III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian, mencakup : Usahatani kubis merupakan kegiatan menanam dan mengelola tanaman kubis untuk menghasilkan produksi, sebagai sumber utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. Lahan kering merupakan lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan usahatani kubis dimana penggunaan air terbatas karena ketersediaan air hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan kering dalam penelitian ini merupakan lahan kering berbasis sayuran (dataran tinggi) yaitu berupa ladang. Lahan sawah tadah hujan adalah salah satu jenis lahan basah tanpa saluran irigasi dan penggunaan air hanya bergantung pada ada atau tidaknya curah hujan.
25
Embed
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
45
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
mengenai variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan dan menganalisis
data sesuai dengan tujuan penelitian, mencakup :
Usahatani kubis merupakan kegiatan menanam dan mengelola tanaman kubis
untuk menghasilkan produksi, sebagai sumber utama penerimaan usaha yang
dilakukan oleh petani.
Lahan kering merupakan lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan
usahatani kubis dimana penggunaan air terbatas karena ketersediaan air hanya
mengharapkan dari curah hujan. Lahan kering dalam penelitian ini
merupakan lahan kering berbasis sayuran (dataran tinggi) yaitu berupa
ladang.
Lahan sawah tadah hujan adalah salah satu jenis lahan basah tanpa saluran
irigasi dan penggunaan air hanya bergantung pada ada atau tidaknya curah
hujan.
46
Pendapatan adalah penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali musim tanam, diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Luas lahan adalah tempat yang digunakan petani untuk melakukan usahatani
kubis pada satu kali musim tanam diukur dalam satuan hektar (ha).
Jumlah benih merupakan banyaknya benih yang digunakan dalam kegiatan
budidaya kubis pada satu kali musim tanam diukur dalam satuan gram.
Jumlah pupuk organik yaitu banyaknya pupuk kandang berupa kotoran
ternak, yang digunakan oleh petani pada proses produksi dalam satu kali
musim tanam. Jumlah pupuk kandang diukur dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah pupuk kimia yaitu banyaknya unsur hara buatan yang digunakan
dalam proses produksi yakni satu kali musim tanam, terdiri dari pupuk urea,
NPK, dan KCl. Satuan yang digunakan adalah kilogram (kg).
Jumlah pestisida yaitu banyaknya masukan obat-obatan untuk memberantas
hama dan penyakit yang digunakan dalam proses produksi per musim. Pada
penelitian ini banyaknya pestisida yang digunakan diukur dari biaya yang
dikeluarkan yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
Jumlah tenaga kerja merupakan banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan
dalam proses produksi sampai tenaga kerja panen untuk usahatani kubis
dalam satu kali musim tanam. Tenaga kerja yang dicurahkan diukur dalam
satuan HKP dengan pertimbangan bahwa upah tenaga kerja pria dan wanita
47
pada lokasi penelitian berbeda. Satu HKP setara dengan 1 hari kerja pria
efektif yang dihitung dengan membandingkan upah pria dan wanita dikalikan
dengan jumlah tenaga kerja wanita, kemudian hasil perhitungan dikalikan
dengan besarnya upah pria.
Harga produksi kubis adalah nilai tukar kubis ditingkat petani dalam satu kali
musim tanam dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
usahatani kubis dalam satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan
rupiah (Rp) per musim tanam. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume
produksi. Petani harus tetap membayar berapapun jumlah produksi yang
dihasilkan, meliputi nilai sewa lahan, pajak, penyusutan alat, iuran kelompok
tani dan lain sebagainya dalam satu kali musim tanam. Biaya tetap diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya akan berpengaruh secara
langsung dengan jumlah produksi. Biaya variabel diukur dalam satuan rupiah
(Rp).
Biaya total adalah total dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
48
Penerimaan adalah uang yang diterima dari jumlah produksi kubis yang
dihasilkan untuk satu kali musim tanam dikalikan dengan harga kubis
ditingkat petani, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Risiko adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi yang probabilitasnya
dapat diketahui terlebih dahulu, diukur dengan nilai koefisien variasi (CV),
simpangan baku (V) dan batas bawah (L) dari pendapatan yang diterima
petani selama lima musim tanam terakhir.
Perilaku petani terhadap risiko adalah kecenderungan sikap petani dalam
mengahadapi suatu risiko dan biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Perilaku petani terhadap risiko dapat berupa risk prefer, risk neutral dan risk
averse.
Risk prefer atau berani terhadap risiko dalah perilaku petani dimana petani
mengambil keputusan secara tegas untuk mempertahankan atau tidak
melepaskan potensi pendapatan yang lebih besar walaupun mengandung
keadaan yang berisiko pada usahatani kubis.
Risk neutral atau netral terhadap risiko adalah perilaku petani dimana petani
mengambil keputusan dengan bersikap ragu-ragu atau tidak tegas dalam
memilih tindakan pada keadaan yang mengandung risiko dalam usahatani
kubis.
Risk averse atau enggan terhadap risiko adalah perilaku petani dimana petani
akan menghindari risiko dan bersedia mengorbankan sejumlah pendapatan
lebih besar yang mungkin diperoleh guna mengurangi peluang merugi.
49
Perilaku petani terhadap risiko dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti risiko
usahatani, pendapatan usahatani, umur, tingkat pendidikan, pengalaman
berusahatani, tanggungan keluarga, dan jenis lahan.
Umur petani adalah usia petani kubis yang diukur dalam satuan tahun (thn).
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang petani kubis
jalani. Diukur dalam satuan tahun (thn).
Pengalaman berusahatani adalah lamanya petani kubis melakukan kegiatan
usahatani kubis, dinyatakan dalam satuan tahun (thn).
Tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dan
menjadi tanggungan rumahtangga petani kubis, dinyatakan dalam satuan jiwa
(orang).
Jenis kepemilikan lahan adalah jenis lahan yang digunakan petani untuk
melakukan kegiatan budidaya tanaman kubis, dimana dalam penelitian ini
terdapat dua jenis lahan, yaitu lahan kering dan sawah tadah hujan. Jenis
kepemilikan lahan merupakan dummy variabel. D1 untuk petani yang
mengusahakan tanaman kubis pada lahan sawah tadah hujan dan D0 untuk
petani yang mengusahakan tanaman kubis pada lahan kering.
50
B. Metode, Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Kecamatan Gisting merupakan salah satu kecamatan
yang mempunyai produksi tanaman kubis cukup tinggi yaitu mencapai 2.084
ton, serta memiliki tipe lahan pertanian berupa lahan kering dan lahan sawah
tadah hujan.
Responden dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan
tanaman kubis pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Lahan sawah
tadah hujan dalam penelitian ini merupakan salah satu jenis lahan basah yang
memiliki batasan berupa galengan dan biasanya berpetak-petak untuk
melakukan kegiatan budidaya kubis. Jika lahan sawah umumnya memiliki
sistem irigasi untuk menunjang kegiatan budidayanya, lahan sawah tadah
hujan hanya memanfaatkan curah hujan untuk memenuhi kebutuhan
pengairan untuk tanaman kubis. Lahan kering untuk budidaya kubis
merupakan lahan kering yang berbasis sayuran (ladang).
Lokasi penelitian berada pada dua desa, yaitu Desa Gisting Atas dan Desa
Campang. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa Desa Gisting Atas dan Campang mempunyai produksi tanaman kubis
tertinggi di Kecamatan Gisting. Luas panen, produksi, dan produktivitas
tanaman kubis di Kecamatan Gisting terdapat pada Tabel 7.
51
Tabel 7. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman kubis di
Kecamatan Gisting tahun 2011.
No Desa Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
1 Lahan Sawah Tadah
Hujan
a. Campang 43 1.100 25,58
2 Lahan Kering
a. Kuta Dalom 5 105 21
b. Purwodadi 1 20 20
c. Landbaw 3 63 21
d. Gisting Bawah 18 396 22
e. Gisting Atas 40 880 22
f. Sidokaton 10 200 20
g. Banjar Manis 2 40 20
Jumlah 122 2.804 22,98
Sumber: BP3K Kecamatan Gisting, 2012
Responden terdiri dari petani kubis yang dipilih secara acak (Simple Random
Sampling). Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pra
survey untuk melihat keadaan umum calon responden dan membuat kerangka
sampling. Kerangka sampling dibuat untuk mengetahui petani kubis pada
kedua desa yang memiliki pola tanam monokultur, serta petani yang
menanam tanaman kubis pada periode tanam pada musim yang sama.
Dari kerangka sampling yang dibuat, diketahui bahwa jumlah petani kubis
pada lokasi penelitian yaitu Desa Gisting Atas dan Desa Campang yang
memiliki pola tanam monokultur dan menanam kubis pada periode tanam
pada musim yang sama adalah sebanyak 121 petani. Jumlah masing-masing
petani adalah sebanyak 78 petani di Desa Gisting Atas dan 43 petani di Desa
Campang. Penentuan jumlah sampel penelitian pada masing-masing desa
mengacu pada rumus Slovin (Umar, 2002) sebagai berikut :
52
𝑛 = 𝑁
𝑁 (𝑑2
)+1
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah anggota dalam populasi
d = tingkat presisi 10% (10%= 0,1)
Dengan perhitungan (Desa Gisting Atas) :
n = 78
78 0,12 + 1
n = 43,82 ≈ 44 orang
Dengan perhitungan (Desa Campang) :
n = 43
43 0,12 + 1
n = 30,06 ≈ 31 orang
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh petani responden di
daerah penelitian, yaitu sebanyak 44 responden di Desa Gisting Atas dan
sebanyak 31 responden di Desa Campang. Waktu pengambilan data
dilakukan mulai Desember 2013 sampai dengan April 2014.
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan pengamatan
langsung di lapang. Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan petani responden menggunakan alat bantu
kuesioner (daftar pertanyaan). Data sekunder diperoleh dari lembaga atau
53
instansi terkait, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang terkait
dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif.
Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui pendapatan
usahatani, perilaku petani terhadap risiko, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku petani terhadap risiko dan uji beda yang dilakukan untuk kedua jenis
kegiatan usahatani kubis yaitu lahan kering dan lahan sawah tadah hujan.
Hasil analisis kuantitatif yang dilakukan kemudian dideskripsikan.
1. Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Kubis
Produktivitas usahatani merupakan kemampuan suatu lahan dalam
menghasilkan produksi tanaman per hektar. Produktivitas usahatani
diperoleh dari hasil bagi antara jumlah jumlah produksi (ton) dengan luas
tanam (hektar) yang digunakan untuk berusahatani. Perhitungan nilai
produktivitas dilakukan pada lahan kering maupun lahan sawah tadah
hujan selama satu periode musim tanam dengan rumus sebagai berikut:
Produktivitas Usahatani (ton/ha) = Jumlah produksi (ton )
Luas tanam (ha )
Untuk mengetahui perbandingan produktivitas antara usahatani kubis
pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan, dilakukan uji beda
dengan hipotesis sebagai berikut :
54
a) H0 : Pls = Plk
Produktivitas usahatani kubis pada lahan sawah tadah hujan sama
dengan produktivitas usahatani kubis pada lahan kering.
b) H1 : Pls > Plk
Produktivitas usahatani kubis pada lahan sawah tadah hujan lebih
tinggi dibandingkan dengan produktivitas usahatani kubis pada lahan
kering
Jika probabilitas yang didapatkan < α maka Ho ditolak, dan jika
probabilitas > α maka Ho diterima, dengan taraf kepercayaan sebesar 90
persen. Secara matematis thitung dirumuskan sebagai berikut: