Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi siswa. Padahal, matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga kerja bidang tertentu. Melihat kondisi ini berarti matematika tidak hanya digunakan sebagai acuan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi juga digunakan dalam mendukung karier seseorang. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 1
24

makalah psikologi pendidikan matematika

Feb 27, 2023

Download

Documents

zaky kaka
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah psikologi pendidikan matematika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya

menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan

penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang

menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang

ditakuti dan dijauhi siswa. Padahal, matematika

dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi

salah satu pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam

menempuh suatu jenjang pendidikan, serta menjadi materi

ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga kerja

bidang tertentu. Melihat kondisi ini berarti matematika

tidak hanya digunakan sebagai acuan melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi tetapi juga digunakan dalam

mendukung karier seseorang.

Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus

persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran

pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang

ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam

setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika.

Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 1

Page 2: makalah psikologi pendidikan matematika

2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata

pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta

didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta

didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama (Siswono, 2009: 1).

Mengembangkan kecerdasan intuitif dan reflektif

perlu menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di

kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan

karakteristik keilmuan matematika. Tetapi, fokus dan

perhatian pada upaya meningkatkan kecerdasan intuitif dan

reflektif dalam matematika jarang atau tidak pernah

dikembangkan. Padahal kecerdasan itu yang sangat perlu

mendapat perhatian agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis

tertarik untuk menyusun makalah dengan judul: Intelegensi

Intuitif dan Reflektif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan

maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian intelegensi?

2. Apakah yang dimaksud intelegensi intuitif?

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 2

Page 3: makalah psikologi pendidikan matematika

3. Apakah yang dimaksud intelegensi reflektif?

4. Apa perbedaan fungsi intelegensi intuitif dengan

intelegensi reflektif?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian intelegensi.

2. Untuk mengetahui pengertian intelegensi intuitif.

3. Untuk mengetahui pengertian intelegensi reflektif.

4. Untuk memahami perbedaan intelegensi intuitif dan

intelegensi reflektif.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menjadi bahan bacaan dan referensi untuk

penulisan selanjutnya.

2. Dapat menambah wawasan penulis mengenai kecerdasan

intuitif dan kecerdasan reflektif dalam pembelajaran

matematika.

3. Dapat menjadi bahan latihan dalam menuangkan ide-ide

dalam bentuk tertulis sebagai wujud pengetahuan yang

diperoleh selama ini di bangku kuliah.

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 3

Page 4: makalah psikologi pendidikan matematika

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inteligensi

Menurut Sandtrock (2010: 134), Intelegensi merupakan

keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk

beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup

sehari-hari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Woolfolk

(2008) mengemukakan bahwa intelegensi adalah kemampuan

atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan

pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi

dengan dunia.

Selanjutnya menurut Dewanti (1998: 3), kecerdasan/

intelegensi: kemampuan mengendalikan aktivitas-aktivitas

dengan ciri-ciri sukar, kompleks, abstrak, ekonomis

(tepat), bertujuan, bernilai sosial, dan menampakkan

adanya keaslian, serta kemampuan untuk mempertahankan

kegiatan-kegiatan seperti itu dalam kondisi yang

memerlukan konsentrasi energi dan berlawanan dengan

kekuatan-kekuatan emosional.

Menurut David Wechster (http://blog.unsri.ac.id)

intelegensi adalah kemampuan bertindak secara terarah,

berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya

secara efektif. Menurut William Stern mengemukakan bahwa

intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 4

Page 5: makalah psikologi pendidikan matematika

kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat berpikir

yang sesuai dengan tujuannya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka intelegensi

dapat diartikan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk

menyelesaikan masalah dan menghadapi lingkungan secara

efektif.

B. Inteligensi Intuitif

Intelegensi intuitif adalah intelegensi yang

dibentuk oleh naluri intuisi seseorang. Pemikiran-

pemikiran cerdas lahir dari kecerdasan ini, berani

berbeda dengan pemikiran banyak orang. Kadang pemikiran

ini belum bisa dijelaskan dengan logika manusia pada

umumnya, tetapi logika berpikir itu akan dapat dipahami

dikemudian hari (http://inspirasiku-

deblitar.blogspot.com).

Berdasarkan Webster Dictionary (Christie, 2008),

kecerdasan intuitif adalah kemampuan manusia untuk

memperoleh pengetahuan langsung atau wawasan langsung

tanpa melalui observasi atau penalaran terlebih dulu.

Dalam banyak hal ini dapat sepenuhnya berhasil

tanpa kesadaran apapun dari proses- proses pikiran

perantara yang bersangkutan; misalnya pada waktu membaca

keras-keras, mengemudikan mobil, atau menjawab pertanyaan

“16 x 25”.

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 5

Page 6: makalah psikologi pendidikan matematika

Kegiatan-KegiatanMental

Perantara

Penerima-Penerima

Pelaksana-Pelaksana

Lingkungan Luar

Seorang penumpang yang masih belajar bertanya

kepada kita mengapa kita memindahkan versnelling sebelum

mencapai belokan tajam di jalan. Biarpun kita telah

berbuat begitu “tanpa berpikir”, kita tidak kesulitan

untuk menjelaskan alasan tersebut. Atau menjawab

sesingkat “400” pada pertanyaan “16 x 25” yang mungkin

ditanyakan kepada kita “Bagaimana anda melakukan hal itu

begitu cepat?”. Dan setelah kita menguraikan cara kita

(banyak pilihan) kita mungkin juga diminta untuk

membenarkan sebuah pertanyaan yang dicari, meliputi sifat

assosiatif dari perkalian.

C. Inteligensi Reflektif

Menurut Dewanti (1998: 4), berpikir reflektif

merupakan kemampuan individu dalam menyeleksi pengetahuan

(yang revelan dengan tujuan masalah) yang pernah

diperoleh.

Proses-proses mental yang menyertai dalam berpikir

reflektif adalah sebagai berikut:

1) Direction-perhatian dan minat yang diarahkan pada

tujuan.

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 6

Page 7: makalah psikologi pendidikan matematika

Penerima-Penerima Penerima-Penerima

Pelaksana-Pelaksana

Kegiatan-Kegiatan Mental Perantara

Lingkungan Luar

2) Interpretation– interpretasi terhadap hubungan-

hubungan yang terdapatpada tujuan yang akan dicapai.

3) Selection-mengingat kembali dan memilih pengetahuan-

pengetahuanyang sudah pernah diperoleh.

4) Insight-adanya pengertian individu tentang hubungan

antara pengetahuan-pengetahuan dengan tujuan yang akan

dicapai.

5) Creation-pembentukan pola-pola mental baru.

6) Criticism-penilaian terhadap kesanggupan menyelesaikan

permasalahan.

Langkah-langkah berpikir reflektif:

1) Individu merasakan adanya problem.

2) Individu melokalisasi/ memberi batasan kesukaran

pemahaman terhadap problem.

3) Individu menemukan hubungan-hubungan (memformulasikan

hipotesis-hipotesis).

4) Individu mengevaluasi hipotesis-hipotesis.

5) Individu menerapkan cara pemecahan persoalan kemudian

menyimpulkannya.

Data diperlukan untuk menjawab semua dari per-

tanyaan yang akan datang, tidak dari lingkungan tetapi

dari sistem-sistem konsep kita sendiri.

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 7

Page 8: makalah psikologi pendidikan matematika

Kegiatan-Kegiatan Mental Perantara

Ini terlihat dalam gambar di atas dengan kotak yang

ditandai “kegiatan-kegiatan mental perantara (Intervening

Mental Activities).” Kita mengarahkan perhatian kita kepada

sumber data ini dengan begitu mudah dan biasa sehingga

kita menganggap biasa saja kemampuan kita menimbang-

nimbang dengan proses-prases berpikir kita sendiri. Namun

seharusnya kita lebih heran terhadap hal ini. Kesadaran

kita akan dunia luar dapat disebabkan oleh alat-alat

indera kita yang nyata (seperti mata, telinga, dan lain-

lain), dan jalan syaraf dari kegiatan ini dapat

dideteksi.

Sekali kita mampu berpikir untuk merefleksikan

kesuatu tingkatan tertentu dengan skema-skema kita

sendiri, langkah-langkah penting lebih lanjut dapat

dilakukan. Kita dapat mengkomunikasikannya seperti dalam

contoh sebelumnya. Kita dapat menyusun skema-skema baru.

Seseorang yang sebelumnya tidak dapat mengerjakan 16 x

25, setelah dijelaskan bahwa empat kali duapuluh lima

adalah seratus, tidak hanya akan dapat mengerjakan 16 X

25 dengan memikirkannya sebagai 4 x (4 x 25) yang sama

dengan 4 x 100, tapi juga mengerjakan lain-lain

perkalian seperti 24 x 25 dan bahkan 25 x 25. Jika ia

dapat mengerjakan ini semua, itu menunjukkan bahwa dia

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 8

Page 9: makalah psikologi pendidikan matematika

Penerima-Penerima

Pelaksana-Pelaksana

Proses-Proses Pikiran Perantara

Penerima-Penerima

Pelaksana-Pelaksana

Proses-Proses Pikiran Perantara

LINGKUNGAN LUARtelah mendapatkan sebuah skema sederhana dan tidak

semata-mata hanya suatu jawaban atas pertanyaan tertentu.

Kita dapat mengganti skema-skema lama dengan skema-

skema baru. Kita dapat membetulkan kesalahan-kesalahan di

skema-skema yang ada. Jika kita bilang “saya tahu apa

yang saya lakukan salah“. Ini tidak hanya berarti

membayangkan cara kita yang ada tetapi juga penemuan

bagian-bagian tertentu didalamnya yang menyebabkan

kegagalan, diikuti perubahan yang mempertimbangkan pada

bagian-bagian ini.

Kita hanya mampu membuat perubahan-perubahan yang

mempertimbangkan skema-skema kita sebagai keseluruhan

atau secara detail, masih belum diketahui. Namun karena

kita nyata-nyata bisa berbuat begitu, maka diagram kita

memerlukan penambahan lebih lanjut.

Di bawah ini beberapa contoh lehih lanjut yang meliputi

aktivitas reflektif .

Seseorang ingin tahu bagaimana mengalikan dua

pecahan desimal, yaitu 1,2 dengan 0,57. Maka kita

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 9

Page 10: makalah psikologi pendidikan matematika

jelaskan kepadanya bagaimana koma desimal dapat

diabaikan, perkalian dikerjakan seperti biasa, kemudian

baru koma desimalnya dimasukkan kembali dengan

menghitung jumlah seluruh angka di belakang koma

desimal (12 X 57 = 684 . 1,2 punya satu angka

dibelakang koma desimal. 0,57 punya dua; jumlah tiga.

Jadi kita masukkan kembali koma desimal pada hasilnya dan

mendapat tiga angka di belakang koma desimal. Hasil

0,684). Aturan ini akan memungkinkan mendapatkan jawaban

yang benar. Tetapi hal ini tidak berkaitan dengan

pengertian yang ada padanya tentang arti cara menulis

desimal. Untuk menjelaskan cara ini kita dapat menulis

kembali desimal-desimal itu sebagai pecahan biasa:

1,2 x 0,57 = 1210

x 57100

=6841000 = 0,684

Pangkat dari 10 di penyebut = banyaknya angka 0 di

penyebut itu = banyaknya tempat di belakang koma

desimal. Mengalikan penyebut-penyebut, sama dengan

menjumlah banyaknya tempat di belakang koma desimal.

Setelah semua itu dilakukan, kita dapat berbuat

lebih lanjut dan memikirkan, cara mengkomunikasikannya.

Kita dapat memutuskan yang lebih baik, di lain waktu,

untuk menunjukkan lebih dahulu metode yang berarti

sebelum menunjukkan (atau mendorong si pelajar untuk

mencari) jalan pintas yang singkat. Demikianlah kita akan

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 10

Page 11: makalah psikologi pendidikan matematika

mereorganisasi skema kita guna mengkomunikasikan skema-

skema untuk mengalikan desimal-desima1.

Suatu jenis yang mempunyai jangkauan yang panjang

beserta kegiatan yang dipikirkan adalah menuju kearah

penggeneralisasian matematis. Pada proses belajar

pemakaian indeks, sebagai contoh secara jelas dapat kita

bedakan dalam dua tahap. Sesudah menentukan cara

penulisannya dengan contoh-contoh seperti:

a2 = a x a (dimana a adalah sebarangbilangan)

a3 = a x a x aa4 = a x a x a x a, dan seterusnya

mudah dilihat bahwa

a2 x a3 = a x a x a x a x a = a5

Dari sini dan dengan contoh-contoh yang sama, si pelajar

secara intuisi dapat membentuk skema umumnya sehingga ia

dapat segera menulis:

a5 x a7 = a12, dan seterusnya

Dengan menggunakan cara-cara memanipulasi pecahan-pecahan

aljabar yang sudah diketahuinya ia juga dapat membentuk

skema untuk pembagian yang disimpulkan dari contoh-contoh

seperti:

a5 a2 = a x a x a x a x a

a x a= a x a x a

= a3

Demikian pula ia dapat segera menulis:

a15 a6  = a9 dan seterusnya

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 11

Page 12: makalah psikologi pendidikan matematika

Sesudah membentuk dua skema yang bertalian ini. ia

juga dapat merumuskannya yaitu dengan menyatakannya

secara simbolik yang membentuk:

am x an = am+n

am an  = am – n

Untuk m dan n mewakili dua bilangan cacah selain

nol, dan di kasus kedua m lebih besar dari n. Perumusan-

perumusaan ini melepaskan cara-caranya sebagai kesatuan-

kesatuan tersendiri. Pembatasannya adalah m dan n harus

bi1angan-bilangan cacah, dan m lebih besar dari n, yang

diharuskan oleh definisi dari a2, a3, ...; Hal ini karena

lambang-lambang seperti a0, a-2, a1/2 dalam hubungan dengan

definisi ini tidak mempunyai arti. Namun cara-caranya

sekarang untuk sebagian sudah dilepaskan dari aslinya,

dan pembatasannya yang mula-mula kelihatan benar dan

pantas, sekarang jadi terbuka untuk bertanya. Dalam

keadaan-keadaan bagaimanakah (1) diperbolehkan (2)

menguntungkan, untuk membuang pembatasan-pembatasan ini?

Sebuah ukuran yang masuk akal untuk yang pertama

ialah bahwa cara baru ini tidak akan menimbulkan ketidak

selarasan denqan cara-cara yang telah dikenal; dan untuk

yang kedua, bahwa membuang pembatasan-pembatasan aslinya,

keuntungan-keuntungan cara menulis indeks-indeks dapat

diperluas dengan bermanfaat dan berarti.

Banyak pembaca kenal dengan perluasan cara

penulisan indeks, yakni:

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 12

Page 13: makalah psikologi pendidikan matematika

Metode

Contoh Contoh Contoh

Metode

Contoh Contoh Contoh

a0 diberi arti 1

a-2 diberi arti 1a2

a1/2 diberi arti √adan lain-lain. Dengan ini akan berarti sama untuk indeks

negatif dan pecahan, serta pembatasan-pembatasan aslinya

dapat dibuang. Kita katakan bahwa penulisannya serta

cara kerjanya telah digeneralisasikan.

D. Perbedaan Inteligensi Intuitif dan Reflektif

Perbedaannya terletak pada dua cara berfungsinya

intelegensi: intuitif dan reflektif. Pada tingkat

intuitif, kita mengetahui akan data-data dari lingkungan

luar melalui alat-alat penerima kita (contohnya

penglihatan dan pendengaran); Data-data ini secara

otomatis digolongkan dan dihubungkan dengan data-data

lain, oleh struktur-struktur konseptual. Kita juga bisa

tanggap terhadap lingkungan luar dengan menggunakan otot-

otot saraf kita yang bekerja secara otomatis terhadap

kerangka tubuh kita (suatu uraian yang meliputi: bicara

dan menulis). Kegiatan ini sebagian besar dikontrol dan

diarahkan oleh umpan balik keterangan-keterangan lebih

lanjut tentang kemajuan dan hasilnya, juga lewat

penerima-penerima luar kita.

Proses-proses berpikir apakah yang terlibat?

Dari himpunan

contoh-contoh,

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 13

Page 14: makalah psikologi pendidikan matematika

Contoh Contoh

Contoh

Metode

Contoh Contoh

Contoh Contoh

Metode

Contoh-contoh yang baruContoh-contoh yang asli

disimpulkan secara

umum yang dapat

diterapkan untuk

contoh lain yang

sejenis

Metode yang

kemudian dirumuskan

dengan tegas,

diperlakukan

sebagai suatu

kesatuan dengan

sendirinya, dan

strukturnya

dianalisis.

Struktur inidigunakan untukmenemukan jalanmenggunakan metodayang sama untukcontoh baru yang sama. Contoh yang asli tercakup dibidang metoda yang diperluas.

Proses generalisasi matematika yang telah diuraikan

di atas, adalah suatu aktivitas yang kuat dan canggih.

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 14

Page 15: makalah psikologi pendidikan matematika

Canggih, karena melibatkan refleksi dalam bentuk metoda,

sementara mengabaikan isinya. Kuat, karena membuat

kemungkinan yang terkendali, terkontrol, dan akomodasi

yang akurat dari skema yang telah ada, tidak hanya

sebagai jawaban atas permintaan untuk asimilasi dari

situasi baru sebagaimana mereka temukan, tetapi garis

besar permintaan ini, mencari atau menciptakan yang baru

untuk kecocokan perluasan konsep. Penggunaan kemampuan

intuitif itu sebenarnya hanya permasalahan datang dan

pergi yang sifatnya sementara dan tidak berupa susunan-

susunan yang teratur.

Ini harus diakui bahwa lompatan intuitif adalah

suatu pertanda dari generalisasi yang sengaja,

mengusulkan secara langsung yang mungkin jika belum

diselidiki. Kadang-kadang kemampuan intuitif ini bisa

mengakibatkan seseorang jatuh/kepleset dalam melakukan

analisis yang kritis. Kelemahan yang ditemukan adalah

menggunakan intuitif akan mengalami gagasan-gagasan yang

tidak konsisten sehingga membuat asimilasi yang benar

untuk memunculkan prinsip yang mustahil.

Contoh yang nyata tentang bilangan. Bilangan yang

ada pertama kali adalah bilangan asli. Sifat-sifat

himpunan dari obyek diskrit (dan juga terbilang) dan

metode untuk menjumlahkan dan mengurangi, mengalikan,

membagi, dikembangkan selama berabad-abad, diajarkan pada

dekade pertama demikian juga untuk anak-anak sesuai

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 15

Page 16: makalah psikologi pendidikan matematika

budaya mereka sendiri. Kemudian berkembang 'pecahan',

'bilangan negatif’, dan aturan yang diberikan sebagai

cara yang benar untuk menambahkan dan mengurangi,

mengalikan dan membagi.

Bagaimana gagasan tentang bilangan dapat

digeneralisasikan dengan baik melalui langkah-langkah

dari bilangan pecah, bilangan bulat, bilangan rasional

dan seterusnya?. kita harus merumuskan sifat-sifat formal

dari sistem bilangan asli. Dengan sistem bilangan asli

kita mengartikan himpunan bilangan asli (terbilang),

bersama-sama dengan operasi penambahan dan perkalian,

sehingga setiap dua anggota dari himpunan dapat

dikombinasikan (dalam satu cara atau cara lain) untuk

mendapatkan anggota lain dalam himpunan. Dengan sifat-

sifat formal maksudnya sifat-sifat yang tidak tergantung

pada contoh yang kita pilih. Maka 12 + 9 = 21 dan 12 x 9

= 108 bukanlah sifat-sifat formal; tetapi 12 + 9 = 9 +12

dan 12 x 9= 9 x 12, meskipun tidak dinyatakan secara

umum. Lima sifat formal dari sistem bilangan adalah:

a + b = b + aa x b = b x a

a + (b + c) = (a + b) + ca x (b x c) = (a x b) x ca x (b + c) = (a x b) + (a x c), di mana a, b dan cadalah bilangan asli

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 16

Page 17: makalah psikologi pendidikan matematika

Meskipun demikian sistem bilangan terbilang

(bilangan asli) kita adalah terbatas. Dengan bantuan

unit-unit sistem ini dapat diperluas sehingga

memungkinkan pengukuran objek selanjutnya; tetapi

bilangan-bilangan yang ada tidak termasuk semua yang kita

butuhkan dengan ukuran kurang dari satu unit. Sehingga

diperkenalkan bilangan yang baru, berhubungan dengan

satuan yang pecah. Tetapi terlalu dini untuk menyebut

bilangan-bilangan sebelum kita menggeneralisasikan skema

'sistem bilangan', kita harus memenuhi syarat kegunaan

dan konsistensi.

Yang dimaksud dengan konsistensi adalah kita harus

menciptakan cara-cara : menambah dan mengalikan entity

baru yang mempunyai 5 sifat formal yang sudah ditulis.

Kegunaan berati bahwa hasil-hasil dari manipulasi tadi

harus memberi tahu kita sesuatu yang kita perlu tahu

sehubungan dengan obyek-obyek yang ditunjukkan dengan

entities. Semua kebutuhan ini dipenuhi dengan membuat

asimilasi dari sistem bilangan baru untuk keberadaan dan

menggunakan skema yang bagus.

Penggunaan yang sama untuk pengembangan dari

bilangan bulat positif dan negatif, bilangan rasional

(yang biasanya diidentifikasikan dengan bilangan pecah),

bilangan riil (meliputi irrasional seperti √2, π). Sampai

di sini kita terkait dengan prosesnya bukan hasilnya,

dan aktivitas refleksi pada sifat formal dari skema yang

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 17

Page 18: makalah psikologi pendidikan matematika

merupakan bagian dari proses generalisasi matematis, yang

merupakan aktivitas paling maju dari

kecerdasan/inteligensi reflektif.

Jika intelegensi yang nomor 2 yaitu reflektif

merupakan sesuatu yang sangat penting dalam level

pemikiran matematis maka yang menjadi pertanyaan pada

usia berapa kemampuan itu muncul. Untuk menjawab

pertanyaan ini kita merujuk pada pendapat Piaget yang

mengatakan bahwa anak mampu mengembangkan kemampuan

refleksi atas isi pada umur 7 – 11. Pada usia itu mereka

mampu mengkrongkritkan gagasan-gagasan dalam bebagai cara

seperti misalnya memutar balik sebuah pekerjaan meski

dalam imajinasi, kemudian kembali pada awal pekerjaan,

merunut lagi ke rantai yang paling awal. Pada usia itu

mereka bisa mengetahui bentuk dari sebuah argumen secara

independen terhadap sebuah pekerjaan hingga dia dewasa.

Demikian pula mereka akan mendapati bahwa anak yang lebih

muda tidak mampu membuat argumentasi terhadap hipotesis

apabila hipotesis bertolak belakang dengan pengalamannya

selama ini.

Suatu hipotesis yang masuk akal pada saat ini adalah

bahwa pada situasi yang manapun yang penting, seorang

pelajar dapat merumuskan gagasannya secara tegas, dan

meyakinkannya dengan menunjukkan penurunannya secara

logis dari lainnya dan gagasan yang berlaku umum, akan

berlatih sehingga mengembangkan kemampuan refleksi pada

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 18

Page 19: makalah psikologi pendidikan matematika

schemata seseorang. Dengan kata lain, diskusi dan

argumentasi bermanfaat untuk belajar.

Mereka yang sudah mencoba pada umumnya setuju bahwa

berusaha untuk mengajar suatu topik menggunakan tekanan

kuat untuk memperjelas cara berpikir. Suatu eksperimen

sederhana telah memberikan dukungan pada pandangan ini .

Dua kelas paralel anak-anak lelaki sekolah menengah yang

usianya sekitar 14, mempelajari topik berbeda dari para

guru matematika tetap mereka masing-masing kelas diberi

suatu test pada topik yang telah diajarkan, dan dibagi

menjadi dua yang sama. Yang satu bagian mempelajari yang

mereka ketahui kemudian mengajarkannya pada temannya di

kelas yang lain, sementara bagian yang lain mempergunakan

waktu yang sama untuk praktek di topik yang sama lebih

lanjut. Anak anak laki-laki yang beraksi sebagai guru

berpikir bahwa para murid mereka akan diuji pada yang

telah mereka pelajari. Pada akhir eksperimen mereka semua

diuji ulang pada topik yang telah mereka pelajari selama

eksperimen. Hasilnya dengan jelas menunjukkan keunggulan

kelas yang pertama.

Komunikasi muncul sebagai salah satu dari pengaruh

yang menyenangkan pada perkembangan intelegensi

reflektif. Salah satunya adalah untuk menghubungkan

gagasan dengan lambang; ini akan dipertimbangkan lebih

jauh pada bab yang berikutnya. Yang lain adalah interaksi

dari gagasan seseorang dengan orang lain. Diskusi

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 19

Page 20: makalah psikologi pendidikan matematika

intelektual memaksa seseorang untuk memperjelas gagasan

dalam pikirannya sendiri, untuk menyatakan gagasannya

tidak dalam keadaan salah mengerti, untuk menyatakan

hubungan mereka dengan gagasan lain; dan juga, untuk

memodifikasi mereka yang disisi lain kelemahannya

ditemukan, berakhir dengan suatu struktur lebih kompak

daripada sebelumnya. Tidak merasakan diserang pribadinya,

terluka, atau dikalahkan ketika skema seseorang

ditunjukkan mempunyai ketidaktepatan atau ketidak

ajegan. Ini merupakan aspek lain dari status reflektif.

Ini juga sangat bergantung pada situasi hubungan antar

pribadi. Pertimbangan yang terakhir menyatakan bahwa

hubungan dengan para guru mungkin merupakan ingatan

jangka panjang yang penting (great long-term importance) dalam

pengembangan inteligensi reflektif.

Diskusi yang terdahulu harus cukup luas membawa

implikasi perseorangan ada 'pada taraf intuitif', 'mampu

berpikir reflektif pada mengkombinasikan isi dan format',

'mampu untuk berfikir formal', secara umum, jika ia ada

di langkah sehubungan dengan topik A, ia ada di langkah

yang sama sehubungan dengan topik B. Tetapi mungkin

seperti kasus kita semua, barangkali lebih cepat

dibanding pertumbuhan anak, melalui langkah-langkah yang

sama dalam setiap topik baru yang kita hadapi yaitu gaya

berfikir yang tersedia sebagian fungsi dari derajat

tingkat yang konsepnya telah dikembangkan dalam sistem

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 20

Page 21: makalah psikologi pendidikan matematika

yang utama. Seseorang dapat dengan susah diharapkan untuk

merefleksikan pada konsep yang belum dibentuk,

bagaimanapun sistem reflektif seseorang dibangun dengan

baik. Sehingga 'intuitif sebelum reflektif' mungkin

secara parsial benar untuk bidang studi matematika.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Intelegensi adalah kemampuan menggunakan pengetahuan

untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi lingkungan

secara efektif.

2. Intelegensi intuitif adalah kemampuan manusia untuk

memperoleh pengetahuan langsung atau wawasan langsung

tanpa melalui observasi atau penalaran terlebih dulu.

3. Intelegensi reflektif adalah kemampuan individu dalam

menyeleksi pengetahuan (yang revelan dengan tujuan

masalah) yang pernah diperoleh.

4. Perbedaan intelegensi intuitif dan reflektif adalah

pada tingkat intuitif, kita mengetahui akan data-data

dari lingkungan luar melalui alat-alat penerima kita

(contohnya penglihatan dan pendengaran); Data-data ini

secara otomatis digolongkan dan dihubungkan dengan

data-data lain, oleh struktur-struktur konseptual

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 21

Page 22: makalah psikologi pendidikan matematika

sedangkan pada tingkat reflektif kita mampu berpikir

untuk merefleksikan kesuatu tingkatan tertentu dengan

skema-skema kita sendiri, langkah-langkah penting

lebih lanjut dapat dilakukan, kita dapat menyusun

skema-skema baru.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka

disarankan sebagai berikut:

1. Sebaiknya guru matematika mampu mengurangi

ketergantungan pelajar padanya, selalu membuat

pelajarnya aktif.

2. Sebaiknya guru matematika memberi kebebasan kepada

siswa untuk menganalisa sendiri materi baru, sehingga

siswa dapat mencocokkan dengan skemanya sendiri.

3. Sebaiknya guru matematika melakukan tiga tugas ganda

yaitu menguasai materi matematika untuk mengembangkan

skema matematika para pelajar, menguasai cara

menyajikan materi utnuk mengarahkan cara berpikir

(intuitif dan reflektif) sehingga muridnya mampu, dan

meningkatkan secara bertahap kemampuan analitiknya

pada tingkatan dimana siswa tidak tergantung pada guru

utnuk mencerna materi yang diberikan.

4. Disarankan kepada peneliti untuk melakukan riset lebih

lanjut mengenai kecerdasan intuitif dan reflektif

dalam pembelajaran matematika.

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 22

Page 23: makalah psikologi pendidikan matematika

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 23

Page 24: makalah psikologi pendidikan matematika

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kecerdasan Intuitif yang Luar Biasa (online).(http://inspirasiku-deblitar.blogspot.com, Diakses 5Desember 2011).

Christie, Jamali Sahrodi Agatha. 2008. MempertimbangkanIntuisi sebagai Sumber Kebenaran (online).(http://www.scribd.com, Diakses 5 Desember 2011).

Dewanti, Sintha Sih. 1998. Implikasi dalam PembelajaranMatematika (online). (http://www.scribd.com, Diakses 2Desember 2011).

Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan Edisi kedua.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan KemampuanBerpikir Kreatif Siswa (online).(http://suaraguru.wordpress.com, Diakses 30 November2011).

Woolfolk, Anita. 2008. Educational Psychology Active LearningEdition. Terjemahan oleh Soetjipto, Helly Prajitno &Sri Mulyantini Soetjipto. 2009. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Makalah Psikologi Pendidikan Matematika 24