Psikologi Komunikasi
PSIKOLOGI PESAN
Pesan Linguistik dan Pesan Nonverbal
HAFID MAULANA
44111010119
Fakultas Ilmu Komunikasi | Universitas Mercu Buana Jakarta | ©2012
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertemakan “Psikologi Pesan: Pesan
Linguistik dan Pesan Nonverbal”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah Psikologi Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada:
1. Ibu Sofia Aunul selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Komunikasi yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan,
dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
2. Rekan-rekan semua di kelas Psikologi Komunikasi.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Jakarta, Juni 2012
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................................2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................4
BAB II
Tinjauan Pustaka
Pengantar..........................................................................................................................5
Psikologi Pesan.................................................................................................................6
BAB III
A. Pembahasan
I. Pesan Linguistik.......................................................................................................9
II. Pesan Nonverbal....................................................................................................13
B. Studi Kasus...................................................................................................................17
Kerumitan Makna Kata.............................................................................................17
BAB IV
Kesimpulan .......................................................................................................................19
Daftar Pustaka ..................................................................................................................20
2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seorang psikolog bernama H.E King (1961) pernah melakukan penelitian tentang otak
manusia dan menghasilkan penemuan bahwa kita dapat menggerakan orang lain dengan
merangsang salah satu bagian otaknya. Jose Delgado (1969) kemudian menghabiskan
bertahun-tahun untuk mengembangkan alat-alat stimulasi yang dapat merangsang otak.
Delgado bekerja keras untuk mengidentifikasi daerah otak manusia, membuat peta otak,
mengembangkan alat-alat elektronis halus, semua untuk mengendalikan dan
menggerakan manusia. Padahal setiap manusia sudah dikaruniai kemampuan untuk
menggerakan orang lain dari jarak jauh—remote control—tanpa harus menggunakan
jarum-jarum elektris atau push button radio service. Betulkah kita semua memiliki alat
untuk mengendalikan orang lain ? Hal ini akan kita ketahui dalam makalah ini.
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Manusia mengucapkan kata demi kata dengan
bahasa dan dengan isyarat atau yang di maksud dengan pesan non verbal. Bahasa
memiliki kekuatan untuk menggerakan atau mengendalikan puluhan orang. Contoh kecil
aba-aba “Maju-jalan” bisa mengendalikan puluhan orang dalam baris-berbaris.
Dalam setiap komunikasi, kita selalu tidak lepas dari sebuah pesan nonverbal.
Pesan Nonverbal adalah sebuah pesan tanpa kata-kata atau bahasa. Seperti ekspresi
muka, gerakan tangan, gerakan mata dll. Orang mengungkapkan penghormatan kepada
orang lain dengan cara yang bermacam-macam. Ekspresi wajah kita merupakan bagian
dari sebuah pesan yang disampaikan kepada komunikate, saat kita senang sedih dan
kecewa sudah dapat terlihat dari ekspresi wajah kita. Bahkan dari ekspresi wajahlah
orang akan lebih percaya terhadap kita dari pada apa yang kita bicarakan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan mengetahui :
1. Apa itu pesan linguistik, bagaimana kita dapat berbahasa, bahasa dan proses
berfikir, mengetahui kata-kata dan maknannya, serta apa itu teori general
sesmantics ?
2. Apa fungsi pesan nonverbal? Apa itu Organisasi, Struktur pesan , dan Imbauan
Pesan ?
3
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan Penulisan makalah ini adalah sebagai :
1. Syarat kelulusan mata kuliah Psikologi Komunikasi.
2. Menguraikan pesan linguistik dan pesan nonverbal.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar memberikan pengetahuan terhadap pembaca
tentang apa itu Pesan linguistik dan Pesan nonverbal serta elemen-elemennya.
Sebagaimana telah di jelaskan bahwa kita akan tahu Apa itu pesan linguistik, bagaimana
kita dapat berbahasa, bahasa dan proses berfikir, mengetahui kata-kata dan maknannya,
serta apa itu teori general sesmantics ?dan Apa fungsi pesan nonverbal? Apa itu
Organisasi, Struktur pesan , dan Imbauan Pesan ?
4
BAB II
Tinjauan Pustaka
Pengantar
Sebelum kita memulai untuk membahas tentang teori Psikologi Pesan, kita harus tahu
apa itu Komunikasi ? Apa itu Psikologi ? dan Apa itu Pesan ?. Pertama kita harus tahu
definisi tentang Komunikasi menurut para ahli.
Banyak para Pakar mendifinisikan tentang Komunikasi, salah satunya adalah
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner yang mendefinisikan bahwa “Komunikasi :
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan,dan sebagainya, dengan
menggunakan symbol-simbol—kata- kata gambar, figure, grafik, dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi” 1.
Sedangkan, menurut Harold Lasswell untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: “What In Which Channel To Whom With What
Effect?” atau Siapa mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada Siapa dengan
pengaruh Bagaimana?2.
Lalu definisi dari Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku
manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.3 Menurut asalnya katanya, psikologi
berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia
yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang
mempelajari tentang jiwa.4 Sedangkan pengertian pesan dalam Mulyana.2007:70 adalah
“seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau
sumber tadi.” Selanjutnya, kita akan membahas apa itu Psikologi pesan yang menjadi inti
dari dibuatnya makalah ini.
1 Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007)hal.68
2 Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007)hal.693 Sarwono Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum. Rajawali Pers. (Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi tgl. 29/05/2012 pk. 20:26)4 http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi tgl. 29/05/2012 pk. 20:26
5
Psikologi Pesan
Jose Delgado (1969) kemudian menghabiskan bertahun-tahun untuk mengembangkan
alat-alat stimulasi yang dapat merangsang otak. Delgado bekerja keras untuk
mengidentifikasi daerah otak manusia, membuat peta otak, mengembangkan alat-alat
elektronis halus, semua untuk mengendalikan dan menggerakan manusia. Padahal setiap
manusia sudah dikaruniai kemampuan untuk menggerakan orang lain dari jarak jauh—
remote control—tanpa harus menggunakan jarum-jarum elektris atau push button radio
service. Betulkah kita semua memiliki alat ntuk mengendalikan orang lain ?
Betul kata Seorang Psikolinguistik5 dari Rockefeller University, George A. Miller. Ia
pernah menulis :
“Kini ada seperangkat perilaku yang dapat megedalikan pikiran dan tindakan
orang lai secara perkasa. Teknik pengendalian ini dapat menyebabkan Anda
melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan. Anda tidak dapat
melakukannya tanpa adana teknik itu. Teknik itu dapat mengubah pendapat
dan keyakinan, dapa digunakan untuk menipu anda dapat membuat anda
gembira dan sedih, dapat memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam
kepala Anda, dapat membuat anda menginginkan sesuatu yang tidak Anda
miliki. Anda pun bahkan dapat menggunakannya untuk mengendalikan diri
Anda sendiri. Teknik ini adalah alat yang luar biasa perkasanya dan dapat
digunakan untuk apa saja.” (miller, 1974: 4)6
Teknik ini tidak ditemukan oleh psikolog, tidak berasal dari pemberian mahluk halus, tidak
juga diperoleh secara para psikologis atau lewat ilmu klenik. Teknik ini telah dimiliki
bahasa. Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan kata-kata, anda dapat mengatur
perilaku orang lain.
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap
cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut paralinguistic. Akan
tetapi, manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan bahasa,
misalnya dengan isyarat; ini disebut pesan ekstralinguistik. Pesan paralinguistik dan
ekstralinguistik akan kita uraikan dalam satu bagian yang kita sebut Pesan nonverbal.
Selanjutnya kita akan membicarakan struktur dan imbauan pesan.
5 Psikolinguistik adalah Psikolog yang mempelajari bagaimana maksud komunikator diubah menjadi pesan dalam lambing yang diterima secara kultural dan bagaimana signal-signal ini diubah menjadi penafsiran komunikate.
6 Rakhmat , Jalaluddin.Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya.2001) hal.264
6
I. Pesan Linguistik
Pesan Linguistik adalah pesan yang dikemas dalam bahasa, atau bahasalah sebagai alat
utamannya. Dalam Komunikasi dinamakan komunikasi verbal, karena ia menggunakan
lambing verbal yaitu bahasa (Effendy, 1993:33)7
Ada dua cara mendefinisikan bahasa : fungsional dan formal. Definisi fungsional
melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki
bersama untuk mengungkapkan gagasan” (socially shared means for expressing ideas).
Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences that could be
generated according to the rules of its grammar).
Tata bahasa meliputi tiga unsur : fonologi, sintaksis, dan semantic. Menurut George
A.Miller (1974:8), untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai
ketiga tahap pengetahuan bahasa di atas, di tambah dua tahap lagi.
Pada tahap pertama, kita harus memiliki informasi fonologis tentang bunyi-bunyi
dalam bahasa itu.
Tahap Kedua, Kita harus memiliki pengetahuan sintatsis tentang cara
pembentukan kalimat.
Tahap ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-
kata.
Pada tahap keempat, tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan.
Tahap kelima kita harus mempunyai semacam system kepercayaan untuk menilai
apa yang kita dengar.
Menurut Larry L.Barker dalam Mulyana:2007, bahasa memiliki tiga fungsi yaitu:
penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.8 Penamaan atau
penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan
menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut
Barker, menekankan berbagi gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dang
pengertian dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang
lain. Anda juga menerima informasi setiap hari sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Ini
kemudian yang disebut Fungsi transmisi.
7 Dikutip dari Makalah Psikologi Komunikasi oleh Dadan Anugrah, M.Si Dosen Universitas Mercu Buana Jakarta:2008 (Makalah di download dari Http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/61018-14-503158139834.doc 8 Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007)hal.266
7
Bahasa merupakan suatu bagian yang sangat esansial dari manusia untuk
menyatakan dirinya maupun tentang dunia yang nyata. Adalah keyakinan yang naif kalau
kita menyederhanakan fungsi bahasa yang seolah-olah hanya menjadi alat untuk
menggambarkan pikiran dan perasaan saja. Yang lebih penting dari bahasa adalah
bagaimana memaknakan simbol atau tanda yang telah diorganisasikian dalam sistem
kebahasaan.9
II. Pesan Nonverbal
Secara sederhana, pesan nonverbal didefinisikan sebagai semua tanda atau isyarat yang
tidak berbentuk kata-kata.10 Secara lebih spesifik, mendefinisikannya sebagai “semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan
oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh indivdu, yang mempunyai nilai pesan
potensial bagi pengirim atau penerima.”11
Orang mengungkapkan penghormatan kepada orang lain dengan cara yang
bermacam-macam. Orang Arab menghormati orang asing dengan memeluknya. Orang-
orang Polinesia menyalami orang lain dengan saling memeluk dan mengusap punggung.
Orang Jawa menyalami orang yang dihormatinya dengan sungkem, Orang Jawa duduk
bersial menyambut kedatangan orang yang mulia; orang belanda malah berdiri tegak.
Tepuk tangan, pelukan, usapan, duduk, dan berdiri tegak adalah pesan nonverbal yang
menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang terkandung dalam hati kita.
Hal menarik dari pesan nonverbal adalal studi Albert mahrabian (1971) yang
menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal
dari bahasa, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi wajah.12 Duncan menyebutkan
enam jenis pesan nonverbal : Kinesik atau gerakan tubuh, Paralinguistik atau suara,
Prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial, Olfaksi atau penciuman,
sensitivitas kulit, dan Faktor artifaktural seperti pakaian dan kosmetik.
9 Diakses dari http://lelybroadcaster.blogspot.com/2009/05/kendala-psikologi-pesan.html tgl.29/05/12 pk. 21:1910 Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007) hal.34311 Larry A. Samovar dan Richard E.Porter. Communication Between Cultures. (California: Wadsworth: 1991) hal. 179 (dalam Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007) hal.343)12 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta:Raja Grafindo Persada:2007) hal. 103
8
BAB IIIA. Pembahasan
I. Pesan Linguistik
I.a Bagaimana kita dapat berbahasa ?
Penemuan Victor menunjukan bahwa bila dipisahkan dari lingkungan manusia, seorang
anak tidak memiliki kemampuan bicara. Sebaliknya, kita melihat anak yang dibesarkan
didalam masyarakat manusia, pada usia 4 tahun sudah bisa berdialog denga kawan-
kawannya dalam bahasa ibunya. Dalam berbahasa, Psikologi membagi kedalam 2 teori
yaitu : teori belajar dari behaviorisme dan teori nativisme dari Noam Chomsky.
Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga
proses : asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi
dengan obyek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang
didengarnya. Peneguhan dilaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan
ketika anak mengucapkan kata-kata yang benar. Psikolog dari Harvad, B.F.Skinner
menerapkan ketiga prinsip ini ketika ia menjelaskan tiga macam respons yang terjadi
pada anak-anak kecil, yang disebutnya sebagai respons mand, tact, dan echoice.
Respons mand dimulai ketika anak-anak mengeluarkan bunyi sembarangan.
Respons tact terjadi bila anak menyentuh objek, kemudian secara sembarangan ia
mengeluarkan bunyi.
Respons echoic terjadi ketika anak menirukan ucapan orang tuanya dalam
hubungan dengan stimuli tertentu.
Menurut ahli bahasa dari Massachuset Institute Technology ini, teori belajar hanyalah
“play acting at sicience”, suatu penjelasan yang sama sekali tidak tepat tetapi dibungkus
dengan istilah-istilah yang bernada ilmiah.
Menurut Chomsky, setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa karena adanya
pengetahuan bawaan (preexistent knowledge) yang telah di program secara genetic
dalam otak kita. Teori perkembangan mental dari Jean Piaget memperkuat teori Chomsky
dengan menunjukkan adanya struktur universal yang menimbulkan pola berpikir yang
sama pada tahap-tahap tertentu pada perkembangan mental anak-anak.
Sedangkan, teori nativisme menggambarkan anak-anak memperoleh pengetahuan
tentang bahasa tertentu, ketka bahasa yang didengar membangkitkan respons bawaan
dari kemampuan berbahasa. Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks
dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui “peniruan”.
9
Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu
alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai
bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh
masyarakat sekitar.
Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti
bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya. Semua anak yang normal dapat belajar
bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir,
anak ini tidak memperoleh bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat “makanan”
sebagaimana biasanya sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa pertama
sebagaimana lazimnya seperti anak yang dipelihara oleh srigala .13 Tanpa LAD, tidak
mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat dan bisa
menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak dapat
membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.
I.b Bahasa dan Proses Berpikir
Secara singkat teori ini dapat disimpulkan bahwa pandangan kita tentang dunia dibentuk
oleh bahasa ; dan karena bahasa berbeda, pandangan kita tentang dunia pun berbeda
pula. Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti yang telah
deprogram oleh bahasa yang kita pakai. Dengan begitu masyarakat yang menggunakan
bahasa yang berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep-konsep dalam suatu bahasa
cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu. Ada bahasa yang
dengan mudah dapat dipergunakan untuk memikirkan masalah-masalah filsafat, tetapi
ada juga bahasa yang sukar dipakai bahkan untuk memecahkan masalah-masalah
matematika yang sederhana.
Bahasa memungkinkan kita menyandi (code) peristiwa-peristiwa dan objek-objek
dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa kita mengabstraksikan pengalaman kita, dan
yang lebih penting mengkomunikasikan kepada orang lain. “pemikiran yang tinggi
bergantung pada manipulasi lambing,” kata Morton Hunt (1982:227),” dan walaupun
lambang-lambang nonlonguistik seperti matematika dan seni sudah canggih, lambang-
lambang itu sempit. Sebaliknya, bahasa merupakan pemikiran. Bahasa adalah prasyarat
kebudayaan, yang tidak dapat tegak tanpa itu dengan sistem lambang yang lain. Dengan
13 Baradja, M.F. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa.(Malang: IKIP. 1990) hal.33 (Diakses dari http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama tgl 29/05/12 pk. 20:58)
10
bahasa, kita, manusia, mengkomunikasikan kebanyakan pemikiran kita kepada orang lain
dan menerima satu sama lain hidangan pikiran (food for thought).
I.c Kata-kata dan Makna
Kata-kata dengan sendirinya tidak bermakna apa-apa, kecuali kita sendiri yang
memaknainya. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita hanya menyampaikna kata-
kata, bukan makna. Kata-kata merangsang makna yang di anut orang lain terhadap itu.
Makna muncul dari hubungan khusus atara kata dan manusia. Makna tidak melekat pada
kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. 14
Konsep makna telah menarik menarik perhatian komunikasi, psikologi, sosiologis,
antropologis, dan linguistic. Banyak antara makna penjelasan tentang makna terlalu kabur
dan spekulatif kata Jerold katz (1973:42). Brodbeck (1963) memenjernihkan pembicaraan
dengan membagi makna pada tiga corak.
Makna yang pertama adalah makna inferensial, yakni makna satu kata (lambang)
adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. Dalam
uraian Ogden dan Richards (1946), proses pemberian makna (reference process)
terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan yang ditunjukkan lambang
(disebut rujukan atau referent). Satu lambang dapat menunjukkan banyak rujukan.
Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep lain. Fisher memberi contoh dengan kata
pholigoston. Kata ini dahulu dipakai untuk menjelaskan proses pembakaran.
Benda bernyala Karena ada pholigoston. Kini, setelah ditemukan Oksigen,
pholigoston tidak berarti lagi.
Makna ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksud oleh
seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secar empiris atau
dicari rujukannya.
Hayakawa (1964) menyebutkan adanya dua macam kata: snarl words (kata erangan) dan
purr words (kata eongan).15 Kata-kata geram (snarl) bersifat sangat negatif (Dia goblok,
“Dia babi,” Mereka pecundang”). Kata-kata dengung (purr) bersifat sangat positif (“Dia
benar-benar pacar yang baik,” “Dia pria impian,” “Merekalah yang terbesar”). Kata-kata
geram dan dengung, walaupun adakalanya memiliki makna denotatif dan berkaitan
dengan “dunia nyata,” sebenarnya bermakna konotatif. Istilah ini tidak menguraikan
14 Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007) hal.28415 Rakhmat , Jalaluddin.Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya.2001) hal.275
11
orang, benda, atau kejadian dalam dunia nyata, melainkan menguraikan perasaan si
pembicara tentang orang, benda, atau kejadian tersebut.
Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme, isoformisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari
budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideology yang sama
; pendeknya, mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada
kenyataannya tidak ada isoformisme total. Selalu tersisa ada makna perorangan.
I.d Teori General Semantics
Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik, kata pengikut general
semantics. General Semantic adalah teori yang menunjukkan karakteristik bahasa dan
menjelaskan kesalahan dalam menggunakan bahasa, serta menelaah bagaimana
berbicara dengan tepat, bagaimana menyesuaikan kata dengan keadaan sebenarnya,
dan bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kekeliruan dan
kesalah-fahaman16.General semantics tidak menjelaskan proses penyandian, tetapi ia
menujukkan karakteristik bahasa yang mempersulit proses ini. Peletak dasar teori ini
adalah Alferd Korzybski, pemain pedang, insinyur, spion, pelarian, ahli matematika,
psikiater, dan akhirnya ahli bahasa.
Korzybski melambangkan asumsi dasar teori general semantics : bahasa seringkali
tidak lengkap mewakili kenyataan; kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek
kenyataan. Berikut ini nasihat Korzybski, dua bersifat perintah dan dua larangan.
1) Berhati-hati dengan Abstraksi
Bahasa menggunakan Abstraksi. Abstraksi adalah proses memilih unsur-unsur realitas
untuk membedakannya dari unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang digunakan berada
pada tingkat abstraksi yang bermacam-macam. Abstraksi menyebabkan cara-cara
penggunaan bahasa yang tidak cermat. Tiga buah diantaranya adalah: dead level
abstracting, undue identification, Two-valued evaluation.
Dead Level Abstracting (Abstraksi Kaku) terjadi apabila kita berhenti pada tingkat
abstraksi tertentu: abstraksi tinggi, atau rendah. Undue Identification (Identifikasi yang
tidak layak), adalah menempatkan banyak objek dalam satu kategori. Istilah lain untuk itu
adalah overgeneralisasi. Two-valued Evaluation (Penilaian dua nilai), terjadi bila kita
hanya menggunakan dua kata untuk menjelaskan keadaan.
16 Diakses dari http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id2.html tgl. 29/05/12 pk. 21:58
12
Abstraksi kaku, terjadi bila kita berhenti pada tingkat abstraksi tertentu Two-valued
evaluation, penilaian dua nilai, pemikiran kalu begini begitu ialah kecenderungan
menggunakan hanya dua kata untuk melukiskan keadaan.
2) Berhati-hati dengan Dimensi Waktu
Bahasa itu statis, sedangkan realitas itu dinamis. Untuk mengatasi ini general semantics
merekomendasikan dating(penanggalan).
3) Jangan Mengacaukan Kata dengan Rujukannya
Hubungan antara kata dengan rujukannya tidak semena-mena. Kata itu bukan rujukan,
kata hanya mewakili rujukan. Karena kita sering mengacaukan kata dengan rujukan, kita
juga cenderung menganggap orang lain mempunyai rujukan yang sama untuk kata-kata
yang kita ucapkan.
4) Jangan Mengacaukan Pengalaman dengan Kesimpulan
Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu. Pernyataan itu
kita sebut sebagai pengalaman. Kita menarikkesimpulan itu. Pernyataan itu kita sebut
pengamata. Kita menarik kesimpulan bila menghubungkan hal-hal yang diamati dengan
sesuatu yang tidak teramati. Dalam pengamatan kita menghubungkan lambang dengan
rujukan. Dalam kesimpulan kita menggunakan pemikiran. Pengamatan dapat diuji,
diverifikasi karena itu menggunakan kata-kata abstraksi rendah. Penyimpulan tidak dapat
diuji secara empiris karena itu menggunakan kata-kata berabstraksi tinggi.
II. Pesan Nonverbal
II.a Fungsi Pesan Nonverbal
Betapapun kekurangannya-seperti disindir Korzybski dan kawan-kawan-bahasa telah
sanggup menyampaikan informasi kepada orang lain. Dalam hubungannya dengan
bahasa, mengapa pesan nonverbal masih dipergunakan? Apa fungsi peran nonverbal?
Mark L.Knapp (1972:9-12) menyebutkan lima fungsi nonverbal:
Refetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakansaya, saya menggelengkan kepala
berkali-kali.
Subtitusi, menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah
katapun anda berkata. Anda dapat menunjukkan persetujuan denagn
mengangguk-angguk.
13
Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap
pesan verbal. Misalnya, anda memang hebat,.
Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air
muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-
kata.
Aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinnya. Misalnya,
anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul mimbar.
Sedangkan Paul Ekman menyebutkan lima fungsi nonverbal sebagai seperti yang
dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :17
Dale G. Leathers (1976: 4-7) menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal itu
sangat penting: (dalam Rakhmat:2001: hal.283-285)
Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak
menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal.
Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal.
Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas
dari penipuan, distorsi dan kerancuan.
Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat
diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Kelima, pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien
dibandingkan dengan pesan verbal.
Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
II.b Organisasi, Struktur, dan Imbauan Pesan
Aristoteles, dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorica, menerangkan
peranan taxsis dalam memperkuat efek pesan persuasive. Yang dimaksud dengan taxsis
adalah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan. Ia menyarankan agar setiap
pembicaraan disusun menurut urutan: pengantar, pertanyaan, argument, dan kesimpulan.
Pada tahun 1952, Beighley meninjau kembali berbagai penelitian yang ,membandingkan
efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia menemukan bukti yang
nyata yang menunjukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih mudah
dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun dengan baik.
17 Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007) hal.349
14
Alan H.Monroe pada akhir tahun 1930-an. Menyarankan lima langkah dalam
penyusunan pesan (Motivated Super) :
1) attention (perhatian)
2) need (kebutuhan)
3) satisfaction (pemuasan)
4) visualization (visualisasi)
5) action (tindakan)
Jadi, bila anda ingin mempengaruhi orang lain,rebutlah lebih dahulu perhatiannya,
selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana cara memuaskan
kebutuhan itu, gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang akan
diperolehnnya bila ia menerapkan atau tidak menerapkan gagasan anda, dan akhirnya
doronglah dia untuk bertindak.
Sturuktur Pesan
Bayangkan Anda harus menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak
sefaham dengan anda. Anda harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi
anda yang harus didahulukan atau bagian yang kurang penting. Ataukah kita harus
membiarkan hanya argument-argument yang menunjang kita saja atau harus
membicarakan yang pro dan kontra sekaligus.untuk menjawab sekaligus pertanyaan yang
pertama banyak penelitian telah dilakukan disekiotar konsep primacy-recency. Koehler et
al.(1978:170-172), dengan mengutip Cohen, menyebutkan kesimpulan penelitian tersebut
sebagai berikut:
1) Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan kontra), tidak ada
keuntungan untuk berbicara yang pertama, karena berbagai kondisi(waktu, khalayak,
tempat dan sebagainnya) akan menentukan pembicara yang paling berpengaruh.
2) Bila pendengar secara terbuka memihaksatu sisi argument, sisi yang lain tidak
mungkin mengubah posisi mereka. Sikap nonkompromistis ini mungkin timbul karena
kebutuhan untuk mempertahankan \harga diri. Mengubah posisi akan membuat orang
kelihatan tidak konsisten, mudah dipengaruhi dan bahkan tidak jujur.
3) Jika pembicara menyajiakan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih mudah dipengaruhi
oleh sisi yang disajikan lebih dahulu. Jika ada kegiatan diantara penyajian, atau jika kita
diperingati oleh pembicara tentang kemungkinan disesatkan orang, maka apa yang
dikatakan terakhir akan lebih banyak memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik pada
subjek pembicaraan kecuali setelah menerima informasi tentang hal itu, mereka akan
15
sukar mengingat dan menerapkan informasi tersebut. Sebaliknya, jika mereka sudah
tertarik pada suatu persoalan , mereka akan mengigatnya baik-baik dan menerapkannya.
4) Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang dikehendaki. Atau yang diterima
disajikan sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal penyajian,
komunikator menyampaikan gagasan yang menyenagkan kita, kita akan cenderung dan
memperhatikan dan menerima pesan-pesan berikutnya. Sebaliknya, jika ia memulai
dengan hal-hal yang tidak menyenagkan kita, kita akan menjadi kristis dan cenderung
menolak gagasan berikutnya, betapapun baiknya.
5) Urutan pro-kon efektif fari pada urutan kon-pro bila digunakan oleh sumber yang
memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
6) Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lama di
antara dua pesan, dan pengujian segera terjadi setelah pesan kedua.
Imbauan Pesan (Message Appeals)
Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita harus
menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong prilaku komunikate. Dengan
perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk menerima dan
melaksanakan gagasan kita. Dalam uraian kita yang terakhir ini, kita akan membicarakan
imbauan rasional, imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran dan imbauan
motivasional. Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada
dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan rasional, bila imbauan
rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya menyakinkan orang lain
dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti.
Imbauan emosional menggunakan persyaratan –persyaratan atau bahasa yang
menyentuh emosi komunikate. Imbauan emosional akan kurang kuat apabila topik yang
dibicarakan bukan sesuatu yang baru artinya, komunikate bereaksi kerangka rujukan
yang sudah mapan. Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan,
mengancam, atau meresahkan. Tingkat imbauan takut yang tinggi menimbulkan
kecemasan yang tinggi sehingga komunikate kurang memperhatikan pesan dan lebih
banyak memusatkan perhatian dan kecemasannya sendiri. Imbauan takut bergantung
pada jenis pesan, kredibilitas komunikator, dan jenis kepribadian penerima.
Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikate sesuatu
yang mereka perlukan atau yang menjanjikan komunikate sesuatu yang mereka perlukan
16
atau yan mereka inginkan. Sangat sedikit penelitian yang membuktikan dampak
penggunaan ganjaran dalam situasi komunikasi yang persuasive. Dan terakhir, Imbauan
motivasional menggunakan imbauan motif (motive appeals) yang menyentuh kondisi
intern dalam diri manusia. Dalam Cangara:2007 ada satu imbauan lagi yaitu Humorious
Appeal (Imbauan Humor) ialah teknik penyusunan pesan yang disertai humor, sehingga
dalam penerimaan pesan khalayak tidak merasa jenuh18. Pesan yang disertai humor
mudah diterima, enak dan menyegarkan.
B. Studi Kasus
Kerumitan Makna Kata
Perhatikan kasus berikut:
“Di medan, kata motor digunakan untuk merujuk pada mobil, sedangkan sepeda
motor disebut kereta. Di Banda Aceh, Padang, dan Flores, kata Honda digunakan
untuk merujuk pada sepeda motor, meskipun merk sepeda motor itu adalah
Yamaha atau Vespa. Jangan heran kalo ada orang bilang “Saya punya Honda merk
Yamaha RX King”. Beberapa merk lain untuk barang serupa juga digunakan
sebagai nama generik sebuah barang serupa, seperti Pepsodent, Tipe-Exx,
Thermos, Aqua, Kodak, dan sebagainya.” 19
Dari kasus tersebut, bisa kita ambil kesimpulan bahwa Komunikasi juga bergantung pada
tempat kita berada saat sedang melakukan komunikasi. Perbedaan bahasa bisa
menimbulkan proses penyandian kata-kata berbeda dengan apa yang kita ketahui. Boleh
jadi suatu kata yang sama merujuk pada objek yang berbeda, di dua daerah yang
berbeda(seperti pada kasus di atas).
“Seruan “Kiri” seorang penumpang untuk turun dari kendaraan umum yang
ditumpanginya (Misalnya di Bandung dan Makssar) mungkin tidak lazim di beberapa
daerah lain, termasuk Manado, Gorontalo, Jayapura dan juga Malaysia (yang dapat
membuat penumpang serempak menengok ke kiri). Di Jayapura kata “Kiri” merujuk
pada sebuah tepat komplek pelacuran sehingga supir angkot boleh jadi berkata
“Masih jauh,” ketika penumpang mita turun dengan mengucapkan “Kiri”…”20
18 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta:Raja Grafindo Persada:2007) hal. 11819 Kasus diambil dari buku “Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007) hal. 28520 Kasus diambil dari buku “Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007) hal. 285
17
Berdasarkan prinsip bahwa kata semata tidak memiliki makna apa pun, maka makna kata
mudah dimanipulasi. Karena itu dalam kampanye-kampanye pemilu Orde-baru, di
beberapa tempat, terutama yang dekat pesantern, para jurkam dari suatu partai politik
menyerang kontestan lain dengan mengutip ayat 35 Surat Al-Baqarah :Janganlah kalian
dekati pohon ini, yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang dzalim”.
Sedangkan jurkam dari partai yang diserang membalas manipulasi ayat itu dengan
memanipulasi ayat lainnya, Yakni Al-Fath:18 “Sesungguhnya Alloh telah Ridha terhadap
orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon…”.
Kata-kata boleh jadi berevolusi, dengan makna yang terus juga berubah. Sebagian
kata menghilang, sejumlah kata baru muncul. Situasi-situasi baru menciptakan makna-
makna baru. Editor senior Random House Dictionary of the English Language
memperkirakan bahwa dari sekitar 450ribu kata iggris yang biasa digunakan dewasa ini,
William Shakespeare akan memahami hanya 250 ribu kata.
18
BAB IV
Kesimpulan
Setiap manusia telah dikaruniai Tuhan untuk mengendalikan orang lain layaknya robot
yang kita kendalikan dengan remote control. Namun, manusia mengendalikan orang lain
dengan cara mengucapkan sebuah kata-kata dan atau imbauan kepada orang yang
mendengarkannya atau disebut dengan komunikate. Setiap kata-kata kita (Komukator)
yang disampaikan kepada komunikate bisa mengendalikan komunikate tersebut hanya
dengan sebuah kalimat-kalimat yang dilontarkan. Komunikator yang punya kredibilitas
tinggi adalah orang yang bisa mengendalikan orang lain.
Dalam berkomunikasi, saat komunikator menyampaikan pesan yang mengandung
arti dan maksud pesan tersebut, maka sebagai seorang komunikate harus paham dengan
psikologi pesan. Sehingga, apapun pesan yang disampaikan dan bagaimanapun pesan
yang diuraikan oleh komunikator dalam kondisi tertentu, komunikate dapat menangkap isi
pesan tersebut sesuai dengan makna dan maksud sebenarnya yang diinginkan oleh
komunikator. Dalam hal itu, setidaknya kedua belah pihak (Komunikator dan Komunikate)
juga harus memahami bagaimana pesan dalam bentuk Verbal (Linguistik) dan nonverbal.
Namun begitu dalam proses pemaknaan tersebut, makna pesan ditentukan oleh seorang
komunikator itu sendiri. Kata-kata tidak memiliki makna apapun, hanya orang tersebut
yang bisa memaknai dan mengertikan apa maksud kata tersebut.
Dalam komunikasi interpersonal, seorang komunikator menggunakan pesan
linguistic untuk menyatakan fakta, ilmu ataupun keadaan. Sedangkan pesan nonverbal
lebih mendekati kepada persaan yang disampaikan kepada komunikate. Dalam
komunikasi, dapat diketahui bahwa pesan nonverbal selalu tidak terlepas dari proses
komunikasi, bahkan seorang yang tidak dapat berbahasa pun menggunakan pesan
nonverbal dalam komunikasinya. Pesan nonverbal juga dianggap lebih terpercaya
daripada pesan verbal, jika terdapat ketidakcocokan makna diantara keduanya, makna
yang dikirim melalui pesan nonverbal dianggap lebih akurat.
19
Daftar Pustaka
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy (2007) .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar. Bandung:Remaja Rosdakarya
Cangara, Hafied(2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi 29/05/2012
Makalah : Psikologi Komunikasi oleh Dadan Anugrah, M.Si Dosen Universitas Mercu
Buana Jakarta:2008 ( http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/61018-14-
503158139834.doc )
http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama 29/05/12
http://lelybroadcaster.blogspot.com/2009/05/kendala-psikologi-pesan.html 29/05/12
http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id2.html 29/05/12
20