20 METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Penetapan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau ditunjuk langsung dengan kriteria tertentu (Wirartha, 2005). Adapun dasar pertimbangan penentuan daerah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kota Medan merupakan penghasil perikanan tangkap yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1). 2. Jumlah rumah tangga miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Medan Belawan (Tabel 1). 3. Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling banyak di Kota Medan (Lampiran 2). Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana. Sebagai kriteria penentuan populasi dalam penelitian ini adalah nelayan buruh penangkap ikan di laut dengan menggunakan kapal < 5 GT dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli. Nelayan buruh kapal motor < 5 GT diambil sebagai sampel dengan alasan bahwa pendapatan nelayan buruh ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan Universitas Sumatera Utara
40
Embed
METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
20
20
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan. Penetapan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive),
suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau
ditunjuk langsung dengan kriteria tertentu (Wirartha, 2005).
Adapun dasar pertimbangan penentuan daerah penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Kota Medan merupakan penghasil perikanan tangkap yang terbesar di
Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1).
2. Jumlah rumah tangga miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Medan
Belawan (Tabel 1).
3. Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan kelurahan
dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling
banyak di Kota Medan (Lampiran 2).
Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple
Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana. Sebagai kriteria
penentuan populasi dalam penelitian ini adalah nelayan buruh penangkap ikan di
laut dengan menggunakan kapal < 5 GT dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli.
Nelayan buruh kapal motor < 5 GT diambil sebagai sampel dengan alasan bahwa
pendapatan nelayan buruh ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
21
nelayan buruh yang lebih besar ukuran kapal motornya. Dari seluruh populasi
yang jumlahnya sekitar 1.685 orang penduduk yang bermata pencaharian sebagai
nelayan, diambil sampel sebanyak 30 Rumah tangga nelayan. Hal ini menurut
Sugiarto (2001) berdasarkan pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga, 30 sampel
merupakan sampel kecil yang dapat dianggap mewakili untuk sebuah penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan
melalui survei maupun daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Sumatera Utara, Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Utara dan instansi lain yang terkait.
Tabel spesifikasi pengumpulan data disajikan sebagai berikut:
Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data No.
Jenis data yang dikumpulkan
Sumber data Metode Alat
1.
2.
3.
4.
Data populasi dan sampel
Identitas nelayan
Pendapatan usaha penangkapan Pendapatan dari usaha lain
Dinas pertanian dan perikanan Nelayan
Nelayan
Nelayan
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
-
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Universitas Sumatera Utara
22
Metode Analisis Data
Untuk menganalisis masalah 1 mengenai persentase kemiskinan nelayan maka
digunakan Head Count Index yang diformulasikan sebagai berikut:
HCi = PtPi
Keterangan:
HCi : Tingkat kemiskinan penduduk
Pi : Jumlah penduduk miskin
Pt : Jumlah penduduk (Sirojuzilam, 2008)
Untuk menentukan miskin tidaknya nelayan sampel maka digunakan beberapa
kriteria yaitu:
1. Menurut Sajogyo, ekuivalen dengan 360 kg beras per tahun per kapita.
2. Standard Upah Minimum Provinsi sebesar Rp 1.048.000,- per bulan.
3. Standard Bank Dunia (world bank), yaitu sebesar $2 per hari per kapita (setara
dengan Rp 19.000,- per hari per kapita).
Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji pihak kiri adalah:
Ho : µ > 50%
H1 : µ ≤ 50%
Dengan kriteria uji:
Jika Ho benar dan H1 salah maka hipotesis diterima.
Jika Ho salah dan H1 benar maka hipotesis ditolak.
Untuk menganalisis masalah 2 mengenai ketimpangan pendapatan nelayan
maka digunakan Gini Rasio (GR) yang formulanya adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
23
GR = 1- [ ]1iin
1iYYfi −
=+×∑
Keterangan:
GR = Gini rasio
fi = Frekuensi penduduk kelas ke-i
Yi = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-i
Yi-1 = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-(i-1)
Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Bila GR = 1 maka timpang sempurna
2. Bila GR ≥ 0,80 maka ketimpangan pendapatan sangat tinggi
3. Bila GR 0,60 - 0,80 maka ketimpangan pendapatan tinggi
4. Bila GR 0,40 - < 0,80 maka ketimpangan pendapatan sedang
5. Bila GR 0,20 - < 0,40 maka ketimpangan pendapatan rendah
6. Bila GR 0 - < 0,20 maka ketimpangan pendapatan sangat rendah
7. Bila GR = 0 maka merata sempurna (Tarigan, 2002).
Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji dua pihak yaitu:
Ho : µ = tinggi (koefisien GR 0,6-0,8)
H1 : µ ≠ tinggi (koefisien GR selain 0,6-0,8)
Dengan kriteria uji:
Jika Ho benar dan H1 salah maka hipotesis diterima.
Jika Ho salah dan H1 benar maka hipotesis ditolak. (Sugiyono, 2009)
Untuk menganalisis hipotesis 3 mengenai faktor yang berhubungan
dengan kemiskinan maka digunakan analisis asosiasi dengan alat uji χ2 dua
Universitas Sumatera Utara
24
sampel, yaitu antara kemiskinan dengan jumlah tanggungan keluarga, tingkat
pendidikan, dan usaha sampingan.
Untuk memperoleh nilai χ2 maka digunakan tabel kontingensi yang
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4. Tabel kontingensi secara umum Variabel I Variabel II
Jumlah Kriteria I Kriteria II
Kriteria I Kriteria II
a c
b d
a+b c+d
Jumlah a+c b+d n
Kemudian nilai χ2 diperoleh dengan rumus sebagai berikut
))()()(()2/( 2
2
dcdbcabanbcadn
==++
−−=χ
Dengan kriteria pengujian:
Bila χ2-hitung < χ2-tabel (α= 0,05 dan dk=1) : HO diterima (H1 ditolak)
Bila χ2-hitung ≥ χ2-tabel (α= 0,05 dan dk=1) : HO ditolak (H1 diterima)
(Sugiyono, 2009)
Untuk menganalisis hipotesis 4 mengenai faktor yang berhubungan
dengan ketimpangan pendapatan digunakan analisis korelasi sederhana, yaitu
antara variasi pendapatan dengan rata-rata pengalaman melaut, lama melaut, dan
jumlah tenaga kerja dalam kapal. Untuk memperoleh koefisien korelasi maka
digunakan rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
25
} ( ){ }{ }∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222 )(
))((
yynxxn
yxxynr
Keterangan:
r : Koefisien korelasi
n :Jumlah sampel
x : Variabel bebas
y : Variabel terikat
pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t yang dirumuskan:
21
2
r
nrthitung−
−=
Dengan kriteria pengujian:
Jika t-hitung ≤ t-tabel pada α = 0,05 berari Ho diterima dan H1 ditolak
Jika t-hitung > t-tabel pada α = 0,05 berari Ho ditolak dan H1 diterima
(Sugiyono, 2009)
Universitas Sumatera Utara
26
Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi
Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian
maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
1. Nelayan buruh kapal motor <5 GT adalah individu yang bermata
pencaharian menangkap ikan dan atau binatang laut lainnya dengan
menggunakan kapal/perahu bermotor milik orang lain (nelayan toke).
2. Usaha penangkapan adalah kegiatan penangkapan ikan dan binatang laut
lainnya dengan menggunakan kapal serta menggunakan alat Bantu
penangkapan seperti jaring, rawai, dan lain-lain.
3. Pendapatan dari usaha penangkapan adalah penerimaan bersih dari
usaha penangkapan setelah dikurangi dengan biaya melaut dan dengan
sistem bagi hasil tertentu dalam satuan Rupiah.
4. Usaha sampingan adalah mata pencaharian lain di luar sektor perikanan
maupun di sektor perikanan seperti buruh bangunan, pedagang,
mengupas kulit kerang, memperbaiki jaring, dan lain-lain.
5. Pendapatan keluarga adalah banyaknya uang yang diperoleh dari hasil
menangkap ikan dengan atau tanpa ditambah usaha di sektor lain oleh
nelayan dan keluarganya dalam satuan Rupiah.
6. Ketimpangan adalah perbedaan pendapatan satu orang dengan orang
lain.
7. Faktor yang berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan
adalah pengalaman melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja dalam
kapal.
Universitas Sumatera Utara
27
8. Pengalaman melaut adalah lamanya nelayan melakukan usaha
penangkapan dalam satuan tahun
9. Lama melaut adalah lama nelayan melakukan penangkapan dalam setiap
trip melaut dengan satuan hari.
10. Jumlah tenaga kerja dalam kapal adalah banyaknya awak (buruh
nelayan) yang ikut melaut dalam satu kapal dengan satuan orang.
11. Kemiskinan adalah suatau keadaan yang menggambarkan serba
kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
12. Faktor yang berhubungan dengan kemiskinan adalah jumlah tanggungan
keluarga, usaha sampingan, dan pendidikan.
Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian,
maka dibuat batasan operasional sebagai berikut:
1. Sampel adalah nelayan buruh kapal motor yang merupakan kepala
keluarga dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli.
2. Kapal/perahu motor yang digunakan nelayan buruh adalah ukuran <5 GT.
3. Batas kemiskinan yang digunakan adalah berdasarkan kriteria Sajogyo
(ekivalen dengan 360 kg beras per orang per tahun) , satandard Upah
Minimum Provinsi (UMP), dan kriteria bank dunia.
4. Tempat penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
5. Waktu penelitian adalah bulan November tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
28
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)
28
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
1. Deskripsi Daerah Penelitian
Gambaran Umum Kelurahan
Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu kelurahan dari 6 kelurahan di
Kecamatan Medan Belawan yang memiliki jumlah penduduk nelayan yang
terbanyak di banding kelurahan lain. Kelurahan ini terletak di 3°48’ LU dan
98°42’ BT dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan laut dengan topografi
pantai dan suhu 24° - 30°C serta curah hujan 2000 mm/tahun.
Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara : Selat Malaka
Selatan : Belawan II/Belawan Bahari
Barat : Belawan I
Timur : Selat Malaka/Muara Deli/Kecamatan Percut Sei Tuan
Jarak Kelurahan Bagan Deli ke pusat administratif, kecamatan kurang lebih 3 km
dan ke pusat kota (Medan) kurang lebih 26 km.
Luas Kelurahan ini berkisar 230 Ha dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 5. Spesifikasi Penggunaan Lahan di Kelurahan Bagan Deli Peruntukan Luas Persentase
Pemukiman
Bangunan Umum
Empang
Lain-lain
Jalur Hijau
Pekuburan
Lainnya
40 Ha
140 Ha
20 Ha
10 Ha
4,4 Ha
0,6 Ha
20 Ha
17.39%
60.87%
8.70%
4.35%
1.91%
0.26%
6.52%
Universitas Sumatera Utara
29
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar
adalah untuk bangunan umum yaitu seluas 140 Ha atau sekitar 60,87%.
Kelurahan Bagan Deli terdiri dari 15 lingkungan (Lingkungan I sampai
XV) dan lingkungan yang berbatasan langsung dengan laut berjumlah 4
lingkungan yaitu lingkungan III, IV, V, XV.
Kependudukan
Jumlah penduduk di kelurahan ini yang terdata di kantor kelurahan
mencapai 17.766 jiwa (3.595 KK) dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 6. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Bagan Deli Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase
Laki-laki
Perempuan
9.060
8.706
51 %
49%
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk paling banyak berjenis kelamin
laki-laki dengan jumlah 9.060 orang (50,97%) dan perempuan berjumlah 8.706
orang (49%).
Di tahun 2009 jumlah penduduk yang tergolong usia produktif berkisar
7.316 orang dan anak usia sekolah 5.384 orang (termasuk di dalamnya 225 anak
putus sekolah), sedangkan sisanya termasuk dalam kategori lanjut usia dan anak
usia pra sekolah.
Penduduk menurut lulusan tingkat pendidikan umum disajikan dalam tabel
berikut:
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 7. Penduduk Menurut Lulusan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli
Jenis Jumlah (orang) Persentase
SD
SMP
SMA
Akademi
Sarjana
6.203
931
618
18
5
79.78%
11.97%
7.95%
0.23%
0.06%
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari Tabel 7 tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk tamatan SD adalah yang
terbanyak dari lulusan pendidikan lainnya dengan jumlah 6.203 orang atau sekitar
79,78% dari total penduduk yang terdata di Kelurahan.
Perekonomian
Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Bagan Deli cukup beragam.
Komposisi mata pencaharian penduduk sebagai berikut:
Tabel 8. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Bagan Deli:
Mata pencaharian utama Jumlah (orang) Persentase
PNS
Peg. Swasta
TNI/POLRI
Petani
Nelayan
Pedagang
Pensiunan
Lainnya
113
1.013
18
0
1.685
1.941
214
205
2.18%
19.52%
0.35%
0.00%
32.47%
37.41%
4.12%
3.95%
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)
Dari Tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk terutama
adalah sebagai pedagang dengan jumlah 1.941 orang atau sekitar 37,41% dan pada
Universitas Sumatera Utara
31
Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)
urutan kedua adalah nelayan dengan jumlah 1.685 orang atau sekitar 32,47% dari
total penduduk.
Usaha lain yang terdapat dalam komposisi mata pencaharian penduduk di
antaranya adalah penjahit, pengemudi becak, dan supir angkutan umum.
Kelurahan ini juga memiliki industri kecil dan menengah dengan produk antara
Tabel 15 tersebut menjelaskan bahwa pendapatan keluarga yang diperoleh oleh
nelayan sampel berbeda-beda. Ada keluarga nelayan yang memiliki pendapatan
cukup besar dan ada juga yang sebaliknya sangat kecil.
Untuk melihat tingkat kemiskinan nelayan dari pendapatan keluarga yang
diperoleh, digunakan alat analisis head count index. Sebagai batas (garis
kemiskinan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria Sajogyo
yaitu dengan ukuran 360 kg beras/orang/tahun atau setara dengan
Rp 6.000,-/orang/hari, satandard Upah Minimum Provinsi yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
Sumber :Data primer diolah
Rp 1.048.000,-/orang/bulan atau setara dengan Rp 34.900,-/orang/hari, dan
standard bank dunia yaitu $2/hari/kapita atau setara dengan Rp 19.000,-
/orang/hari
Tabel 16. Pendapatan Keluarga Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009
No.
Sampel Pendapatan Keluarga
Kategori Kemiskinan
(Rp/orang/hari) Kriteria Sajogyo Standard UMP
Kriteria Bank Dunia
(Ekuivalen Rp 6.000,-/ka/hari
(Rp 1.048.000,-/bulan = Rp 34.900/hari)
($2/hari = 19,000/ka/hari)
1 15.856 tidak miskin miskin miskin 2 12.959 tidak miskin miskin miskin 3 15.865 tidak miskin miskin miskin 4 26.269 tidak miskin miskin tidak miskin 5 5.784 miskin miskin miskin 6 18.833 tidak miskin miskin miskin 7 14.113 tidak miskin miskin miskin 8 14.091 tidak miskin miskin miskin 9 15.298 tidak miskin miskin miskin
10 14.574 tidak miskin miskin miskin 11 39.863 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 12 3.800 miskin miskin miskin 13 3.291 miskin miskin miskin 14 9.696 tidak miskin miskin miskin 15 9.911 tidak miskin miskin miskin 16 12.59 tidak miskin miskin miskin 17 10.634 tidak miskin miskin miskin 18 7.779 tidak miskin miskin miskin 19 7.095 tidak miskin miskin miskin 20 28.898 tidak miskin miskin tidak miskin 21 21.862 tidak miskin miskin tidak miskin 22 24.152 tidak miskin miskin tidak miskin 23 38.638 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 24 25.500 tidak miskin miskin tidak miskin 25 37.639 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 26 25.890 tidak miskin miskin tidak miskin 27 5.573 miskin miskin miskin 28 8.486 tidak miskin miskin miskin 29 5.946 miskin miskin miskin 30 4.304 miskin miskin miskin
Rata-rata 16.173 tidak miskin miskin miskin
Universitas Sumatera Utara
41
Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa nelayan sampel di daerah penelitian
menurut kriteria UMP dan kriteria Bank Dunia hidup di bawah garis kemiskinan
sedangkan menurut kriteria Sajogyo nelayan sampel sedikit yang hidup di bawah
garis kemiskinan. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan yang cukup
jauh dari masing-masing kriteria.
Penduduk miskin berdasarkan kriteria Sajogyo berjumlah 6 kepala
keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 24 kepala
keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count
index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 20%. Dengan demikian Ho salah dan
H1 benar sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas
50% ditolak.
Penduduk miskin berdasarkan kriteria Upah Minimum Provinsi (UMP)
berjumlah 27 kepala keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin
berjumlah 3 kepala keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan
menggunakan head count index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 90%.
Dengan demikian Ho benar dan H1 salah sehingga hipotesis menyatakan
persentase kemiskinan nelayan di atas 50% diterima.
Penduduk miskin berdasarkan kriteria Bank Dunia berjumlah 21 kepala
keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 9 kepala
keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count
index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 70%. Dengan demikian Ho benar dan
H1 salah sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas
50% diterima.
Universitas Sumatera Utara
42
2. Analisis Ketimpangan Pendapatan
Pendapatan yang diterima oleh nelayan berbeda-beda. Terdapat
ketimpangan pendapatan yang mereka peroleh. Untuk melihat tingkat
ketimpangan nelayan digunakan formulasi Gini Rasio.
Berikut disajikan perolehan nilai Gini Rasio dari hasil pengolahan data