1 KEHARAMAN SESUATU YANG MEMABUKKAN (Kajian Kritis atas Hadits Sunan Tirmidzi Nomor Hadits: 1788) M A K A L A H (REVISI) DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN HADITS DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Suryadi M.Ag. Oleh: Muhammad Maghfur Amin 09532021 JURUSAN TAFSIR DAN HADITS FAKULTAS USHULUDDIN STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
KEHARAMAN SESUATU YANG MEMABUKKAN
(Kajian Kritis atas Hadits Sunan Tirmidzi Nomor Hadits: 1788)
M A K A L A H
(REVISI)
DISUSUN GUNA MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN HADITS
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Suryadi M.Ag.
Oleh:
Muhammad Maghfur Amin
09532021
JURUSAN TAFSIR DAN HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN
STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hadits tersebut memulai pemahaman bahwa istilah untuk segala sesuatu yang
memabukkan disebut dengan ‟khamr‟. Dari bahan apapun itu, yang memabukkan adalah
khamr dan yang memabukkan itu diharamkan baik sedikit maupun banyak.
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji yang
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu). (QS.Al Ma`idah: 90-91)
Sangat jelas sekali dari firman di atas bahwa sesuatu yang memabukkan itu
(khamr) itu dilarang. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah batasan sesuatu itu
termasuk „memabukkan‟. Apakah illat hukumnya adalah „memabukkan‟ atau memang
zat sesuatu yang memabukkan itu sendiri.
Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang
satu hadits tentang keharaman sesuatu yang memabukkan (khamr). Dalam hal ini yang
akan menjadi objek kajian adalah hadits dalam Sunan Tirmidzi nomor hadits: 1788.
Pembahasan ini sangat penting guna memberikan penjelasan tentang hadis mengenai
status hadis tersebut serta memberikan pemahaman utuh tentang kandungan hadis yang
secara sekilas menyangkut batasan sesuatu yang haram karena memabukkan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hadits Sunan Tirmidzi Nomor Hadits: 1788
Hadits serupa juga ditemukan dalam beberapa kitab dari kutub at-tis‟ah;
Nama kitab Bab Pembahasan No. Hadits
Sunan Abu Dawud Kitab asy-Syurbah 3196
Sunan Ibn Majah Kitab asy-Syurbah 3384
Musnad Ahmad Baqiya Musnad al-Muktsirin 14176
A. Kritik Sanad
1. Skema Sanad (Rowi-rowi jalur Tirmidzi)1
Nama-nama perawi
1. Rawi I : Jabir Ibn Abdillah,
1 CD Maushu‟ah Hadits Syarif
Jabir Ibn Abdillah
Muhammad Ibn al-Munkadir
Dawud Ibn Bakr
Ismail Ibn Ja’far
Ali ibnHujr Qutaibah
Tirmidzi
4
2. Rawi II : Muhammad Ibn al-Munkadir,
3. Rawi III : Dawud Ibn Bakr,
4. Rawi IV : Ismail Ibn Ja‟far,
5. Rawi V : Ali Ibn Hujr dan Qutaibah
6. Rawi VI : at-Tirmidzi
2. I’tibar Sanad
Skema di atas menunjukkan tidak ada Muttabi‟ untuk Rowi pertama hingga
keempat; Jabir Ibn Abdillah, Muhammad Ibn al-Munkadir, Dawud Ibn Bakr dan Ismail
Ibn Ja‟far.Kemudian pada jalur periwayatan setelahnya, diriwayatkan oleh dua Rowi yang
masing-masing salah satunya disebut dengan istilah Muttabi‟ yakni oleh Ali Ibn Jurch
dan Qutaibah. Dari kedua periwayat inilah Imam at-Tirmidzi menerima hadits tersebut.
Jika disimpulkan dari jalur sanad yang demikian ini, hadits tersebut merupakan
hadits ahad.
3. Kualitas Masing-masing Perawi
a. At Tirmidzi
Nama lengkap beliau adalah Abu „Isa Muhammad ibn „Isa ibn Saurah ibn Musa
ibn al-Dahhak al-Sulami al-Bugi al-Tirmidzi.2 Lahir pada tahun 209 H, wafat pada malam
senin tanggal 13 rajab tahun 279 H.3
Adapun guru-guru beliau diantaranya adalah Ishaq bin Ruhawaih, Mahmud bin
Ghailan, Yusuf bin „Isa, Qutaibah bin Sa‟id, „Ali bin Hujr, dan lainnya. Murid-
muridbeliau diantaranya adalah Abu Bakar Ahmad bin Isma‟il al-Samarqandi, Abu
Hamid Ahmad bin „Abdullah, Ibn Yusuf al-Nasafi, al-Husain bin Yunus, dan lainnya.4
Mengenai penilaian ulama terhadap beliau, Abu Ya‟la al Khalili berkata,
“Tirmidzi tsiqah dan muttafaq alaih.5 Ibnu Hibban dalam kitabnya al Tsiqat menyebutkan
bahwa at Tirmidzi adalah ulama pengumpul hadis, pengarang kitab, penghafal hadis, dan