Top Banner
MAKALAH KARAKTERISTIK EKOLOGI BATAS KOTA DOSEN PEMBIMBING ; Dr. SUWONDO, MSi OLEH: S ELAMET NIM.1209119 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA
33

Hutan Pinggir Kota

Feb 22, 2023

Download

Documents

Fajri Fajrii
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Hutan Pinggir Kota

MAKALAH KARAKTERISTIK EKOLOGI BATAS KOTA

DOSEN PEMBIMBING ; Dr. SUWONDO, MSi

OLEH:

S ELAMET

NIM.1209119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

Page 2: Hutan Pinggir Kota

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan kesehatan dan kelapangan

sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun

judul makalah adalah “Karakteristik Ekologi Batas Kota”.

Tak lupa penulis menyampaikan Sholawat dan salam kepada

Rasulullah Shallallahi Wasalam.

Adapun makalah ini sebagai salah satu tugas mata

kuliah Ekologi. Penulis menyadari penulisan ini banyak

kekurangannya, mudah-mudahan bagi pembaca dapat

memakluminya dan makalah ini bisa menjadi bahan informasi

tentang Karakteristik Ekologi Batas Kota. Akhirnya

Penulis mengucapkan terimakasi kepada semua pihak yang

telah membantu atas selesainya makalah ini.

Page 3: Hutan Pinggir Kota

Penulis

Page 4: Hutan Pinggir Kota

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu tentang lingkungan yang

menerapkan berbagai azas dan konsepnya kepada masalah

yang lebih luas, yang menyangkut pola hubungan antara

mahluk hidup termasuk manusia dengan mahluk hidup

lainnya dan lingkungannya Oleh karenanya studi yang

sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan

manusia yang layak di dalamnya dapat menimbulkan

kesadaran memelihara, penghargaan, tanggung jawab, dan

keberpihakan manusia dengan lingkungan hidupnya.

Mengkaji ekologi mengharuskan kita melibatkan

faktor biotik dan factor abiotic. Dari dua fakor

tersebut manusia memiliki peranan penting terhadap

kondisi ekologi di suatu daerah atau kawasan, misalnya

keadaan Pada daerah pinggiran kota merupakan daerah

transisi dimana pemukiman penduduk yang cukup padat,

disini kita menemukan berbagai bentuk kerusakan

ekosistem dan berubahnya keadaan lingkungan yang ada

dengan adanya ekspansif dan menyebar (sprawling), serta

mengkonversi ruang-ruang alami yang memiliki fungsi-

fungsi ekologis seperti daerah resapan air, hutan,

situ, daerah aliran sungai, dan lahan-lahan alami

lainnya secara terus menerus oleh pemukiman penduduk.

Namun disisi lain kita masih dapat menemukan daerah-

daerah/tanah yang masih kosong dengan vegetasi yang

Page 5: Hutan Pinggir Kota

mengalami suksesi sehingga memungkinkan terbentuknya

komunitas dengan ekosistem kecil disekitar tanah kosong

diantara pemukiman.

Page 6: Hutan Pinggir Kota

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk

mengetahui bagaimana Karakteristik Ekologi daerah

pinggiran kota, terjadinya suksesi dan berbagai macam

penyebabnya dan solusi untuk konsep kota yang

berkelanjutan.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini

adalah :

1. Bagaimana yang dimaksud ekologi pinggir kota

2. Bagaiamana keadaan suksesi pada daerah pinggir kota

3. Bagaimana konsep kota yang berkelanjutan

Page 7: Hutan Pinggir Kota

BAB II

KAJIAN TEORITIS

1. Pengertian Ekologi

Secara harfiah, ekologi mengakar pada dua kata

dari bahasa Yunani yakni Oikos dan juga Logos. Oikos

berarti rumah atau tempat untuk hidup. Kemudian Logos

adalah ilmu. Jadi ekologi adalah ilmu mengenai rumah

tangga mahluk hidup tak lain adalah mempelajari

hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Lebih

spesifik lagi, pengertian ekologi bagi sebagian orang

adalah ilmu yang bmencoba untuk memahami dan

mempelajari hubungan antara binatang, tumbuhan, manusia

dan juga lingkungannya, bagaimana mereka hidup, dimana

mereka hidup, juga mengapa mereka berada di lingkungan

tersebut.

Pengertian ekologi ini memang beragam, namun jika

dicermati, kita bisa menyimpulkan adanya hubungan yang

sangat erat antara komponen abiotik dan komponen

biotik. Lebih jauh lagi, secara detil disebutkan bahwa

ekologi merupakan pokok kajiannya tentang struktur juga

fungsi ekosistem atau alam termasuk manusia di

dalamnya. Ekologi adalah ilmu yang sangat dasar dan

tidak menekankan pada praktek tetapi pada realita yang

ada.

Terkait pengertian ekologi, berdasarkan kajian

sejarah, Ernest Haeckel merumuskan bahwa dalam kajian

Page 8: Hutan Pinggir Kota

ilmiah, ekologi sebagai ilmu telah diaplikasikan sejak

dahulu kala dan berkembang seiring dengan perjalanan

waktu dan juga selaras dengan evolusi akal manusia.

Dari perkembangan tersebut, maka ekologi dibagi ke

dalam dua kategori yakni Enviromental Science dan juga

Enviromental Biology. Dalam lingkup pengertian ekologi,

kita bisa menyimpulkan bahwa ini dalah dasar dari semua

pokok ilmu lingkungan, karena itu ia sering juga

disebut dengan istilah Ilmu Lingkungan. Meski demikian,

ekologi sebenarnya memiliki cakupan yang lebih sempit

ketimbang ilmu lingkungan.

2. Ekologi Pinggir Kota

Kota dalam pengertian administrasi pemerintahan

diartikan secara khusus yaitu bentuk pemerintahan

daerah yang mayoritas wilayahnya merupakan daerah

perkotaan. Wilayah administrattid pemerintahan kota

dikelola oleh pemerintah kota (Pemkot) yang relatiff

otonom dan kedudukannya sejajar dengan pemerintah

kabupaten (Pemkab). Undang-undang 26/2007 menyatakan

bahwa wilayah didefinisikan sebagai ruang yang

merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait dengan batas dan sistemnya ditentukan

berdasarkan aspek administratif dan aspek fungsional.

Untuk pengertian wilayah yang batasannya bersifat

fungsional sering dipergunakan istilah kawasan. UU

26/2007 mendefinisikan kawasan sebagai wilayah yang

memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Misalnya

Page 9: Hutan Pinggir Kota

kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perkotaan,

kawasan pedesaan, kawasan perumahan, kawasan pusat

kota, kawasan industri dan sebagainya.

Kota memiliki komunitas yang terdiri dari

penduduk, tempat tinggal dan sarana. Karena kompetisi,

unsur-unsur tersebut mengalami proses perubahan dengan

terjadinya segregasi, invasi, dan suksesi, sehingga

daerah alamiah ada dalam pinggir/batas kota terdapat

zona-zona atau lingkatan-lingkaran tertentu.

Sehubungan dengan terbentuknya lingkaran-lingkaran

pada daerah pinggiran kota terbentuk berlapis-lapis

melingkar dengan susunan tertentu. Dimulai dari pusat

lingkaran maka lapisan-lapisan tersebut adalah

lingkaran pusat yakni daerah pusat perdagangan yang

terletak dipusat kota dimana aktivitas komersial lebih

utama daripada fungsi tempat tinggal. Disini terdapat

hotel, supermall, kantor pusat atau cabang utama

perusahaan, pusat hiburan modern, dan sebagainya.

Lingkaran transisi yang melingkar di daerah pusat

perdagangan menuju pinggir kota. Di zona ini terdapat

slum, tempat tinggal dengan lingkungannya tidak sehat.

Lingkungan transisi disebabkan karena invasi dari

daerah ke pusat perdagangan ke lingkaran perumahan

pemukiman penduduk ke lingkaran transisi.

Pada daerah pinggiran kota merupakan daerah

transisi dimana pemukiman penduduk yang cukup padat,

namun disisi lain kita masih dapat menemukan daerah-

daerah/tanah yang masih kosong dengan vegetasi yang

Page 10: Hutan Pinggir Kota

mengalami suksesi sehingga memungkinkan terbentuknya

komunitas suksesesi dengan ekosistem kecil disekitar

tanah kosong dan pemukiman.

3. Suksesi

Komunitas suksesi terjadi ketika komunitas awal

terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas awal

tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal

tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru.

Gangguan ini dapat terjadi secara alami dan sebagian

besarnya karena aktifitas pembukaan lahan untuk

pemukiman penduduk serta penguasaan lahan untuk

investasi.

Dalam suksesi terjadi bila tumbuhan perintis mati,

maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang

terbentuk karena aktivitas penguraian bercampur dengan

hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih

kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang

datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur.

Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan

dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan

tanaman pioner yang menaunginya. Kondisi demikian tidak

menjadikan pioner subur tapi sebaliknya. Sementara itu,

rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus

mengadakan pelapukan lahan. Bagian tumbuhan yang mati

diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi

lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak

menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi.

Page 11: Hutan Pinggir Kota

Lama kelamaan semak mejadi dominan kemudian pohon

mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan.

Saat itulah ekosistem tersebut mencapai kesetimbangan

atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni

perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak

banyak mengubah ekosistem itu.

Sumber gambar : http://bio-130-plant-

succession.doomby.com/#

Tahapan perubahan komunitas suksesi

Kebakaran merupakan kondisi yang lazim di daerahpinggir kota yang pada umumnya desngaja yangmemungkinkan terjadinya suksesi primer.

Page 12: Hutan Pinggir Kota

Sumber gambar : http://farizmrzk.wordpress.com/c/

Gambar dibawa ini menunjukan keadaan suatu areal yang

mengalami suksesi dan ampir mencapai klimak.

Gambar diambil di kecamatan Tampan (Jl. Swakarya).

Page 13: Hutan Pinggir Kota

Gb. diambil di Kec. Bukit Raya (Jl. Sei Mintan)

perbatasan dengan Kab. Kampar.

Faktor yang mempengaruhi proses suksesi, yaitu :

1. Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan

2. Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang

terganggu

3. Kecepatan pemancaran biji atau benih dalam ekosistem

tersebut

4. Iklim terutama arah dan kecepatan angin yang membawa

biji, spora, dan benih lain serta curah hujan yang

sangat berpengaruh daam proses perkecambahan

5. Jenis substrat baru yang terbentuk.

Page 14: Hutan Pinggir Kota

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

disversifikasi/sebaran organisme

Ada beberapa faktor yang memengaruhi persebaran

ora dan fauna di muka bumi antara lain faktorfl

klimatik, eda k, siogra , dan biotik.fi fi fi

a. Faktor Klimatik

Kondisi iklim merupakan salah satu faktor dominan

yang mempengaruhi pola persebaran ora dan fauna.fl

Wilayah-wilayah dengan pola iklim yang ekstrim, seperti

daerah kutub yang senantiasa tertutup salju dan lapisan

es abadi, atau gurun yang gersang, sudah tentu sangat

menyulitkan bagi kehidupan suatu organisme. Oleh karena

itu, persebaran ora dan fauna pada kedua wilayah inifl

sangat minim baik dari jumlah maupun jenisnya.

Sebaliknya, daerah tropis merupakan wilayah yang

optimal bagi kehidupan ora dan fauna. Faktor-faktorfl

iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk

hidup di permukaan bumi ini, antara lain suhu,

kelembapan udara, angin, dan tingkat curah hujan.

a.1 Suhu

Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari

radiasi matahari dengan intensitas penyinaran yang

berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang

berada pada zona lintang iklim tropis, menerima

penyinaran matahari setiap tahunnya relatif lebih

banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah

lainnya. Selain posisi lintang, faktor kondisi

geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat

Page 15: Hutan Pinggir Kota

intensitas penyinaran matahari antara lain

kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian

tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut,

kerapatan penutupan lahan dengan tumbuhan, dan

kedalaman laut. Perbedaan intensitas penyinaran

matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka

bumi.

Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap

kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis

spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup

ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang

berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Misalnya,

ora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memilikifl

tingkat ketahanan dan toleransi yang lebih tinggi

terhadap perbedaan suhu yang tajam antara siang dan

malam jika dibandingkan dengan ora dan faunafl

tropis.

Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara

tidak terlalu dingin atau panas merupakan habitat

yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar

kehidupan organisme, baik manusia, hewan, maupun

tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu panas

atau dingin merupakan salah satu kendala bagi

makhluk hidup.

Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara

adalah salah satu faktor pengontrol persebaran

vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian

tempat, dan kondisi topogra nya. Oleh karena itu,fi

Page 16: Hutan Pinggir Kota

sistem penamaan habitat ora seringkali sama denganfl

kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis,

vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan

vegetasi pegunungan tinggi.

a.2 Kelembapan Udara

Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap

persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah

kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air

yang terkandung dalam massa udara. Tingkat

kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola

persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis

tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering,

sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat

bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang

tinggi.

Berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai jenis

tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat

kelompok utama, yaitu sebagai berikut.

a) Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan

terhadap lingkungan hidup yang kering atau gersang

(kelembapan udara sangat rendah), seperti kaktus

dan beberapa jenis rumput gurun.

b) Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok

hidup di lingkungan yang lembap, seperti anggrek

dan jamur (cendawan).

c) Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok

hidup di lingkungan yang basah, seperti eceng

gondok, selada air, dan teratai.

Page 17: Hutan Pinggir Kota

d) Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu

beradaptasi terhadap perubahan musim kemarau dan

penghujan. Tropophyta merupakan ora khas difl

daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati

a.3 Angin

Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai

alat transportasi yang dapat memindahkan uap air

atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala

alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di

bumi, karena terjadi distribusi uap air di atmosfer

ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah

kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi.

Gerakan angin juga membantu memindahkan benih dan

membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman

tertentu.

a.4 Curah Hujan

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi

makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin

akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi.

Bagi makhluk hidup yang menempati biocycle daratan,

sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan hidup

berasal dari curah hujan. Melalui curah hujan,

proses pendistribusian air di muka bumi akan

berlangsung secara berkelanjutan. Bahwa titik-titik

air hujan yang jatuh ke bumi dapat meresap pada

lapisan- lapisan tanah dan menjadi persediaan air

tanah, atau bergerak sebagai air larian permukaan,

Page 18: Hutan Pinggir Kota

kemudian mengisi badan-badan air, seperti danau atau

sungai.

Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan

pola penyebaran dan kerapatan makhluk hidup

antarwilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-

rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki

curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan

yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan

jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah

yang relatif lebih kering.

Sebagai contoh daerah tropis ekuatorial dengan

curah hujan tinggi merupakan wilayah yang secara

alamiah tertutup oleh kawasan hutan hujan tropis

(belantara tropis) dengan aneka jenis ora dan faunafl

dan tingkat kerapatan yang tinggi. Tingkat

intensitas curah hujan pada suatu wilayah akan

membentuk karakteristik yang khas bagi formasi-

formasi vegetasi (tumbuhan) di muka bumi.

Karakter vegetasi yang menutupi hutan hujan tropis

sangat jauh berbeda dengan vegetasi yang menutupi

kawasan muson, stepa, atau gurun. Karakter vegetasi

di wilayah muson didominasi oleh tumbuhan gugur daun

untuk menjaga kelembapan saat musim kemarau. Wilayah

gurun didominasi oleh jenis tumbuhan yang sangat

tahan terhadap kekeringan. Kekhasan pola dan

karakteristik vegetasi ini tentunya mengakibatkan

adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan

vegetasi tertentu. Pada dasarnya tumbuhan merupakan

Page 19: Hutan Pinggir Kota

salah satu sumber bahan makanan (produsen) bagi

hewan.

b. Faktor Edafik

Faktor kedua yang memengaruhi persebaran bentuk-

bentuk kehidupan di muka bumi terutama tumbuhan adalah

kondisi tanah atau faktor eda k. Tanah merupakan mediafi

tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kondisi tanah yang

secara langsung berpengaruh terhadap tanaman adalah

kesuburan. Adapun yang menjadi parameter kesuburan

tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik,

unsur hara, tekstur dan struktur tanah, serta

ketersediaan air dalam pori-pori tanah. Tanah-tanah

yang subur, seperti jenis tanah vulkanis dan andosol

merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman.

c. Faktor Fisiografi

Faktor siogra yang berkaitan dengan persebaranfi fi

makhluk hidup adalah ketinggian tempat dan bentuk

wilayah. Anda tentu masih ingat gejala gradien

thermometrik, di mana suhu udara akan mengalami

penurunan sekitar 0,5o C–0,6o C setiap wilayah naik 100

meter dari permukaan laut. Adanya penurunan suhu ini

sangat berpengaruh terhadap pola persebaran jenis

tumbuhan dan hewan, sebab organisme memiliki

keterbatasan daya adaptasi terhadap suhu lingkungan di

sekitarnya. Oleh karena itu, jenis tumbuhan yang hidup

di wilayah pantai akan berbeda dengan yang hidup pada

wilayah dataran tinggi atau pegunungan.

Page 20: Hutan Pinggir Kota

d. Faktor Biotik

Manusia adalah komponen biotik yang berperan

sentral terhadap keberadaan ora dan fauna di suatufl

wilayah, baik yang sifatnya menjaga kelestarian maupun

mengubah tatanan kehidupan ora dan fauna. Dalam rangkafl

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, manusia

berusaha mengolah dan memanfaatkan lingkungan hidup di

sekitarnya semaksimal mungkin, walaupun terkadang dapat

merusak kelestarian alam. Misalnya, dengan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam waktu yang

relatif singkat manusia mampu mengubah kawasan hutan

menjadi daerah permukiman dan areal pertanian.

Perubahan fungsi lahan tersebut berakibat terhadap

kestabilan ekosistem yang secara alamiah telah terjalin

dalam periode jangka waktu yang lama.

5. Disverfikasi/sebaran organisme

Ada berapa faktor yang memengaruhi persebaran orafl

dan fauna di muka bumi tentunya berkaitan dengan faktor

yang telah disebutkan diatas. Berikut ini adalah

gambaran vegetasi yang berhasil penulis rekam dari

pengamatan di sekitar pinggir kota pekanbaru. Adapun

tanaman yang dapat dijumpai antara lain

Angsana (Pterocarpus indicus);

Trembesi (Samanea saman);

Mahoni (Swietenia microphylla);

Asam (Tamarindus indica);

Kere Payung (Filicium

decipiens);

G. Pecut (Polyalthia

longifolia);

Page 21: Hutan Pinggir Kota

Ketapang (Terminalia catapa);

Sawo Kecik (Manilkara kauki);

Ficus elastica (Burgundi)

Decora (F. Benyamina);

F. elastica (daun kuning);

F. lyrata; Johar (Cassia

siamea);

Pulai (Alstonia scholaris)

jamblang (Syzygium cumini),

kapulasan (Nephelium

ramboutan-ake),

mempelam (Mangifera laurina),

nona (Annona reticulata),

pala (Myristica fragans),

rambai (Baccaurea motleyana),

redan (Nephelium sp.),

rukam (Flacourtia roukam),

sentul (Sandoricum koetjape),

tampoi (Baccaurea macrocarpa)

tempunik (Artocarpus rigidus)

Terap (Artocarpus

odoratissimus.)

kelapa (Cocos nucifera),

pinang (Areca catechu),

palem merah (Cyrtostachys

lakka),

palem kuning (Crysalidocarpus

lutescens)

belimbing (Averrhoa

carambola),

duku (Lansium domesticum),

durian (Durio zibethinus),

Jambu Batu (Psidium guava);

jambu (Syzygium aqueun)

jeruk (Citrus reticulata),

manga (Mangifera indica),

manggis (Garcinia

mangostana),

melinjo (Gnetum gnemon),

nangka (Artocarpus

heterophyllus),

pepaya (Carica papaya),

sawo (Achras zapota) dan

lainnya

Page 22: Hutan Pinggir Kota

Gambar di ambil disekitar Jl. Kubang Raya KM.2 (Panam-

Pekanbaru)

Page 23: Hutan Pinggir Kota

Gambar di ambil disekitar Jl. Kubang Raya KM.2 (Panam-

Pekanbaru)

Gambar di ambil disekitar Jl. Kubang Raya KM.2 (Panam-Pekanbaru)

Pada Vegetasi pinggir kota diatas dapat dijumpai

tanaman dengan keanekaragaman hayati yang cukup

rendah. Aktivitas manusia di sekitar taman ini sangat

tinggi, terutama di hari hari tertentu. Penutupan

kanopi pohon di taman ini berbeda-beda, ada daerah

yang penutupan kanopinya cukup luas, ada pula daerah

yang penutupan kanopinya rendah. Umur pepohonan di

daerah ini masih cukup muda, hal ini dikarenakan

ratusan pohon di taman ini memang baru ditanam atau

baru tumbuh. Hal ini menyebabkan ada daerah yang

Page 24: Hutan Pinggir Kota

intensitas cahayanya rendah, namun ada pula daerah

yang intensitas cahayanya sangat tinggi.

Keanekaragaman Fauna di daerah ini rendah, hanya

ditemukan beberapa jenis hewan. Namun ada beberapa

jenis hewan yang jumlahnya sangat banyak. Sebaran

vegetasi diatas sangatlah mempengarui keadaan Fauna

yang ada disekitar kawasan, pada daerah pinggir kota

kita dapat menjumpai Hewan al :

- Tikus Tanah

- Tikus Rumah

- Babi Hutan

- Kera

- Biawak

- Kadal

- Musang

- Tupai

- Kodok

- Berbagai burung seperti (burung gereja, burung kuilang, burung

laying-layang, burung gagak, burung balam, burug pipit, burung but-but, dsb)

- dan berbagai jenis serangga

6. Konsep Penataan Ruang Kota Yang Berkelanjutan

Konsep penataan ruang kota yang

berkelanjutan pada dasarnya merupakan penjabaran

konsep kota berkelanjutan dalam dimensi spasial.

Konsep penataan ruang kota yang berkelanjutan

dirumuskan berdasarkan pada pemahaman kota sebagai

sebuah ekosistem yang merupakan integrasi antara

ekosistem alam, ekosistem buatan dan ekosistem

sosial yang saling berinteraksi.

Dalam ekosistem kota tersebut, selain

aktivitas manusia berupa aktivitas ekonomi dan

Page 25: Hutan Pinggir Kota

sosial budaya, juga berlangsung proses-proses

alam/ekologis yang diperlukan untuk mendukung

berlangsungnya kedua aktivitas manusia tersebut.

Dengan dasar pemahaman tersebut, maka penataan ruang

kota yang berkelanjutan secara harmonis mengatur

alokasi kebutuhan ruang-ruang sebagai berikut:

- Ruang-ruang untuk berlangsungnya fungsi ekologis

(ecological functions), yaitu proses- proses

fisik, kimia dan biologis yang berperan untuk

memelihara keseimbangan ekosistem alam serta

menyediakan sistem penunjang kehidupan seperti

air, tanah dan udara

- Ruang-ruang untuk berlangsungnya fungsi ekonomi,

yaitu semua fungsi yang berkaitan dengan aktivitas

produksi untuk menunjang terwujudnya pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan penduduk. Dalam hal ini,

kawasan budidaya pertanian juga memiliki fungsi

ekologis.

- Ruang-ruang untuk berlangsungnya fungsi sosial

budaya, yaitu semua fungsi yang berkaitan dengan

upaya untuk mewujudkan pemerataan dan keadilan

sosial (equality), serta menumbuhkan sense of

community sense of place dan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan kota, antara lain

meliputi kawasan pemukiman, ruang-ruang terbuka

untuk publik, dan kawasan bernilai sejarah budaya

(urban heritage)

Page 26: Hutan Pinggir Kota

- Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari

ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah

perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung

manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang

dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu

keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan

wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot

kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi

menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami,

kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau

RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota,

lapangan olah raga, pemakaman, berdasarkan sifat

dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi

(a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan

(b) bentuk RTH jalur (koridor, linear),

berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan

fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH

kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan

perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH

kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan

khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga,

alamiah.

Bagian dari konsep penatan ruang kota yang

keberlanjutan perlu dibuat daerah taman kota

merupakan salah satu jenis ruang hijau terbuka yang

terdapat di Kota Pekanbaru, hal ini sangat

Page 27: Hutan Pinggir Kota

memungkinkan pada daerah pinggir kota yang masih

menyediakan lahan terbuka.

Seperti yang telah disebutkan, bahwa ruang

terbuka hijau, termasuk taman kota memiliki fungsi

ekologis. Secara detail, di antara manfaat ekologis

taman kota adalah sebagai penurun efek “urban heat

island” dan membangun jejaring habitat hidupan liar.

Meskipun tidak sealami wilayah lindung, untuk di

wilayah perkotaan seperti Pekanbaru yang memiliki

ruang terbuka hijau yang rendah, keberadaan taman

kota menjadi sangat penting. Hal ini terjadi karena

taman kota menyumbang sejumlah besar luasan ruang

terbuka hijau itu sendiri.

Setiap taman memiliki jenis dari strata

pohon, perdu dan herba yang berbeda sehingga setiap

taman memiliki struktur vegetasi yang berbeda.

Padahal, struktur vegetasi sangat menentukan kondisi

dari fungsi ekologisnya. Karena itulah, fungsi

ekologis tanaman setiap taman tidak dapat

disamaratakan. Fungsi ekologis yang secara khusus

dalam penulisan ini adalah gambaran ekologis pinggir

kota dalam mendukung kehidupan komunitas penduduk

perkotaan.

7. Keberlanjutan Fungsi Ekologis Sebagai Kriteria Kota

Berkelanjutan

Fungsi-fungsi ekologis yang berlangsung

dalam sebuah ekosistem kota berkaitan dengan kondisi

Page 28: Hutan Pinggir Kota

biogeofisik ekosistem kota tersebut seperti struktur

geologi, jenis tanah, dan topografi yang sifatnya

cenderung statis, serta kondisi vegetasi / tutupan

lahan yang lebih bersifat dinamis, dan dipengaruhi

pula oleh proses- proses yang terjadi di alam

seperti curah hujan, serta siklus materi dan energi.

Pada umumnya, fungsi-fungsi ekologis tersebut

terjadi dalam 3 dimensi ruang kota yaitu ruang

daratan, perairan dan udara, yang antara lain

meliputi :

- Ruang-ruang yang dibutuhkan bagi berlangsungnya

fungsi ekologis untuk memelihara kelangsungan

siklus hidrologi (hydrological cycle) yang

berkaitan dengan aspek konservasi air dan

pencegahan / pengendalian banjir, yang meliputi

ruang-ruang yang dapat meresapkan, menampung dan

mengalirkan air seperti hutan kota, dan taman

kota. Dalam hal ini, kemampuan ruang ekologis

untuk mengkonservasi air dan mengendalikan banjir

selain dipengaruhi oleh faktor jenis tutupan lahan

di atasnya juga oleh kondisi struktur geologi,

permeabilitas tanah, lereng, bentuk lahan,

geohidrologi dan curah hujan

- Ruang-ruang yang dibutuhkan bagi berlangsungnya

fungsi ekologis untuk memelihara kestabilan iklim

mikro dan menyediakan udara yang sehat, yang

antara lain meliputi hutan dan RTH lainnya serta

ruang udara bebas yang dapat menghasilkan O2,

Page 29: Hutan Pinggir Kota

menyerap pencemaran udara dan memberi ruang bagi

siklus udara. Faktor yang berpengaruh terhadap

berlangsungnya fungsi ekologis tersebut adalah

jenis dan kerapatan vegetasi.

Guna keberlanjutan fungsi-fungsi ekologis,

perlu ada pendekatan berupa:

o Memahami peran dan fungsi kota dalam konteks

ekosistem

o Konservasi ruang - ruang alami yang berfungsi

ekologis (ecologically sensitive areas)

o Penyediaan ruang-ruang buatan penunjang

fungsi ekologis Melalui pendekatan ini

penataan ruang mengakomodasikan kebutuhan

ruang- ruang buatan untuk menunjang

kelangsungan fungsi ekologis, termasuk untuk

meminimalkan kerentanan terhadap bencana alam

yang tidak dapat lagi dipenuhi oleh ruang-

ruang alamiah yang ada, seperti waduk,

saluran drainase, polder, breakwater, sea

wall

o Penyediaan ruang - ruang pengolah

limbah untuk melindungi kelangsungan fungsi

ekologis

o Optimalisasi pemanfaatan ruang

terbangun Melalui pendekatan optimalisasi

kapasitas ruang-ruang yang telah terbangun.

Page 30: Hutan Pinggir Kota
Page 31: Hutan Pinggir Kota

BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Pinggir Kota merupakan wilayah sebagai ruang yang

merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait dengan batas dan sistemnya ditentukan

berdasarkan aspek administratif dan aspek

fungsional. Merupakan fungsi pendukung ekologi

daerah kota dan sekitarnya.

2. Suksesi pada daerah pinggir kota terjadi akibat

penggundulan lahan, pembakaran dimana substrat masih

menyisakan substrat yang lama dengan tahapan

ditandainya dengan tumbuhan ruput. Tumbuhan semak

menaungi rumput dan belukar maka terjadilah

kompetisi. Lama kelamaan semak mejadi dominan

kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga

terbentuklah hutan suksesi.

3. Konsep penataan ruang kota yang berkelanjutan

merupakan penjabaran konsep kota berkelanjutan dalam

penataan ruang kota yang dirumuskan berdasarkan pada

pemahaman kota sebagai sebuah ekosistem yang

merupakan integrasi antara ekosistem alam, ekosistem

buatan dan ekosistem sosial yang saling

berinteraksi. Dalam hal ini diperlukan adanya ruang

untuk kegiatan ekonomi, social budaya, ruang terbuka

Page 32: Hutan Pinggir Kota

hijau dengan taman kota dan hutan kotanya sebagai

sebuah integrasi ekosistem perkotaan.

Page 33: Hutan Pinggir Kota

DAFTAR PUSTAKA

Amad. M.2013. Keanekaragaman Flora dan Fauna di Kota

Pekanbaru, Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Alinda MZ, dkk. 2006. Keberlanjutan Fungsi Ekologis Sebagai Basis Penataan Ruang Kota Berkelanjutan. Journal Tek. Ling. P3TL-BPPT. 7. (1): 7 - 15

Hakim R, dkk. 2008. Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Perencanaan RTH Kota Jakarta. Makalah FALTL Universitas Trisakti. Jakarta.

Irwan, ZD. 1997. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Pustaka CIDESINDO. Jakarta.

Kristyan Dwijosusilo. 2010. Ekologi Kota, http://krisnotosuman.wordpress.com/2010/12/05/ekologi-kota/. diakses pada 14 Septembaer 2014

Roslim, dkk. 2013. Karakter Morfologi Dan Pertumbuhan Tiga Jenis Cacing Tanah Lokal Pekanbaru Pada Dua Macam Media Pertumbuhan, journal vol 5 no 1 (2013), http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika/article/view/2567. diakses pada 14 Septembaer 2014