1Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan I di Program
Studi Teknik Arsitektur Fakultas Tenik USU Medan dengan Bimbingan Dr.Wahyu Utami , ST,MT 2Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email :
[email protected] 3Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email :
[email protected] 4Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email :
PENATAAN ULANG KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH TEPI
SUNGAI1
( Studi Kasus : Pemukiman Kumuh Badur Bawah )
Dina Purnama2
Putri Indah Sari3
Destia Farahdina4
Abstrak
Pemukiman Badur Bawah merupakan salah satu pemukiman kumuh di kota Medan, tepatnya di sepanjang sungai
Deli di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimoon. Pemukiman yang tidak tertata, padatnya penduduk dan
pembuangan air limbah domestik ( rumah tangga ) tidak pada tempatnya inilah yang menyebabkan kawasan ini
cenderung kumuh. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diberikan deskripsi tentang permasalahan yang terjadi
serta solusinya untuk membuat sistem sanitasi yang paling baik untuk kawasan pemukiman bantaran sungai untuk
menciptakan kawasan lingkungan yang sehat dan nyaman dan menentukan konsep penataan ulang hunian dengan
model konsolidasi tanah yang sesuai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sesuai dengan peraturan
daerah di kawasan pemukiman. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
yaitu data yang di peroleh melalui wawancara/kuisoner dan observasi lapangan dengan mengamati secara langsung
prilaku dan aktifitas sehari-hari dari penduduk Badur Bawah untuk mendapatkan gambaran fisik pemukiman yang
ada. Hasil analisis yang dilakukan dengan tujuan penataan ulang kawasan dengan konsep konsolidasi tanah ini telah
mengetahui karakteristik hunian penduduk yaitu memperlihatkan orientasi bangunan membelakangi sungai,
minimnya saluran pembuangan dan kurangnya ruang komunal dan area terbuka hijau. Solusi untuk permasalahan
yang ada melalui penataan ulang kawasan pemukiman Badur Bawah dengan menyediakan hunian yang layak,
hunian-hunian yang beragam sesuai kebutuhan dan pendapatan penduduk dan memanfaatkan garis sempadan sungai
sebagai area terbuka hijau untuk aktifitas sosial dan interaksi antar sesama penghuni untuk memperkuat rasa
kebersamaan sehingga timbul keinginan dari penduduk untuk melindungi, menjaga keamanan dan kenyamanan
lingkungan tempat tinggalnya khususnya kebersihan sungai Deli.
Kata Kunci : Pemukiman Badur Bawah, , Penataan Ulang Pemukiman
Abstract
The Badur Bawah settlement is one of the slums in the city of Medan, precisely along the Deli river in the
Village Hamdan district of Medan Maimoon. Settlements are not organized, density of population and
disposal of domestic waste water (household) are not in place that causes this region tend to be slum. Therefore, in this study will be given a description of the problems encountered and solutions to make the
most good sanitation systems for residential areas along the river to create a region that is healthy and
comfortable environment and define the concept of restructuring residential with land consolidation
model appropriate social conditions , economic, and cultural communities in accordance with local
regulations in settlements. The method used in this research is descriptive qualitative that is data obtained
through interviews / questionnaires and field observations by directly observing the behavior and daily
activities of residents Badur Bawah to get a physical description of existing settlements.The solution to the
existing problems through residential areas reordering of Badur Bawah of providing decent housing,
residential housing and income vary according to the needs of the population and utilize the demarcation
line of the river as a green open area for social activities and interaction among fellow residents to
strengthen the sense of community that arises the desire of residents to protect, maintain the security and
comfort of residence environment, especially the cleanliness of the river Deli.
Keywords : Badur Bawah Settlement, , Restructuring Settlements
1. Latar Belakang
Fenomena tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk secara umum berdampak pada
persoalan-persoalan yang dihadapi kota-kota di
Indonesia termasuk Kota Medan. Kondisi ini
menyebabkan meningkatnya permintaan
terhadap pemukiman. Pada proses pembangunan
oleh sektor non-formal mengakibatkan
munculnya lingkungan perumahan kumuh yang
padat,tidak teratur, dan tidak memiliki sarana
dan prasarana lingkungan yang memenuhi
standar teknis dan kesehatan (Yudohusodo
1991:331). Merujuk pada permasalahan
permukiman kumuh tersebut, maka diperlukan
strategi yang mampu mengurangi atau bahkan
menghilangkan kekumuhan pada lingkungan
permukiman bantaran sungai. Salah satu caranya
dengan model konsolidasi lahan/tanah ( Land
consolidation).
Konsolidasi tanah hakekatnya adalah
kebijaksanaan pembangunan daerah, untuk
menata bagian wilayahnya yang tidak teratur
menjadi teratur sesuai rencana Tata Ruang
Daerah. Secara operasional, konsolidasi tanah
ini digunakan untuk menata pertanahan dalam
rangka mengakomodasikan kegiatan-kegiatan
pembangunan di perkotaan yang menuntut
terwujudnya suatu bidang/persil tanah yang
tertib dan teratur sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Kota ( Anonim A, 2008, Himpunan
Peraturan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di
Indonesia Jilid I, Badan Pertanahan Nasional ).
Objek penelitian yang diambil di kawasan
bantaran sungai tepatnya di pemukiman
bantaran sungai Deli di Jalan Badur Kelurahan
Hamdan Kecamatan Medan Maimoon. Kawasan
ini dipilih karena pola kawasan pemukiman ini
mengarah pada kekumuhan, sehingga
dibutuhkannya peremajaan dengan cara model
konsolidasi tanah ( Land consolidation ).
Penelitian ini bertujuan untuk
Mengidentifikasi kawasan permukiman daerah
aliran sungai di Badur Bawah, meneliti pola
prilaku masyarakat sekitar, Mengetahui sistem
sanitasi yang paling baik untuk kawasan
permukiman bantaran sungai untuk menciptakan
kawasan lingkungan bantaran yang sehat dan
nyaman dan menentukan konsep penataan ulang
hunian dengan model konsolidasi tanah yang
sesuai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat sesuai dengan peraturan daerah di
kawasan permukiman.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu
data yang di peroleh melalui
wawancara/kuisoner dan observasi lapangan
dengan mengamati secara langsung prilaku dan
aktifitas sehari-hari dari penduduk Badur Bawah
untuk mendapatkan gambaran fisik pemukiman
yang ada dan Studi Dokumentasi dimana studi
ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku
dan literatur , hasil-hasil penelitian , catatan
tertulis dan sebagainya khusunya berkaitan
dengan masalah-masalah yang ada di
pemukiman kumuh bantaran sungai.
3. Tinjauan Pustaka
Dalam perkembangannya pertumbuhan
permukiman kumuh ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Constantinos
A.Doxiadis (1968), disebutkan bahwa
pertumbuhan permukiman kumuh dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah
Growth of density (pertambahan penduduk)
yaitu dengan adanya pertambahan jumlah
penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya
pertambahan jumlah keluarga, maka akan
membawa masalah baru. Secara manusiawi
mereka ingin menempati rumah milik mereka
sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah
jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman
tersebut yang menyebabkan pertumbuhan
perumahan pemukiman.
Ciri dari permukiman kumuh adalah
permukiman dengan tingkat hunian dan
kepadatan bangunan yang sangat tinggi,
bangunan tidak teratur, kualitas rumah yang
sangat rendah. Selain itu tidak memadainya
prasarana dan sarana dasar seperti air minum,
jalan, air limbah dan sampah ( Sinulingga, 2005
).
3.1. Pemukiman Kumuh Tepi Sungai
Pemukiman Kumuh Tepi Sungai merupakan
permukiman kumuh yang berada di diluar Garis
Sempadan Sungai (GSS). Permukiman kumuh
tepian sungai ini dapat dibedakan menjadi 2
(dua) tipe. Tipe pertama apa bila sungai yang
bersangkutan mempunyai tanggul, maka dengan
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
lingkungan pemukiman yang dimaksud terletak
sekurang - kurangnya 5 (lima) meter sepanjang
kaki tanggul sedangkan untuk sungai tidak
bertanggul, letak permukiman yang dimaksud
berada diluar sempadan sungai yang lebarnya
ditetapkan oleh pemerintah setempat. Demikian
juga permukiman untuk sungai yang bertanggul
dan tidak bertanggul, yang berada diwilayah
perkotaan, letak permukiman yang dimaksud
berada di luar sempadan garis sempadan sungai
yang lebarya ditetapkan oleh pemerintah
setempat.
3.2. Konsolidasi Tanah
Konsolidasi tanah menurut Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun
1991 merupakan kebijaksanaan pertanahan
mengenai penataan kembali penguasaan dan
penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah
untuk kepentingan pembangunan, untuk
meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumber daya alam dengan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Anonim
A, 2008, Himpunan Peraturan Pelaksanaan
Konsolidasi Tanah di Indonesia Jilid 1, Badan
Pertanahan Nasional).
3.3. Tujuan Konsolidasi Tanah
Konsolidasi tanah bertujuan untuk
memanfaatkan tanah secara optimal, seimbang,
dan lestari dengan meningkatkan efisiensi
penggunaan tanah di wilayah perkotaan dan
meningkatkan produktifitas penggunaan tanah di
wilayah pedesaan. Peningkatan yang demikian
itu mengarah kepada tercapainya suatu tatanan
penggunaan dan penguasaan yang tertib dan
teratur. berikut (Anonim A, 2008, Himpunan
Peraturan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di
Indonesia Jilid 1, Badan Pertanahan Nasional).
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Gambaran Wilayah Penelitian
Pemukiman Badur Bawah terletak di Jalan
Badur Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan
Maimoon. Asal mula nama badur bawah ini
karena lokasinya terletak di Jalan Badur, dan
badur bawah merupakan penamaan dari para
penduduk yang sudah lama tinggal di daerah ini
yang duluya merupakan daerah pinggiran sungai
tanpa ada rumah-rumah seperti sekarang ini.
Nama badur bawah ini juga di karenakan posisi
permukiman ini terletak di bawah jalan badur.
Kampung Badur Bawah memiliki daerah
yang tidak luas. Kampung Badur Bawah terlihat
cukup padat terlihat dari keadaan huniannya
yang tidak beraturan. Berdasarkan data yang di
peroleh kepala lingkungan Kampung Baru,
jumlah penduduk yang mendiami daerah ini
adalah 286 jiwa dengan 217 KK yang menepati
150 unit rumah.
4.2. Karakteristik Pemukiman Badur
Bawah
Penduduk Badur Bawah memanfaatkan
beberapa kegiatan di sungai akibat kurangnya
fasilitas kamar mandi di lingkungan tempat
tinggal. Dari sekitar 150 rumah, fasilitas kamar
mandi hanya ada 5 buah yang beberapa
diantaranya mengutip biaya sehingga
kebanyakan penduduk memilih sungai sebagai
fasilitas umum.
Gambar 1. Peta Permukiman Badur Bawah
( sumber : google earth )
Gambar 2. Kegiatan warga di sungai
( Sumber : Survey Peneliti )
a. Kepadatan dan Tampilan Bangunan
Pemukiman di lingkungan badur bawah
adalah permukiman kumuh di tepi sungai Deli.
Jumlah kepala keluarga yang berada di
lingkungan tersebut sekitar 217. Padatnya
permukiman diakibatkan banyaknya masyarakat
yang ingin memiliki hunian di kota yang tidak di
imbangi dengan tingginya daya beli. Rata-rata
rumah penduduk berbahan dasar kayu, sebagian
lagi menggunakan dinding bata. Berdasarkan
penelitian, rumah-rumah di lingkungan badur
bawah sangat berdempetan. Ukuran setiap
rumahnya terlalu sempit bagi keluarga yang
tinggal di dalamnya. Tidak ada spasi di antara
rumah-rumah tersebut.
b. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Dari segi sosial dan ekonominya, penduduk
badur bawah ini tergolong masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Sebagian besar
masyarakat sekitar memiliki pekerjaan tetap dan
ada sebagian juga warga yang bekerja serabutan
dengan memanfaatkan kesempatan yang ada,
dimana warung-warung kecil yang merupakan
bagian kegiatan ekonomi masyarakat
bermunculan di kawasan ini.
Gambar 2. Kegiatan warga di sungai
( Sumber : Survey Peneliti )
Gambar 3. Kegiatan mandi dan mencuci di
Sungai
( Sumber : Survey Peneliti )
Gambar 4. Peta kepadatan bangunan
( sumber : Analisa Peneliti )
Gambar 5. Tampilan bangunan Pemukiman Badur
Bawah
( sumber : Survey Peneliti )
Gambar 7. Warung Kecil sebagai mata
pencaharian penduduk
( sumber : Survey Peneliti )
Gambar 6. Warung jajan yang terdapat di
hunian rumah
( sumber : Survey Peneliti )
Gambar 4. Peta kepadatan bangunan
( sumber : Analisa Peneliti )
c. Kondisi Jalan
d. Utilitas
Untuk saluran drainase di kawasan Badur
Bawah , rata-rata seluruh rumah membuangnya
ke sungai melalui parit-parit kecil yang langsung
ke sungai. Karena minimnya masyarakat yang
memiliki mck pribadi di rumahnya, parit-parit
untuk saluran drainase ini tidak teralau banyak.
Begitu pula unutk pengolahan air kotor
Pada permukiman kumuh Badur Bawah Karena
lokasinya di pinggirannya sungai maka warga
memanfaatkan sungai untuk kebutuhan mereka
seperti mandi, mencuci dan buang air, untuk itu
saluran air limbah tidak tersedia karena warga
langsung menggunakan sungai untuk beberapa
kebutuhan yang sudah di sebutkan di atas. Untuk
kebutuhan memasak dan mencuci sayuran
penduduk badur bawah menggunakan air PAM,
akan tetapi tidak semua warga yang memakai
jasa PAM ini dikarenakan faktor ekonomi.
Untuk warga yang tidak memiliki air PAM
dirumahnya mereka membeli air bersih dari
tetangganya untuk kebutuhan sehari-hari.
Grafik. Sumber air bersih
4.3. Rekomendasi Desain
4.3.1. Konsep Desain
Konsep utama penataan pemukimaan
kumuh Badur Bawah adalah :
Kenyamanan = memberi ruang untuk
hunian yang lebih layak untuk di tinggali,
dengan cara penataan hunian yang padat
yang tidak teratur, tidak sehat dan
kurangnya pencahayaan, memberi GSS
untuk area hijau. Kebersamaan = perubahan sikap terhadap
lingkungana dimana orientasi mengahadap
sungai, memberi ruang hijau untuk aktifitas
dan interaksi sesama masyarakat.
Memiliki = karena terciptanya kebersamaan
dan kenyamaan warga harus memiliki rasa
kepedulian terhadap ruang lingkupnya
terutama pada sungai Deli dengan
Penerapan GSS.
05
10152025
Sumber air bersih
Sumber airbersih
Gambar 8. Jalan Badur dengan lebar 5 m
( sumber : Survey Peneliti )
Gambar 9. Jalan Badur Bawah dengan lebar 1.5 m
( sumber : Survey Peneliti )
Gambar 10. Saluran Drainase di Badur Bawah
( sumber : Survey Peneliti )
4.3.2. Rencana Tapak
Zona A
Zona A merupakan GSS yang dijadikan area
terbuka hijau dan sebagai daerah resapan air
hujan dan di fungsikan sebagai ruang sosial
warga.
Zona B
Zona B merupakan unit hunian warga
setelah ditata dengan mempertimbangkan
karakteristik hunian yang layak ditata secara dan
keamanan hunian.
4.3.3. Konsep Pola Massa Bangunan
Konsep penataan massa bangunan ini
terbagi atas tiga zona, yaitu :
Zona Hunian
Terdiri atas hunian warga dengan berbagai
type hunian, dan hunian dibuat secara vertikal.
Zona Fasilitas Umum
Fasilitas yang terdiri atas tempat ibadah
seperti musholla, balai warga ,toilet bersama,
untuk kegiatan nyuci atau MCK, ruang komunal
sebagai fasilitas yang dapat mendukung kegiatan
warga.
Zona Publik dan Area Terbuka Hijau
Garis sempadan sungai sebagai daerah
resapan air hujan juga sebagai area terbuka
hijau.
4.3.4. Penghijauan
Gambar 11. Pembagian Zoning perancangan
tapak Kawasan Pemukiman Badur Bawah
( Sumber : Analisa Peneliti )
Gambar 12. Konsep Pembagian Zoning
perancangan tapak Kawasan
( Sumber : Analisa Peneliti )
Gambar 13. Pembagian zona kawasan
( sumber : Analisa Peneliti )
Gambar 14. Konsep Zona Pembagian Massa
Bangunan
Gambar 14. Konsep Zona Pembagian Massa
Bangunan
( Sumber : Analisa Peneliti )
Gambar 14. Konsep Zona Pembagian Massa
Bangunan
( Sumber : Analisa Peneliti )
Gambar 15 . Konsep Pembagian Zona Hunian
( Sumber : Analisa Peneliti )
4.3.5. Konsep Bangunan
a. Massa bangunan dengan pola solid agar
memudahkan mendapat ruang-ruang yang
dapat dimanfaatkan sebagai ruang komunal.
b. Orientasi bangunan dominan menghadap
sungai deli , agar mendapatkan pencahayaan
yang maksimal dan arah ketimur untuk
menyikapi terhadap hunian tetangga.
c. Material yang digunakan adalah batu bata
merah, batu alam dan batu bata ekspos
4.3.6. Bentuk dan Type Hunian
a. Type Hunian 1 lantai 4x4 m2
b. Type Hunian Berlantai 2 4x4 m2
c. Type Hunian 2 Lantai 6x6 m2
d. Type Hunian + Warung Jajan 2 Lantai
6x6 m2
e. Type Hunian 3 Lantai 8x6 m2
f. Type Hunian Rusunawa 3 lantai 12x20
m2
4.3.7. Sarana dan Fasilitas
4.3.8. Konsep Utilitas
Untuk utilitas pembuangan limbah pada
setiap unit hunian dengan cara menggunakan
tangki septik komunal agar limbah tidak
langsung mengotori sungai Deli. Tangki septik
Musholla untuk tempat ibadah dan aktifitas
keagamaan
Toilet umum untuk kegiatan MCK
Ruang Komunal untuk berinteraksi warga
Balai warga yang digunakan untuk
musyawarah warga dan keorganisasian
warga
komunal adalah program pemerintah yang biasa
dipakai untuk permasalahan di pemukiman
kumuh tepi sungai.
Diagram Ilustrasi Sistem Sanitasi
5. Kesimpulan dan Saran
Untuk mencegah terjadinya kerusakan
sungai lebih lanjut maka dalam penelitian ini
rekomendasi yang dilakukan yaitu penataan
ulang Kawasan Badur Bawah dengan cara
mengkaji penanganan kawasan permukiman
kumuh pinggir sungai sesuai dengan kebijakan
Pemerintah dalam penanganan Tata Ruang Kota
Medan dengan tujuan terciptanya lingkungan
yang sehat dan lebih baik.
Rumah susun menjadi salah satu solusi yang
diberikan pada pemukiman Badur Bawah
Karena keterbatasan lahan yang tersedia.
Daftar Pustaka
[1]. Indah Gustina : Implementasi Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (
P2PK )., 2008. Pedoman Perencanaan,MCK
NMC CSRRP. DI Yogyakarta : Central Java and
West Java
[2]. Kementerian Negara Perumahan
Rakyat.2010. Penanganan Lingkungan
Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
Kawasan (PLP2K-BK). Jakarta
[3]. Direktorat Pengembangan Permukiman
Direktorat Jendral Cipta Karya.2006. Pedoman
Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Daerah Penyangga Kota Metropolotan. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 16 . Konsep utilitas pada hunian Badur
bawah
( Sumber : Analisa Peneliti )
Gambar 17 . Pemetaan utilitas di Pemukiman
Badur Bawah
( Sumber : Analisa Peneliti )