20
20
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan. Penetapan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive),
suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau
ditunjuk langsung dengan kriteria tertentu (Wirartha, 2005).
Adapun dasar pertimbangan penentuan daerah penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Kota Medan merupakan penghasil perikanan tangkap yang terbesar di
Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1).
2. Jumlah rumah tangga miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Medan
Belawan (Tabel 1).
3. Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan kelurahan
dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling
banyak di Kota Medan (Lampiran 2).
Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple
Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana. Sebagai kriteria
penentuan populasi dalam penelitian ini adalah nelayan buruh penangkap ikan di
laut dengan menggunakan kapal < 5 GT dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli.
Nelayan buruh kapal motor < 5 GT diambil sebagai sampel dengan alasan bahwa
pendapatan nelayan buruh ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
21
nelayan buruh yang lebih besar ukuran kapal motornya. Dari seluruh populasi
yang jumlahnya sekitar 1.685 orang penduduk yang bermata pencaharian sebagai
nelayan, diambil sampel sebanyak 30 Rumah tangga nelayan. Hal ini menurut
Sugiarto (2001) berdasarkan pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga, 30 sampel
merupakan sampel kecil yang dapat dianggap mewakili untuk sebuah penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan
melalui survei maupun daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Sumatera Utara, Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Utara dan instansi lain yang terkait.
Tabel spesifikasi pengumpulan data disajikan sebagai berikut:
Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data No.
Jenis data yang dikumpulkan
Sumber data Metode Alat
1.
2.
3.
4.
Data populasi dan sampel
Identitas nelayan
Pendapatan usaha penangkapan Pendapatan dari usaha lain
Dinas pertanian dan perikanan Nelayan
Nelayan
Nelayan
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
-
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Universitas Sumatera Utara
22
Metode Analisis Data
Untuk menganalisis masalah 1 mengenai persentase kemiskinan nelayan maka
digunakan Head Count Index yang diformulasikan sebagai berikut:
HCi = PtPi
Keterangan:
HCi : Tingkat kemiskinan penduduk
Pi : Jumlah penduduk miskin
Pt : Jumlah penduduk (Sirojuzilam, 2008)
Untuk menentukan miskin tidaknya nelayan sampel maka digunakan beberapa
kriteria yaitu:
1. Menurut Sajogyo, ekuivalen dengan 360 kg beras per tahun per kapita.
2. Standard Upah Minimum Provinsi sebesar Rp 1.048.000,- per bulan.
3. Standard Bank Dunia (world bank), yaitu sebesar $2 per hari per kapita (setara
dengan Rp 19.000,- per hari per kapita).
Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji pihak kiri adalah:
Ho : µ > 50%
H1 : µ ≤ 50%
Dengan kriteria uji:
Jika Ho benar dan H1 salah maka hipotesis diterima.
Jika Ho salah dan H1 benar maka hipotesis ditolak.
Untuk menganalisis masalah 2 mengenai ketimpangan pendapatan nelayan
maka digunakan Gini Rasio (GR) yang formulanya adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
23
GR = 1- [ ]1iin
1iYYfi −
=+×∑
Keterangan:
GR = Gini rasio
fi = Frekuensi penduduk kelas ke-i
Yi = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-i
Yi-1 = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-(i-1)
Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Bila GR = 1 maka timpang sempurna
2. Bila GR ≥ 0,80 maka ketimpangan pendapatan sangat tinggi
3. Bila GR 0,60 - 0,80 maka ketimpangan pendapatan tinggi
4. Bila GR 0,40 - < 0,80 maka ketimpangan pendapatan sedang
5. Bila GR 0,20 - < 0,40 maka ketimpangan pendapatan rendah
6. Bila GR 0 - < 0,20 maka ketimpangan pendapatan sangat rendah
7. Bila GR = 0 maka merata sempurna (Tarigan, 2002).
Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji dua pihak yaitu:
Ho : µ = tinggi (koefisien GR 0,6-0,8)
H1 : µ ≠ tinggi (koefisien GR selain 0,6-0,8)
Dengan kriteria uji:
Jika Ho benar dan H1 salah maka hipotesis diterima.
Jika Ho salah dan H1 benar maka hipotesis ditolak. (Sugiyono, 2009)
Untuk menganalisis hipotesis 3 mengenai faktor yang berhubungan
dengan kemiskinan maka digunakan analisis asosiasi dengan alat uji χ2 dua
Universitas Sumatera Utara
24
sampel, yaitu antara kemiskinan dengan jumlah tanggungan keluarga, tingkat
pendidikan, dan usaha sampingan.
Untuk memperoleh nilai χ2 maka digunakan tabel kontingensi yang
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4. Tabel kontingensi secara umum Variabel I Variabel II
Jumlah Kriteria I Kriteria II
Kriteria I Kriteria II
a c
b d
a+b c+d
Jumlah a+c b+d n
Kemudian nilai χ2 diperoleh dengan rumus sebagai berikut
))()()(()2/( 2
2
dcdbcabanbcadn
==++
−−=χ
Dengan kriteria pengujian:
Bila χ2-hitung < χ2-tabel (α= 0,05 dan dk=1) : HO diterima (H1 ditolak)
Bila χ2-hitung ≥ χ2-tabel (α= 0,05 dan dk=1) : HO ditolak (H1 diterima)
(Sugiyono, 2009)
Untuk menganalisis hipotesis 4 mengenai faktor yang berhubungan
dengan ketimpangan pendapatan digunakan analisis korelasi sederhana, yaitu
antara variasi pendapatan dengan rata-rata pengalaman melaut, lama melaut, dan
jumlah tenaga kerja dalam kapal. Untuk memperoleh koefisien korelasi maka
digunakan rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
25
} ( ){ }{ }∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222 )(
))((
yynxxn
yxxynr
Keterangan:
r : Koefisien korelasi
n :Jumlah sampel
x : Variabel bebas
y : Variabel terikat
pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t yang dirumuskan:
21
2
r
nrthitung−
−=
Dengan kriteria pengujian:
Jika t-hitung ≤ t-tabel pada α = 0,05 berari Ho diterima dan H1 ditolak
Jika t-hitung > t-tabel pada α = 0,05 berari Ho ditolak dan H1 diterima
(Sugiyono, 2009)
Universitas Sumatera Utara
26
Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi
Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian
maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
1. Nelayan buruh kapal motor <5 GT adalah individu yang bermata
pencaharian menangkap ikan dan atau binatang laut lainnya dengan
menggunakan kapal/perahu bermotor milik orang lain (nelayan toke).
2. Usaha penangkapan adalah kegiatan penangkapan ikan dan binatang laut
lainnya dengan menggunakan kapal serta menggunakan alat Bantu
penangkapan seperti jaring, rawai, dan lain-lain.
3. Pendapatan dari usaha penangkapan adalah penerimaan bersih dari
usaha penangkapan setelah dikurangi dengan biaya melaut dan dengan
sistem bagi hasil tertentu dalam satuan Rupiah.
4. Usaha sampingan adalah mata pencaharian lain di luar sektor perikanan
maupun di sektor perikanan seperti buruh bangunan, pedagang,
mengupas kulit kerang, memperbaiki jaring, dan lain-lain.
5. Pendapatan keluarga adalah banyaknya uang yang diperoleh dari hasil
menangkap ikan dengan atau tanpa ditambah usaha di sektor lain oleh
nelayan dan keluarganya dalam satuan Rupiah.
6. Ketimpangan adalah perbedaan pendapatan satu orang dengan orang
lain.
7. Faktor yang berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan
adalah pengalaman melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja dalam
kapal.
Universitas Sumatera Utara
27
8. Pengalaman melaut adalah lamanya nelayan melakukan usaha
penangkapan dalam satuan tahun
9. Lama melaut adalah lama nelayan melakukan penangkapan dalam setiap
trip melaut dengan satuan hari.
10. Jumlah tenaga kerja dalam kapal adalah banyaknya awak (buruh
nelayan) yang ikut melaut dalam satu kapal dengan satuan orang.
11. Kemiskinan adalah suatau keadaan yang menggambarkan serba
kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
12. Faktor yang berhubungan dengan kemiskinan adalah jumlah tanggungan
keluarga, usaha sampingan, dan pendidikan.
Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian,
maka dibuat batasan operasional sebagai berikut:
1. Sampel adalah nelayan buruh kapal motor yang merupakan kepala
keluarga dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli.
2. Kapal/perahu motor yang digunakan nelayan buruh adalah ukuran <5 GT.
3. Batas kemiskinan yang digunakan adalah berdasarkan kriteria Sajogyo
(ekivalen dengan 360 kg beras per orang per tahun) , satandard Upah
Minimum Provinsi (UMP), dan kriteria bank dunia.
4. Tempat penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
5. Waktu penelitian adalah bulan November tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
28
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)
28
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
1. Deskripsi Daerah Penelitian
Gambaran Umum Kelurahan
Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu kelurahan dari 6 kelurahan di
Kecamatan Medan Belawan yang memiliki jumlah penduduk nelayan yang
terbanyak di banding kelurahan lain. Kelurahan ini terletak di 3°48’ LU dan
98°42’ BT dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan laut dengan topografi
pantai dan suhu 24° - 30°C serta curah hujan 2000 mm/tahun.
Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara : Selat Malaka
Selatan : Belawan II/Belawan Bahari
Barat : Belawan I
Timur : Selat Malaka/Muara Deli/Kecamatan Percut Sei Tuan
Jarak Kelurahan Bagan Deli ke pusat administratif, kecamatan kurang lebih 3 km
dan ke pusat kota (Medan) kurang lebih 26 km.
Luas Kelurahan ini berkisar 230 Ha dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 5. Spesifikasi Penggunaan Lahan di Kelurahan Bagan Deli Peruntukan Luas Persentase
Pemukiman
Bangunan Umum
Empang
Lain-lain
Jalur Hijau
Pekuburan
Lainnya
40 Ha
140 Ha
20 Ha
10 Ha
4,4 Ha
0,6 Ha
20 Ha
17.39%
60.87%
8.70%
4.35%
1.91%
0.26%
6.52%
Universitas Sumatera Utara
29
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar
adalah untuk bangunan umum yaitu seluas 140 Ha atau sekitar 60,87%.
Kelurahan Bagan Deli terdiri dari 15 lingkungan (Lingkungan I sampai
XV) dan lingkungan yang berbatasan langsung dengan laut berjumlah 4
lingkungan yaitu lingkungan III, IV, V, XV.
Kependudukan
Jumlah penduduk di kelurahan ini yang terdata di kantor kelurahan
mencapai 17.766 jiwa (3.595 KK) dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 6. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Bagan Deli Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase
Laki-laki
Perempuan
9.060
8.706
51 %
49%
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk paling banyak berjenis kelamin
laki-laki dengan jumlah 9.060 orang (50,97%) dan perempuan berjumlah 8.706
orang (49%).
Di tahun 2009 jumlah penduduk yang tergolong usia produktif berkisar
7.316 orang dan anak usia sekolah 5.384 orang (termasuk di dalamnya 225 anak
putus sekolah), sedangkan sisanya termasuk dalam kategori lanjut usia dan anak
usia pra sekolah.
Penduduk menurut lulusan tingkat pendidikan umum disajikan dalam tabel
berikut:
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 7. Penduduk Menurut Lulusan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli
Jenis Jumlah (orang) Persentase
SD
SMP
SMA
Akademi
Sarjana
6.203
931
618
18
5
79.78%
11.97%
7.95%
0.23%
0.06%
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari Tabel 7 tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk tamatan SD adalah yang
terbanyak dari lulusan pendidikan lainnya dengan jumlah 6.203 orang atau sekitar
79,78% dari total penduduk yang terdata di Kelurahan.
Perekonomian
Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Bagan Deli cukup beragam.
Komposisi mata pencaharian penduduk sebagai berikut:
Tabel 8. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Bagan Deli:
Mata pencaharian utama Jumlah (orang) Persentase
PNS
Peg. Swasta
TNI/POLRI
Petani
Nelayan
Pedagang
Pensiunan
Lainnya
113
1.013
18
0
1.685
1.941
214
205
2.18%
19.52%
0.35%
0.00%
32.47%
37.41%
4.12%
3.95%
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)
Dari Tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk terutama
adalah sebagai pedagang dengan jumlah 1.941 orang atau sekitar 37,41% dan pada
Universitas Sumatera Utara
31
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)
urutan kedua adalah nelayan dengan jumlah 1.685 orang atau sekitar 32,47% dari
total penduduk.
Usaha lain yang terdapat dalam komposisi mata pencaharian penduduk di
antaranya adalah penjahit, pengemudi becak, dan supir angkutan umum.
Kelurahan ini juga memiliki industri kecil dan menengah dengan produk antara
lain: daging kepiting, udang kupas, cumi kupas, kerang kupas, dan pengolahan
ikan asin. Dari industri tersebut masyarakat dapat memperoleh tambahan
pendapatan yang akan membantu ekonomi rumah tangga.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di kelurahan ini antara lain adalah:
Tabel 9. Sarana dan Prasarana Penunjang Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Bagan Deli
Bidang Jenis Jumlah (Unit)
Pendidikan SD SMP SMA
4 - 1
Keagamaan Mesjid Musola Gereja Kelenteng
2 6 1 1
Perkonomian Koperasi Bank
2 -
Kesehatan
Puskesmas Klinik Posyasandu
1 5 6
Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa gedung pendidikan di Kelurahan
Bagan Deli sudah cukup tersedia. Sarana peribadatan dan kesehatan umum juga
tersedia. Untuk sarana kesehatan berjumlah 12 unit dan sarana perekonomian
sebanyak 2 unit.
Universitas Sumatera Utara
32
2. Karakteristik Nelayan Sampel
Nelayan di Kelurahan Bagan Deli umumnya menggunakan sarana
penangkap ikan yang terbatas. Hal ini dapat dilihat dari jenis kapal motor yang
dimiliki oleh penduduk serta alat tangkap yang digunakan di kelurahan ini. Dari 4
lingkungan yang berbatasan langsung dengan laut seperti yang disebutkan
sebelumnya (di penjelasan lokasi kelurahan), sekitar separuh dari rumah tangga
penduduk memiliki kapal motor penangkap ikan. Kapal motor tersebut tergolong
sederhana dengan ukuran <5 GT. Adapun jumlah penduduk yang bermukim di 4
lingkungan tersebut sekitar 815 orang sehingga bisa disimpulkan nelayan yang
memiliki kapal motor ukuran <5 GT berkisar 400an Rumah Tangga.
Daerah penangkapan (fishing ground) tergantung pada besarnya kapal
yang digunakan, alat tangkap dan jenis ikan yang akan ditangkap. Untuk kapal
yang menangkap di wilayah pinggir laut, umumnya tangkapan yang diperoleh
adalah kerang, kepiting pinggir, ikan belanak, dan ikan kecil serta udang-udangan.
Sedangkan untuk wilayah tengah hasil tangkapan berupa ikan selayang, ikan
kembung, ikan tenggiri, kepiting tengah, dan beberapa jenis ikan tengah lainnya.
Untuk alat tangkap yang digunakan juga bermacam tergantung pada jenis
tangkapannya, untuk tangkapan berupa udang pinggir, kepiting pinggir, dan ikan
pinggir lainnya alat tangkap yang digunakan adalah jaring kepiting, jaring udang
apolo, bahkan ada yang tidak menggunakan alat tangkap sama sekali (dengan
menyelam atau mengutip dengan tangan).
Jenis kapal untuk hasil tangkapan pinggir adalah dengan kapal yang
berukuran kecil (perahu papan ukuran 12-18 kaki), sedangkan untuk daerah
Universitas Sumatera Utara
33
Sumber : Analisis data primer
Sumber : Analisis data primer
tangkapan tengah kapal yang digunakan adalah kapal motor sedang dengan
ukuran 20-30 kaki.
Secara umum karakteristik nelayan sampel di lokasi penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Usia di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009
Tingkat umur (tahun)
Jumlah nelayan (orang)
Persentase
20-30
30-40
40-50
50-60
60 dst
7
9
11
3
-
23%
30%
37%
10%
0%
Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa nelayan sampel di daerah penelitian
umumnya berusia 40-50 tahun dengan jumlah 11 orang dan tidak ada nelayan
sampel yang berusia di atas 60 tahun.
Tabel 11. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009
Tingkat Pendidikan
Jumlah nelayan (orang)
Persentase
SD
SMP
SMA
23
7
-
76.67%
23.33%
0%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nelayan responden di Kelurahan
Bagan Deli hampir seluruhnya memperoleh pendidikan hanya sampai tingkatan
Sekolah Dasar yaitu 23 orang (76,67%) sedangkan yang 7 orang lainnya pada
tingkatan Sekolah Menegah Pertama. Dan dari hasil wawancara dengan nelayan
Universitas Sumatera Utara
34
Sumber : Analisis data primer
Sumber : Analisis data primer
sampel diketahui bahwa tidak ada nelayan responden yang pernah menempuh
pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas.
Secara umum karakteristik nelayan sampel di lokasi penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Pengalaman Melaut di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009
Pengalaman melaut (tahun)
Jumlah nelayan (orang)
Persentase
0-10
10-20
20-30
30-40
10
14
5
1
33.33%
46.67%
16.67%
3.33%
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengalaman melaut nelayan sampel di daerah
penelitian umumnya adalah 14 tahun (sebanyak 14 orang) dan yang paling sedikit
adalah memiliki pengalaman melaut selama 40 tahun yaitu sebanyak 1 orang.
Tabel 13. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009
Jumlah tanggungan keluarga (orang)
Jumlah nelayan (orang)
Persentase
0-2
3-5
6-8
9-10
1
26
3
-
3.33%
86.67%
10.00%
0.00%
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan nelayan sampel di daerah
penelitian umumnya adalah 3-5 orang (86,67%) dan tidak ada nelayan sampel
yang memiliki jumlah tanggungan 9-10 orang.
Universitas Sumatera Utara
35
35
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Tingkat Kemiskinan
Pendapatan nelayan yang dihitung adalah pendapatan keluarganya.
Pendapatan keluarga ini diperoleh dari total pendapatan utama dari hasil
penangkapan ditambah dengan usaha sampingan di bidang penangkapan ataupun
di luar usaha penangkapan yang dilakukan oleh kepala keluarga maupun oleh
anggota keluarga.
Pendapatan utama dari hasil penangkapan adalah sebagai nelayan buruh,
yaitu dengan menjalankan usaha penangkapan dengan menggunakan sarana
penangkapan milik nelayan toke (dengan ukuran kapal <5 GT). Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan yang diterima oleh nelayan buruh
adalah penerimaan bersih berdasarkan sistem bagi hasil yang ditetapkan olah
nelayan toke. Sistem bagi hasil yang berlaku di daerah penelitian adalah 50 : 50,
artinya 50% dari hasil bersih untuk nelayan toke dan 50% lagi untuk seluruh
awak (nelayan juragan dan nelayan buruh) dalam kapal.
Bagi hasil yang diberlakukan tersebut adalah berdasarkan hasil bersih,
yaitu hasil penjualan tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan
setelah dikurangi dengan biaya operasi penangkapan. Biaya operasi penangkapan
meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tetap
harus dikeluarkan untuk penyusutan kapal, mesin, dan alat tangkap serta biaya
pemeliharaan kapal dan mesin walaupun tidak dilakukan kegiatan penangkapan
selama umur ekonomis dari peralatan tersebut dan pembayarannya dapat
ditangguhkan. Sementara biaya variabel adalah biaya yang mutlak dikeluarkan
Universitas Sumatera Utara
36
setiap kali melakukan kegiatan penangkapan. Umumnya biaya variabel meliputi
biaya pembelian bahan bakar (solar), oli, dan bahan pengawet (es dan garam).
Adapun pendapatan utama dari usaha penangkapan dapat dilihat berikut
ini.
Tabel 14. Pendapatan Nelayan dari Usaha Penangkapan No. Penerimaan
Usaha per Tip
(ribu
rupiah)
Biaya melaut
per Tip
(ribu rupiah)
Pendapatan melaut per Tip
(ribu
rupiah)
Pendapatan yang
diterima awak (ribu
rupiah)
Jumlah Awak
Per kapal
(orang)
Pendapatan masing-
masing awak per Tip (ribu
rupiah) 1 645 187,8 457,2 187,8 5 37,6 2 3.300 518,4 2.781 518,4 10 51,8 3 10.875 1,546 9.328,9 1.546,1 6 257,7 4 9.200 1.529,3 7.670,7 1.529,3 6 254,9 5 62 25,8 36.2 25,8 2 12,9 6 650 451,9 198 451,9 4 112,9 7 465 451,6 13,4 451,6 4 112,9 8 552,5 450,9 101,6 450,9 4 112,7 9 14.610 1.966,8 12.643 1.966,9 6 327,8 10 15.090 1.380,9 13.709 1.380,9 6 230,2 11 12.910 2.050 10.859,.9 2.050,1 6 341,7 12 54,5 18,6 35,9 18,6 1 18,6 13 25 16 8,9 16 1 16 14 59,5 38,8 20,7 38,8 1 38,8 15 62 39,6 22,4 39,6 1 39,6 16 242 50,3 191,6 504 1 50,4 17 244 53,1 190,8 53,2 1 53,2 18 25 16,3 8,7 16,3 1 16,3 19 54,5 28,5 25,9 28,6 2 14,3 20 7.970 3.362,7 4.607,3 3.362,7 7 480,4 21 11.920 1.386,5 10.533,4 1.386,5 6 231,9 22 6.390 2.070,1 4.319,9 2.070,1 4 517,5 23 5.660 1.987 3.672,9 1.987,1 4 496,8 24 13.380 2.262,8 11.117,2 2.262,8 6 377,1 25 11.835 2.380,9 9/,454,1 2.380,9 4 595,2 26 4.340 1.969,1 2/370,9 1.969 5 393,8 27 189 26,4 162,6 26,4 1 26,4 28 67 25,4 41,5 25,5 1 25,4 29 59,5 21,7 37,8 21,7 2 10,9 30 59,5 29 30,5 29 2 14,5
Rataan 4.494,9 907,4 3.593 902 4 180,4 Sumber :Data primer diolah
Dari Tabel 14 tersebut dapat diketahui bahwa dari kegiatan penangkapan setiap
tripnya rata-rata penerimaan dari kegiatan penangkapan adalah Rp 4.494.862;
Universitas Sumatera Utara
37
rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp 907.391; dan rata-rata pendapatan kapal
3,592.948. Pendapatan yang diterima awak dalam tabel tersebut adalah 50% dari
total pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan. Rata-rata
pendapatan yang diterima awak adalah sebesar Rp 901.915,- dan masing-masing
awak akan memperoleh bagian yang sama yaitu sebanyak pembagian dari total
pendapatan untuk seluruh awak dengan jumlah awak dalam kapal. Jadi, semakin
banyak awak dalam kapal maka pendapatan yang diterima oleh masing-masing
awak kapal akan semakin sedikit.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pendapatan sampingan
tersebut berasal dari usaha penangkapan yang dilakukan kepala keluarga seperti
memancing (dengan peralatan milik sendiri) maupun oleh anggota keluarga
seperti menjadi buruh pengupas kerang, buruh cuci, dan berdagang. Nelayan
yang melakukan usaha sampingan dengan memancing adalah jenis nelayan yang
beroperasi ke tengah laut. Hasil tangkapan tersebut kemudian dijual dan akan
menjadi tambahan nelayan disamping pekerjaan utamanya menjadi nelayan
buruh. Selain itu usaha sampingan kepala keluarga yang diketahui dari penelitian
adalah dengan berdagang. Mereka yang berdagang adalah nelayan yang daerah
tangkapannya di pinggir laut yang hanya melaut 1 hari saja. Pendapatan
sampingan ini diperoleh dari besar pendapatan rata-rata setelah dikurangi dengan
modal. Untuk modal dalam kegiatan memancing itu sendiri tidak ada, karena
hanya menggunakan alat pancing yang sudah dimiliki sebelumnya oleh nelayan.
Sedangkan modal dalam kegiatan berdagang adalah modal untuk memperoleh
barang yang akan didagangkan saja. Biaya tempat dan lain-lain dianggap tidak
Universitas Sumatera Utara
38
ada dengan alasan tempat yang digunakan berpindah-pindah walaupun masih di
kelurahan tersebut dan tidak dikenakan biaya.
Pendapatan sampingan keluarga dapat pula berasal dari usaha yang
dilakukan oleh istri nelayan. Beberapa usaha yang dilakukan oleh istri nelayan
adalah dengan menjadi pengupas kulit kerang, menjadi buruh cuci, dan
berdagang. Dalam kegiatan mengupas kulit kerang menjadi kerang kupas yang
siap dijual, istri nelayan yang melakukan pekerjaan ini memperolehnya dari
pengumpul (toke) yang kemudian pengumpul tersebut merebusnya hingga
setengah masak terlebih dahulu. Tujuan dari perebusan ini adalah agar kerang
tidak cepat busuk. Untuk upah dari kegiatan mengupas kerang ini sendiri adalah
Rp 1.000,- per kilogramnya. Rata-rata pengupasan kerang per harinya mencapai
5-10 kilogram. Sehingga rata-rata pendapatan yang bisa diperoleh adalah sebesar
Rp 5.000 hingga Rp10.000,-/hari.
Dari usaha menjadi buruh cuci, istri nelayan menawarkan jasanya pada
keluarga di sekitar daerah itu. Pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah Rp
100.000/bulan. Untuk usaha lain yang juga dilakukan adalah dengan berdagang.
Umumnya dagangan yang dijual adalah gorengan dan jajanan anak-anak. Dan
rata-rata penerimaan bersih yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp 10.000/hari.
Berikut tabel pendapatan keluarga yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan:
Universitas Sumatera Utara
39
Tabel 15. Pendapatan Keluarga Nelayan per Bulan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009
No. Sampel
Pekerjaan Utama (ribu rupiah)
Usaha Sampingan (ribu rupiah)
Total Pendapatan Keluarga (ribu rupiah)
1 1.127,1 300 1.427,1 2 1.555,1 0 1.555,1 3 1.803,8 100 1.903,8 4 1.784,2 580 2.364,2 5 387,5 480 867,5 6 1.694,9 0 1.694,9 7 1.693,5 0 1.693,5 8 1.690,9 0 1.690,9 9 2.294,7 0 2.294,7 10 1.611,1 575 2.186,1 11 2.391,8 0 2.391,8 12 558 240 798 13 481,1 210 691,1 14 1.163,6 0 1.163,6 15 1.189,3 0 1.189,3 16 1.510,8 0 1.510,8 17 1.595,2 0 1.595,2 18 490,1 210 700,1 19 428,6 210 638,6 20 3.362,7 105 3.467,7 21 1.617,6 350 1.967,6 22 3.622,7 0 3.622,7 23 3.477,4 0 3.477,4 24 2.639,9 420 3.059,9 25 4.166,6 350 4.516,6 26 2.756,8 350 3.106,8 27 793,1 210 1.003,1 28 763,7 0 763,7 29 325,1 210 535,1 30 435,5 210 645,5
Sumber :Data primer diolah
Tabel 15 tersebut menjelaskan bahwa pendapatan keluarga yang diperoleh oleh
nelayan sampel berbeda-beda. Ada keluarga nelayan yang memiliki pendapatan
cukup besar dan ada juga yang sebaliknya sangat kecil.
Untuk melihat tingkat kemiskinan nelayan dari pendapatan keluarga yang
diperoleh, digunakan alat analisis head count index. Sebagai batas (garis
kemiskinan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria Sajogyo
yaitu dengan ukuran 360 kg beras/orang/tahun atau setara dengan
Rp 6.000,-/orang/hari, satandard Upah Minimum Provinsi yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
Sumber :Data primer diolah
Rp 1.048.000,-/orang/bulan atau setara dengan Rp 34.900,-/orang/hari, dan
standard bank dunia yaitu $2/hari/kapita atau setara dengan Rp 19.000,-
/orang/hari
Tabel 16. Pendapatan Keluarga Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009
No.
Sampel Pendapatan Keluarga
Kategori Kemiskinan
(Rp/orang/hari) Kriteria Sajogyo Standard UMP
Kriteria Bank Dunia
(Ekuivalen Rp 6.000,-/ka/hari
(Rp 1.048.000,-/bulan = Rp 34.900/hari)
($2/hari = 19,000/ka/hari)
1 15.856 tidak miskin miskin miskin 2 12.959 tidak miskin miskin miskin 3 15.865 tidak miskin miskin miskin 4 26.269 tidak miskin miskin tidak miskin 5 5.784 miskin miskin miskin 6 18.833 tidak miskin miskin miskin 7 14.113 tidak miskin miskin miskin 8 14.091 tidak miskin miskin miskin 9 15.298 tidak miskin miskin miskin
10 14.574 tidak miskin miskin miskin 11 39.863 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 12 3.800 miskin miskin miskin 13 3.291 miskin miskin miskin 14 9.696 tidak miskin miskin miskin 15 9.911 tidak miskin miskin miskin 16 12.59 tidak miskin miskin miskin 17 10.634 tidak miskin miskin miskin 18 7.779 tidak miskin miskin miskin 19 7.095 tidak miskin miskin miskin 20 28.898 tidak miskin miskin tidak miskin 21 21.862 tidak miskin miskin tidak miskin 22 24.152 tidak miskin miskin tidak miskin 23 38.638 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 24 25.500 tidak miskin miskin tidak miskin 25 37.639 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 26 25.890 tidak miskin miskin tidak miskin 27 5.573 miskin miskin miskin 28 8.486 tidak miskin miskin miskin 29 5.946 miskin miskin miskin 30 4.304 miskin miskin miskin
Rata-rata 16.173 tidak miskin miskin miskin
Universitas Sumatera Utara
41
Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa nelayan sampel di daerah penelitian
menurut kriteria UMP dan kriteria Bank Dunia hidup di bawah garis kemiskinan
sedangkan menurut kriteria Sajogyo nelayan sampel sedikit yang hidup di bawah
garis kemiskinan. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan yang cukup
jauh dari masing-masing kriteria.
Penduduk miskin berdasarkan kriteria Sajogyo berjumlah 6 kepala
keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 24 kepala
keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count
index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 20%. Dengan demikian Ho salah dan
H1 benar sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas
50% ditolak.
Penduduk miskin berdasarkan kriteria Upah Minimum Provinsi (UMP)
berjumlah 27 kepala keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin
berjumlah 3 kepala keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan
menggunakan head count index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 90%.
Dengan demikian Ho benar dan H1 salah sehingga hipotesis menyatakan
persentase kemiskinan nelayan di atas 50% diterima.
Penduduk miskin berdasarkan kriteria Bank Dunia berjumlah 21 kepala
keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 9 kepala
keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count
index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 70%. Dengan demikian Ho benar dan
H1 salah sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas
50% diterima.
Universitas Sumatera Utara
42
2. Analisis Ketimpangan Pendapatan
Pendapatan yang diterima oleh nelayan berbeda-beda. Terdapat
ketimpangan pendapatan yang mereka peroleh. Untuk melihat tingkat
ketimpangan nelayan digunakan formulasi Gini Rasio.
Berikut disajikan perolehan nilai Gini Rasio dari hasil pengolahan data
primer di lapangan:
Tabel 17. Perhitungan Gini Rasio Xi Yi
pendapatan (Rp/bulan)
% Xi
Kumulatif % Xi
% Yi/ ∑ Y
Kumulatif % Y
Kumulatif % Yi+Yi-1
Kumulatif (% Yi+Yi-1).
(% X) 29 535,146 3.33% 3.33% 0.98% 0.98% 0.98% 0.033% 19 638,575 3.33% 6.67% 1.17% 2.15% 3.13% 0.104% 30 645,527 3.33% 10.00% 1.18% 3.34% 5.49% 0.183% 13 691,108 3.33% 13.33% 1.27% 4.60% 7.94% 0.265% 18 700,067 3.33% 16.67% 1.28% 5.89% 10.49% 0.350% 28 763,733 3.33% 20.00% 1.40% 7.29% 13.18% 0.439% 12 798,013 3.33% 23.33% 1.46% 8.75% 16.04% 0.535% 5 867,533 3.33% 26.67% 1.59% 10.34% 19.10% 0.637% 27 1,003,117 3.33% 30.00% 1.84% 12.18% 22.53% 0.751% 14 1,163,567 3.33% 33.33% 2.13% 14.32% 26.50% 0.883% 15 1,189,317 3.33% 36.67% 2.18% 16.50% 30.82% 1.027% 1 1,427,069 3.33% 40.00% 2.62% 19.12% 35.62% 1.187% 16 1,510,757 3.33% 43.33% 2.77% 21.89% 41.00% 1.367% 2 1,555,095 3.33% 46.67% 2.85% 24.74% 46.63% 1.554% 17 1,595,174 3.33% 50.00% 2.93% 27.67% 52.40% 1.747% 8 1,690,883 3.33% 53.33% 3.10% 30.77% 58.43% 1.948% 7 1,693,525 3.33% 56.67% 3.11% 33.87% 64.64% 2.155% 6 1,694,954 3.33% 60.00% 3.11% 36.98% 70.85% 2.362% 3 1,903,761 3.33% 63.33% 3.49% 40.47% 77.45% 2.582% 21 1,967,607 3.33% 66.67% 3.61% 44.08% 84.55% 2.818% 10 2,186,134 3.33% 70.00% 4.01% 48.09% 92.17% 3.072% 9 2,294,714 3.33% 73.33% 4.21% 52.30% 100.39% 3.346% 4 2,364,229 3.33% 76.67% 4.34% 56.64% 108.94% 3.631% 11 2,391,761 3.33% 80.00% 4.39% 61.02% 117.66% 3.922%
24 26
3,059,953 3,106,797
3.33% 3.33%
83.33% 86.67%
5.61% 5.70%
66.64% 72.33%
127.66% 138.97%
4.255% 4.632%
20 3,467,704 3.33% 90.00% 6.36% 78.69% 151.03% 5.034% 23 3,477,403 3.33% 93.33% 6.38% 85.07% 163.77% 5.459% 22 3,622,742 3.33% 96.67% 6.64% 91.72% 176.79% 5.893% 25 4,516,637 3.33% 100.00% 8.28% 100.00% 191.72% 6.391%
∑ 54,522,599 100% 100.00% 68.562% GR = 1-0.69 = 0.31 Sumber :Data primer diolah
Universitas Sumatera Utara
43
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Kumulatif % X
Kum
ulat
if %
X
Untuk memperoleh nilai Gini Rasio maka terlebih dahulu data diurut
berdasarkan pendapatannya. Urutannya adalah dari pendapatan yang terendah
hingga yang tertinggi. Kemudian dihitung persentase pendapatan (%Yi) dan
kumulatif persen pendapatan (kumulatif %Yi), serta persentase penduduk (%Xi)
dan kumulatif persen penduduknya (kumulatif %Xi).
Dari hasil perhitungan Gini rasio pada Tabel 17 tersebut diketahui bahwa
secara keseluruhan (over-all sampling) nilai GR sebesar 0,31 sehingga termasuk
dalam kriteria tingkat pendapatan nelayan rendah (di bawah garis kemiskinan).
Dengan demikian Ho benar dan H1 salah sehingga hipotesis yang menyatakan
bahwa ketimpangan pendapatan yang diterima oleh nelayan adalah ketimpangan
rendah diterima.
Adapun bentuk Kurva Lorenz yang terbentuk dari analisis data
menggunakan Gini Rasio dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Kurva Lorenz Hasil Penelitian
Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa Kurva Lorenz tidak begitu
cembung. Hal ini dikarenakan koefisien Gini Rasio tidak begitu besar. Apabila
nilai Gini Rasio mendekati nol maka kurva akan memiliki kecembungan yang
Universitas Sumatera Utara
44
semakin kecil yaitu mendekati garis lurus seperti yang terlihat dalam gambar
tersebut. Semakin kecil nilai Gini Rasio maka kurva yang terbentuk akan
semakin berimpit dengan garis diagonal tersebut.
Ketimpangan pendapatan ini sangat mungkin terjadi. Dari hasil penelitian
di lapangan ketimpangan tersebut sangat erat hubungannya dengan usaha
sampingan yang dilakukan oleh keluarga. Untuk melihat bagaimana keeratan
hubungan antara usaha sampingan dengan kemiskinan dapat dilihat di
pembahasan selanjutnya.
3. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kemiskinan
Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kemiskinan
diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, pendidikan serta usaha
sampingan. Untuk menguji hubungan masing-masing variabel tersebut dengan
kemiskinan digunakan analisis asosiasi dengan menggunakan uji χ2.
a. Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan kemiskinan
Secara teori disebutkan bahwa jumlah tanggungan keluarga akan
memperparah kemiskinan masyarakat. Jumlah tanggungan yang besar akan
menunjukkan banyaknya orang yang bergantung langsung dari pendapatan
keluarga yang diperoleh oleh nelayan dan anggota keluarga lainnya dalam
memenuhi kebutuhan baik makanan maupun non-makanan. Untuk mengetahui
jumlah pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada
tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 18. Total pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga
(Rp/bulan) (Jiwa) 1 1.427.069 3 2 1.555.095 4 3 1.903.761 4 4 2.364.229 3 5 867.533 5 6 1.694.954 3 7 1.693.525 4 8 1.690.883 4 9 2.294.714 5
10 2.186.134 5 11 2,391,761 5 12 798,013 2 13 691,108 7 14 1,163,567 7 15 1,189,317 4 16 1,510,757 4 17 1.595.174 4 18 700.067 3 19 638.575 3 20 3.467.704 4 21 1.967.607 3 22 3.622.742 5 23 3.477.403 3 24 3.059.953 4 25 4.516.637 4 26 3.106.797 4 27 1.003.117 6 28 763.733 3 29 535.146 3 30 645.527 5
Rata-rata 1.817.420 4 Sumber : Data primer diolah
Dari Tabel 18 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumalah pendapatan keluarga
nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan jumlah tanggungan rata-rata adalah 4
orang.
Untuk melihat adanya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga
dengan kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang
digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 19. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo
Kemiskinan Jumlah tanggungan Jumlah Tanggungan besar
(di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil
(di bawah jumlah rata-rata) Miskin Tidak miskin
4 5
2 19
6 24
Jumlah 9 21 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 2.87. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga
berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Tabel 20. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria UMP
Kemiskinan Jumlah tanggungan Jumlah Tanggungan besar
(di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil
(di bawah jumlah rata-rata) Miskin Tidak miskin
8 1
19 2
27 3
Jumlah 9 21 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,28. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga
berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 21. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia
Kemiskinan Jumlah tanggungan Jumlah Tanggungan besar
(di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil
(di bawah jumlah rata-rata) Miskin Tidak miskin
7 1
14 8
21 9
Jumlah 8 22 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 1,59. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga
berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Dengan demikian secara keseluruhan hipotesis yang jumlah tanggungan
keluarga berhubungan dengan kemiskinan ditolak. Hal ini dikarenakan walaupun
jumlah tanggungan keluarga besar belum tentu menghubungkan kepada
kemiskinan. Dengan jumlah tanggungan keluarga banyak namun jika pendapatan
keluarga besar dan rata-rata pendapatan per orang dalam keluarga di atas
standard garis kemiskinan, maka keluarga tersebut tidak dapat dikategorikan
miskin.
b. Hubungan tingkat pendidikan dengan kemiskinan
Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 22. Total pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Tingkat pendidikan
(Rp/bulan) (tahun) 1 1.427.069 9 2 1.555.095 6 3 1.903.761 5 4 2.364.229 3 5 6
867.533 1.694.954
9 5
7 1.693.525 4 8 1.690.883 5 9 2.294.714 9
10 2.186.134 9 11 2,391,761 9 12 798,013 4 13 691,108 3 14 1,163,567 6 15 1,189,317 6 16 1,510,757 6 17 1.595.174 4 18 700.067 9 19 638.575 6 20 3.467.704 4 21 1.967.607 9 22 3.622.742 6 23 3.477.403 5 24 3.059.953 4 25 4.516.637 6 26 3.106.797 6 27 1.003.117 6 28 763.733 6 29 535.146 5 30 645.527 4
Rata-rata 1.817.420 6 Sumber : Data primer diolah
Dari Tabel 22 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan keluarga
nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan tingkat pendidikan rata-rata adalah 6
tahun.
Untuk melihat adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
49
Tabel 23. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo
Kemiskinan Tingkat pendidikan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
5 6
1 18
6 24
Jumlah 11 19 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 4,74. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih besar dari χ2 tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan diterima.
Tabel 24. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria UMP
Kemiskinan Tingkat pendidikan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
6 1
21 2
27 3
Jumlah 7 23 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,16. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Universitas Sumatera Utara
50
Tabel 25. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia
Kemiskinan Tingkat pendidikan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
5 2
16 7
21 9
Jumlah 7 23 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,016. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Secara keseluruhan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan
kemiskinan nelayan sampel, kecuali untuk kemiskinan yang diukur dengan
kriteria Sajogyo. Hal ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan yang tinggi
belum tentu menjamin nelayan tersebut terlepas dari kategori miskin. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan tidak berhubungan pendapatan yang diperoleh
karena tidak akan menyebabkan naiknya pendapatan yang diterima keluarga.
Dari survei di lapangan nelayan sampel mengaku tidak perlu pendidikan yang
tinggi untuk menjadi seorang nelayan.
c. Hubungan usaha sampingan dengan kemiskinan
Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan usaha sampingan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 26. Total pendapatan keluarga dan usaha sampingan No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Usaha sampingan
(Rp/bulan) (Rp/bulan) 1 1.427.069 300.000 2 1.555.095 0 3 1.903.761 100.000 4 2.364.229 580.000 5 867.533 480.000 6 1.694.954 0 7 1.693.525 0 8 1.690.883 0 9 2.294.714 0
10 2.186.134 575.000 11 2,391.761 0 12 798.013 240.000 13 691.108 210.000 14 1.163.567 0 15 1.189.317 0 16 1.510.757 0 17 1.595.174 0 18 700.067 210.000 19 638.575 210.000 20 3.467.704 105.000 21 1.967.607 350.000 22 3.622.742 0 23 3.477.403 0 24 3.059.953 420.000 25 4.516.637 350.000 26 3.106.797 350.000 27 1.003.117 210.000 28 763.733 0 29 535.146 210.000 30 645.527 210.000
Rata-rata 1.817.420 170.333 Sumber : Data primer diolah
Dari Tabel 26 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan per
bulan keluarga nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan usaha sampingan rata-
rata adalah Rp 170.333,- per bulan.
Untuk melihat adanya hubungan antara usaha sampingan dengan
kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 27. Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo
Kemiskinan Usaha sampingan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
5 9
1 15
6 24
Jumlah 16 14 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 2,42. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Tabel 28. Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria UMP
Kemiskinan Usaha sampingan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
14 2
13 1
27 3
Jumlah 16 14 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,015. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 29. Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia
Kemiskinan Usaha sampingan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
12 4
9 5
21 9
Jumlah 16 14 30 Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil
analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,057. Dengan membandingkan χ2 tabel
pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2
hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Dengan demikian secara keseluruhan hipotesis yang menyatakan usaha
sampingan berhubungan dengan kemiskinan ditolak. Hal ini dimungkinkan
karena usaha sampingan yang dilakukan tidak cukup besar untuk menambah
pendapatan keluarga hingga di atas garis kemiskinan. Begitu juga sebaliknya,
usaha sampingan pada keluarga nelayan yang telah memiliki pendapatan per
orang di atas garis kemiskinan tentu tidak akan menghubungkannya dengan
kemiskinan.
4. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Ketimpangan Pendapatan
Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan ketimpangan
pendapatan diantaranya adalah pengalaman melaut, lama melaut serta jumlah
tenaga kerja dalam kapal. Untuk menguji masing-masing variabel tersebut
digunakan analisis korelasi sederhana.
Universitas Sumatera Utara
54
a. Hubungan pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan
Untuk mengetahui hubungan pengalaman melaut dengan ketimpangan
pendapatan maka digunakan analisis korelasi sederhana antara variasi
pendapatan dengan rata-rata pengalaman melaut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 30. Variasi pendapatan dan pengalaman melaut Kelompok
Variasi pendapatan (dalam juta
rupiah)
Rata-rata pengalaman
melaut (tahun)
x.y
x2
y2
I 4.306,3 17 7.321E+10 289 1.854E+19 II 27.070,7 15 4.061E+11 225 7.328E+20 III 26.035.7 14 3.645E+11 196 6.779E+20 IV 18.162.7 18 3.269E+11 324 3.299E+20 V 119.022.9 11 1.309E+12 121 1.417E+22 VI 277.300,9 19 5.269E+12 361 7.69E+22
n=6
Rata-rata : 78.649,9
Rata-rata : 15,67
∑ =xy 7.749E+12
∑ =2x 1516
∑ =2y 9.282E+22
Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara pengalaman melaut dengan
ketimpangan pendapatan adalah 0,233 dengan nilai t-hitung sebesar 1,24.
Koefisien korelasi sebesar 0,233 berarti pengalaman melaut dengan
ketimpangan pendapatan lemah. Koefisien korelasi bertanda positif
menunjukkan bahwa pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan
memiliki hubungan yang searah. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih kecil dari t-
tabel (1,24 < 3,54) dengan demikian Ho diterima, yang artinya tidak ada
hubungan antara pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan .
Hal ini terjadi karena untuk menjadi seorang nelayan tidak dibutuhkan
pengalaman. Jika ada satu orang saja yang berpengalaman dalam kapal, tentu
saja nelayan yang memiliki pengalaman lebih sedikit tidak akan memperoleh
pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan nelayan yang memiliki
pengalaman lebih banyak.
Universitas Sumatera Utara
55
b. Hubungan lama melaut dengan ketimpangan pendapatan
Untuk mengetahui hubungan lama melaut dengan ketimpangan pendapatan maka
digunakan analisis korelasi sederhana antara variasi pendapatan dengan rata-rata
lama melaut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 31. Variasi pendapatan dan lama melaut Kelompok
Variasi pendapatan (dalam juta
rupiah)
Rata-rata lama melaut
(hari/trip)
x.y
x2
y2
I 4.306,3 1 4.3E+09 1 1.85445E+19 II 27.070,7 1 2.7E+10 1 7.32823E+20 III 26.035.7 1 2.6E+10 1 6.77862E+20 IV 18.162.7 3 5.4E+10 9 3.29886E+20 V 119.022.9 4 4.8E+11 16 1.41665E+22 VI 277.300,9 4 1.1E+12 16 7.68958E+22
n=6
Rata-rata : 78.649,9
Rata-rata : 2,3
∑ =xy 1.7E+12
∑ =2x 44
∑ =2y 9.28214E+22
Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara lama melaut dengan ketimpangan
pendapatan adalah 0,75 dengan nilai t-hitung sebesar 6,003.
Koefisien korelasi sebesar 0,75 berarti lama melaut dengan ketimpangan
pendapatan kuat. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa lama
melaut dengan ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang searah. Nilai
t-hitung yang diperoleh lebih besar dari t-tabel (6,003 > 3,54) dengan demikian
Ho ditolak, yang artinya ada hubungan antara lama melaut dengan ketimpangan
pendapatan.
Hal ini dikarenakan lama melaut nelayan akan mempengaruhi jumlah
tangkapan. Jumlah tangkapan tersebut tentu saja berhubungan dengan
pendapatan. Jumlah tangkapan yang banyak akan menyebabkan pendapatan
meningkat dan menghubungkannya dengan ketimpangan pendapatan antar
nelayan.
Universitas Sumatera Utara
56
c. Hubungan jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan
pendapatan
Untuk mengetahui hubungan jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan
ketimpangan pendapatan maka digunakan analisis korelasi sederhana antara
variasi pendapatan dengan rata-rata jumlah tenaga kerja dalam kapal dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 32. Variasi pendapatan dan jumlah tenaga kerja dalam kapal
Kelompok
Variasi pendapatan (dalam juta
rupiah)
Rata-rata jumlah
tenaga kerja dalam kapal
(orang)
x.y
x2
y2
I 4.306,3 1 4.3E+09 1 1.85445E+19 II 27.070,7 1 2.7E+10 1 7.32823E+20 III 26.035.7 3 2.6E+10 1 6.77862E+20 IV 18.162.7 4 5.4E+10 9 3.29886E+20 V 119.022.9 6 4.8E+11 16 1.41665E+22 VI 277.300,9 7 1.1E+12 16 7.68958E+22
n=6
Rata-rata : 78.649,9
Rata-rata : 3,67
∑ =xy 1.7E+12
∑ =2x 44
∑ =2y 9.28214E+22
Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara jumlah tenaga kerja dalam kapal
dengan ketimpangan pendapatan adalah 0,83 dengan nilai t-hitung sebesar 9,803.
Koefisien korelasi sebesar 0,83 berarti jumlah tenaga kerja dalam kapal
dengan ketimpangan pendapatan kuat. Koefisien korelasi bertanda positif
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan
pendapatan memiliki hubungan yang searah. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih
besar dari t-tabel (9,803 > 3,54) dengan demikian Ho ditolak, yang artinya ada
hubungan antara jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan
pendapatan .
Hal ini dimungkinkan terjadi karena dengan jumlah tenaga kerja yang
semakin banyak maka akan menyebabkan pendapatan yang diterima nelayan
Universitas Sumatera Utara
57
menjadi bervariaasi. Nelayan yang beroperasi dengan kapal yang memiliki awak
sedikit akan memperoleh pendapatan yang besar dan sebaliknya dengan jumlah
awak yang besar dalam satu kapal akan menyebabkan pendapatan yang diterima
lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
58
58
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat kemiskinan nelayan sampel di daerah penelitian dengan perhitungan
count index menggunakan kriteria Upah Minimum Provinsi dan kriteria Bank
Dunia di atas 50% (masing-masing 90% dan 70%), sedangkan dengan kriteria
Sajogyo tingkat kemiskinan nelayan di daerah penelitian sebesar 20%.
2. Ketimpangan pendapatan keluarga nelayan yang diperoleh dengan
menggunakan analisis Gini Rasio adalah ketimpangan pendapatan yang
rendah dengan nilai 0,31 dengan tingkat pendapatan rendah (di bawah garis
kemiskinan).
3. Dari hasil analisis asosiasi menggunakan uji χ2 diketahui bahwa jumlah
tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, dan usaha sampingan masing-
masing tidak berhubungan dengan tingkat kemiskinan nelayan.
4. Dari hasil analisis korelasi sederhana diketahui bahwa pengalaman melaut
tidak berhubungan dengan ketimpangan pendapatan namun lama melaut dan
jumlah tenaga kerja dalam kapal masing-masing berhubungan dengan
ketimpangan pendapatan nelayan.
Saran
a. Kepada nelayan
1. Mengoptimalkan penangkapan dengan menambah frekuensi melaut dalam
setiap tripnya.
2. Melakukan usaha sampingan yang dapat menambah pendapatan keluarga
baik di sektor perikanan maupun di luar sektor perikanan.
Universitas Sumatera Utara
59
b. Kepada pemerintah
1. Memberikan bantuan modal kepada nelayan karena dari hasil survei di
lapangan dapat diketahui bahwa sarana penangkapan nelayan untuk kapal
<5 GT masih belum memadai.
2. Memberikan pelatihan yang berguna bagi masyarakat nelayan guna
peningkatan hasil tangkapannya.
c. Kepada peneliti selanjutnya
1. Meneliti ketimpangan pendapatan nelayan mulai dari kelompok nelayan
tradisional hingga kelompok nelayan modern.
2. Menganalisis semua faktor penyebab (internal dan eksternal) terjadinya
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan nelayan.
Universitas Sumatera Utara