PENELITIAN HADITS FARA’ID TIRMIDZI 2017 Disusun guna memenuhi tugas ujian akhir semester matakuliah Hadits dosen pengampu Prof. Dr. Suryadi, MA Disusun oleh: NAILI VIDYA YULISTYANA 1420410059 KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB PRODI PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENELITIAN HADITS FARA’ID
TIRMIDZI 2017
Disusun guna memenuhi tugas ujian akhir semester
matakuliah Hadits
dosen pengampu Prof. Dr. Suryadi, MA
Disusun oleh:
NAILI VIDYA YULISTYANA
1420410059
KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
PRODI PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
PENDAHULUAN
Dalam proses penelitian Hadits, hal yang sering
dan selalu dilakukan oleh peneliti hadits adalah
melakukan pendekatan dalam pengkajiannya. Di antaranya
adalah kajian penelitian yang tidak hanya pada kritik
historis, namun dalam kajian-kajian lainnya juga yaitu
kajian linguistik, kajian tematis komprehensif,
kemudian kajian konfirmatif, kajian realis historis dan
kritik praksis. Pada dasarnya penelitian hadits ini
merupakan bagian kegiatan untuk membuktikan
keontentisitasan hadits, sehingga kita bisa mengetahui
sebuah hadits yang kita teliti, apakah hadits tersebut
shahih, hasan atau dhaif.
Hadits yang peneliti kaji adalah hadits yang
diriwayatkan oleh imam Tirmidzi yaitu hadits no. 2017.
Hadits ini menerangkan bahwa pentingnya mempelajari
ilmu farai’d. Ilmu fara’id adalah ilmu tentang
pembagian warisan. Dimana ilmu ini masih sangat kurang
digunakan oleh masyarakat umum karena kurangnya
pengetahuan mereka dan sifat menyepelekan hal-hal yang
bersifat pembagian warisan.
2
Oleh karena itu, dalam makalah ini peneliti
mencoba untuk mengkaji secara sistematis tentang hadits
tersebut, mulai dari kritik historis, kajian
linguistik, kajian tematis komprehensif, kemudian
kajian konfirmatif, kajian realis historis dan kritik
praksis.
PEMBAHASAN
Hadits penelitian riwayat imam Tirmidzi no. 2017 adalah
sebagai berikut:
هر ن� ش���� وف� ع� ا ع�� ن� ث�� د هم ح��� ن� دل� ل ب�! ض��� ف� ا ال� ن� ث�� د دي) ح��� س��� م الأ+ اس�� ق/ ن� ال� د ب�! م�� ح ا م� ن� ث�� د ل ح��� ن� واص��� لى ب�! ع� د الأ+ �� ن! ا ع� ن� ث�� د ح���وا م�� ل ض� وع� ف���رائ�+ ن� وال� Aف/��را وا ال� م�� عل م ت�/ ل ه وس��� �� لي) ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل ال رس��� ال ق�/�� رة/ ق�/�� ��(Qي ر ي) ه� ب�! ن� ا+ ب! ع� وش���� ح� ن� ب�!
وض� ب! ق/ ي) م� � ب[ ا اس ق�� ال�ن�3
(TIRMIDZI - 2017) : Telah menceritakan kepada kami 'Abdul A'la
bin Washil; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Qasim Al
Asadi; telah menceritakan kepada kami Al Fadhl bin Dalham; telah
menceritakan kepada kami 'Auf dari Syahr bin Hausyab dari Abu Hurairah
dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pelajarilah Al Qur`an dan fara`idl dan ajarkanlah kepada manusia
karena aku akan meninggal."
Penelitian hadits ini bertujuan salah satunya
adalah mengetahui penguat daripada hadits di atas,
berikut di bawah ini dapat dilihat ada sebuah hadits
yang menjadi penguatnya.
a) Takhrijul Hadits
Dapat dilihat penguat hadits yang diteliti, yaitu
pada hadits Darimi -223.
ال ال ق�/� �ر ق�/� ج! ل ه� ه�� ن� ا+ اي�!ر م� � ن� ح�! مان� ب�! لي) ه س�� ال ل� ق/ ل ت�) ن� رح�! ا عوف� ع� ن� ث�� د م ح� ث� هي) ن� ال� مان� ب�! ي� ا ع� ن�� ر ب! خ� ا+ض� ف����رائ�+ وا ال� م��� عل اس ت�/ وة ال�ن���� م��� ل علم وع� وا ال� م��� عل م ت�/ ل ه وس���� ��� لي) ع� ى اهلل ل ص���� ول اهلل ال لي) رس���� عود ق�/��� س��� ن� م� اب�!
dan qaala. Hal itu berarti terdapat perbedaan metode
periwayatan yang digunakan oleh para periwayat dalam
sanad hadits tersebut.
Penelitian sanad dapat dilihat dari segi perawinya
beserta komentar para ulama terhadapnya sebagai
berikut:3
1) Abdur Rahman bin Shakhr
Kalangan : sahabat
Kuniyah : Abu Hurairah
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 57 H
Ulama Ibnu Hajar al ‘Asqalani memberi komentar
sahabat kepada Abu Hurairah karena hadits yang beliau
riwayatkan.
Guru yang pernah mengajar Abdur Rahman bin Shakhr
diantaranya yaitu Basyar bin Lakhiq Ar Raqqiy, Ja’far
bin Burqan, Syaiban bin ‘Abdur Rahman An Nahwi,
Tolhah bin Zaid Arraqiy, dan waqis Bin Robi’.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau yaitu anak dari Abdul Salam bin Abdul Rahman
Al Wabishiy.4
2) Syahar bin Hawsyab
3 Ibid.4 Lihat Aplikasi Tahdzibul Kamal Fii Asma’il Rijal
10
Kalangan : Tabi’in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu sa’id
Negeri semasa hidup : Syam
Wafat : 100 H
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Musa bin Harun
yang memberi komentar dlaif, An Nasa’i berkomentar laisa
bi qowi, Ahmad bin Hambal berkomentar laisa bihi ba’s,
Hakim berkomentar laisa bi qowi, Al Baihaqi berkomentar
dlaif, kemudian Ibnu Hazm berkomentar saqith, Ibnu ‘Adi
berkomentar dlaif jiddan, dan Ibnu Hajar Al Atsqalani
berkomentar Shaduuq tapi punya keragu-raguan.
Guru yang pernah mengajar Syahar bin Hawsyab
diantaranya yaitu Bilal Al Muadzzin, Tamim Ad Dariy,
Tsauban Maula Rasulullah SAW, Jabar bin ‘Abdullah Al
Anshoriy dan Jarir bin Abdullah Al Bajaliy.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu Aban bin Sholih, Aban bin
Shom’ah, Ibrahim bin Khanan Al Azdiy dan Ibrahim bin
Abdur Rahman Assyaibaniy.5
3) Auf bin Abi Jamilah
Kalangan : Tabi’in (tidak jumpa sahabat)
Kuniyah : Abu sahal
Negeri semasa hidup : Bashrah5 Ibid
11
Wafat : 146 H
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Ahmad bin Hambal
yang memberi komentar tsiqah, Yahya bin Ma’in
berkomentar tsiqah, An nasa’i berkomentar tsiqah,
kemudian Abu Hatim berkomentar shaduuq, dan Muhammad
bin Sa’ad berkomentar tsiqaat.
Guru yang pernah mengajar Auf bin Abi Jamilah
diantaranya yaitu Ishaq bin Suwaid Al ‘Adawiy, Hasan
Al Bashriy, Hakim Al Atsram dan Hamzah Abi Umar Al
‘Aidzi.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu Ishaq bin Yusuf Al Azraq,
Ismail bin ‘Ulaih, Basyir bin Mufadhil, Ja’far bin
Sulaiman Addhuba’i dan Abu Usamah Khammad bin
Usamah.6
4) Al Fadlol bin Dalham
Kalangan : Tabi’ul Atba’ kalangan
pertengahan
Kuniyah : -
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : -
6 Ibid
12
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Abu Daud yang
memberi komentar laisa bi qowi, Abu Hatim berkomentar
shalihul hadits, Al Azdi berkomentar dlaif jiddan, kemudian
Ibnu hajar al ‘asqalani berkomentar layyin, dan Ibnu
Hajar Al ‘Asqalani berkomentar tertuduh seorang
mu’tazilah.
Guru yang pernah mengajar Al Fadlol bin Dalham
diantaranya yaitu Tsabit Al Bunaniy, Hasan Al
Bashriy, ‘Auf Al A’rabiy, Qatadah, Muhammad bin
Sairin, dan Abi Nadhroh Al ‘Abdiy.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu ‘Abdullah bin Al Mubarok,
Muhammad bin Kholid Al Wahbiy, Muhammad bin Al Qasim
Al Asadiy, Hisyam bin Al Walid Al Makhzumiy dan Yazid
bin Harun.7
5) Muhammad bin Al Qasim Al Asadi
Kalangan : Tabi’ut tbi’in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Ibrahim
Negeri semasa hidup : Kuffah
Wafat : 207 H
7 Ibid
13
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu An Nasa’i yang
memberi komentar laisa bi tsiqah, Ad Daruquthni
berkomentar kadzaab, Al Azdi berkomentar matruk,
kemudian Albaghowi berkomentar dila’iful hadits,
selanjutnya Ibnu Hajar al ‘Asqalani berkomentar
mereka mendustakannya dan Adz Dzahabi mengomentari
mereka mendhaifkannya.
Guru yang pernah mengajar Muhammad bin Al Qasim
Al Asadi diantaranya yaitu Tsaur bin Yazid Ar
Rakhabiy, Ja’far bin Burqon, Robi’ bin Shobikh,
Zuhair bin Mu’awiyah dan Sa’id bin ‘Ubaid at Thaiy.
Dan adapun murid yang pernah belajar dengan
beliau diantaranya yaitu Ibrahim bin Musa Ar Raziy,
Ahmad bin ‘Abdullah bin Yunus Al Yarbu’iy, dan Ahmad
bin Muhammad bin Yahya At Thalkhiy.8
6) Abdul A’laa Bin Washil Bin ‘Abdul A’laa
Kalangan : Tabi’ul Atba’ kalangan tua
Kuniyah : -
Negeri semasa hidup : Kuffah
Wafat : 247 H
Banyak para ulama berkomentar seputar hadits yang
beliau riwayatkan, diantaranya yaitu Abu Hatim yang
memberi komentar shaduuq, An Nasa’i berkomentar tsiqah,8 Ibid
14
Ibnu Hibban berkomentar disebutkan dalam ‘ats tsiqaat,
kemudian Ad Daruquthni berkomentar tsiqah, selanjutnya
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani berkomentar tsiqah dan Adz
Dzahabi mengomentari sebagai tsiqah.
7) Tirmidzi
Nama Lengkap : Muhammad ibn Isa Ibn Saurah ibn Musa
ibn Al-Dahhak atauIbn Al-Sakkan Al-
Sulami, atau Abu Isa At-Tirmidzi (209-
279 H).
Guru : Qutaibah bin Sa’id, Ishaq
bin Musa, Mahmud bin Ghailan, Ali bin
Hajar, Muhammad bin Basyar, Sufyan bin
Waki’, Muhammad bin Ismail Bukhari.
Murid : Abu Hamid Ahmad bin Abdullah
bin Daud Al-Marwazi Al-Tajir, Al-asim
bin Kalib Al-Syasyi, Muhammad bin
Mahbub, Mahmud bin Numair.
Al-Khalili berpendapat dia (tirmidzi) itu tsiqah
muttafaq alaih. Ibn Hibban dalam kitab Al-Siqat
mengatakan At-Tirmidzi adalah ulama pengumpul hadits,
penyusun kitab, penghafal hadits, dan sering
berdiskusi dengan para ulama’. Kemudian Al-Hakim Abu
Abdallah berkata saya mendengar umar ibn Akk berkata:
Imam Bukhari wafat dan tidak meninggalkan seorang
ulama penggantinya di khurasan seperti Abu Isa At-
15
Tirmidzi di bidang ilmu, kekuatan hafalan, dan
kezuhudannya.
Jadi, berdasarkan penelitian sanad di atas dapat
disimpulkan bahwa sanad hadits tersebut adalah dhaif.
Karena ada sanad yang diragukan periwayatannya yaitu
Syahar bin Hawsyab dan Al Fadlol bin Dalham.
2. Kajian Linguistik
Kajian dengan penggunaan prosedur-prosedur
gramatikal bahasa Arab. Setiap teks hadits harus
ditafsirkan dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab.
Dari segi semantik
وض� ب�����! berasal dari kata م�ق/ ض� ب! -yang menurut kamus al ق�/munawwir artinya menggenggam, sedangkan وض� ب���! artinya م�ق/yang digenggam, jika dilihat dari segi arti pada
hadits tidaklah berarti demikian. Akan tetapi berarti
ادله/ ه/ ع� ض� (Qئ �ر و ف� مه/ ا+ ائ�+ ه/ ق�/ ي� و ش� مه/ ا+ ك ج ه/ م� ن�) Aل ا ض� هو ف�� كÏ ف�� ل� وي د� س�Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Amr bin As Sarh, telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku
Abdurrahman bin Ziyad dari Abdurrahman bin Rafi' At Tanukhi, dari
Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkata: "Ilmu ada tiga, dan yang selain itu adalah
kelebihan, yaitu; ayat muhkamah (yang jelas penjelasannya dan tidak
19
dihapuskan), atau sunah yang shahih, atau faraidh (pembagian
warisan) yang adil."
Berdasarkan arti dari hadits di atas, dapat dilihat
memang hadits tersebut setema dengan hadits yang
diteliti oleh peneliti. Dimana hadits di atas juga
memberi keterangan bahwa penting untuk mempelajari
ilmu fara’id karena ilmu fara’id adalah salah satu