutiara Koloid Emulsi padat
- Koloid Mempunyai sifat Efek tyndal
- Emulsi Merupakan Koloid
- Kapur air Memberikan Endapan
- Koloid diberikan Elektro Menggumpal
2. P – A – K
- Air Partikel Koloid
- Pendispersi Kanji Air
- Penggabungan Atom adalah Kondensasi
- Adsorpsi adalah Penyerapan Koloid
- Partikel Koloid Antara 1-100 nm
101
3. P – E – T
- Empat cara Pembuatan koloid Terkondensasi
- Pelindung koloid Endapkan Tinta
- Emulsi Padat dapat Terdispersinya
- Proyektor cahaya adalah Efek Tyndal
- Partikel koloid Terhidrolisis karena Elektroforesis
4. K – G – E
- Gelatin Koloid pelindung Es krim
- Koagulasi Getah karet akibat Elektrolit
- Kasein Enggan Gumpalkan air susu
- Gel Koloid Emulsi padat
- Elektrolit Gumpalkan Koloid liofil
Tes IV. Sifat-Sifat yang Sama
1. Kanji, protein, sabun, detergen, jelly, santan
2. Debu, asap, cat, kaca bewarna, paduan logam, sol, tinta, intan hitam
3. Susu, mayones, mentega, keju, minyak ikan
4. air sungai keruh, campuran air dan pasir, campuran air dan kapur, campuran air dan kopi,
campuran air dan minyak
Tes V. Macam-Macam Penggunaan
1. Dapat disentuh, dapat dilihat, tidak mempunyai rasa, dapat ditimbang, dapat dipukul,
contohnya logam, kayu, kaca, kapur, batu apung, intan hitam, dan sebagainya
2. Dapat meresap, tidak dapat dipegang, mempunyai rasa, dapat diminum, dapat
dicampurkan dengan zat lain, contohnya susu, santan, cat, dan sebagainya
3. Tidak mempunyai berat, tidak dapat disentuh, mempunyai volume, mempunyai bau, sulit
dilihat, merupakan isi dari balon, contohnya asap, debu, kabut, udara, dan sebagainya
4. Tidak dapat disaring, dapat ukuran partikelnya sangat kecil, tidak bewarna, mempunyai
rasa, contohnya larutan gula,larutan garam, larutan cuka, bensin, alkohol, spirtus, udara
yang bersih, dan sebagainya
102
Tes VI. Apa Akibatnya
1. - jenis campuran hanya ada 2 saja, larutan dan suspensi
- tidak ditemukan penggolongan wujud zat yang lebih spesifik lagi
- produksi industri makanan, bangunan tidak akan berkembang
- peralatan kosmetik terbatas
- tidak ditemukannya kapsul (oleh gelatin)
2. - penjernihan air akan sulit
- tidak ditemukannya obat norit (obat sakit perut)
- gula dan tebu tidak bisa diputihkan
- tidak ditemukannya sifat-sifat koloid yang lainnya
3. - tidak adanya pelindung untuk muatan partikel koloid
- akan terjadi penggumpalan
- tinta akan mengendap
- es krim akan mudah mengkristal menjadi es sehingga tidak lembut strukturnya
- susu akan menggumpal
4. - elektrolit yang akan dibutuhkan semakin besar
- proses pemanasan, pendinginan, pengadukan akan semakin sering digunakan
- pembentukan delta di muara sungai tidak ada
- produksi getah karet (lateks) menurun
- polusi udara seperti asap dan debu pabrik akan semakin banyak dan menyebar
103
Lampiran 6. Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Kelompok Eksperimen (Pendekatan Konstruktivisme)
& Kelompok Kontrol (Pendekatan Ekspositori)
Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
No Skor Pre Test Kelompok No Skor Post Test Kelompok Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 15 17 1 53 44 2 24 20 2 59 42 3 23 19 3 52 49 4 24 30 4 65 65 5 35 24 5 69 52 6 31 16 6 67 42 7 26 14 7 66 49 8 35 20 8 69 47 9 36 24 9 70 47 10 26 22 10 70 55 11 23 23 11 54 50 12 30 28 12 68 57 13 32 18 13 68 52 14 26 38 14 56 58 15 19 23 15 60 45 16 22 20 16 49 46 17 18 24 17 53 44 18 34 29 18 68 53 19 30 31 19 58 53 20 28 25 20 68 40 21 27 26 21 66 60 22 26 25 22 69 47 23 40 24 23 72 40 24 34 33 24 64 58 25 32 29 25 65 47 26 26 27 26 68 49 27 21 16 27 50 48 28 30 42 28 68 59 29 24 23 29 64 46 30 27 23 30 67 49
Jumlah 824 733 Jumlah 1895 1493 Rata-Rata 27.4667 24.4333 Rata-Rata 63.1667 50
Lampiran 7. Skor Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Test I Test II Test III Test IV Test V Test VI NO Siswa Permulaan Kata Menyusun Kata Membentuk Kal. dr 3 kata Sifat-sifat yang Sama Macam-macam Penggunaan Apa Akibatnya
JUMLAH TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 0 1 0 2 0 2 1 3 0 1 0 1 2 1 0 1 0 1 36
2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 66
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 3 1 1 2 1 1 2 1 2 2 63
4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 73
5 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 2 0 1 3 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 65
6 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 0 0 2 1 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 3 2 2 1 3 58
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 0 3 3 3 1 3 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 61
8 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 72
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 0 0 1 3 3 3 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 63
10 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 1 1 2 3 3 3 2 3 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 67
11 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 0 1 0 0 3 2 2 1 3 2 1 0 2 3 2 2 2 1 3 56
12 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 63
13 3 3 3 2 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 59
14 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 3 2 2 3 71
15 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 1 1 0 1 1 3 3 3 2 3 1 3 1 2 3 1 1 2 1 2 62
16 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 62
17 2 1 2 1 3 3 1 1 2 2 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 1 0 1 2 2 2 1 2 1 1 43
18 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 1 0 0 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 0 0 40
19 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 1 0 1 1 3 3 3 2 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 58
20 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 72
21 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 56
22 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 3 3 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 59
23 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 1 1 1 1 0 3 2 3 1 2 3 1 2 2 3 2 3 2 1 2 60
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 0 1 1 3 3 3 1 3 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 61
25 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 0 1 1 0 3 2 3 1 3 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 43
26 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 2 1 3 1 3 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 38
27 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 1 1 1 1 3 3 3 1 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 3 68
28 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 3 1 1 2 1 1 2 1 2 2 63
29 3 3 3 2 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 59
30 3 3 3 2 2 3 3 1 3 3 1 1 0 1 1 3 3 3 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 58
JUMLAH TOTAL 1775
RATA-RATA 59.16667
Lampiran 8.
Skor Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kreatif yang Diajar Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme (Eksperimen)
Test I Test II Test III Test IV Test V Test VI NO Siswa Permulaan Kata Menyusun Kata Membentuk Kal.3 kata Sifat yang Sama Macam Penggunaan Apa Akibatnya
JUMLAH TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 3 3 3 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 3 1 3 3 3 3 2 1 2 3 53
2 3 3 3 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 59
3 3 3 3 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 1 3 2 3 3 3 3 3 1 1 3 52
4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 2 3 65
5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 69
6 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 67
7 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 66
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 69
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 70
10 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70
11 3 3 3 2 1 3 3 1 1 1 1 1 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 54
12 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 68
13 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 68
14 3 3 3 3 1 1 2 3 1 1 1 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 56
15 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 60
16 3 3 3 3 1 1 2 3 1 1 1 2 1 2 3 2 3 2 3 3 2 1 0 3 49
17 3 3 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 2 1 2 1 2 2 53
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 68
19 3 3 3 3 2 1 2 3 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 58
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 68
21 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 66
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 69
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
24 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 64
25 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 68
27 3 3 3 2 1 1 3 3 2 1 1 1 2 1 3 3 3 3 3 1 1 2 1 3 50
28 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
29 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 64
30 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 67
JUMLAH TOTAL 1895
RATA-RATA 63.1667
Lampiran 9.
Skor Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kreatif yang Diajar Menggunakan Pendekatan Ekspositori (Kontrol)
Test I Test II Test III Test IV Test V Test VI NO Siswa Permulaan Kata Menyusun Kata Membentuk Kal.3 kata Sifat yang Sama Macam Penggunaan Apa Akibatnya
JUMLAH TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 3 3 3 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 3 2 1 3 1 2 3 44
2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 42
3 3 3 3 3 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 3 3 3 2 2 1 2 2 49
4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 65
5 3 3 3 3 1 3 3 2 1 1 1 1 3 2 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 52
6 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 1 3 2 1 2 3 42
7 3 3 3 3 1 1 2 2 1 1 1 1 3 2 1 1 3 3 3 3 2 2 2 2 49
8 3 3 3 3 1 1 1 2 2 1 1 1 3 2 3 1 3 3 2 3 2 1 1 1 47
9 3 3 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 2 3 3 1 2 3 47
10 3 3 3 3 1 3 2 3 2 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 55
11 3 3 2 3 3 1 1 3 1 1 1 1 2 3 3 2 3 3 3 3 1 1 1 2 50
12 3 3 3 3 1 3 2 3 2 1 1 2 2 1 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 57
13 3 3 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 52
14 3 3 3 3 1 3 3 3 2 1 1 1 2 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 58
15 3 3 2 2 1 0 1 3 3 2 1 1 1 0 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 45
16 3 3 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 2 1 1 2 46
17 3 3 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 1 1 2 44
18 3 3 3 3 1 1 3 1 2 1 1 2 1 3 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 53
19 3 3 3 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 53
20 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 1 1 2 40
21 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 60
22 3 3 3 2 1 1 2 3 2 1 2 1 1 1 3 1 3 3 3 2 2 1 1 2 47
23 3 3 2 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1 1 1 3 40
24 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 1 58
25 3 3 1 2 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 1 1 3 47
26 3 3 3 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 49
27 3 3 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1 3 2 1 1 3 3 3 2 3 1 1 3 48
28 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 2 3 59
29 3 3 3 3 1 1 3 2 2 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 1 1 2 1 46
30 3 3 3 3 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 3 2 3 3 3 3 2 1 2 2 49
JUMLAH TOTAL 1493
RATA-RATA 49.76667
Lampiran 10.
Data Hasil Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Atas (Upper Group)
Skor Tiap Butir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 2 0 1 3 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 65 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 66 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 1 1 2 3 3 3 2 3 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 67 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 1 1 1 1 3 3 3 1 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 3 68 5 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 3 2 2 3 71 6 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 72 7 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 72 8 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 73
(X) 2.75 2.875 2.875 2.625 2.625 2.875 2.75 2.875 2.875 2.875 1.5 1.25 1.125 1 1.25 2.875 2.75 2.875 2.25 2.875 2.625 2.5 1.88 2 2.25 1.875 2.125 2.25 1.75 2.25 69.25 (ST) 0.2143 0.125 0.125 0.268 0.268 0.125 0.214 0.125 0.125 0.125 0.286 0.214 0.125 0.286 0.214 0.125 0.214 0.125 0.5 0.125 0.268 0.571 0.41 0.286 0.786 0.125 0.125 0.5 0.214 0.5 9.642
Data Hasil Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Bawah (Lower Group)
No Skor Tiap Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 0 1 0 2 0 2 1 3 0 1 0 1 2 1 0 1 0 1 36 2 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 2 1 3 1 3 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 38 3 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 1 0 0 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 0 0 41 4 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 0 1 1 0 3 2 3 1 3 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 43 5 3 1 2 1 3 3 1 1 2 2 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 1 0 1 2 2 2 1 2 1 1 44 6 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 0 1 0 0 3 2 2 1 3 2 1 0 2 3 2 2 2 1 3 56 7 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 1 1 1 1 0 3 2 3 1 2 3 1 2 2 3 2 3 2 1 2 60 8 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 0 0 2 1 2 2 3 1 3 2 1 1 2 2 3 2 2 1 3 60
(X) 2.375 2.25 2.125 1.75 2.5 2.625 1.625 1.875 2 2.125 0.875 0.375 0.5 0.75 0.5 2.375 1.5 2.625 1.125 2.625 1.5 0.875 0.75 1.25 1.875 1.625 1.375 1.375 0.75 1.375 47.25 (SR) 0.268 0.5 0.411 0.214 0.286 0.268 0.554 0.411 0.286 0.696 0.125 0.268 0.286 0.5 0.286 0.268 0.571 0.268 0.125 0.268 0.857 0.125 0.5 0.786 0.696 0.554 1.125 0.554 0.214 1.411 97.357
108
Lampiran 11.
Perhitungan Analisa Butir Soal Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir kreatif
No XT XR S T S R XT - XR t Hitung t Tabel Keterangan 1 2,750 2,250 0,214 0,268 0,500 2,037 1,697 Valid 2 2,875 2,250 0,125 0,500 0,625 2,236 1,697 Valid 3 2,875 2,125 0,125 0,411 0,750 2,895 1,697 Valid 4 2,625 1,750 0,268 0,214 0,875 3,571 1,697 Valid 5 2,625 2,500 0,268 0,286 0,125 0,475 1,697 Tidak Valid 6 2,875 2,625 0,125 0,268 0,250 1,131 1,697 Tidak Valid 7 2,750 1,625 0,214 0,554 1,125 3,640 1,697 Valid 8 2,875 1,875 0,125 0,411 1,000 3,875 1,697 Valid 9 2,875 2,000 0,125 0,286 0,875 3,861 1,697 Valid 10 2,875 2,125 0,125 0,696 0,750 2,343 1,697 Valid 11 1,500 0,875 0,286 0,125 0,625 2,765 1,697 Valid 12 1,250 0,375 0,214 0,268 0,875 3,571 1,697 Valid 13 1,125 0,500 0,125 0,286 0,625 2,765 1,697 Valid 14 1,000 0,750 0,286 0,500 0,250 0,798 1,697 Tidak Valid 15 1,250 0,500 0,214 0,286 0,750 3,000 1,697 Valid 16 2,875 2,375 0,125 0,268 0,500 2,262 1,697 Valid 17 2,750 1,500 0,214 0,571 1,250 3,993 1,697 Valid 18 2,875 2,375 0,125 0,268 0,500 1,126 1,697 Valid 19 2,250 1,125 0,500 0,125 1,125 4,032 1,697 Valid 20 2,875 2,625 0,125 0,268 0,250 1,131 1,697 Tidak Valid 21 2,625 1,500 0,268 0,857 1,125 3,008 1,697 Valid 22 2,500 0,875 0,571 0,125 1,625 5,527 1,697 Valid 23 1,880 0,750 0,410 0,500 1,130 3,351 1,697 Valid 24 2,000 1,250 0,286 0,786 0,750 2,049 1,697 Valid 25 2,250 1,875 0,786 0,696 0,250 0,581 1,697 Tidak Valid 26 1,875 1,625 0,125 0,554 0,250 0,859 1,697 Tidak Valid 27 2,125 1,375 0,125 1,125 0,750 1,890 1,697 Valid 28 2,250 1,375 0,500 0,554 0,875 2,417 1,697 Valid 29 1,750 0,750 0,214 0,214 2,732 2,732 1,697 Valid 30 2,250 1,375 0,500 1,411 1,793 1,793 1,697 Valid
Keterangan :
XT : Rata-rata kelompok tinggi (27 % dari 30, n = 8) XR : Rata-rata kelompok rendah (27 % dari 30, n = 8) S2T : Variansi kelompok tinggi S2R : Variansi kelompok rendah n : Jumlah responden tiap-tiap kelompok
XT - XR t hitung = (S2T / n + S2R/n)
109
Data Item Ganjil Skor Hasil Uji Coba Instrumen Data Item Genap Skor Hasil Uji Coba Instrumen
No Skor untuk butir No : Skor No Skor untuk butir No : Skor Siswa 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Total Siswa 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Total
1 2 2 2 1 2 1 0 0 0 1 0 0 2 0 0 13 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 23 2 3 3 3 3 3 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 35 2 2 2 2 3 3 2 1 3 2 3 2 2 2 1 1 31 3 3 3 3 3 2 1 1 1 3 2 3 1 1 2 2 31 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3 3 1 2 1 1 2 32 4 3 3 3 3 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 2 35 4 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2 2 3 2 38 5 2 3 2 3 3 2 2 1 3 2 2 1 2 2 1 31 5 3 3 3 3 3 1 0 3 3 3 2 1 2 2 2 34 6 2 3 3 3 2 1 0 1 2 1 2 1 2 2 1 26 6 3 2 2 2 3 0 2 2 2 3 1 2 3 2 3 32 7 3 3 3 3 3 1 1 0 3 1 3 1 3 1 1 30 7 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 31 8 3 3 3 3 3 1 1 1 2 2 3 3 2 2 2 34 8 3 2 3 3 3 1 1 2 3 3 3 3 2 3 3 38 9 3 3 3 3 3 1 0 1 3 1 1 2 2 2 2 30 9 3 3 3 3 3 1 0 3 3 3 1 1 2 2 2 33
10 2 3 2 2 3 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 32 10 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 1 2 2 2 2 35 11 3 2 3 2 2 1 1 0 2 1 2 0 3 2 1 25 11 3 2 3 3 2 0 0 3 2 3 1 2 2 2 3 31 12 3 3 3 1 3 2 1 1 3 2 2 2 1 1 1 29 12 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 1 2 1 2 34 13 3 3 2 3 1 1 1 1 3 2 3 2 1 1 1 28 13 3 2 3 3 1 1 1 3 3 3 2 1 2 1 2 31 14 3 2 3 3 3 1 1 1 3 3 3 2 1 3 2 34 14 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 2 1 2 3 37 15 3 3 3 3 1 1 0 1 3 2 1 1 3 1 1 27 15 3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2 1 2 2 35 16 3 3 2 3 3 1 1 1 3 2 1 2 2 2 1 30 16 3 3 3 2 3 1 1 3 3 3 1 2 1 1 2 32 17 2 2 3 1 2 0 0 1 2 2 1 1 2 1 1 21 17 1 1 3 1 2 0 1 2 2 2 0 2 2 2 1 22 18 2 1 3 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 2 0 18 18 2 2 2 2 3 1 0 2 2 2 1 1 1 1 0 22 19 3 3 2 3 3 1 0 1 3 2 1 1 2 2 1 28 19 3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 30 20 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 2 3 2 1 35 20 3 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 3 2 37 21 3 3 2 1 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 25 21 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 31 22 3 3 3 3 2 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 27 22 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 1 1 1 1 32 23 2 2 2 2 3 1 1 0 2 1 3 2 3 3 1 28 23 3 2 3 2 3 1 1 3 3 2 1 2 2 2 2 32 24 3 3 3 3 3 1 0 1 3 1 2 2 1 2 1 29 24 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 2 1 32 25 2 2 2 2 2 1 1 0 2 1 2 1 1 1 1 21 25 2 1 3 2 2 0 1 3 3 3 1 0 1 0 0 22 26 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 17 26 2 2 3 1 1 0 0 2 3 3 1 0 1 1 1 21 27 3 3 2 2 3 2 1 1 3 1 3 2 1 2 2 31 27 3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2 2 2 3 37 28 3 3 3 3 2 1 1 1 3 2 3 1 1 2 2 31 28 3 3 3 3 3 1 1 2 3 3 1 2 1 1 2 32 29 3 3 2 3 1 1 1 1 3 2 3 2 1 1 1 28 29 3 2 3 3 1 1 1 3 3 3 2 1 2 1 2 31 30 3 3 2 3 3 1 0 1 3 2 1 1 2 2 1 28 30 3 2 3 1 3 1 1 3 3 3 1 2 2 1 1 30
Skor Total (X) 837 Skor Total (Y) 938 Skor Total Kuadrat 700569 Skor Total Kuadrat 879844
109
Lampiran 12. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen
Kemampuan Berpikir Kreatif
1. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency, yakni
dengan Teknik Belah Dua (Split Half) ganjil-genap yang kemudian dianalisis
dengan rumus Spearman Brown.
2. Menghitung korelasi antara belahan pertama (jumlah skor butir bernomor ganjil)
dengan belahan kedua (jumlah skor butir bernomor genap), menggunakan rumus :
N∑XY - (∑X) . (∑Y) rXY =
√ {N∑X2 – (∑X)2} . {N∑Y2 – (∑Y)2} 3. Setelah diketahui koefisien korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua,
kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearmen – Brown.
2 x rXY r11 = 1 + rXY
4. Perhitungan :
Dik : ∑X = 837 ∑Y = 938
∑X2 = 700.569 ∑Y2 = 879.844
∑X.Y = 785.106
(30 x 785106) - (837 x 938) rXY =
√ {(30 x 700.569) - (837)2} . {(30 x 879.844) - (938)2} 23.553.180 - 785.106 rXY =
√ {21.017.070 –700.569} . {26.395.320 - 879.844} rXY = 0,8809 2 x rXY r11 =
1 + rXY
2 x 0,8809 r11 = = 0,9365 1 + 0,8809 Jadi reliabilitas Uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif , r11 = 0,9365.
110
111
Lampiran 13. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Hasil Penelitian Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa yang Diajar dengan Menggunakan
Pendekatan Konstruktivisme (Eksperimen)
1. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency, yakni
dengan Teknik Belah Dua (Split Half) ganjil-genap yang kemudian dianalisis
dengan rumus Spearman Brown.
2. Menghitung korelasi antara belahan pertama (jumlah skor butir bernomor ganjil)
dengan belahan kedua (jumlah skor butir bernomor genap), menggunakan rumus :
N∑XY - (∑X) . (∑Y) rXY =
√ {N∑X2 – (∑X)2} . {N∑Y2 – (∑Y)2} 3. Setelah diketahui koefisien korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua,
kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearmen – Brown.
2 x rXY r11 = 1 + rXY
4. Perhitungan :
Dik : ∑X = 956 ∑Y = 939
∑X2 = 913.936 ∑Y2 = 881.721
∑X.Y = 897.684
(30 x 897.684) - (956 x 939) rXY =
√ {(30 x 913.936) - (956)2} . {(30 x 881.721) - (939)2} 26.930.520 - 897.684 rXY =
√ {27.418.080 –913.936} . {26.451.630 - 881.721} rXY = 0,8771 2 x rXY r11 =
1 + rXY
2 x 0,8771 r11 = = 0,9345 1 + 0,8771
Jadi reliabilitas kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen, r11 = 0,9345.
112
113
Lampiran 14. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Hasil Penelitian Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa yang Diajar dengan Menggunakan
Pendekatan Ekspositori (Kontrol).
1. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency, yakni
dengan Teknik Belah Dua (Split Half) ganjil-genap yang kemudian dianalisis
dengan rumus Spearman Brown.
2. Menghitung korelasi antara belahan pertama (jumlah skor butir bernomor ganjil)
dengan belahan kedua (jumlah skor butir bernomor genap), menggunakan rumus :
N∑XY - (∑X) . (∑Y) rXY =
√ {N∑X2 – (∑X)2} . {N∑Y2 – (∑Y)2} 3. Setelah diketahui koefisien korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua,
kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearmen – Brown.
2 x rXY r11 = 1 + rXY
4. Perhitungan :
Dik : ∑X = 757 ∑Y = 736
∑X2 = 573.049 ∑Y2 = 541.696
∑X.Y = 557.152
(30 x 557.152) - (757 x 736) rXY =
√ {(30 x 573.049) - (757)2} . {(30 x 541.696) - (736)2} 16.714.560 - 557.152 rXY =
√ {17.191.470 – 573.049 } . {16.250.880 - 541.696} rXY = 0,8263 2 x rXY r11 =
1 + rXY
2 x 0,8263 r11 = = 0,9049 1 + 0,8263 Jadi reliabilitas kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol, r11 = 0,9049
114
Data Item Ganjil Skor Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen Data Item Genap Skor Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen
Skor untuk butir No : Skor untuk butir No : No Siswa 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Skor Total
No Siswa 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Skor Total
1 3 3 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 28 1 3 2 1 3 2 1 2 1 3 3 1 3 25 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 30 2 3 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 2 29 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 1 27 3 3 2 1 3 1 2 1 2 3 3 1 3 25 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 33 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 3 32 5 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 35 5 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 34 6 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 34 6 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 33 7 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 34 7 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 32 8 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 8 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 34 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 35
10 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 10 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 11 3 3 1 3 1 1 2 3 3 3 2 3 28 11 3 2 3 1 1 1 1 3 3 3 2 3 26 12 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 33 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 35 13 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 33 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 35 14 3 3 1 2 1 1 1 3 3 3 3 3 27 14 3 3 1 3 1 2 2 3 3 3 2 3 29 15 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 1 30 15 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 30 16 3 3 1 2 1 1 1 3 3 3 2 0 23 16 3 3 1 3 1 2 2 2 2 3 1 3 26 17 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 26 17 3 3 2 3 3 2 1 3 3 1 1 2 27 18 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 18 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 33 19 3 3 2 2 1 1 2 3 3 3 3 2 28 19 3 3 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 30 20 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 34 20 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 34 21 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 33 21 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 33 22 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 34 22 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 24 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 33 24 3 3 1 3 2 3 2 3 3 3 2 3 31 25 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 33 25 3 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 32 26 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 26 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 33 27 3 3 1 3 2 1 2 3 3 3 1 1 26 27 3 2 1 3 1 1 1 3 3 1 2 3 24 28 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 34 28 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 34 29 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 33 29 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 1 3 31 30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 30 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 1 3 31
Skor Total 956 Skor Total (Y) 939 Skor Total Kuadrat 913936 Skor Total Kuadrat 881721
127
BIODATA PENULIS
PALUPI PURNAMAWATI. Anak ketiga dari pasangan Bapak Suharsono dan Ibu Nani Sri Harini. Lahir di Tangerang pada tanggal 19 September 1984. Menikah sejak tahun 1998 dengan Eko Febrianto S.Sos.I, dan baru dikaruniai seorang putri yang bernama Sarahasna Putri Oktavia yang berumur 10 bulan. Saat ini bertempat tinggal di Jln. Karya Bakti No. 6 RT 03/03, Parung Serab, Tangerang. Pendidikan dasar dan menengah diselesaikannya di kota Depok, dimulai dari SDN Sukamaju VIII (1990-1996), SMPN 4 Depok (1996-1999), dan SMUN 3 Depok (1999- 2002).
Setelah itu, pendidikannya dilanjutkan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Kimia, pada tahun 2003. Selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, organisasi yang pernah diikuti adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) IPA, divisi kerohanian sebagai sekretaris menteri kerohanian (2004-2005). Kemudian Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid, divisi PSDM sebagai anggota dan sekretaris kaderisasi (2004-2007). Kegiatan yang pernah diikutinya di UIN adalah Orientasi Mahasiswa Jurusan IPA (ORMAPA) di Curug Cilember Bogor, PKL di Pengendalian dan Pengembangan Mutu Barang (PPMB) Cijantung, dan PPKT di MAN 13 Jakarta Selatan. Adapun training dan atau seminar yang pernah diikutinya adalah Pelatihan Ilmiah Pembuatan Soft Drink yang diselenggarakan oleh BEMJ IPA (2004), training Emotional Spiritual Question (ESQ) yang diselenggarakan oleh BEM FEIS (2004), dan beberapa seminar keislaman lainnya yang diselenggarakan oleh LDK Syahid.
128