Top Banner
1 Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan I di Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Tenik USU Medan dengan Bimbingan Dr.Wahyu Utami , ST,MT 2 Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email : [email protected] 3 Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email : [email protected] 4 Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email : [email protected] PENATAAN ULANG KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH TEPI SUNGAI 1 ( Studi Kasus : Pemukiman Kumuh Badur Bawah ) Dina Purnama 2 Putri Indah Sari 3 Destia Farahdina 4 Abstrak Pemukiman Badur Bawah merupakan salah satu pemukiman kumuh di kota Medan, tepatnya di sepanjang sungai Deli di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimoon. Pemukiman yang tidak tertata, padatnya penduduk dan pembuangan air limbah domestik ( rumah tangga ) tidak pada tempatnya inilah yang menyebabkan kawasan ini cenderung kumuh. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diberikan deskripsi tentang permasalahan yang terjadi serta solusinya untuk membuat sistem sanitasi yang paling baik untuk kawasan pemukiman bantaran sungai untuk menciptakan kawasan lingkungan yang sehat dan nyaman dan menentukan konsep penataan ulang hunian dengan model konsolidasi tanah yang sesuai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sesuai dengan peraturan daerah di kawasan pemukiman. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu data yang di peroleh melalui wawancara/kuisoner dan observasi lapangan dengan mengamati secara langsung prilaku dan aktifitas sehari-hari dari penduduk Badur Bawah untuk mendapatkan gambaran fisik pemukiman yang ada. Hasil analisis yang dilakukan dengan tujuan penataan ulang kawasan dengan konsep konsolidasi tanah ini telah mengetahui karakteristik hunian penduduk yaitu memperlihatkan orientasi bangunan membelakangi sungai, minimnya saluran pembuangan dan kurangnya ruang komunal dan area terbuka hijau. Solusi untuk permasalahan yang ada melalui penataan ulang kawasan pemukiman Badur Bawah dengan menyediakan hunian yang layak, hunian-hunian yang beragam sesuai kebutuhan dan pendapatan penduduk dan memanfaatkan garis sempadan sungai sebagai area terbuka hijau untuk aktifitas sosial dan interaksi antar sesama penghuni untuk memperkuat rasa kebersamaan sehingga timbul keinginan dari penduduk untuk melindungi, menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan tempat tinggalnya khususnya kebersihan sungai Deli. Kata Kunci : Pemukiman Badur Bawah, , Penataan Ulang Pemukiman Abstract The Badur Bawah settlement is one of the slums in the city of Medan, precisely along the Deli river in the Village Hamdan district of Medan Maimoon. Settlements are not organized, density of population and disposal of domestic waste water (household) are not in place that causes this region tend to be slum. Therefore, in this study will be given a description of the problems encountered and solutions to make the most good sanitation systems for residential areas along the river to create a region that is healthy and comfortable environment and define the concept of restructuring residential with land consolidation model appropriate social conditions , economic, and cultural communities in accordance with local regulations in settlements. The method used in this research is descriptive qualitative that is data obtained through interviews / questionnaires and field observations by directly observing the behavior and daily activities of residents Badur Bawah to get a physical description of existing settlements.The solution to the
9

penataan kawasan pinggir sungai

Mar 20, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: penataan kawasan pinggir sungai

1Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan I di Program

Studi Teknik Arsitektur Fakultas Tenik USU Medan dengan Bimbingan Dr.Wahyu Utami , ST,MT 2Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email :

[email protected] 3Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email :

[email protected] 4Mahasiswa Semester VII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email :

[email protected]

PENATAAN ULANG KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH TEPI

SUNGAI1

( Studi Kasus : Pemukiman Kumuh Badur Bawah )

Dina Purnama2

Putri Indah Sari3

Destia Farahdina4

Abstrak

Pemukiman Badur Bawah merupakan salah satu pemukiman kumuh di kota Medan, tepatnya di sepanjang sungai

Deli di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimoon. Pemukiman yang tidak tertata, padatnya penduduk dan

pembuangan air limbah domestik ( rumah tangga ) tidak pada tempatnya inilah yang menyebabkan kawasan ini

cenderung kumuh. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diberikan deskripsi tentang permasalahan yang terjadi

serta solusinya untuk membuat sistem sanitasi yang paling baik untuk kawasan pemukiman bantaran sungai untuk

menciptakan kawasan lingkungan yang sehat dan nyaman dan menentukan konsep penataan ulang hunian dengan

model konsolidasi tanah yang sesuai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sesuai dengan peraturan

daerah di kawasan pemukiman. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

yaitu data yang di peroleh melalui wawancara/kuisoner dan observasi lapangan dengan mengamati secara langsung

prilaku dan aktifitas sehari-hari dari penduduk Badur Bawah untuk mendapatkan gambaran fisik pemukiman yang

ada. Hasil analisis yang dilakukan dengan tujuan penataan ulang kawasan dengan konsep konsolidasi tanah ini telah

mengetahui karakteristik hunian penduduk yaitu memperlihatkan orientasi bangunan membelakangi sungai,

minimnya saluran pembuangan dan kurangnya ruang komunal dan area terbuka hijau. Solusi untuk permasalahan

yang ada melalui penataan ulang kawasan pemukiman Badur Bawah dengan menyediakan hunian yang layak,

hunian-hunian yang beragam sesuai kebutuhan dan pendapatan penduduk dan memanfaatkan garis sempadan sungai

sebagai area terbuka hijau untuk aktifitas sosial dan interaksi antar sesama penghuni untuk memperkuat rasa

kebersamaan sehingga timbul keinginan dari penduduk untuk melindungi, menjaga keamanan dan kenyamanan

lingkungan tempat tinggalnya khususnya kebersihan sungai Deli.

Kata Kunci : Pemukiman Badur Bawah, , Penataan Ulang Pemukiman

Abstract

The Badur Bawah settlement is one of the slums in the city of Medan, precisely along the Deli river in the

Village Hamdan district of Medan Maimoon. Settlements are not organized, density of population and

disposal of domestic waste water (household) are not in place that causes this region tend to be slum. Therefore, in this study will be given a description of the problems encountered and solutions to make the

most good sanitation systems for residential areas along the river to create a region that is healthy and

comfortable environment and define the concept of restructuring residential with land consolidation

model appropriate social conditions , economic, and cultural communities in accordance with local

regulations in settlements. The method used in this research is descriptive qualitative that is data obtained

through interviews / questionnaires and field observations by directly observing the behavior and daily

activities of residents Badur Bawah to get a physical description of existing settlements.The solution to the

Page 2: penataan kawasan pinggir sungai

existing problems through residential areas reordering of Badur Bawah of providing decent housing,

residential housing and income vary according to the needs of the population and utilize the demarcation

line of the river as a green open area for social activities and interaction among fellow residents to

strengthen the sense of community that arises the desire of residents to protect, maintain the security and

comfort of residence environment, especially the cleanliness of the river Deli.

Keywords : Badur Bawah Settlement, , Restructuring Settlements

1. Latar Belakang

Fenomena tingginya tingkat pertumbuhan

penduduk secara umum berdampak pada

persoalan-persoalan yang dihadapi kota-kota di

Indonesia termasuk Kota Medan. Kondisi ini

menyebabkan meningkatnya permintaan

terhadap pemukiman. Pada proses pembangunan

oleh sektor non-formal mengakibatkan

munculnya lingkungan perumahan kumuh yang

padat,tidak teratur, dan tidak memiliki sarana

dan prasarana lingkungan yang memenuhi

standar teknis dan kesehatan (Yudohusodo

1991:331). Merujuk pada permasalahan

permukiman kumuh tersebut, maka diperlukan

strategi yang mampu mengurangi atau bahkan

menghilangkan kekumuhan pada lingkungan

permukiman bantaran sungai. Salah satu caranya

dengan model konsolidasi lahan/tanah ( Land

consolidation).

Konsolidasi tanah hakekatnya adalah

kebijaksanaan pembangunan daerah, untuk

menata bagian wilayahnya yang tidak teratur

menjadi teratur sesuai rencana Tata Ruang

Daerah. Secara operasional, konsolidasi tanah

ini digunakan untuk menata pertanahan dalam

rangka mengakomodasikan kegiatan-kegiatan

pembangunan di perkotaan yang menuntut

terwujudnya suatu bidang/persil tanah yang

tertib dan teratur sesuai dengan Rencana Tata

Ruang Kota ( Anonim A, 2008, Himpunan

Peraturan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di

Indonesia Jilid I, Badan Pertanahan Nasional ).

Objek penelitian yang diambil di kawasan

bantaran sungai tepatnya di pemukiman

bantaran sungai Deli di Jalan Badur Kelurahan

Hamdan Kecamatan Medan Maimoon. Kawasan

ini dipilih karena pola kawasan pemukiman ini

mengarah pada kekumuhan, sehingga

dibutuhkannya peremajaan dengan cara model

konsolidasi tanah ( Land consolidation ).

Penelitian ini bertujuan untuk

Mengidentifikasi kawasan permukiman daerah

aliran sungai di Badur Bawah, meneliti pola

prilaku masyarakat sekitar, Mengetahui sistem

sanitasi yang paling baik untuk kawasan

permukiman bantaran sungai untuk menciptakan

kawasan lingkungan bantaran yang sehat dan

nyaman dan menentukan konsep penataan ulang

hunian dengan model konsolidasi tanah yang

sesuai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya

masyarakat sesuai dengan peraturan daerah di

kawasan permukiman.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu

data yang di peroleh melalui

wawancara/kuisoner dan observasi lapangan

dengan mengamati secara langsung prilaku dan

aktifitas sehari-hari dari penduduk Badur Bawah

untuk mendapatkan gambaran fisik pemukiman

yang ada dan Studi Dokumentasi dimana studi

ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku

dan literatur , hasil-hasil penelitian , catatan

tertulis dan sebagainya khusunya berkaitan

dengan masalah-masalah yang ada di

pemukiman kumuh bantaran sungai.

3. Tinjauan Pustaka

Dalam perkembangannya pertumbuhan

permukiman kumuh ini dapat disebabkan oleh

beberapa faktor. Menurut Constantinos

A.Doxiadis (1968), disebutkan bahwa

pertumbuhan permukiman kumuh dipengaruhi

oleh beberapa faktor salah satunya adalah

Growth of density (pertambahan penduduk)

yaitu dengan adanya pertambahan jumlah

penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya

pertambahan jumlah keluarga, maka akan

membawa masalah baru. Secara manusiawi

mereka ingin menempati rumah milik mereka

sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah

jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman

tersebut yang menyebabkan pertumbuhan

perumahan pemukiman.

Ciri dari permukiman kumuh adalah

permukiman dengan tingkat hunian dan

kepadatan bangunan yang sangat tinggi,

bangunan tidak teratur, kualitas rumah yang

Page 3: penataan kawasan pinggir sungai

sangat rendah. Selain itu tidak memadainya

prasarana dan sarana dasar seperti air minum,

jalan, air limbah dan sampah ( Sinulingga, 2005

).

3.1. Pemukiman Kumuh Tepi Sungai

Pemukiman Kumuh Tepi Sungai merupakan

permukiman kumuh yang berada di diluar Garis

Sempadan Sungai (GSS). Permukiman kumuh

tepian sungai ini dapat dibedakan menjadi 2

(dua) tipe. Tipe pertama apa bila sungai yang

bersangkutan mempunyai tanggul, maka dengan

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,

lingkungan pemukiman yang dimaksud terletak

sekurang - kurangnya 5 (lima) meter sepanjang

kaki tanggul sedangkan untuk sungai tidak

bertanggul, letak permukiman yang dimaksud

berada diluar sempadan sungai yang lebarnya

ditetapkan oleh pemerintah setempat. Demikian

juga permukiman untuk sungai yang bertanggul

dan tidak bertanggul, yang berada diwilayah

perkotaan, letak permukiman yang dimaksud

berada di luar sempadan garis sempadan sungai

yang lebarya ditetapkan oleh pemerintah

setempat.

3.2. Konsolidasi Tanah

Konsolidasi tanah menurut Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun

1991 merupakan kebijaksanaan pertanahan

mengenai penataan kembali penguasaan dan

penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah

untuk kepentingan pembangunan, untuk

meningkatkan kualitas lingkungan dan

pemeliharaan sumber daya alam dengan

melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Anonim

A, 2008, Himpunan Peraturan Pelaksanaan

Konsolidasi Tanah di Indonesia Jilid 1, Badan

Pertanahan Nasional).

3.3. Tujuan Konsolidasi Tanah

Konsolidasi tanah bertujuan untuk

memanfaatkan tanah secara optimal, seimbang,

dan lestari dengan meningkatkan efisiensi

penggunaan tanah di wilayah perkotaan dan

meningkatkan produktifitas penggunaan tanah di

wilayah pedesaan. Peningkatan yang demikian

itu mengarah kepada tercapainya suatu tatanan

penggunaan dan penguasaan yang tertib dan

teratur. berikut (Anonim A, 2008, Himpunan

Peraturan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di

Indonesia Jilid 1, Badan Pertanahan Nasional).

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Gambaran Wilayah Penelitian

Pemukiman Badur Bawah terletak di Jalan

Badur Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan

Maimoon. Asal mula nama badur bawah ini

karena lokasinya terletak di Jalan Badur, dan

badur bawah merupakan penamaan dari para

penduduk yang sudah lama tinggal di daerah ini

yang duluya merupakan daerah pinggiran sungai

tanpa ada rumah-rumah seperti sekarang ini.

Nama badur bawah ini juga di karenakan posisi

permukiman ini terletak di bawah jalan badur.

Kampung Badur Bawah memiliki daerah

yang tidak luas. Kampung Badur Bawah terlihat

cukup padat terlihat dari keadaan huniannya

yang tidak beraturan. Berdasarkan data yang di

peroleh kepala lingkungan Kampung Baru,

jumlah penduduk yang mendiami daerah ini

adalah 286 jiwa dengan 217 KK yang menepati

150 unit rumah.

4.2. Karakteristik Pemukiman Badur

Bawah

Penduduk Badur Bawah memanfaatkan

beberapa kegiatan di sungai akibat kurangnya

fasilitas kamar mandi di lingkungan tempat

tinggal. Dari sekitar 150 rumah, fasilitas kamar

mandi hanya ada 5 buah yang beberapa

diantaranya mengutip biaya sehingga

kebanyakan penduduk memilih sungai sebagai

fasilitas umum.

Gambar 1. Peta Permukiman Badur Bawah

( sumber : google earth )

Gambar 2. Kegiatan warga di sungai

( Sumber : Survey Peneliti )

Page 4: penataan kawasan pinggir sungai

a. Kepadatan dan Tampilan Bangunan

Pemukiman di lingkungan badur bawah

adalah permukiman kumuh di tepi sungai Deli.

Jumlah kepala keluarga yang berada di

lingkungan tersebut sekitar 217. Padatnya

permukiman diakibatkan banyaknya masyarakat

yang ingin memiliki hunian di kota yang tidak di

imbangi dengan tingginya daya beli. Rata-rata

rumah penduduk berbahan dasar kayu, sebagian

lagi menggunakan dinding bata. Berdasarkan

penelitian, rumah-rumah di lingkungan badur

bawah sangat berdempetan. Ukuran setiap

rumahnya terlalu sempit bagi keluarga yang

tinggal di dalamnya. Tidak ada spasi di antara

rumah-rumah tersebut.

b. Kondisi Sosial dan Ekonomi

Dari segi sosial dan ekonominya, penduduk

badur bawah ini tergolong masyarakat yang

berpenghasilan rendah. Sebagian besar

masyarakat sekitar memiliki pekerjaan tetap dan

ada sebagian juga warga yang bekerja serabutan

dengan memanfaatkan kesempatan yang ada,

dimana warung-warung kecil yang merupakan

bagian kegiatan ekonomi masyarakat

bermunculan di kawasan ini.

Gambar 2. Kegiatan warga di sungai

( Sumber : Survey Peneliti )

Gambar 3. Kegiatan mandi dan mencuci di

Sungai

( Sumber : Survey Peneliti )

Gambar 4. Peta kepadatan bangunan

( sumber : Analisa Peneliti )

Gambar 5. Tampilan bangunan Pemukiman Badur

Bawah

( sumber : Survey Peneliti )

Gambar 7. Warung Kecil sebagai mata

pencaharian penduduk

( sumber : Survey Peneliti )

Gambar 6. Warung jajan yang terdapat di

hunian rumah

( sumber : Survey Peneliti )

Gambar 4. Peta kepadatan bangunan

( sumber : Analisa Peneliti )

Page 5: penataan kawasan pinggir sungai

c. Kondisi Jalan

d. Utilitas

Untuk saluran drainase di kawasan Badur

Bawah , rata-rata seluruh rumah membuangnya

ke sungai melalui parit-parit kecil yang langsung

ke sungai. Karena minimnya masyarakat yang

memiliki mck pribadi di rumahnya, parit-parit

untuk saluran drainase ini tidak teralau banyak.

Begitu pula unutk pengolahan air kotor

Pada permukiman kumuh Badur Bawah Karena

lokasinya di pinggirannya sungai maka warga

memanfaatkan sungai untuk kebutuhan mereka

seperti mandi, mencuci dan buang air, untuk itu

saluran air limbah tidak tersedia karena warga

langsung menggunakan sungai untuk beberapa

kebutuhan yang sudah di sebutkan di atas. Untuk

kebutuhan memasak dan mencuci sayuran

penduduk badur bawah menggunakan air PAM,

akan tetapi tidak semua warga yang memakai

jasa PAM ini dikarenakan faktor ekonomi.

Untuk warga yang tidak memiliki air PAM

dirumahnya mereka membeli air bersih dari

tetangganya untuk kebutuhan sehari-hari.

Grafik. Sumber air bersih

4.3. Rekomendasi Desain

4.3.1. Konsep Desain

Konsep utama penataan pemukimaan

kumuh Badur Bawah adalah :

Kenyamanan = memberi ruang untuk

hunian yang lebih layak untuk di tinggali,

dengan cara penataan hunian yang padat

yang tidak teratur, tidak sehat dan

kurangnya pencahayaan, memberi GSS

untuk area hijau. Kebersamaan = perubahan sikap terhadap

lingkungana dimana orientasi mengahadap

sungai, memberi ruang hijau untuk aktifitas

dan interaksi sesama masyarakat.

Memiliki = karena terciptanya kebersamaan

dan kenyamaan warga harus memiliki rasa

kepedulian terhadap ruang lingkupnya

terutama pada sungai Deli dengan

Penerapan GSS.

05

10152025

Sumber air bersih

Sumber airbersih

Gambar 8. Jalan Badur dengan lebar 5 m

( sumber : Survey Peneliti )

Gambar 9. Jalan Badur Bawah dengan lebar 1.5 m

( sumber : Survey Peneliti )

Gambar 10. Saluran Drainase di Badur Bawah

( sumber : Survey Peneliti )

Page 6: penataan kawasan pinggir sungai

4.3.2. Rencana Tapak

Zona A

Zona A merupakan GSS yang dijadikan area

terbuka hijau dan sebagai daerah resapan air

hujan dan di fungsikan sebagai ruang sosial

warga.

Zona B

Zona B merupakan unit hunian warga

setelah ditata dengan mempertimbangkan

karakteristik hunian yang layak ditata secara dan

keamanan hunian.

4.3.3. Konsep Pola Massa Bangunan

Konsep penataan massa bangunan ini

terbagi atas tiga zona, yaitu :

Zona Hunian

Terdiri atas hunian warga dengan berbagai

type hunian, dan hunian dibuat secara vertikal.

Zona Fasilitas Umum

Fasilitas yang terdiri atas tempat ibadah

seperti musholla, balai warga ,toilet bersama,

untuk kegiatan nyuci atau MCK, ruang komunal

sebagai fasilitas yang dapat mendukung kegiatan

warga.

Zona Publik dan Area Terbuka Hijau

Garis sempadan sungai sebagai daerah

resapan air hujan juga sebagai area terbuka

hijau.

4.3.4. Penghijauan

Gambar 11. Pembagian Zoning perancangan

tapak Kawasan Pemukiman Badur Bawah

( Sumber : Analisa Peneliti )

Gambar 12. Konsep Pembagian Zoning

perancangan tapak Kawasan

( Sumber : Analisa Peneliti )

Gambar 13. Pembagian zona kawasan

( sumber : Analisa Peneliti )

Gambar 14. Konsep Zona Pembagian Massa

Bangunan

Gambar 14. Konsep Zona Pembagian Massa

Bangunan

( Sumber : Analisa Peneliti )

Gambar 14. Konsep Zona Pembagian Massa

Bangunan

( Sumber : Analisa Peneliti )

Gambar 15 . Konsep Pembagian Zona Hunian

( Sumber : Analisa Peneliti )

Page 7: penataan kawasan pinggir sungai

4.3.5. Konsep Bangunan

a. Massa bangunan dengan pola solid agar

memudahkan mendapat ruang-ruang yang

dapat dimanfaatkan sebagai ruang komunal.

b. Orientasi bangunan dominan menghadap

sungai deli , agar mendapatkan pencahayaan

yang maksimal dan arah ketimur untuk

menyikapi terhadap hunian tetangga.

c. Material yang digunakan adalah batu bata

merah, batu alam dan batu bata ekspos

4.3.6. Bentuk dan Type Hunian

a. Type Hunian 1 lantai 4x4 m2

b. Type Hunian Berlantai 2 4x4 m2

c. Type Hunian 2 Lantai 6x6 m2

d. Type Hunian + Warung Jajan 2 Lantai

6x6 m2

Page 8: penataan kawasan pinggir sungai

e. Type Hunian 3 Lantai 8x6 m2

f. Type Hunian Rusunawa 3 lantai 12x20

m2

4.3.7. Sarana dan Fasilitas

4.3.8. Konsep Utilitas

Untuk utilitas pembuangan limbah pada

setiap unit hunian dengan cara menggunakan

tangki septik komunal agar limbah tidak

langsung mengotori sungai Deli. Tangki septik

Musholla untuk tempat ibadah dan aktifitas

keagamaan

Toilet umum untuk kegiatan MCK

Ruang Komunal untuk berinteraksi warga

Balai warga yang digunakan untuk

musyawarah warga dan keorganisasian

warga

Page 9: penataan kawasan pinggir sungai

komunal adalah program pemerintah yang biasa

dipakai untuk permasalahan di pemukiman

kumuh tepi sungai.

Diagram Ilustrasi Sistem Sanitasi

5. Kesimpulan dan Saran

Untuk mencegah terjadinya kerusakan

sungai lebih lanjut maka dalam penelitian ini

rekomendasi yang dilakukan yaitu penataan

ulang Kawasan Badur Bawah dengan cara

mengkaji penanganan kawasan permukiman

kumuh pinggir sungai sesuai dengan kebijakan

Pemerintah dalam penanganan Tata Ruang Kota

Medan dengan tujuan terciptanya lingkungan

yang sehat dan lebih baik.

Rumah susun menjadi salah satu solusi yang

diberikan pada pemukiman Badur Bawah

Karena keterbatasan lahan yang tersedia.

Daftar Pustaka

[1]. Indah Gustina : Implementasi Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (

P2PK )., 2008. Pedoman Perencanaan,MCK

NMC CSRRP. DI Yogyakarta : Central Java and

West Java

[2]. Kementerian Negara Perumahan

Rakyat.2010. Penanganan Lingkungan

Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

Kawasan (PLP2K-BK). Jakarta

[3]. Direktorat Pengembangan Permukiman

Direktorat Jendral Cipta Karya.2006. Pedoman

Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh

Daerah Penyangga Kota Metropolotan. Jakarta:

Departemen Pekerjaan Umum

Gambar 16 . Konsep utilitas pada hunian Badur

bawah

( Sumber : Analisa Peneliti )

Gambar 17 . Pemetaan utilitas di Pemukiman

Badur Bawah

( Sumber : Analisa Peneliti )