PENANAMAN PADI
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 6
1. Ani Domiah (141510601167)
2. Lilik Laeliyah (141510601019)
3. Lingga Mareta Hadi (141510601061)
4. Nuril Muyassaroh (141510601108)
5. M. Syauqi Hasbi (141510601147)
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
memiliki ribuan pulau yang amat subur sehingga cocok
untuk usaha bercocok tanam (bertani). Ribuan pulau yang
dimiliki negara Indonesia membentang dari Sabang sampai
Merauke membentuk jarak sekitar lima ribu kilometer
antara Asia dan Australia, dari ujung utara Sumatera
hingga ke Papua Barat. Berbagai jenis tanaman dapat
tumbuh subur ditanam di negeri yang berjuluk zamrud
khatulistiwa ini.
Salah satu tanaman yang tumbuh subur di negara
Indonesia adalah tanaman pangan padi. Sebagai tanaman
pangan utama, pembudidayaan tanaman padi tentu sangat
diperhatikan mulai dari pembibitan hingga pasca panen.
Salah satu proses dari budidaya tanaman padi adalah
proses penanaman. Kesalahan dalam melakukan penanaman
akan berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman dimana
kemungkinan besar tanaman tidak dapat melanjutkan
pertumbuhannya hingga panen.
Menanam merupakan kegiatan menempatkan bahan
tanam, dapat berupa benih atau bibit pada media tanam.
Media tanam yang digunakan untuk menanam pun bermacam-
macam seperti pot, pekarangan, lahan dan lainnya.
Tanaman padi di tanam pada lahan sawah yang subur.
Menanam padi pada lahan sawah dapat dilakukan dengan
cara menempatkan bibit padi pada lahan sawah dengan
jarak tanam yang telah ditentukan. Pengaturan jarak
tanam berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman
padi. Sebelum melakukan penanaman bibit padi, terdapat
tahapan yang harus dimengerti terlebih dahulu yaitu
dari seleksi bibit, menyemai bibit, mengolah lahan
sawah untuk persiapan penanaman hingga pada tahap
menanam.
Penanaman padi dilakukan secara manual yaitu
menggunakan tangan. Jumlah bibit padi pada setiap
lubang tanam yaitu antara 2-3 batang padi dan juga
harus mengatur kedalaman dalam menanam padi. Kedalaman
menanam padi juga menentukan pertumbuhan pada padi
tersebut. Kedalaman yang baik pada tanaman padi yaitu
sekitar 3-4 cm. Dalam penanaman bibit ada beberapa pola
yang telah banyak diterapkan oleh para petani di
pedesaan maupun di kota. Beberapa pola yang banyak
diterapkan oleh para petani yaitu pola konvensional dan
pola jajar legowo. Pola tersebut menekankan pada jarak
tanam antar bibit pada setiap lajurnya.
Penanaman pada pola konvensional yang biasanya
diterapkan oleh para petani yang masih belum mengenal
banyak tentang sistem pertanaman padi. Pola
konvensional merupakan pola jarak tanam tunggal atau
bujur sangkar. Jarak tanam yang dipakai pada pola
konvensional adalah 20 x 20 cm. Jarak tanam ini masih
bisa dimodifikasi sesuai dengan varietas padi yang akan
di tanam. Pada penanaman jajar legowo, terdapat
beberapa pola yang banyak digunakan dan termasuk tipe
terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tinggi yaitu
jajar legowo 2 : 1 dan jajar legowo 4 : 1 dimana kedua
tipe jajar legowo ini memiliki pola jarak tanam yang
sedikit berbeda.
Cara tanam jejer legowo merupakan cara tanam padi
sawah yang memilki beberapa barisan tanaman kemudian
diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
Cara tanam tersebut meilki beberapa tujuan antara
lain : (1) memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman
yang berada pada bagian pinggir barisan, (2) mengurangi
kemungkinan serangan hama, terutama tikus, (3) menekan
serangan penyakit, (4) mempermudah pelaksanaan
pemupukan dan pengendalian hama/penyakit, dan (5)
menambah populasi tanaman. Cara tanam jejer legowo
mempermudah tanaman padi dalam memperoleh unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman.
1.2 Tujuan
Mengetahui cara menanam padi secara langsung di
lahan sawah dengan jarak tanam konvensional (bujur
sangkar) dan jejer legowo 2 : 1 dan 4 : 1.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hatta (2011) dalam Hatta (2012),
penentuan jarak tanam dipengaruhi oleh varietas.
Varietas tertentu memiliki banyak sekali anakan, tetapi
sebaliknya ada juga varietas yang memiliki sangat
sedikit jumlah anakan. Beberapa varietas yang banyak
ditanam petani tergolong memiliki banyak anakan. Namun
demikian, ada juga varietas yang beredar tergolong
beranak sedikit atau sedang. Aturan umumnya, varietas
yang memiliki banyak anakan ditanam dengan jarak yang
renggang, sebaliknya varietas yang beranak sedikit
ditanam dengan jarak yang rapat. Oleh karena itu, tidak
ada jarak tanam yang ideal untuk semua varietas,
melainkan, setiap varietas memiliki jarak tanam
idealnya tersendiri. Varietas juga berpengaruh terhadap
komponen hasil. Jumlah anakan produktif, panjang malai,
jumlah bulir per malai, dan hasil padi adalah beberapa
komponen hasil yang dipengaruhi oleh varietas.
Kualitas lahan sawah yang menjadi sentra-sentra
produksi padi dengan pengelolaan secara konvensional
telah mengalami penurunan akibat dari degradasi lahan.
Selain itu, kondisi anaerobik, terutama akibat
penggenangan seperti pada tanah sawah secara
konvensional dan lahan basah lainnya menjadikan sumber
utama dari emisi gas metan sehingga isu tersebut telah
membuat khawatir para pemerhati lingkungan. Salah satu
solusi untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan
penggunaan metode SRI dalam setiap budidaya tanaman
padi yang lebih memperhatikan faktor lingkungan dan
efisiensi pada agroinput (Nurhasahah dkk., 2012).
Menurut Suwono et al (2000) dalam Jumakir dkk
(2012), salah satu upaya untuk meningkatkan produksi
padi di lahan sawah irigasi di desa tersebut dengan
sistem tanam jajar legowo dengan pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu. Sistem tanam jajar legowo di harapkan
akan meningkatkan produksi padi lebih tinggi. Salah
satu keunggulan cara tanam jajar legowo bila
dibandingkan dengan tegel adalah jumlah tanaman per
satuan luas lebih banyak sehingga produksinya lebih
tinggi dan dengan jarak yang berselang seling
menyebabkan sirkulasi udara dan sinar matahari yang
masuk lebih banyak sehingga mengurangi hama penyakit
serta pemupukan dan penyiangan lebih mudah. Peningkatan
penggunaan sistem tanam jajar legowo perlu untuk
dilakukan karena dapat meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan petani sehingga sesuai dengan pembangunan
pertanian yang selama ini dicita-citakan.
Pada budidaya padi dengan sistem tanam pindah,
jarak tanam merupakan salah satu faktor produksi yang
sangat penting karena menentukan produktivitas yang
dicapai. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan
peningkatan biaya produksi dan peluang untuk roboh,
sedangkan jarak tanam terlalu lebar dapat menyebabkan
penurunan populasi tanaman per unit area dari optimal
yang pada akhirnya berakibat penurunan hasil panen per
unit area. Teknologi legowo 2 : 1 dan 4 : 1 masih
memberikan hasil yang lebih tinggi yaitu 12-22 %
dibandingkan dengan cara tanam biasa (Suparwoto, 2010).
Menurut Imran dan Syarifuddun (2005) dalam Saadah
dkk (2011), sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah
penanaman padi yang diatur sedemikian rupa dengan
lorong atau ruang terbuka yang cukup lebar. Cara tanam
padi sistem jajar legowo 2:1 bertujuan untuk
memperbaiki produktivitas usahatani padi. Legowo
diambil dari Bahasa Jawa Banyumas, terdiri dari kata
“Lego” dan “Dowo”. Lego berarti luas dan Dowo berarti
memanjang, jadi diantara kelompok tanaman padi terdapat
lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan
tanaman.
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah
pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk
mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir. Secara
umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi
daripada tanaman yang ada di bagian dalam barisan.
Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat
dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki
beberapa kelebihan yaitu, sinar matahari dapat
dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis,
pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong.
Selain itu, cara tanam padi sistem legowo juga
meningkatkan populasi tanaman (Anggraini dkk., 2013).
Upaya untuk meningkatkan hasil panen padi per
satuan luas harus diiringi dengan keberlanjutan
teknologi yang dikenalkan serta bergantung terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi
teknologi petani. Inovasi teknologi untuk meningkatkan
produksi padi terus dilakukan untuk mendapatkan paket
teknologi spesifik. Oleh karena itu, sangat penting
untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi petani dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat adopsi
petani dalam menerapkan teknologi budidaya padi sistem
tanam jajar legowo agar dapat meningkatkan pendapatan
dan tingkat efisiensi ekonomis petani (Lalla dkk.,
2012).
Saat penanaman padi sawah dilakukan, kondisi
lahan dalam keadaan tidak tergenang atau macak-macak.
Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm atau
30 cm x 15 cm atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20
cm x 20 cm. Bibit yang ditanam berkisar 3 bibit per
lubang. Setelah 3 hari penanaman, air dimasukkan ke
dalam lahan. Adapun penyulaman dapat dilakukan 7 hari
setelah tanam (HST) jika ada bibit yang mati (Purwono
dan Purnamawati, 2007).
Pembuatan jarak tanam dilakukan menggunakan
batang bambu dengan panjang tiga meter dan sudah
dibelah. Batang bambu diberi garis putih-putih
berukuran 10, 20, dan 40 cm. garis-garis pada batang
tersebut digunakan sebagai pedoman untuk penancapan
bibit padi. Teknik pembuatan jarak tanam yang
dianjurkan dalam padi organic adalah teknik penanaman
jajar legowo. Hal ini disebabkan karena teknik jajar
legowo akan memudahkan petani untuk memantau serta
mengendalikan gulma, hama, dan penyakit tanaman
(Sriyanto, 2010).
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara
umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo
(2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya.
Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk
mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh
legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas
benih dicapai oleh legowo 2:1. Modifikasi jarak tanam
pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai
pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai
adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau
25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan
ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya (Bobihoe,
2013).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Penanaman Padi ” dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 pukul 07.00 –
10.00 WIB di Agrotechnopark Jubung.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Bibit padi dari pesemaian yang siap tanam.
3.2.2 Alat
1. Tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak
tanam yang digunakan.
3.3 Cara Kerja
1. Mengambil tali rafia yang sudah diberi tanda
sesuai jarak tanam yang digunakan.
2. Membentangkan tali rafia dilahan.
3. Menanam bibit padi sesuai dengan pola jarak tanam
yang ditandai pada tali rafia.
4. Menggeser tali raffia ke arah belakang sesudah
satu baris tertanami semua (menanam padi dengan pola
mundur).
5. Menanam baris selanjutnya hingga seluruh lahan
petak yang ditanami.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
PENANAMAN PADI
A Jarak Tanam Konvensional (Buju Sangkar 20 x 20 cm)
1 Tahap Pekerjaan:
1.Mencabut bibit di pesemaian
2.Mengangkut bibit ke areal penanaman
3.Mengambil 2-3 bibit
4.Menanam bibit dengan jarak 20 x 20 cm dengan
menggunakan kinco sebagai patokan jarak
tanam.
5.Bibit ditanam sedalam akar hingga mecapai
dalam tanah sekitar
3-4 cm. 2 Hasil Pekerjaan:
Bibit yang telah ditanam terlihat rapi dan
lurus, sesui dengan jarak tanam yang telah
ditentukan ( 20x20 cm)
3 Keterangan:
Cara menanam bibit yang ditanam dilakukan
seperti memegang pensil
B Jarak Tanam Jajar Legowo 2 : 1 1 Tahap Pekerjaan:
1. Mencabut bibit di pesemaian
2. Mengangkat bibit ke areal tanam
3. Mengambil bibit sejumlah 2-3 bibit untuk
ditanam
4. Ditanam dengan jarak antar lajur tanaman 20
cm
5. Penanaman antar bibit padi yang dibut pagar
jaraknya 10 cm sedangkan jarak antar barisan
tanaman 20 cm
6. Kedalaman penanaman bibit berkisar antara 3
hingga 4 cm 2 Hasil Pekerjaan:
Padi ditanam secara rapi dengan tanaman
pinggir sebagai pagar, memiliki jarak tanam
yang dekat dan rapat
Jarak tanam 2 baris tanaman lebar menjadi
baris kosong
3 Keterangan:
Padi ditanam yang dibuat pagar dengan jarak
10 cm dan jarak antar barisan 20 cm
C Jarak Tanam Jajar Legowo 4 : 1 1 Tahap Pekerjaan:
1. Mengambil bibit di pesemaian
2. Membawa bibit ke areal tanam
3. Mengambil 3-4 bibit untuk ditanam
4. Pada jajar legowo 4 : 1, menanam 4 barisan
dengan jarak 20 cm diselangi I barisan
kosong dengan jarak 40 cm antar barisan dan
padi barisan tengah dengan jarak 20 cm. pada
barisan pinggir atau sebagai pagar dengan
jarak 10 cm.
2 Hasil Pekerjaan:
Memudahkan dalam perawatan tanaman padi Hasil menjadi rapi
3 Keterangan:
Penanaman padi dengan pola tanam jajar
legowo 4 : 1 ditujukan untuk memudahkan
perawatan dan kualitas padi dan menghasilkan
penambahan populasi.
4.2 Pembahasan
Sebelum melakukan penanaman padi swah, perlu
diketahui berbagai macam metode/sistem penanaman padi
di lahan sawah. Metode tersebut sangat menentukan
terhadap peningkatan produktivitas padi. Terdapat 2
macam metode penanaman padi di lahan sawah yaitu :
1. Metode tanam konvensional (tegel)
Metode penanaman padi secara konvensional merupakan
metode penanaman padi dengan bentuk bujur sangkar
atau jarak tanam tunggal. Jarak tanam yang dipakai
umumnya 20 x 20 cm atau bisa dimodifikasi menjadi
22,5 cm atau 25 cm sesuai dengan pertimbangan
varietas padi yang akan ditanam atau tingkat
kesuburan tanahnya.
Gambar 1. Pola Tanam Konvensional
2. Metode tanam jajar legowo
Metode tanam jajar legowo merupakan cara menanam padi
sawah yang memilki beberapa barisan tanaman kemudian
diselingi oleh satu baris kosong dimana jarak tanam
pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada
barisan tengah. Sistem tanam jajar legowo merupakan
suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga
pertanaman akan memilki jumlah tanaman pinggir yang
lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti
yang telah diketahui bahwa tanaman padi yang berada
di pinggir memilki pertumbuhan dan perkembangan uang
lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di
barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan
kualitas gabah yang lebih tinggi. hal ini disebabkan
karena tanaman yang berada di pinggir akan memperoleh
intensitas sinar matahari yang lebih banyak. Terdapat
beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang
secara umum dapat dilakukan yaitu jajar legowo (2:1),
(3:1), (4:1), (5:1), (6:1), dan lain sebagainya.
a. Jajar legowo 2 : 1
Tipe ini merupakan cara tanam padi dimana setiap
dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan
kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak
tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam
barisan adalah setengah kali jarak tanam antar
barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem
jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) x
10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
Sistem tanam jajar legowo (2 : 1) membuat seluruh
tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman
pinggir. Penerapan sistem ini dapat meningkatkan
produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana
sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai
pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau
produksi benih.
Gambar 2. Pola Tanam Jajar Legowo 2:1
b. Jajar legowo 3 : 1
Merupakan cara tanam padi dimana setiap tiga
barisan tanaman diselingi oleh satu barisan kosong
yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman
antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan
pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan
dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek
tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi
tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap
barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak
tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Sistm ini memiliki ukuran 20 cm (antar barisan dan
pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40
cm (barisan kosong).
Gambar 3. Pola Tanam Jajar Legowo 3 : 1
c. Jajar legowo 4 : 1
Nerupakan sistem penanaman padi dimana setiap empat
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong
yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman
antar barisan. Dengan adanya sistem legowo ini maka
setiap barisan tanaman ke-1 dan ke-4 akan
termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang
diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya
efek tanaman pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan
jarak tanam setengah dari jarak tanam antar
barisan. Sistem jajar legowo 4 : 1 memilki ukuran
20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10
cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Tipe
jajar legowo 4 : 1 terbukti terbaik dalam
memberikan hasil produksi gabah tinggi.
Gambar 4. Pola Tanam Jajar Legowo 4 : 1
Dari beberapa macam sistem tanam tersebut
terdapat salah satu sitem yang dapat menghasilkan
kualitas padi lebih baik daripada sistem tanam padi
lainnya. Sistem tanam tersebut adalah sistem tanam
jajar legowo 4 : 1. Metode jajar legowo 4 : 1 memiliki
kualitas padi yang lebih baik dibandingkan dengan
metode jajar legowo 2 : 1 karena pada sistem jajar
legowo 4 : 1 terdapat tanaman pagar yang mendapatkan
penyinaran matahari yang cukup, dimana penyinaran
matahari tersebut dapat meningkatkan proses
fotosintesis pada daun tanaman sehingga bobot bulir
padi yang dihasilkan lebih berat dan jarang sekali
ditemukan bulir padi yang tidak bernas. Pola jarak
tanam jajar legowo 4:1 juga digunakan untuk penangkaran
padi untuk tujuan mendapatkan bulir gabah berkualitas
benih. Bulir gabah yang dihasilkan dengan menggunakan
jarak tanam 4:1 sangat bermutu atau berkualitas.
Sedangkan untuk pola jajar legowo 2 : 1 akan menambah
populasi tanaman sampai sekitar 33,3%. Dengan adanya
penambahan tersebut, tujuan budidaya padi untuk
konsumsi bisa tercapai. Karena pada saat ini kebutuhan
konsumsi beras semakin meningkat dengan seiring
bertambahnya penduduk. Banyak para petani yang ingin
mendapatkan produksi gabah tinggi menggunakan pola
jarak tanam jajar legowo 2:1 ini dalam membudidayakan
padi. Jadi pola jarak tanam jajar legowo 2:1 ini cocok
untuk budidaya padi dengan tujuan untuk konsumsi. Oleh
karena itu, pola tanam jajar legowo 4 : 1 dapat
menghasilkan kualitas padi yang lebih baik dibandingkan
jajar legowo 2 : 1.
Berdasarkan praktikum penanaman padi yang telah
dilakukan, cara tanam konvensional dapat dilakukan
dengan mudah karena jarak tanam yang tunggal, namun
dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo pola
tanam konvensional ini memilki beberapa kekurangan
antara lain : (1) tidak dimungkinkan dilakukannya
sistem pengembangan agribisnis, (2) produktivitas padi
lebih rendah yakni sekitar 160.000 rumpun/ha, (3) tidak
adanya efek tanaman pinggir mengakibatkan produksi
gabah yang dihasilkan kurang berkualitas dan maksimal,
(4) pemanfaatan unsur hara tanaman kurang maksimal
akibat tidak adanya ruang kosong antar baris tanaman,
dan (5) pengawasan terhadap OPT relatif sulit untuk
dilakukan. Sistem tanam konvensional disamping memilki
kekurangan juga memililki kelebihan yaitu lebih mudah
dalam penanamannya karena jarak tanamnya yang seragam.
Sistem tanam konvensional menggunakan jarak tanam 20 x
20 cm. Sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam
yang memberikan ruang tumbuh yang longgar sekaligus
populasi yang lebih tinggi. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan terhadap sistem tanam padi jajar legowo
2 : dan 4 : 1, dapat ditemukan perbedaan yang jelas
antara keduanya, yakni dimana dalam sistem jajar legowo
2 : 1 Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong
dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak
tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi
setengah jarak tanam dalam barisan, sedangkan sistem
tanam jajar legowo 4 : 1 Setiap tiga baris tanaman padi
diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali
jarak dalam barisan. Jarak tanam yang dipinggir
setengah dari jarak tanam yang ditengah. jarak tanam
yang digunakan dalam jajar legowo 2 : 1 adalah 20 x 10
x 40 cm dalam 2 baris, sedangkan pada jajar legowo 4 :
1 adalah 20 x 10 x 40 cm dalam 4 baris. Pengaturan
jarak tanam jarwo dan konvensional tersebut menggunakan
kinco untuk menyamakan jarak tanam antar tanaman.
sistem tanam jajar legowo memilki beberapa keuntungan
antara lain : (1) dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sinar matahari bagi tanaman pinggir, (2) mengurangi
kemungkinan serangan hama, terutama tikus karena tikus
kurang suka hidup di tempat yang terbuka, (3) menekan
serangan penyakit, (4) menambah populasi tanaman
sehingga produktivitasnya lebih besar, (5) berpotensi
untuk pengembangan sistem agribisnis seperti padi-ikan
atau padi-ikan-bebek (Bobihoe, 2013).
Secara teknis, setiap budidaya suatu tanaman
harus memperhatikan kondisi iklim serta kondisi lahan
di sekitar tanaman tersebut tumbuh. Dalam kenyataan di
lapangan, iklim dan cuaca sangat sulit untuk
dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan kebutuhan,
kalaupun bisa memerluan biaya dan teknologi yang
tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor
pembatas produksi pertanian. Faktor iklim mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan
sistem produksi pertanian karena seluruh unsur iklim
berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis,
pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Keadaan iklim
aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat menentukan
pola tanam padi, jenis varietas, teknologi usahatani,
pertumbuhan , produksi tanaman, serangan hama/penyakit
dan lain-lainnya. Pertumbuhan dan produksi tanaman padi
merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan
berbagai fisiologi lainnya. Selain radiasi surya,
proses fotosintesis bulir padi sangat ditentukan oleh
ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara.
Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses
metabolisme tanaman secara signifikan dipengaruhi oleh
suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Selain
proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji
dan pematangan biji atau buah tanaman padi juga sangat
dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama
penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta
angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil
tanaman padi yang banyak ditentukan pada fase pengisian
dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh
berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi surya
dan suhu udara. Tanaman padi sawah memerlukan curah
hujan antara 200 mm/bulan, ketinggian tempat optimal 0-
1500 mdpl dengan suhu optimal sekitar 23°C. pada saat
musim kemarau berlangsung, ketersediaan air harus
terjaga untuk meningkatkan produktivitas (Nurhidayat,
2010).
Selain kondisi iklim, kondisi lahan juga turut
berperan terhadap produktivitas tanaman padi. Kondisi
lahan yang baik untuk tanaman padi adalah tanah yang
digunakan untuk tempat budidaya harus benar-benar
subur, terbebas dari pathogen dalam tanah, tidak
terdapat gulma di dalam petakan sawah, kelembapan tanah
juga harus terjaga, serta kadar air tanah dalam kondisi
kapasitas lapang. Tanah untuk budidaya tanaman padi
harus banyak mengandung humus serta bahan organic dan
unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi
itu sendiri. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman
padi adalah tanah yang mengandung pasir, debu, maupun
lempung.
Setelah mengetahui berbagai metode penanaman padi
sawah, terdapat sistem penanaman yang mampu
menghasilkan produk yang berkualitas serta berkuantitas
tinggi. menurut saya sistem penanaman yang berpotensi
untuk menghasilkan produk berkualitas dan berkuantitas
tinggi adalah sistem penanaman padi jajar legowo. Dalam
sistem penanaman jajar legowo, terdapat barisan kosong
yang memungkinkan sinar matahari dapat masuk ke barisan
tanaman secara maksimal sehingga dapat memperlancar
proses fotosintesis. Selain itu, pengendalian terhadap
hama dan penyakit tanaman menjadi lebih mudah untuk
dilakukan dibandingkan dengan sistem tanam
konvensional. Jumlah populasi sistem tanam jajar legowo
juga lebih banyak sehingga produktivitas yang
dihasilkan dari sistem tersebut jauh lebih maksimal
dibandingkan sistem tanam konvensional. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, sistem tanam jajar
legowo 4 : 1 digunakan untuk mendapatkan bulir gabah
berkualitas benih sedangkan sistem tanam 2 : 1
digunakan untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam penanaman pada budidaya padi yaitu :
1. Mutu Bibit Padi
Sebelum melakukan penanaman, harus mengetahui mutu
bibit yang akan ditanam. Dalam menentukan mutu bibit
yang baik, sebelumnya perlu adanya penyeleksian
benih. Benih padi diseleksi terlebih dahulu, agar
benih yang tidak bermutu tidak akan digunakan dan
dibuang, dan untuk benih yang bermutu, benih padi
tersebut akan digunakan untuk persemaian untuk
menghasilkan bibit padi yang bermutu. Bibit padi yang
bermutu ini, salah satu yang akan menentukan
keberhasilan dalam penanaman budidaya padi.
2. Cara tanam
Cara tanam bibit padi sangat menentukan keberhasilan
dalam penanaman dalam budidaya padi. Apabila cara
tanam yang dilakukan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur yang ditentukan, maka keberhasilan dalam
penanaman akan baik. Tapi sebaliknya, jika cara tanam
itu salah, seperti jarak tanam terlalu dekat,
penancapan bibit kedalam lubang tanam terlalu dalam
dan sebagainya.Hal tersebut justru dapat menyebabkan
keberhasilan dalam penanama akan semakin rendah atau
buruk, sehingga cara tanam harus diperhatikan dalam
melakukan penanaman.
3. Jarak tanam
Dalam melakukan penanam jarak tanam juga harus
diperhatikan dimana jarak tanam merupakan kesesuaian
antara tanama satu dengan tanama lainnya. Jarak tanam
yang baik, jarak tanam yang sesuai dengan jenis
tanaman, kesuburan tanah, dan juga ketinggian tempat
atau musim. Jika sesuai dengan hal-hal tersebut, maka
keberhasilan dalam penanaman budidaya padi akan
berhasil. Sebaliknya, jika dalam memberikan jarak
tanam yang tidak sesuai seperti menimbulkan kompetisi
antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara, maka
salah satu tanaman akan berakibat kekurangan unsur
hara. Hal tersebut, akan mengakibatkan tingkat
keberhasilan penanaman menjadi buruk bahkan bisa
menyebabkan kematian tanaman.
4. Pola jarak tanam
Pola jarak tanam juga menentukan keberhasilan dalam
budidaya padi. Pengaturan pola jarak tanam yang baik
adalah seperti pola jarak tanam jajar legowo. Pola
jarak tanam tersebut dapat menekan serangan hama
seperti tikus dan penyakit, sehingga pola jarak tanam
yang digunakan atau yang diterapkan dalam keadaan
tersebut, dapat membatu dalam keberhasilan penanaman
budidaya padi. Jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman padi. Jarak tanam yang sesuai
dengan tanaman padi yang ditanam akan berdampak
positif pada pertumbuhan dan produksi tanaman padi.
Jarak tanam yang sesuai atau tidak terlalu dekat,
tidak akan berpotensi terjadinya kompetisi antar
tanaman dalam memperebutkan unsur hara didalam tanah.
Tanaman padi akan cepat tumbuh dan mampu berproduksi
tinggi atau antar tanaman padi tidak akan saling
mengganggu, akan tetapi jika jarak tanam tidak sesuai
dengan tanaman padi akan berdampak buruk bagi tanaman
tersebut. Pertumbuhan tanaman padi akan terhambat dan
produksi tanaman padi tidak maksimal atau kurang. Hal
tersebut diakibatkan karena adanya kompetisi antar
tanaman padi dalam memperebutkan unsur hara di dalam
tanah.
Dari beberapa sistem tanam padi yang telah
dibahas dalam kegiatan praktikum, petani lebih menyukai
sistem tanam padi konvensional dengan jarak 20 x 20 cm
atau 25 x 25 cm. Hal tersebut disebabkan karena dalam
sistem tanam jajar legowo lebih banyak membutuhkan
tenaga kerja karena harus mengatur jarak tanam antar
barisan tanaman. Pada sistem tanam konvensional
pengaturan jarak tanam seragam sehingga lebih
mempermudah petani dalam melakukan penanaman. Petani
mengetahui bahwa pola tanam konvesional tersebut lebih
mempersulit mereka dalam perawatan padi, akan tetapi
pola tanam tersebut masih digunakan oleh petani hingga
saat ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani
terhadap pola tanam jajar legowo sehingga petani tidak
menghiraukan sistem tanam padi jajar legowo tersebut.
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
metode sistem penanaman padi yaitu konvensional dan
jajar legowo, maka perlu dilakukan penyuluhan oleh
dinas pertanian atau lembaga yang terkait di dalamnya.
Penyuluhan terhadap para petani perlu dilakukan agar
para petani bersedia untuk berpindah sistem tanam dari
konvensional ke jajar legowo. Selain itu, penyuluhan
juga bertujuan untuk membantu para petani agar dapat
meningkatkan produktivitasnya sehingga kesejahterann
petani akan tercapai.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Cara menanam padi secara konvensional yaitu metode
penanaman padi dengan bentuk bujur sangkar atau
jarak tanam tunggal. Jarak tanam yang dipakai
umumnya 20 x 20 cm atau bisa dimodifikasi menjadi
22,5 cm atau 25 cm sesuai dengan pertimbangan
varietas padi yang akan ditanam atau tingkat
kesuburan tanahnya.
2. Cara menanam padi jajar legowo 2 : 1 adalah cara
tanam padi sawah dimana setiap dua baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris
sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah
setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan
demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 :
1) adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan
pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
3. Cara menanam padi jajar legowo 4 : 1 yaitu cara
tanam padi sawh dimana setiap empat baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan.
5.2 Saran
Sistem tanam padi jajar legowo terbukti bisa
meningatkan produktivitas padi jauh lebih banyak
dibandingkan sistem tanam basa. Oleh karena itu, petani
yang telah terbiasa menggunakan sistem tanam
konvensional diharapkan beralih ke sistem tanam jajar
legowo yang lebih menguntungkan petani. Selain itu,
kemudahan dalam perawatan pada sistem tanam jajar
legowo juga turut memudahkan petani dalam melakukan
pengendalian terhadap OPT yang menyerang tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fita., A. Suryanto, dan N. Aini. 2013.Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman PadiSawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13.Produksi Tanaman, 1(2): 52-60.
Bobihoe, Julistia. 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo.Jambi : Balai Pengkajian Teknologi PertanianJambi.
Hatta, Muhammad. 2012. Uji Jarak Tanam Sistem LegowoTerhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa VarietasPadi pada Metode SRI. Agrista, 16(2): 87-93.
Jumakir., Waluyo, dan Suparwoto. 2012. PeningkatanProduktivitas Padi dan Pendapatan Petani MelaluiSistem Tanam Jajar Legowo di Lahan Sawah Irigasi.Pembangunan Manusia, volume 6 nomor 2.
Lalla, Hajrah., M.S.S. Ali, dan Saadah. 2012. AdaptasiPetani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam JajarLegowo 2 : 1 di Kecamatan Polong Bangkeng Utara,Kabupaten Takalar. Sains dan Teknologi, 12(3):255-264.
Nurhasanah., Supardi, dan Syakur. 2012. Kesuburan TanahPada Sistem Budidaya Konvensional dan SRI diKabupaten Aceh Besar. Manajemen Sumber Daya Lahan,1(2): 151-158.
Nurhidayat, Encum. 2010. Pengaruh Iklim TerhadapProduktivitas Tanaman PAdi Sawah. http://encum-nurhidayat.blogspot.com/2010/12/pengaruh-iklim-terhadap-produktifitas.html. Diakses pada 10April 2015.
Purwono. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.Jakarta : Penebar Swadaya.
Saadah., A. Sulili, dan R.B. Deserama. 2011. PerananPenyuluhan Pertanian Terhadap Pendapatan Petaniyang Menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo.Agrisistem, 7(2): 91-94.
Sriyanto, Sugeng. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik.Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Suparwoto. 2010. Penerapan Sistem Tanam Legowo padaUsaha Tani Padi untuk Meningkatkan Produksi danPendapatan Petani. Pembangunan Manusia, volume 10nomor 1.