PENELITIAN HADITS FARA’ID
TIRMIDZI 2017
Disusun guna memenuhi tugas ujian akhir semester
matakuliah Hadits
dosen pengampu Prof. Dr. Suryadi, MA
Disusun oleh:
NAILI VIDYA YULISTYANA
1420410059
KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
PRODI PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
PENDAHULUAN
Dalam proses penelitian Hadits, hal yang sering
dan selalu dilakukan oleh peneliti hadits adalah
melakukan pendekatan dalam pengkajiannya. Di antaranya
adalah kajian penelitian yang tidak hanya pada kritik
historis, namun dalam kajian-kajian lainnya juga yaitu
kajian linguistik, kajian tematis komprehensif,
kemudian kajian konfirmatif, kajian realis historis dan
kritik praksis. Pada dasarnya penelitian hadits ini
merupakan bagian kegiatan untuk membuktikan
keontentisitasan hadits, sehingga kita bisa mengetahui
sebuah hadits yang kita teliti, apakah hadits tersebut
shahih, hasan atau dhaif.
Hadits yang peneliti kaji adalah hadits yang
diriwayatkan oleh imam Tirmidzi yaitu hadits no. 2017.
Hadits ini menerangkan bahwa pentingnya mempelajari
ilmu farai’d. Ilmu fara’id adalah ilmu tentang
pembagian warisan. Dimana ilmu ini masih sangat kurang
digunakan oleh masyarakat umum karena kurangnya
pengetahuan mereka dan sifat menyepelekan hal-hal yang
bersifat pembagian warisan.
2
Oleh karena itu, dalam makalah ini peneliti
mencoba untuk mengkaji secara sistematis tentang hadits
tersebut, mulai dari kritik historis, kajian
linguistik, kajian tematis komprehensif, kemudian
kajian konfirmatif, kajian realis historis dan kritik
praksis.
PEMBAHASAN
Hadits penelitian riwayat imam Tirmidzi no. 2017 adalah
sebagai berikut:
هر ن� ش���� وف� ع� ا ع�� ن� ث�� د هم ح��� ن� دل� ل ب�! ض��� ف� ا ال� ن� ث�� د دي) ح��� س��� م الأ+ اس�� ق/ ن� ال� د ب�! م�� ح ا م� ن� ث�� د ل ح��� ن� واص��� لى ب�! ع� د الأ+ �� ن! ا ع� ن� ث�� د ح���وا م�� ل ض� وع� ف���رائ�+ ن� وال� Aف/��را وا ال� م�� عل م ت�/ ل ه وس��� �� لي) ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل ال رس��� ال ق�/�� رة/ ق�/�� ��(Qي ر ي) ه� ب�! ن� ا+ ب! ع� وش���� ح� ن� ب�!
وض� ب! ق/ ي) م� � ب[ ا اس ق�� ال�ن�3
(TIRMIDZI - 2017) : Telah menceritakan kepada kami 'Abdul A'la
bin Washil; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Qasim Al
Asadi; telah menceritakan kepada kami Al Fadhl bin Dalham; telah
menceritakan kepada kami 'Auf dari Syahr bin Hausyab dari Abu Hurairah
dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pelajarilah Al Qur`an dan fara`idl dan ajarkanlah kepada manusia
karena aku akan meninggal."
Penelitian hadits ini bertujuan salah satunya
adalah mengetahui penguat daripada hadits di atas,
berikut di bawah ini dapat dilihat ada sebuah hadits
yang menjadi penguatnya.
a) Takhrijul Hadits
Dapat dilihat penguat hadits yang diteliti, yaitu
pada hadits Darimi -223.
ال ال ق�/� �ر ق�/� ج! ل ه� ه�� ن� ا+ اي�!ر م� � ن� ح�! مان� ب�! لي) ه س�� ال ل� ق/ ل ت�) ن� رح�! ا عوف� ع� ن� ث�� د م ح� ث� هي) ن� ال� مان� ب�! ي� ا ع� ن�� ر ب! خ� ا+ض� ف����رائ�+ وا ال� م��� عل اس ت�/ وة ال�ن���� م��� ل علم وع� وا ال� م��� عل م ت�/ ل ه وس���� ��� لي) ع� ى اهلل ل ص���� ول اهلل ال لي) رس���� عود ق�/��� س��� ن� م� اب�!
ى ت/ ن� ح� ت/ ق� ر ال� ه� uظ ض� وئ�/ ب! ق/ ي) علم ش�� وض� وال� �� ب! ق/ رو+ م� ي) ام� � ب[ ا اس ق��� وة ال�ن��� م� ل ن� وع� Aف/�را وا ال� م� عل اس ت�/ وة ال�ن�� م� ل وع�هما ن� ي{ ل ب�~ ض ف� دا ت�) ح� ا+ دان� ج! لأ ي�) ه/ ض� (Qئ �ر ى) ف� ف� ان� ن� �Qث لف� ا ت/ خ� 1ي�)
1 Lihat aplikasi Lidwa
4
رة/ (Qي ر ي) ه� ب�! ا+
ب! وش�� ح� ن� هر ب�! ش��
عوف�
هم ن� دل� ل ب�! ض� ف� ال�
دي) س� اسم الأ+ ق/ ن� ال� د ب�! م ح م�
ل ن� واص� لى ب�! ع� د الأ+ ن! ع�
ول اهلل رس�
ي) د� ي�/رم�ن)
سعود ن� م� اب�!
اي�!ر ن� ح�! مان� ب�! لي) س�
م ث� هي) ن� ال� مان� ب�! ي� ع�
دارمى)
b) I’tibar Sanad
SKEMA SANAD HADITS NABI TENTANG FARAIDL SERTA PENGUAT
ال ق�/ ال ق�/
ع�ن�
ال ق�/
ع�ن�
ع�ن�
ا ن� ح�دث�� ا ن� ح�دث��
ا ن� ح�دث�� ا ن�� ر ب! خ� ا+
5
رة/ (Qي ر ي) ه� ب�! ا+
ب! وش�� ح� ن� هر ب�! ش��
ول اهلل رس�
ا ن� ح�دث��
ا ن� ح�دث��
1. Kritik Historis
Menentukan validitas dan otentitas hadits yang
akan diteliti dengan menggunakan kaedah kesahihan
yang ditetapkan oleh para kritikus hadits. Berikut
skema dari para sand yang meriwayatkan hadits
peneliti.
ال ق�/
6
عوف�
هم ن� دل� ل ب�! ض� ف� ال�
دي) س� اسم الأ+ ق/ ن� ال� د ب�! م ح م�
ل ن� واص� لى ب�! ع� د الأ+ ن! ع�
ي) د� ي�/رم�ن)
ع�ن�
ع�ن�
ا ن� ح�دث��
ا ن� ح�دث��
ا ن� ح�دث��
ا ن� ح�دث��
7
Skema di atas penting untuk mengetahui metode apa
yang digunakan para sanad-sanad dalam meriwayatkan
hadits. Adapun haditsnya sebagai berikut:
ن� وف� ع� ا ع�� ن� ث�� د هم ح��� ن� دل� ل ب�! ض��� ف� ا ال� ن� ث�� د دي) ح��� س��� م الأ+ اس�� ق/ ن� ال� د� ب�! م�� ح ا م� ن� ث�� د ل ح��� ن� واص��� لى ب�! ع� د الأ+ �� ن! ا ع� ن� ث�� د ح���ض� ف���رائ�+ ن� وال� Aف/��را وا ال� م�� عل م ت�/ ل ه وس��� �� لي) ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل ال رس��� ال ق�/�� رة/ ق�/�� ��(Qي ر ي) ه� ب�! ن� ا+ ب! ع� وش���� ح� ن� هر ب�! ش����
وض� ب! ق/ ي) م� � ب[ ا اس ق�� موا ال�ن� ل وع�(TIRMIDZI - 2017) : Telah menceritakan kepada kami 'Abdul
A'la bin Washil; telah menceritakan kepada kami (dengan metode al-
sama) Muhammad bin Al Qasim Al Asadi; telah menceritakan kepada
kami Al Fadhl bin Dalham (dengan metode al-sama); telah
menceritakan kepada kami (dengan metode al-sama) 'Auf dari Syahr
bin Hausyab dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Pelajarilah Al Qur`an dan fara`idl dan
ajarkanlah kepada manusia karena aku akan meninggal."
Kutipan hadits di atas diawali dengan haddatsana.
Yang menyatakan kata itu adalah al-Tirmizi yakni,
penyusun kitab al-Jami. Karena al-Tirmizi sebagai
mukharrij al-hadits, maka dalam hal ini ia sebagai
8
periwayat terakhir untuk hadits yang dikutip di
atas.2
Dari hadits yang diriwayatkan Tirmidzi di atas,
dapat dikemukakan urutan periwayat dan urutan sanad
sebagai berikut:
Nama periwayat UrutansebagaiPeriwayat
Urutan sebagaiSanad
Abu Hurairah Periwayat 1 Sanad VI
Syahr bin Hausyab Periwayat 2 Sanad V
'Auf Periwayat 3 Sanad IV
Al Fadhl bin Dalham Periwayat 4 Sanad III
Muhammad bin Al Qasim AlAsadi
Periwayat 5 Sanad II
'Abdul A'la bin Washil Periwayat 6 Sanad I
Al-Tirmidzi Periwayat 7 Mukharrij al-hadits
Dari daftar nama di atas dapat diketahui bahwa
dari periwayat pertama sampai periwayat ketujuh atau
sanad pertama sampai sanad keenam, masing-masing
satu orang. Adapun lambang-lambang metode
periwayatan yang dapat dicatat adalah haddatsanaa, ‘an,
2 Suryadi, Metodologi Penelitian Hadits. (Yogyakarta: TH-Press, 2012). hlm.77
9
dan qaala. Hal itu berarti terdapat perbedaan metode
periwayatan yang digunakan oleh para periwayat dalam
sanad hadits tersebut.
Penelitian sanad dapat dilihat dari segi perawinya
beserta komentar para ulama terhadapnya sebagai
berikut:3
1) Abdur Rahman bin Shakhr
Kalangan : sahabat
Kuniyah : Abu Hurairah
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 57 H
Ulama Ibnu Hajar al ‘Asqalani memberi komentar
sahabat kepada Abu Hurairah karena hadits yang beliau
riwayatkan.
Guru yang pernah mengajar Abdur Rahman bin Shakhr
diantaranya yaitu Basyar bin Lakhiq Ar Raqqiy, Ja’far
bin Burqan, Syaiban bin ‘Abdur Rahman An Nahwi,
Tolhah bin Zaid Arraqiy, dan waqis Bin Robi’.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau yaitu anak dari Abdul Salam bin Abdul Rahman
Al Wabishiy.4
2) Syahar bin Hawsyab
3 Ibid.4 Lihat Aplikasi Tahdzibul Kamal Fii Asma’il Rijal
10
Kalangan : Tabi’in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu sa’id
Negeri semasa hidup : Syam
Wafat : 100 H
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Musa bin Harun
yang memberi komentar dlaif, An Nasa’i berkomentar laisa
bi qowi, Ahmad bin Hambal berkomentar laisa bihi ba’s,
Hakim berkomentar laisa bi qowi, Al Baihaqi berkomentar
dlaif, kemudian Ibnu Hazm berkomentar saqith, Ibnu ‘Adi
berkomentar dlaif jiddan, dan Ibnu Hajar Al Atsqalani
berkomentar Shaduuq tapi punya keragu-raguan.
Guru yang pernah mengajar Syahar bin Hawsyab
diantaranya yaitu Bilal Al Muadzzin, Tamim Ad Dariy,
Tsauban Maula Rasulullah SAW, Jabar bin ‘Abdullah Al
Anshoriy dan Jarir bin Abdullah Al Bajaliy.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu Aban bin Sholih, Aban bin
Shom’ah, Ibrahim bin Khanan Al Azdiy dan Ibrahim bin
Abdur Rahman Assyaibaniy.5
3) Auf bin Abi Jamilah
Kalangan : Tabi’in (tidak jumpa sahabat)
Kuniyah : Abu sahal
Negeri semasa hidup : Bashrah5 Ibid
11
Wafat : 146 H
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Ahmad bin Hambal
yang memberi komentar tsiqah, Yahya bin Ma’in
berkomentar tsiqah, An nasa’i berkomentar tsiqah,
kemudian Abu Hatim berkomentar shaduuq, dan Muhammad
bin Sa’ad berkomentar tsiqaat.
Guru yang pernah mengajar Auf bin Abi Jamilah
diantaranya yaitu Ishaq bin Suwaid Al ‘Adawiy, Hasan
Al Bashriy, Hakim Al Atsram dan Hamzah Abi Umar Al
‘Aidzi.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu Ishaq bin Yusuf Al Azraq,
Ismail bin ‘Ulaih, Basyir bin Mufadhil, Ja’far bin
Sulaiman Addhuba’i dan Abu Usamah Khammad bin
Usamah.6
4) Al Fadlol bin Dalham
Kalangan : Tabi’ul Atba’ kalangan
pertengahan
Kuniyah : -
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : -
6 Ibid
12
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Abu Daud yang
memberi komentar laisa bi qowi, Abu Hatim berkomentar
shalihul hadits, Al Azdi berkomentar dlaif jiddan, kemudian
Ibnu hajar al ‘asqalani berkomentar layyin, dan Ibnu
Hajar Al ‘Asqalani berkomentar tertuduh seorang
mu’tazilah.
Guru yang pernah mengajar Al Fadlol bin Dalham
diantaranya yaitu Tsabit Al Bunaniy, Hasan Al
Bashriy, ‘Auf Al A’rabiy, Qatadah, Muhammad bin
Sairin, dan Abi Nadhroh Al ‘Abdiy.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu ‘Abdullah bin Al Mubarok,
Muhammad bin Kholid Al Wahbiy, Muhammad bin Al Qasim
Al Asadiy, Hisyam bin Al Walid Al Makhzumiy dan Yazid
bin Harun.7
5) Muhammad bin Al Qasim Al Asadi
Kalangan : Tabi’ut tbi’in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Ibrahim
Negeri semasa hidup : Kuffah
Wafat : 207 H
7 Ibid
13
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu An Nasa’i yang
memberi komentar laisa bi tsiqah, Ad Daruquthni
berkomentar kadzaab, Al Azdi berkomentar matruk,
kemudian Albaghowi berkomentar dila’iful hadits,
selanjutnya Ibnu Hajar al ‘Asqalani berkomentar
mereka mendustakannya dan Adz Dzahabi mengomentari
mereka mendhaifkannya.
Guru yang pernah mengajar Muhammad bin Al Qasim
Al Asadi diantaranya yaitu Tsaur bin Yazid Ar
Rakhabiy, Ja’far bin Burqon, Robi’ bin Shobikh,
Zuhair bin Mu’awiyah dan Sa’id bin ‘Ubaid at Thaiy.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu Ibrahim bin Musa Ar Raziy,
Ahmad bin ‘Abdullah bin Yunus Al Yarbu’iy, dan Ahmad
bin Muhammad bin Yahya At Thalkhiy.8
6) Abdul A’laa Bin Washil Bin ‘Abdul A’laa
Kalangan : Tabi’ul Atba’ kalangan tua
Kuniyah : -
Negeri semasa hidup : Kuffah
Wafat : 247 H
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Abu Hatim yang
memberi komentar shaduuq, An Nasa’i berkomentar tsiqah,8 Ibid
14
Ibnu Hibban berkomentar disebutkan dalam ‘ats tsiqaat,
kemudian Ad Daruquthni berkomentar tsiqah, selanjutnya
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani berkomentar tsiqah dan Adz
Dzahabi mengomentari sebagai tsiqah.
7) Tirmidzi
Nama Lengkap : Muhammad ibn Isa Ibn Saurah ibn Musa
ibn Al-Dahhak atauIbn Al-Sakkan Al-
Sulami, atau Abu Isa At-Tirmidzi (209-
279 H).
Guru : Qutaibah bin Sa’id, Ishaq
bin Musa, Mahmud bin Ghailan, Ali bin
Hajar, Muhammad bin Basyar, Sufyan bin
Waki’, Muhammad bin Ismail Bukhari.
Murid : Abu Hamid Ahmad bin Abdullah
bin Daud Al-Marwazi Al-Tajir, Al-asim
bin Kalib Al-Syasyi, Muhammad bin
Mahbub, Mahmud bin Numair.
Al-Khalili berpendapat dia (tirmidzi) itu tsiqah
muttafaq alaih. Ibn Hibban dalam kitab Al-Siqat
mengatakan At-Tirmidzi adalah ulama pengumpul hadits,
penyusun kitab, penghafal hadits, dan sering
berdiskusi dengan para ulama’. Kemudian Al-Hakim Abu
Abdallah berkata saya mendengar umar ibn Akk berkata:
Imam Bukhari wafat dan tidak meninggalkan seorang
ulama penggantinya di khurasan seperti Abu Isa At-
15
Tirmidzi di bidang ilmu, kekuatan hafalan, dan
kezuhudannya.
Jadi, berdasarkan penelitian sanad di atas dapat
disimpulkan bahwa sanad hadits tersebut adalah dhaif.
Karena ada sanad yang diragukan periwayatannya yaitu
Syahar bin Hawsyab dan Al Fadlol bin Dalham.
2. Kajian Linguistik
Kajian dengan penggunaan prosedur-prosedur
gramatikal bahasa Arab. Setiap teks hadits harus
ditafsirkan dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab.
Dari segi semantik
وض� ب�����! berasal dari kata م�ق/ ض� ب! -yang menurut kamus al ق�/munawwir artinya menggenggam, sedangkan وض� ب���! artinya م�ق/yang digenggam, jika dilihat dari segi arti pada
hadits tidaklah berarti demikian. Akan tetapi berarti
sebagai orang yang akan diambil atau meninggal.
Dari segi tata bahasa
علموا .ت�/ ماعه/ ال�واو ال�ح! ضاله ن�! ى) ع�لى ال�سكون� لأئ�/ ت� عل الأمر م�ي! :ف��يQ)رة ه�م. د ق/ ر ت�/ ب) ت� ر م�سن/ مب) اع�له ض�� وق��
ن� Aالأسم ال�مف�رد.ال�ف/را �ه م�ن ن�� رة لأ+ خ�� Aى) ا اه�رة/ ف� uحه/ ظ� ت� ه ق�� صي! صوب! وع�لأمه/ ئ�� ه وه�و م�ب� عول ن�! :م�ف�
16
ه. وه�و م�عطوف� ع�لي).و ح لأم�جل ل�ها م�ن� الأع�راب! ت/ ى) ع�لى ال�ق� ت� :خ�رف� ع�طف� م�ي!
ض� .ال�ف�رائ�+ صوب! ن� وه�و م�ب� Aال�ف/را �م�عطوف� م�ن:ه. وه�و م�عطوف� ع�لي)
ه. ض� م�عطوف� ع�لي) ن� وال�ف�رائ�+ Aعلموا ال�ف/را مله/ م�ن� ت�/ "ج�! " *
.و ح لأم�جل ل�ها م�ن� الأع�راب! ت/ ى) ع�لى ال�ق� ت� :خ�رف� ع�طف� م�ي!.ع�لموا ماعه/ ال�واو ال�ح! ضاله ن�! ى) ع�لى ال�سكون� لأئ�/ ت� عل الأمر م�ي! :ف��
يQ)رة ه�م. د ق/ ر ت�/ ب) ت� ر م�سن/ مب) اع�له ض�� وق��اس ه م�ن� الأسم ال�مف�رد.ال�ن� رة لأن�� خ�� Aى) ا اه�رة/ ف� uحه/ ظ� ت� ه ق�� صي! صوب! وع�لأمه/ ئ�� ه وه�و م�ب� عول ن�! :م�ف�
ه. وه�و م�عطوف� ع�لي)ه. اس م�عطوف� وم�عطوف� ع�لي) مله/ م�ن� ع�لموا ال�ن� "ج�! " *
.ف� ح لأم�جل ل�ها م�ن� الأع�راب! ت/ ى) ع�لى ق�� ت� :خ�رف� ع�طف� م�ي!.ان� ح لأم�جل ل�ها م�ن� الأع�راب! ت/ ى) ع�لى ال�ق� ت� ح� وه�و م�ي! واش�ت) :ع�ام�ل ال�ب�
كلم اء م�ت/ .ن�) صب! اسم ان� ى) م�جال ئ�� ى) ع�لى ال�سكون� ف� ت� :وه�و م�ي!
17
وض� ب! ه م�ن� الأسم ال�مف�رد.م�ق/ رة لأن�� خ�� Aى) ا اه�رة/ ف� uمه/ ظ� عه ض�� وع وع�لأمه/ رف�� ر ان� وه�و مرف� ب! :خ�. وض� م�عطوف� ب! مله/ م�ن� ان� م�ق/ "ج�! " *
3. Kajian Tematis Komprehensif
Kajian hadits dengan mempertimbangkan teks-tekss
hadits lain yang memiliki tema yang relevan dengan
tema hadits yang bersangkutan dalam rangka
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.
Di bawah ini terdapat banyak hadits yang memiliki
tema yang sama dengan hadits Tirmidzi – 2017.
Berhubungan dengan pentingnya mempelajari ilmu
Fara’id
a) IBNUMAJAH-2710
رج� ع��� ن� الأ+ اد ع� ن���� و ال�ر� ��!Qب ا ا+ ن� ث�� د ح��� اف� عط�� ي) ال� ب�! ا+ ن� ��ر ب�! م ن� ع� ض ب�! ف� ا ح� ن� ث�� د امى) ح��� ج��ر� ر ال� Àد من��� ن� ال� م ب�! ث) يQ!��راه� ا ا ن� ث�� د ح���ه ن����� ا ا ق�� موه���� ل ض� وع� ف����رائ�+ وا ال� م��� عل رة/ ت�/ ���(Qي ر ا ه� ن�!��� ا ا+ م ن�)��� ل ه وس���� ��� لي) ع� ى اهلل ل ص���� ول اهلل ال رس���� ال ق�/��� رة/ ق�/��� ���(Qي ر ي) ه� ب�! ن� ا+ ع�
ى) ت/ م� ن� ا+ ع م� ب�ر� ء ن�) ى) ل ش� و و ا+ سى وه� Àن و ب�) علم وه� ف� ال� ص ئ��
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mundzir Al Hizami; telah
menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar bin Abu Al 'Ithaf; telah
18
menceritakan kepada kami Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu
Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Wahai Abu Hurairah, belajarlah faraidl dan ajarkanlah, karena
sesungguhnya ia adalah setengah dari ilmu, dan ilmu itu akan
dilupakan dan ia adalah yang pertama kali dicabut dari umatku."
Berdasarkan arti dari hadits di atas, dapat dilihat
memang hadits tersebut setema dengan hadits yang
diteliti oleh peneliti. Dimana hadits di atas juga
memberi keterangan bahwa penting untuk mempelajari
ilmu fara’id karena ilmu fara’id adalah ilmu yang
pertama kali dicabut.
b) ABUDAUD-2499
ن� ب�! من� ج� ر د ال���� ��� ن! ن� ع� اد ع� ن�)��� ن� ر� ب�! من� ج� ر د ال���� ��� ن! ى) ع� Àت ث�� د ب! ح���� ن� وه� ا اب�! ن����� ر ب! خ� رج ا+ ال�س��� ن� ���رو ب�! م ن� ع� د ب�! م��� ج� ا ا+ ن� ث�� د ح����ا ه/ وم�� ن��� لأ علم ن�� ال ال� م ق�/� ل ه وس�� � لي) ع� ى اهلل ل ص� ول اهلل ن� رس� عاض ا+ ال� ن� مرو ب�! ع� ن� ب�! د اهلل ن! ن� ع� ى) ع� وخ� ب� ع ال�ي/ راف��
ادله/ ه/ ع� ض� (Qئ �ر و ف� مه/ ا+ ائ�+ ه/ ق�/ ي� و ش� مه/ ا+ ك ج ه/ م� ن�) Aل ا ض� هو ف�� كÏ ف�� ل� وي د� س�Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Amr bin As Sarh, telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku
Abdurrahman bin Ziyad dari Abdurrahman bin Rafi' At Tanukhi, dari
Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkata: "Ilmu ada tiga, dan yang selain itu adalah
kelebihan, yaitu; ayat muhkamah (yang jelas penjelasannya dan tidak
19
dihapuskan), atau sunah yang shahih, atau faraidh (pembagian
warisan) yang adil."
Berdasarkan arti dari hadits di atas, dapat dilihat
memang hadits tersebut setema dengan hadits yang
diteliti oleh peneliti. Dimana hadits di atas juga
memberi keterangan bahwa penting untuk mempelajari
ilmu fara’id karena ilmu fara’id adalah salah satu
ilmu yang berkaitan dengan pembagian warisan yang
adil.
c) DARIMI-2727
اا+ ه�� ن�� ا ض� ق�� ف���رائ�+ وا ال� م�� عل ��ر ت�/ م ال ع� ال ق�/�� م ق�/�� ث) يQ!��راه� ن� ا مش� ع� ع� ن� الأ+ ان� ع� ن) ق� ا س��� ن� ث�� د ف� ح��� وس��� ن� ب�) د ب�! م�� ح ا م� ن� ث�� د ح���م ك ن� ن� دث�{ م�
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Ibrahim ia
berkata; Umar berkata; Pelajarilah faraidl, karena faraidl itu bagian
dari agama kalian.
Berdasarkan arti dari hadits di atas, dapat dilihat
memang hadits tersebut setema dengan hadits yang
diteliti oleh peneliti. Dimana hadits di atas juga
memberi keterangan bahwa penting untuk mempelajari
ilmu fara’id karena ilmu fara’id adalah bagian dari
agama kita yaitu Islam.
20
d) DARIMI-2732
وا م�� عل ال ت�/ عود ق�/�� س�� م� ن� ب�! د اهلل �� ن! ن� ع� � ع� ي) � Qب دا هم�� د ال� ن��) ول� ال� ن� م ب�! اس�� ق/ ن� ال� ه/ ع� لح�� ن� ظ� د� ب�! م�� ح ا م� ن� ث�� د م ح��� عث) و ت�� ��!Qب ا ا+ ن� ث�� د ح���م ك ن� ن� دث�{ ه م� ن�� ا ق�� حح� لأق/ وال� ض� وال�ط ف�رائ�+ ال�
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Thalhah dari Al Qasim bin Al Walid Al
Hamdani dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; Pelajarilah (tentang
masalah) faraidl, thalaq dan haji, sebab masalah-masalah tersebut
adalah bagian dari agama kalian.
Berdasarkan arti dari hadits di atas, dapat dilihat
memang hadits tersebut setema dengan hadits yang
diteliti oleh peneliti. Dimana hadits di atas juga
memberi keterangan bahwa penting dan sangat
menekankan untuk mempelajari ilmu fara’id karena ilmu
fara’id adalah bagian dari agama kita yaitu Islam.
e) DARIMI-2729
Ïك وس���� ه ب�) ن���� ا ض� ق�� ف���رائ�+ ن� وال� Aف/��را وا ال� م�� عل ت�/ د اهلل �� ن! ال ع� ال ق�/�� م ق�/�� اس�� ق/ ن� ال� عودي) ع� مس�� ا ال� ن� ث�� د م ح��� عث) و ت�� ��!Qب ا ا+ ن� ث�� د ح���
علمون� وم لأ ت�) ى) ف/ ى ف� ق/ ي! و ث�{ علمه ا+ ان� ت�) لم ك� لي ع� ل ا ح�! ر ال�ر ف/ ي/ ق� ن� ت�) ا+
21
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan
kepada kami Al Mas'udi dari Al Qasim ia berkata; Abdullah berkata;
Pelajarilah Al Qur`an dan ilmu faraidl, karena seseorang akan
membutuhkan ilmu yang telah ia pelajari, atau ia berada di suatu
kaum yang tidak mengetahui.
Berdasarkan arti dari hadits di atas, dapat dilihat
memang hadits tersebut setema dengan hadits yang
diteliti oleh peneliti. Dimana hadits di atas juga
memberi keterangan bahwa penting untuk mempelajari
ilmu fara’id karena sangat diperlukan ketika kita
benar-benar berada dalam masyarakat yang tidak
mengetahui ilmu fara’id, sehingga kita bisa
mengajarkannya dan mengarahkannya supaya tidak
terjadi pemutusan hubungan antar keluarga.
Melihat beberapa hadits yang setema dengan hadits
yang diteliti oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan
bahwa memang sangat penting untuk mengetahui serta
mempelajari ilmu fara’id itu sendiri. Karena sudah
banyak hadits yang menjadi penjelas lebih lanjut
bahwa banyak alasan betapa pentingnya mempelajari
ilmu tersebut.
4. Kajian Konfirmatif
Mengkonfirmasi makna hadits dengan petunjuk-petunjuk
Al-Qur’an sebagai sumber tertinggi ajaran.
22
Ada beberapa ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menjadi
penjelas sebagaimana hadits yang diteliti, yaitu
diantaranya ada pada surat An-Nisa’ ayat 7 dan 11.
[Q.S An Nisa’:7] bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.9
Tafsiran ibnu katsir
Said bin Jubair dan Qatadah berkata, “Adalah kaum
musyrik memberikan harta pusaka kepada anak-anak yang
sudah besar. Mereka tidak memberi pusaka sedikitpun
kepada perempuan dan anak-anak.” Maka Allah Ta’ala
menurunkan ayat, “Bagi laki-laki ada hak bagian dari
harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya. “Yakni,
semua orang sama di hadapan hukum waris, meskipun
bagiannya berbeda-beda selaras dengan bagian yang
telah ditetapkan Allah bagi setiap ahli waris sejalan
dengan hubungannya dengan mayat (pewaris), apakah itu
hubungan kekerabatan, perkawinan, atau perwalian,
lantaran pewarisan itu seperti daging pertalian
nasab. Ibnu mardawih meriwayatkan dari Jabir, dia
berkata bahwa: Ummu Kahah datang kepada Rasulullah9 Lihat Aplikasi Al-Quran Digital
23
seraya bertanya, “Ya Rasulullah, saya punya dua orang
anak perempuan yang telah ditinggal mati oleh
ayahnya, sedang kedua anak itu tidak memiliki apa-
apa.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Bagi laki-
laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak
dan kerabatnya.” 10
[Q.S An Nisa’:11]
[Q.S An Nisa’:11] Allah mensyari'atkan bagimu tentang
(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak
lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak
itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang
saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-
bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang
yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-
bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal
itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.10 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir (surah al-Fatihah- an-Nisaa), hlm. 494
24
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat
yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang
tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.11
5. Analisis Realis Historis
Dalam tahap ini makna atau arti suatu pernyataan
dipahami dengan melakukan kajian atas realitas,
situasi atau problem historis dimana pernyataan
sebuah hadits muncul, baik dalam situasi mikro maupun
makro.
Asbabul wurud mikro
Dapat dilihat penguat hadits yang diteliti, yaitu
pada hadits Darimi -223.
ن� ال اب�! ال ق�/�� ر ق�/�� ج! ل ه� ه� ن� ا+ اي�!ر م� ن� ح�! مان� ب�! لي) ال له س� ق/ ل ت�) ن� رح�! ا عوف� ع� ن� ث�� د م ح� ث� هي) ن� ال� مان� ب�! ي� ا ع� ن�� ر ب! خ� ا+وة م��� ل ض� وع� ف����رائ�+ وا ال� م��� عل اس ت�/ وة ال�ن���� م��� ل علم وع� وا ال� م��� عل م ت�/ ل ه وس���� ��� لي) ع� ى اهلل ل ص���� ول اهلل ال لي) رس���� عود ق�/��� س��� م�
ف�� ل�� ت/ خ� ى ي�) ت/ ن� ح� ت/ ق� ر ال� ه��� uظ ض� وئ�/ ب! ق/ ي) علم ش��� وض� وال� �� ب! ق/ رو+ م� ي) ام�� � ب[ ا اس ق���� وة ال�ن��� م��� ل ن� وع� Aف/���را وا ال� م�� عل اس ت�/ ال�ن���هما ن� ي{ ل ب�~ ض ف� دا ت�) ح� ا+ دان� ج! لأ ي�) ه/ ض� (Qئ �ر ى) ف� ف� ان� ن� �Qث ا
11 Lihat Aplikasi Al-Quran Digital
25
(DARIMI - 223) : Telah mengabarkan kepada kami
Utsman bin Al Haitsam telah menceritakan kepada kami
'Auf dari seseorang -ia dikenal dengan sebutan
Sulaiman bin Jabir dari penduduk Hajar-, ia berkata:
" Ibnu Mas'ud pernah berkata: 'Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: Hendaklah
kalian belajar ilmu, dan ajarkanlah kepada manusia,
pelajarilah ilmu fara`idl dan ajarkanlah kepada
manusia, pelajarilah Al Qur`an dan ajarkanlah kepada
manusia, karena aku seorang yang akan dipanggil
(wafat), dan ilmu senantiasa akan berkurang sedangkan
kekacauan akan muncul hingga ada dua orang yang akan
berselisih pendapat tentang (wajib atau tidaknya)
suatu kewajiban, dan keduanya tidak mendapatkan orang
yang dapat memutuskan antara keduanya".
Berdasarkan hadits Darimi no. 223 di atas yang
sekaligus sebagai penguat hadits Tirmidi no. 2017,
dapat diketahui asbabul wurud mikro hadits Tirmidi
no. 2017. Bahwa dijelaskan ilmu senantiasa akan
berkurang sedangkan kekacauan akan muncul hingga ada
dua orang yang akan berselisih pendapat tentang
(wajib atau tidaknya) suatu kewajiban, dan keduanya
tidak mendapatkan orang yang dapat memutuskan antara
keduanya. Karena alasan tersebut, hadits Tirmidi no.
2017 ada.
26
Asbabul wurud makro
Pada masa Arab jahiliyah sebelum kedatangan Nabi
Muhammad SAW, waris-mewarisi terjadi karena tiga
sebab, yaitu karena adanya pertalian kerabat
(hubungan darah, qarabah), pengakuan atau sumpah-
setia (muhalafah), dan pengangkatan anak (adopsi,
tabanniy). Sebab-sebab itu masih belum mencukupi
sebelum ditambah lagi dengan dua syarat, yaitu sudah
dewasa dan orang laki-laki.
Anak-anak pada masa itu tidak mungkin menjadi ahli
waris karena dianggap tidak mampu berjuang, memacu
kuda, memainkan pedang untuk memancung leher lawan
dalam membela suku dan marga, di samping status
hukumnya yang masih berada di bawah perlindungan
walinya. Sementara itu, kaum perempuan tersisih dari
kelompok ahli waris karena fisiknya yang tidak
memungkinkan untuk memanggul senjata dan bergulat di
medan laga serta jiwanya yang sangat lemah melihat
darah tertumpah. Dengan demikian, para ahli waris
jahiliyah dari golongan kerabat semuanya terdiri dari
laki-laki, yaitu anak laki-laki, saudara laki-laki,
paman, dan anak paman yang semuanya harus sudah
dewasa.
27
Pengakuan yang berupa ucapan atau sumpah-setia
antara dua orang yang mengikatkan keduanya sehingga
dapat saling mewarisi juga dibenarkan sebagai sebab
mewarisi. Ucapan itu misalnya seseorang mengatakan
kepada orang lain, "Darahku darahmu, pertumpahan
darahku pertumpahan darahmu, perjuanganku
perjuanganmu, perangku perangmu, damaiku damaimu,
kamu mewarisi hartaku aku pun mewarisi hartamu …."
Kemudian jika orang lain itu menyetujuinya, maka
kedua orang itu berhak saling mewarisi. Hal ini
sampai masa awal-awal Islam masih berlaku, dan masih
dibenarkan menurut Surat An-Nisa': 33.
Pada masa jahiliyah, pengangkatan anak menyebabkan
anak itu dijadikan dan berstatus sebagai anak kandung
bagi orang yang mengangkatnya dan dinasabkan kepada
bapak angkatnya, bukan kepada bapak kandungnya. Ini
berarti, seorang anak laki-laki yang menjadi anak
angkat, jika telah dewasa dapat menjadi ahli waris
dari bapak angkatnya.
Pada masa awal-awal Islam ada lagi sebab untuk
mewarisi, yaitu karena ikut hijrah dari Mekkah ke
Madinah, dan karena persaudaraan (muakhkhah) antara
kaum Muhajirin dan Anshar. Pada masa itu, Rasulullah
SAW mempersaudarakan sesama kaum Muhajirin dan antara
kaum Muhajirin dan Anshar, dan menjadikan
28
persaudaraan ini sebagai salah satu sebab untuk
saling mewarisi harta peninggalan. Hijrah dan
muakhkhah pada masa itu dibenarkan oleh Allah SWT
menurut Surat Al-Anfal: 72.
Setelah penaklukan kota Mekkah (futuh Makkah) pada
tahun ke-8 hijriyah, seiring kondisi umat Islam yang
sudah mulai kuat dan stabil, maka kewajiban hijrah
dicabut sesuai dengan hadits Nabi SAW, "Tidak ada
kewajiban berhijrah lagi setelah penaklukan kota Mekkah." Demikian
pula, sebab mewarisi karena muakhkhah dihapuskan oleh
Allah melalui Surat Al-Ahzab: 6.
Selanjutnya, Allah membatalkan aturan yang
menyatakan bahwa hanya laki-laki dewasa yang dapat
menjadi ahli waris, tidak termasuk wanita dan anak-
anak, melalui Surat An-Nisa': 7, 11, 12, 127, dan
176. Sebab mewarisi atas dasar sumpah-setia pun
kemudian dihapuskan Allah melalui Surat Al-Anfal: 75.
Dan terakhir, kewarisan karena adopsi dibatalkan oleh
Allah berdasarkan Surat Al-Ahzab: 4, 5, dan 40.
Hukum waris Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW
telah mengubah hukum waris Arab pra-Islam dan
sekaligus merombak struktur hubungan kekerabatannya,
bahkan merombak sistem pemilikan masyarakat tersebut
atas harta benda, khususnya harta pusaka. Sebelumnya,
29
dalam masyarakat Arab ketika itu, wanita tidak
diperkenankan memiliki harta benda – kecuali wanita
dari kalangan elite – bahkan wanita menjadi sesuatu
yang diwariskan (lihat tafsir dan asbabun nuzul Surat An-
Nisa': 19).
Melalui Al-Qur'an, Allah merinci dan menjelaskan
bagian tiap-tiap ahli waris dengan tujuan mewujudkan
keadilan di dalam masyarakat. Meskipun demikian,
sampai kini persoalan pembagian harta waris masih
menjadi penyebab timbulnya keretakan hubungan
keluarga. Ternyata, di samping karena keserakahan dan
ketamakan manusianya, kericuhan itu sering disebabkan
oleh kekurangtahuan ahli waris akan hakikat waris dan
cara pembagiannya. Kekurangpedulian umat Islam
terhadap disiplin ilmu ini memang tidak dapat
dimungkiri, bahkan Imam Qurtubi telah
mengisyaratkannya: "Betapa banyak manusia sekarang
mengabaikan ilmu faraidh." Dan sekarang ayat Al-
Qur’an yang menjadi dasar hukum waris Islam, yaitu
Surat An-Nisa’: 11, 12, dan 176 berisi ketentuan
pembagian waris secara lengkap. 12
6. Kritik Praksis
12 RUMAHFIQIH.COM, diakses pada tanggal 6 September 2014
30
Mengaitkan makna hadits ke dalam realitas
kehidupan kekinian, sehingga memiliki makna praktis
bagi problematika hukum dan kemasyarakatan kekinian.
Kenyataan saat ini bahwa perselisihan dalam
masalah pembagian harta warisan sudah terjadi di
tengah-tengah masyarakat secara umum. Berangkat dari
masalah kekinian yang terkait dengan perebutan harta
warisan sudah banyak terjadi di masyarakat luas.
Sudah tidak ada rasa malu dan saling menghargai lagi
terhadap keluarga. Bahkan mereka rela berselisih
paham dengan saudara sendiri dan sampai memutuskan
tali silaturahim dengan keluarga. Banyak juga kasus
perebutan harta warisan berujung kepada pembunuhan
dengan dalih merasa tidak adil dalam pembagian
warisan atau mereka merasa ingin menang sendiri dan
kurang puas dengan bagiannya.
Hal-hal seperti perebutan harta warisan,
berselisih paham, memutuskan silaturahim bahkan
berujung ke pembunuhan terjadi karena kurang
pemahaman masyarakat terhadap aturan-aturan
pembagian harta warisan yang disebut secara adil.
Adil disini bukan berari sama, akan tetapi pemberian
harta warisan sesuai dengan bagian yang ada. Bahwa
laki-laki bagiannya dua kali dari bagian perempuan,
dan juga aturan-aturan lainnya.
31
Cerita lain datang dari tetangga saya. Mereka
keluarga yang terbilang sangat kaya. Bahkan bisa
dibilang terkaya sedesa itu pada masanya. Dalam
keluarga tersebut ada enam anak, yaitu terdiri dari
empat anak laki-laki dan dua anak perempuan.
Bapaknya (selanjutnya disebut almarhum) tersebut
meninggal dan belum sempat untuk membagi harta
warisannya. Sedangkan almarhum meninggalkan istri
dan anak-anaknyapun tidak dengan sebuah wasiat atau
apapun.
Hal itulah yang menjadi pemicu antara anaknya
bahkan konflik sering menjadi-menjadi diantara
mereka. Bahkan ibunyapun (istri almarhum) tidak
melerai atau menjadi penengah antara perseteruan
anak-anaknya. Ibu tersebut justru hanya menikmati
harta warisan tersebut, dan nyaman tanpa rasa ragu
untuk menujualnya tanpa sepengetahuan anak-anaknya,
bahkan lebih parahnya tidak dijual kepada anaknya
sendiri. Setidaknya jika memang untuk kebutuhannya,
alangkah lebih baik dijual kepada anaknya atau
bagimana dirundingkan kembali dengan keluarga inti.
Dan itu tidak terjadi dalam keluarga ini. Anak-anak
yang mengetahui hal tersebut pastinya hanya emosi
dan tidak bisa berbuat apa-apa, karena alasan dari
seorang ibu adalah untuk hidup dan membiaya
kehidupan sehari-sehari. Akan tetapi ibu tersebut
32
memang sudah dibutakan oleh harta peninggalan
almarhum.
Istri almarhum tersebut sudah terkenal di satu
desa sebagai ibu yang pilih kasih. Dia hanya
menyayangi beberapa diantara anak-anaknya. Bisa
terlihat dari pembagian warisan tidak berdasarkan
Al-Qur’an apalagi ilmu fara’id. Salah satu anak
bahkan diberi hak waris hampir sebagian dari harta
warisan almarhum, itu karena ibunya yang begitu
menyayanginya walau dengan alasan yang tidak
demikian. Hal seperti ini yang menjadi pemicu
konflik antar keluarga mereka. Tidak hanya antara
anak-anaknya, bahkan anak dan ibu sekarang menjadi
musuh. Sudah tidak terjalin silaturahim yang
semestinya. Ibu dan anak menjadi musuh. Sungguh
sangat ironi dan menyayat hati, hanya karena mereka
dibutakan dengan harta warisan, mereka rela
memutuskan hubungan silaturahim antar keluarga.
Ada salah satu anak yang sudah mencoba untuk
mendamaikan antar keluarga tersebut, dengan berbagai
jalan. Dengan nasihat dari para kyai, bahkan
perangkat desapun sudah diberitahu bahwa harta-harta
yang telah dijual tersebut adalah sengketa, karena
belum di bagi dan juga belum mendapat persetujuan
dari anak-anaknya. Akan tetapi memang perangkat desa
33
tersebut entah tidak mengetahui hal tersebut, atau
memang dia diam saja karena diberi imbalan yang
besar sehingga tutup mulut dan melancarkan jual beli
warisan tersebut.
Sudah berulang kali keluarga tersebut di panggil
ke balai desa untuk segera menyelesaikan urusan
sengketa warisan tersebut, agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan untuk kemudian hari. Akan
tetapi tidak berefek sekalipun bagi sang ibu untuk
membaginya atau sekedar bicara baik-baik. Ibu ini
mungkin sudah tertutup pintu hatinya, sehingga
nasihat atau pemberitahuan apapun yang berhubungan
dengan warisan tidak didengarnya sama sekali. Bahkan
setiap harinya semakin menjadi-jadi.
Memang sangat ironi jika mengetahui kejadian
tersebut, apalagi kita sebagai sesama umat Islam,
dan tetangganya pula hanya bisa melihatnya saja
tanpa bisa berbuat apa-apa. Keluarga saja yang
berbicara tidak berefek sama sekali, apalagi kami
para tetangganya yang tidak ada hubungan darah
dengannya.
Padahal dalam Al-Qur’an sudah diatur bagaimana
pembagian warisan yang semestinya, agar tidak
terjadi keributan antara keluarga yang ditinggalkan
si mayit. Pembagian untuk seorang istri yang
34
memiliki anak mendapat berapa bagian. Anak laki-laki
dalam keluarga mendapat dua kali lipat dari yang
didapat anak perempuan. Begitu halnya dengan cucu-
cucu yang ditinggalkan, akan gugur jika terdapat
anak laki-laki dan sebagainya. Semua dapat dilihat
dalam ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar hukum warisIslam, yaitu Surat An-Nisa’: 7, 11, 12, dan 176 berisi
ketentuan pembagian waris secara lengkap.
KESIMPULAN
35
Berdasarkan pemaparan di atas oleh peneliti, dapat
diambil kesimpulan bahwa hadits yang diteliti yaitu
hadits Tirmidzi no. 2017 memiliki syahid Abu Hurairah
(Abdur Rahman bin Shakhr) dan selain sahabat di atas
adalah muttabi’nya dan berkedudukan sebagai penguat
dari syahid di atas, sedangkan kualitas sanadnya dha’if.
Karena ada sanad yang masih diragukan periwayatannya
yaitu Syahar bin Hawsyab dan Al Fadlol bin Dalham.
Ilmu faraidh adalah salah satu ilmu yang wajib
dipelajari, karena Rasulullah sendiri secara langsung
memerintahkan umatnya untuk mempelajarinya. Ilmu faraid
sendiri merupakan ilmu yang akan dilupakan padahal yang
pertama kali dihisab. Perintah untuk mempelajari ilmu
faraidh ini datang secara langsung dari Rasulullah.
Hal ini bertujuan mencegah adanya perang saudara karena
perebutan warisan yang dikarenakan tidak mengetahuinya
mereka tentang ilmu pembagian warisan atau bisa disebut
ilmu faraidh.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2012. Kemudahan Dari Allah
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Jakarta: Gema Insani.
Aplikasi Al-Quran Digital
Aplikasi Al-Quran Digital Tafsir Al-Jalalain
Aplikasi Lidwa
Aplikasi Tahdzibul Kamal Fii Asma’il Rijal
Suryadi. 2012. Metodologi Penelitian Hadits. Yogyakarta:
TH-Press.
http://rumahfiqih.com, diakses pada tanggal 6 September2014
37
CURRICULUM VITAE
Nama : Naili Vidya Yulistyana
NIM : 1420410059
TTL : Jepara, 5 Juli 1992
Alamat Rumah : Ds. Karangrandu RT.04 RW. 05 Pecangaan
Jepara
Alamat Kos : Jln. Kusuma Gg. Gendeng Kos Ummul
Mizan
E_mail : [email protected]
CP : 08574954998
38