MAKALAH EKONOMI MONETER
“PERMINTAAN AKAN UANG”
Nama Kelompok:
Yosephine Rose Christine 0901025022
Jessica Ayu Margita 1001025015
Nur Hidayah 1101025165
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MULAWARMANBAB I
PENDAHULUAN
Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses
perkembangan yang panjang. Pada mulanya, masyarakat belum
mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi
kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia
lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang
sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi sendiri;
singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhannya.
Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada
kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri ternyata tidak
cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya. Untuk memperoleh
barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka
mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan
barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya muncullah
sistem “barter” yaitu barang yang ditukar dengan barang.
Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang
dirasakan dengan sistem ini.
Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang
mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan
barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh
barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan
nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya.
Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran-pikiran untuk
menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat
tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran
itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generally
accepted) benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar
diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-
benda yang merupakankebutuhan primer sehari-hari;
misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat
tukar maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang
Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang:
orang Inggris menyebut upah sebagai salaryyang berasal dari
bahasa Latin salarium yang berarti garam. Barang-barang yang
dianggap indah dan bernilai, seperti kerang ini, pernah
dijadikan sebagai alat tukar sebelum manusia menemukan uang
logam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam
pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu antara lain
karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai
pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage),
dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta
timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda
tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama.
Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam
dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi
sehingga digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak,
mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dipindah-
pindahkan.
Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-
syarat tersebut adalah emasdan perak. Uang logam emas dan
perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied money).
Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai
nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut).
Pada saat itu, setiap orang berhak menempa uang, melebur,
menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas
dalam menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul suatu
anggapan kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang
harus dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah
logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang
logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar
sehingga diciptakanlah uang kartal (Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 1999: 49-61)[1], mula-mula uangkartal
(kertas) yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas
dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi.
Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu
merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang
disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat
ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan
selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara
langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka
menjadikan“kertas-bukti” tersebut sebagai alat tukar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KRONOLOGI UANG
Dapat dibayangkan bila dalam kehidupan masyarakat saat
ini tidak ada uang ? Apa yang terjadi bila kita membutuhkan
makanan, membutuhkan rumah, membutuhkan alat transportasi ?
Sanggupkan masyarakat bertahan tanpa uang ?
Sarana utama untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari adalah
uang. Uang digunakan masyarakat untuk membeli kebutuhan
sehari-hari. Di dalam ilmu ekonomi, uang termasuk bagian yang
dipelajari dalam Ekonomi Moneter.
Di dalam masyarakat tradisional, uang didefinisikan
sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat
tukar tersebut dapat berupa apa saja yang dapat diterimah
oleh masyarakat dalam proses pertukaran. Sedangkan uang dalam
ilmu ekonomi modern, didefinisikan beberapa ahli sebagai
berikut (Sidiq, Sahabudin, 2005: 31-41) yaitu ; menurut
(R.G.Thomas 2001)beliau mengemukakan uang dalam suatu benda
yang dengan mudah dan umum diterima masyarakat untuk
pembayaran bagi pembelian barang, jasa, dan barang berharga
lainya, serta untuk pembayaran utang. (D.H.Robertson
2001 ) beliau mengemukan uang adalah sesuatu yang dapat
diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang.
(A.C.Pigou 1999 ), uang adalah alat tukar. Definisi
tersebut itu tercantum dalam bukunya yang berjudul The Veil
Of Money. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan mengenai
ciri-ciri uang , yaitu ; dapat diterima umum, dapat
digunakan sebagai alat penukar, dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
Tahapan yang dilalui manusia hingga terbentuknya uang. Tahap
barter pada awalnya manusia mampu mencukupi kebutuhan
dengan cara menghasilkan sendiri alat pemuas kebutuhanya.
Manusia memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya. Dalam
perkembanganya , manusia mengalami peningkatan kebutuhan.
Hal tersebut menyebabkan manusia tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhannya secara sendiri – sendiri. Manusia akan
membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
seperti pada masyarakat tradisional mereka menggunakan sistem
barter untuk melengkapi kebutuhan hidupnya.
Barter merupakan pertukaran barang dengan barang,
kegiatan ini akan terjadi apabila adanya keinginan diantara
kedua belah pihak yang melakukan transaksi tersebut, misalnya
si A membutuhkan garam, sedanngkan si B membutuhkan beras,
dengan adanya kesepakatan maka mereka akan melakukan
transaksi atau pertukaran tersebut. Terlepas dari tahap
barter yang kerap memperoleh kesulitan maka munculah sistem
uang barang. Uang barang ini merupakan barang yang seolah –
olah berfungsih sebagai uang dengan pengaplikasian bahwa
barang tersebut dapat diterima masyarakat(generally
accepted), atau bisa juga barang terebut memiliki nilai yang
tinggi dan di butuhkan sehari – hari misalnya garam.
Setiap sejarah hidup pasti ada kesulitan dan kendala
yang dihadapi seperti yang di jelaskan tadi setelah
masyarakat tradisional menggunakan sistem barter pasti
mengalami kesulitan dengan munculnya tahap uang barang, dan
begitu juga demikian pada saat uang barang mulai diterapkan
dalam masyarakat, maka lama kelamaan akan timbul juga
berbagai hambatan seperti uang barang tidak memiliki
pecahaan, sulit untuk menyimpan( storage) dan mengangkut
(transportation) dalam jumlah yang besar dan kendala yang
paling berat uang barang ini hanya beredar di daerah tertentu
dan tidak beredar di daerah lain.
Dari hal tersebut untuk menetralisir kesulitan – kesulitan
dalam uang barang maka manusia berusaha menciptakan uang
logam yang terbuat dari emas dan logam, karena masyarakat
menganggap dengan logam dan emas maka akan memperoleh nilai
yang tinggi,langkah,dapat diterima secara umum, tidak mudah
susut, dapat diterima secara umum dan kemungkinan untuk rusak
sangat kecil.
Melihat banyaknya manfaat dan faedah dari uang logam ini
segelintir masyarakat menggunakan uang ini bahkan sampai
sekarangpun, uang logam ini masih dapat di gunakan sebagai
alat tukar. Dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini
lama kelamaan uang logam ini dapat dikatakan sudah langkah
dan sulit untuk di dapatkan lagi karena emas dan perak di
beberapa daerah merupakan barang langkah, sehingga dibatasi
untuk berbelanja, kemudian persediaannya tidak sama pada
setiap daerah karena pemilikan sumber daya alam yang tidak
merata dan juga sulit memindahkan dalam jumlah besar dan
tidak aman.
Dampak dari pengaruh zaman yang semakin berkembang dan
juga masuknya dampak dari globalisasi ini sangat dirasakan,
sebut saja seperti pembahasan sebelumnya yaitu uang, dari
berbagai bentuk, jenis dan kegunaannya, dan dari setiap
perubahan tersebut muncullah sebuah fase yang di sebut tahap
uang kertas dimana uang kertas merupakan tahap evolusi
penting dalam sejarah uang. Uang kertas disebut juga uang
kepercayaan atau uang tunda. Mengapa demikian? Sebut saja
uang kertas ini ini tidak dijamin dan tidak ditukarkan dengan
emas, masyarakat tetap menerima sebagai alat tukar.
Berbicara mengenai sebuah kepercayaan bahwa masyarakat
tetap menerima karena ada unsur kepercayaan terhadap negara
sebagai pihak yang mengeluarkan uang. Dari segelitir
kepercayaan yang di akui negara terhadap uang kertas tersebut
terdapat pula keuntungan daripada penggunanya uang kertas ini
salah satunya pembiayaan pembuatan lebih murah dibandingkan
dengan uang logam, pengiriman dalam jumlah besar menjadi
lebih mudah dan efektif, kemudian penambahan atau pengurangan
jumlah uang yang beredar dapat dilakukan dengan cepat dan
dengan adanya uang ini, maka uang logam mulia seperti emas
dan perak dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
Selanjutnya kita mengenal tahap penggunaan uang
elektronik Seiring dengan kemajuan teknologi, khususnya
teknologi informasi, mulailah berkembang uang elektronik,
dimana untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, pihak yang
melakukan transaksi tidak perlu membawa uang tunai, namun
cukup dengan melakukan pembayaran melalui kartu kredit,
trnasfer antar rekening, yang saat ini bahkan telah dapat
dilakukan melalui internet , serta sms dan hanphone.
Setelah mengenal berbagai tahapan mengenai uang,
selanjutnya kita harus mengetahui fungsi umum dari pada uang
yang dimana sebagai satuan pengukur nilai dimana fungsi ini,
setiap barang atau jasa dapat diukur dan diperbandingkan
nilainya. Sebagai contoh dengan uang Rupiah, sebuah rumah dan
mobil dapat diukur nilainya, serta dapar diperbandingkan
nilai keduanya.
Bila nilai sebuah rumah adalah Rp 200 juta dan sebuah
mobil adalah Rp 100 juta, maka nilai mobil tersebut adalah ½
dari nilai rumah tersebut, kemudian Sebagai alat tukar-
menukar yang dimana salah satu kelebihan dari uang adalah
kemampuannya dalam menghilangkan syarat kesamaan keinginan
dalam transaksi barter, karena saat ini semua barang dan jasa
untuk mendapatkannya dapat ditukar dengan uang, selanjutnya
sebagai alat penyimpan kekayaan maksudnya selain dalam bentuk
barang (seperti tanah, emas, rumah, kendaraan, saham),
seseorang dapat menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang
berupa uang kas atau dalam tabungan, dengan kelebihan tidak
perlu secara fisik menyimpan kekayaan tersebut, dan Sebagai
alat pembayaran di masa yang akan datang di artikan sebagai
sebuah transaksi ekonomi tidak selalu selesai dalam satu
saat, namun seringkali berlanjut atau ditunda (pembayarannya)
hingga waktu yang akan datang, sehingga memerlukan uang untuk
melakukan pembayaran di masa yang akan datang.
2. PERMINTAAN AKAN UANG
Teori Kuantitas (Quantity Theory) uang adalah teori
ekonomi mengenai permintaan uang demand for
money (Boediono,1985: 17). Teori kuantitas tergolong sangat
tua namun masih memadai dengan keadaan saat ini. Teori
kuantitas uang membahas penyebab utama terjadinya perubahan
nilai uang atau tingkat harga. Teori ini menyatakan bahwa
perubahan nilai uang atau tingkat harga merupakan akibat
adanya perubahan jumlah uang beredar. Seperti halnya benda-
benda ekonomi lainnya (ingat, bahwa uang juga merupakan
barang ekonomi), bertambahnya jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat akan mengakibatkan turunnya nilai mata uang.
Menurunnya nilai uang sama artinya dengan naiknya tingkat
harga. Menurut teori kuantitas uang, bertambahnya jumlah uang
yang beredar cenderung mengakibatkan naiknya tingkat harga
(inflasi), dan sebaliknya. Teori kuantitas uang dikemukakan
oleh Irving Fisher. Ia mengemukakan persamaan yang
dinamakan persamaan pertukaran (equation of exchange)Persamaan
pertukaran dinyatakan sebagai berikut:
MV = PT, dimana
M = jumlah uang beredar/penawaran uang (money
suplly)
V = kecepatan peredaran uang (velocity circulation of
moneya)
P = tingkat harga-harga (price level)
T = jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang
diperjual-belikan dalam satu tahun tertentu (transaction)
Di dalam persamaan tersebut, M sama dengan jumlah uang
kertas, logam, dan uang giral yang beredar (terdapat) dalam
perekonomian. Kecepatan peredaran uang (V) ditentukan
berdasarkan berapa seringnya uang beredar yang terdapat dalam
masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun. Apabila setiap
jenis uang secara rata-rata berpindah tangan sebanyak sepuluh
kali dalam satu tahun, maka V adalah sepuluh. Nilai P
ditentukan berdasarkan indeks harga. Di dalam perekonomian
terdapat banyak jenis barang dan harganya berbeda-beda pula.
Dari waktu ke waktu harga-harga mengalami perubahan yang
berbeda. Adalah tidak mungkin untuk menggambarkan semua
keadaan ini dalam persamaan di atas. Untuk menunjukkan
keadaan harga-harga dan perubahannya dari tahun ke tahun,
digunakan indeks harga beserta perubahan-perubahannya. T
menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan barang-barang
setengah jadi yang diperjualbelikan.
Perlu diingat bahwa PT tidak sama nilainya dengan pendapatan
nasional. Pendapatan Nasional adalah nilai seluruh barang
jadi yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun
tertentu. Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan hasil
perkalian tiap-tiap barang jadi dan jasa dengan harga-
harganya. Sedangkan PT adalah penjumlahan hasil perkalian
tiap-tiap barang yang termasuk pendapatan nasional dengan
harga-harganya, ditambah dengan hasil perkalian tiap-tiap
barang setengah jadi dengan harga-harganya. Singkatnya, PT
meliputi pendapatan nasional ditambah nilai transaksi barang-
barang setengah jadi. Berarti nilai PT lebih besar dari
pendapatan nasional. Dalam teori kuantitas diasumsikan
(dianggap) bahwa kecepatan peredaran uang adalah tetap;
dan penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) sudah
tercapai.
Berdasarkan asumsi tersebut maka dalam persamaan MV = PT,
besarnya faktor V dan T adalah tetap (konstan). T dianggap
tetap karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh,
pendapatan nasional tidak dapat ditambah lagi. Jumlah barang-
barang yang diperjualbelikan (ditransaksikan) pun tidak
mengalami perubahan. Setiap perubahan jumlah uang beredar (M)
akan menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya terhadap
harga-harag (P).
Ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa kecepatan
peredaran uang (V) adalah tetap. Mereka beranggapan bahwa
jumlah uang beredar dan pertambahannya tidak mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap kecepatan peredaran uang.
Menurut mereka kecepatan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor
teknis. Faktor-faktor tersebut antara lain sistem pembayaran
gaji dalam masyarakat, kebiasaaan masyarakat dalam melakukan
perdagangan, efisienai sistem pengangkutan, dan kepadatan
penduduk.
Kesimpulan teori kuantitas uang oleh Irving Fisher yaitu
perubahan jumlah uang beredar akan menimbulkan perubahan yang
sama besarnya terhadap harga-harga, dan dalam arah yang
bersamaan. Maksudnya, bila uang beredar bertambah sebanyak
5%, maka tingkat harga-harga juga akan bertambah (inflasi)
sebanyak 5%, dan sebaliknya.
Dalam tahun 1929-32 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh
dunia, yang bermula dari kemerosotan ekonomi di Amerika
Serikat. Periode ini dinamakan the Great Depression. Pada
puncak kemerosotan ekonomi itu, seperempat dari tenaga kerja
di Amerika Serikat menganggur dan pendapatan nasionalnya
mengalami kemerosotan yang sangat tajam. Kemunduran ekonomi
tersebut menimbulkan kesadaran kepada ahli-ahli ekonomi bahwa
mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menimbulkan
pertumbuhan ekonomi yang teguh dan tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh. Dan teori-teori ekonomi sebelumnya juga tidak
dapat menerangkan mengapa peristiwa kemunduran ekonomi yang
serius tersebut dapat terjadi. Ketidakmampuan tersebut
mendorong seorang ahli ekonomi Inggris yang terkemuka pada
masa tersebut, yaitu Teori Keynesian, adalah suatu teori
ekonomi yang didasarkan pada ide seorang ekonom Inggris abad
ke-20, John Maynard Keynes. Pandangan Keynes sering dianggap
sebagai awal dari pemikiran ekonomi modern. Keynes banyak
melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin
klasik dan neo-klasik. Kita semua sudah tahu bahwa, analisis
klasik bertumpu pada masalah-masalah mikro. Aliran Klasik
mengatakan“Penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri”
hal ini dikritik Keynes sebagai sesuatu yang keliru. Dalam
kenyataannya, menurut Keynes permintaan lebih kecil dari
penawaran. Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima
masyarakat akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi.
Menurut Klasik jumlah tabungan akan selalu sama dengan
jumlah investasi, namun ini dibantah Keynes. Alasannya,
motif orang untuk menabung tidak sama dengan motif pengusaha
untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan investasi didorong
oleh keinginan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya.
Semantara itu, sektor rumah tangga melakukan penabungan
didorong oleh berbagai motif yang sangat berbeda, hal ini
menyebabkan jumlah tabungan tidak akan pernah sama dengan
jumlah investasi.
Keynes mengatakan bahwa permintaan akan uang untuk
spekulasi saat ini tinggi apabila tingkat bunga saat ini
rendah dan permintaan untuk spekulasi saat ini rendah apabila
tingkat bunga untuk spekulasi mempunyai hubungan yang
berkebalikan dengan tingkat bunga (saat ini).Ini adalah inti
teori moneter Keynes, Menurut teori Keynesian asumsi dasar
bahwa ekonomi bekerja penuh atau full employment, tingkat harga
yang fleksibel dan informasi yang dimiliki secara sempurna
adalah tidak benar dan bertentangan dengan realitas serta
tidak akan tercapai dalam jangka pendek bahkan juga dalam
jangka panjang(Boediono1985: 28). Menurut Keynes pasar tenaga
kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel,
sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang
sehingga penganguran sering terjadi.
Menurut Keynesian pengangguran bisa terjadi disebabkan
oleh tidak fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga
kerja (upah) dan lambatnya reaksi rasional dari para pelaku
ekonomi sehingga tidak terjadinya full employment. Dalam
teorinya, Keynes berpendapat tentang kebijakan makro.
Kebijakan makro Keynes mengatakan bagaimana peran pemerintah
dalam mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian
mempengaruhi situasi makro), agar mendekati posisi full
employment-nya. Keynes menyarankan agar perekonomian tidak
diserahkan begitu saja pada mekanisme pasar. Hingga batas
tertentu, peran pemerintah justru diperlukan Misalnya, jika
terjadi pengangguran, pemerintah bisa memperbesar
pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan
demikian, sebagian tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja,
yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari
deskripsi tersebut, memang alur pemikiran Keynes sangat logis
dan bisa kita telusuri dengan mudah tanpa berumit- rumit.
Dengan demikian kritik Keynes mengenai klasik dan neo-klasik
memang masih masuk akal dalam ilmu ekonomis dan memenuhi
aturan. Dalam hal ini, teori Keynes merupakan analisis model
disequilibeium ekonomi.
Tentunya kita telah mengetahui bahwa pelopor dari teori
permintaan uang sebelum Milton Friedman ialah Keynes. Di mana
Profesor Milton Friedman merupakan plopor dari Universitas
Chicago pembaharuan Teori Kuantitas (Klasik) sesudah
Keynes.Teori Kuantitas Modern dari Friedman bisa
diinterpretasikan sebagai pengembangan lanjut dari aspek lain
dari teori Cambridge yaitu konsep bahwa teori permintaan akan
uang hanyalah satu penerapan dari teori umum mengenai
permintaan dalam ekonomi mikro, sedang prinsip-prinsip
dasarnya ialah sama yaitu pemeliharaan antara berbagai
alternatife oleh konsumen/pemilik kekayaan. Dalam konsep
dasar yang dikembangkan oleh Friedman, Dia menjelaskan bahwa
orang mau memegang uang karena uang adalah salah satu bentuk
aktiva (asset) yang memberikan manfaat karena merupakan
sumber daya beli yang likuid. Di dalam konsepnya pula ia
menjelaskan mengenai kekayaan. Menurutnya kekayaan
dimaksudkan tidak hanya aktiva-aktiva yang berbentuk uang
atau bias diubah (dijual) menjadi uang, tetapi termasuk juga
nilai dari aliran penghasilan di tahun-tahun akan mendatang
dari tenaga kerjanya. Friedman memaparkan bahwa terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang yaitu
Harga umum, prosentase perubahan tingkat harga, tingkat
bunga, dan preferensi atau selera orang tersebut.
Teori kuantitas yang dicetuskan oleh Friedman pada asasnya
adalah teori permintaan akan uang, bukan teori mengenai
tingkat output, bukan teori mengenai tingkat penghasilan, dan
bukan pula teori mengenai penentuan tingkat
harga(Boediono,1995 : 63)[10]. Dijelaskan pula bahwa
permintaan akan uang adalah suatu hubungan yang stabil dan
bahkan lebih stabil daripada fungsi-fungsi/hubungan ekonomi
lainnya seperti fungsi konsumsi yang merupakan hubungan yang
sangat penting dalam teori lain (Keynes).
Melihat berbagai perbedaan pendapat mengenai Permintaan
Uang dari beberapa pandangan tokoh memang membawa dampak
dalam prekonomian terutama dalam keberadaan uang itu sendiri.
Perbedaan pandangan memang sudah harusnya terjadi dikarenakan
setiap orang melihat sesuatu pasti mempunyai pendapat atau
asumsi yang berbeda – beda, namun hal tersebut tergantung
bagaiman cara kita menyikapinya sesuai dengan keadaan dan
situasi.
3. KONSEP FRIEDMEN
Dalam konsep ini berpangkal otak pada teori tentang
permintaan uang sejalan dengan permintaan barang tahan lama.
Definisi uang dalam analisa Friedmen adalah sebagai berikut:
M2 = Kartal + DD dan TD
Dimana DD = Giro ( Demond Deposit)
TD = Deposito ( Time Deposito)
Friedment mengemukakan bahwa TD mempunyai kaitan erat dengan
uang. Beberapa persamaan friedmen dengan kuantitas klasik,
kita uraikan sebagai berikut: M = kY = 1/V. Y atau Y=1/V. M =
V.M
Beliau menegaskan teori fisher lebih canggih, hanya dia
memberikan kompromi sedikit. Dia berbicara tidak lagi tentang
nominal interest rate tetapi tantang differential interest
rate antara interest rate money, ekspected inflation, dan
lain-lain. Secara sistematis dirumuskan
4. FAKTOR-FAKTOR LAIN (SELAIN
PENDAPATAN, HARGA/TINGKAT BUNGA, DAN SELERA) YANG
MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG
a. Kekayaan Dari Masyarakat
Suatu masyarakat yang makin kaya dapat
diperkirakan/diharapkan makin besar pula permintaan akan
uang. Namun demikian, dengan makin banyak nya alternatifnya
bentuk kekayaan yang dengan mudah dapt di tukarkan dengan
uang kas serta dapat memperoleh bunga (misalnya tabungn atau surat
berharga jangka pendek), maka tidak mesti bahwa kenaikan kekayaan
yang cukup besar tercermin pula dengan kenaikan permintaan
uang yang cukup besar, mungkin sebagian di wujudkan dalam
bentuk kekayaan lain seperti tabungan atau surat berharga
jangka pendek yang dengan mudah dapat ditukarkan dengan uang
kas.
b. Tersedianya Fasilitas Kredit
Dengan makin banyak serta makin mudanya fasilitas kredit
(seperti misalnya adanya credit card, cara pembayaran dengan
angsuran dan sebagainya) maka permintaan akan uang kas akan
makin kecil. Dengan adanya “credit card” pembayaran sesuatu
barang atau jasa tidak perlu dengan uang kas, sehingga
keingan masyarakat akan uang kas makin kecil.
c. Kepastian Tentang Pendapatan Yang Di Harapankan
Apabila masyarakat lebih pasti tentang pandapatan yang
diharapkan di masa mendatang, maka permintaan uang cendrung
turun. Sebaliknya apabila masyarakat diliputi rasa ketakutan
bahwa pendapatan yang diharapkan kemungkinan tidak menjadi
kenyataan, maka permintaan uang kas cendrung naik.
d. Harapan Tentang Harga
Apabila masyarakat berharap bahwa kemudian hari harga-harga
barang dan jasa akan turun, mereka cendrung menahan uang kas
dengan menunda pembelian barang. Sebaliknya apabila
diperkirakan harga-harga akan naik, permintaan uang oleh
masyarakat cendrung turun. Dalam masa inflasi keinginan
masyarakat utuk menahan uang kas sangat kecil, mereka lebih
suka barter (barang dengan barang).
5. STANDAR MONETER
Dalam pengaplikasiannya standar moneter ini mempunyai
berbagai bentuk, sebut saja Standar Kembar (bimetallism) yang
dimana Standar kembar terjadi apabila pemerintah menggunakan
emas dan perak sebagai dasar nilai mata uangnya. Caranya,
harga perak ditetapkan, misalnya sebesar $1,293 per gram dan
emas sebesar $19,395 per gram. Dengan demikian perbandingan
niali antara perak dengan emas adalah 15 : 1. Perbandingan
ini disebut Mint Ratio. Artinya, harga emas 15 kali harga
perak. Pemerintah bersedia untuk membuat uang (pada
perbandingan tersebut) semua emas dan perak yang
ditawarkannya. Demikian juga masyarakat bebas untuk melebur
uang menjadi logam mulia dan sebaliknya. Namun, standar
kembar ini sering menimbulkan masalah.
Kemudian Standar Emas yang mana sebenarnya sangat sulit untuk
memberikan gambaran tentang standar emas ini, karena bentuk
dari sistem ini bermacam – macam (berbeda antara satu negara
dengan negara lain). Nmaun secara umum dapat dilakukan bahwa
suatu negara memakai sistem standar emas apabila nilai mata
uangnya, dikaitkan / didasarkan atas nilai seberat emas
tertentu. Masyarakat bebas untuk melebur mata uang emas atau
membuat emas batangan menjadi mata uang kertas serta
menukarkan mata uangnya (yang bukan emas)dengan emas atau
sebaliknyadengan perbandingan yang telah di tentukan oleh
bank sentral. Karena negara – negara lain juga mengaitkan
nilai mata uangnya dengan emas, maka dapatlah diketahui
perbandingan nilai mata uang mereka (kursnya). Misalnya di
Amerika perbandingan dolar dengan emas adalah US$4/1 gram,
sedangkan di inggris perbandingannya €1/1 gram, maka nilai
tukar antara dolar dengan pondsterling adalah US$4/€1. Nilai
tukar ini akan stabil jika bank sentral di kedua
negaratersebut tidak mengubahperbandingan nilai mata uangnya
degan emas. Stabilitas inilah yang merupakan salah satu
keuntungan penggunaan sistem standar emas (Nopirin,Ph.D,1992.
Selanjutnya Fiat Standar, masalah pokok yang timbul dari standar
barang (emas dan atau perak) adalah kurang praktis apabila
transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar. Atas dasar
alasan ini, kemudian beredar surat emas / perak sebagai
pengganti emas / perak yanng disimpan. Surat emas / perak ini
semula dijamin 100% dengan emas / perak yang tersimpan
kemudian berangsur–angsur jaminan in i makin berkurang.
Semula memang pengeluaran surat emas ini sebagai bukti atas
pemilikan emas yang tersimpan dimana setiap saat si pemilik
dapat mengambil emas tersebut. Oleh karena itu kertas
(sertifikat) yang tidak dijamin dengan 100% emas itu pun
apabila memenuhi fungsi–fungsi tersebut diatas dapat disebut
uang.
Standar Uang Giral (Deposit Money)yang dimana Deposito di Bank yang
dapat setiap saat ditarik (dengan cek) dapat dikategorikan
sebagai uang. Mengapa? Karena pertama, depositoini dapat
digunakan sebagai alat pembayaran. Caranya, pembayaran ini
dilakukan dengan menulis cek., yakni transfer deposito dari
si penulis / pembayar kepada si penerima pembayaran. Kedua
Deposito ini dapat dipakai sebagai alat penumpuk kekayaan.
Seseorang atau suatu badan usaha dapat mewujudkan kekayaannya
dalam bentuk deposito. Ketiga, deposit dapat dipakai sebagai
alat pembayaran tertunda (deffered payment). Seseorang atau
badan usaha dapat membayar utangnya tiap bulan dengan menulis
cek atas depositonya di Bank. Karena deposito dapat memenuhi
fungsi – fungsi uang, maka dapat dikategorikan sebagai uang.
Dan bahkan makin maju suatu perekonomian jenis uang giral ini
proporsinya terhadap jumlah total uang beredar makin besar.
Di Amerika Serikat pada tahun 1983 jumlah uang giral
meliputi kurang lebih ¾ dari jumlah uang beredar., sisanya
(yang ¼) berupauang kartal (uang kertas dan logam).
Selanjutnya Standar Uang Kuasi yaitu Uang kuasi terdiri atas
deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing
milik swasta domestik. Apabila kriteria uang didasarkan pada
fungsinya, maka sebenarnya tabungan ini tidak masuk dalam
pengertian uang. Namun, ada yang berpendapat bahwa seseorang
itu dapat mewujudkan kekayaannya dalam bervagai bentuk
seperti : tanah, rumah, uang, perhiasan, dan bahkan berbentuk
tabungan. Maka memasukan tabungan kedalam pengertian uang
dapat dimengerti.Argumentasi lain untuk memasukan tabungan
kedalam pengertian uang dengan melihat apakah ada kemungkinan
saling mengganti (substitutability) antara tabungan dengan
uang giral (demand deposit). Apabila ada maka tabungan dapat
dimasukan kedalam pengertian uang.Karena kriteria ini pun
belum jelas, yakni sampai seberapa besar angka
substitutability ini dapat diterimanya tabungan sebagai uang,
maka hingga kini masalah tersebut selalu diperdebatkan.
6. PERMINTAAN UANG DALAM MONETER
Hadirnya uang dalam sistem perekonomian akan
mempengaruhi perekonomian suatu negara yang biasanya bekaitan
dengan kebijakan-kebijakan moneter, pada umumnya analisis
ekonomi suatu negara di tentukan oleh analisis ekonomi suatu
negara di tentukan oleh anakisis atas ukuran uang yang
beredar. Samuelson mengatakan banyak ekonom percaya bahwa
perubahan jumlah uamg beredar dalam jangka panjang terutama
akan menghasilkan tingkat harga sedangkan dampak terhadap
output rill adalah sedikit atau bahkan tidak ada. Suatu
kebijakan moneter menyentuh sector rill merupakan suatu
proses yang kompleks karena uang berkaitan dengan hampir
seluruh aspek kehidupan perekonomian. Proses ini lazimnya
disebut mekanisme transisi kebijakan moneter, pengaruh
tindakan otoriter moneter terhadapa perekonomian ini terjada
melalui berbagai saluran atau chanels,yaitu saluran uang,
saluran suku bunga, saluran kredit, saluran nilai tukar,
saluran asset, dan saluran ekspentasi.
Berbicara mengenai permintaan uang, suatu keadaan yang
dimana apabila permintaan uang di masyarakat cenderung
meningkat maka akan menjadi ancaman dalam prekonomian, sebut
saja inflasi. Inflasi merupakan keadaan dimana naiknya harga
suatu barang secara terus menerus. Contohnya saja pada saat
hari-hari penting seperti Hari Raya, Natal dan Tahun Baru
harga barang melonjak naik seperti kebutuhan sehari – hari
misalnya harga daging yang tadinya hanya Rp15.000 per kilo
naik menjadi Rp 35.000 per kilo. Hal ini merupakan ancaman
bagi masyarakat apabila tidak mengatur jumlah uang yang
dikeluarkan.
Dengan kejadian ini pemerintah mengambil tindakaan untuk
mengatasi ancaman seperti ini yaitu dengan menegluarkan
sebuah kebijakan yaitu Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal
(pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan
dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).
Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh
sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor
riil. Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan
tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang
agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi
barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah
satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar
valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar. Adapun jenis kebijakan moneter sebut saja Kebijakan
moneter ekspansif (Monetary expansive policy) Suatu kebijakan
dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya
beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini
disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy).
Kemudian Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian
mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter dengan Operasi Pasar Terbuka
(Open Market Operation) Merupakan cara mengendalikan uang yang
beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah.
Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang. Kemudian
Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank
umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang
sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah
uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang. Rasio Cadangan Wajib
(Reserve Requirement Ratio) Mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
Kemudian Imbauan Moral (Moral Persuasion) Kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi
imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral
untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian(Nasution,Mulia. 1998).
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana
tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank
Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah
antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan
jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka
kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).
Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai
stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk
mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan
untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu[15].
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan
untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-
sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan
tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-
sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen,
antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah
maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan
cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara
pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah(1998).
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan
sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima saecara umum.
Alat tukar itu berupa benda apa saja yang dapat diterima oleh
setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan
jasa. Semua aspek kehidupan manusia dalam peradaban modern
saat ini tidak terlepas dan ditopang sepenuhnya oleh uang.
Tidak ada satupun peradaban di dunia ini yang tidak mengenal
dan menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian dalam
peradaban tersebut pasti stagnan dan tidak berkembang. Peran
uang dalam perekonomian dapat diibaratkan darah yang mengalir
dalam tubuh manusia. Tanpa darah, manusia seakan-akan hendak
mati. Kekurangan uang bagaikan kekurangan darah yang
mengakibatkan gairah hidup menurun dan lemah, yang pada
akhirnya manusia menjadi sakit-sakitan.
Uang memang benda mati. Namun ternyata ia bisa
mengendalikan hidup manusia. Ini bisa terjadi jika manusia
lupa akan fungsi dan peran uang yang sesungguhnya. Dengan
uang – yang notabene adalah benda mati – napas hidup
perekonomian suatu negara dapat terlihat. Dengan uang manusia
bisa membeli rasa “aman, bersosialisasi, dihargai dan
dihormati. Dengan uang manusia dapat mengaktualisasikan
dirinya.
Sebagai pada analisis ekonomi pada umumnya, selalu
diketengahkan masalah keseimbangan antara permintaan uang
dengan melibatkan satu atau beberapa varianbel yang mempunyai
permintaan. Dari pendapat tersebut di atas dapat dikatakan
jumlah dan nilai uang mempunyai hubungan timbal balik, dan
apabila pendapat ini dihubungkan dengan harga maka bila
jumlah uang dua kali lipat harga pun akan naik dua kali lipat
demikian pula sebaliknya.Melihat berbagai perbedaan pendapat
mengenai Permintaan Uang dari beberapa pandangan tokoh memang
membawa dampak dalam prekonomian terutama dalam keberadaan
uang itu sendiri. Perbedaan pandangan memang sudah harusnya
terjadi dikarenakan setiap orang melihat sesuatu pasti
mempunyai pendapat atau asumsi yang berbeda – beda, namun hal
tersebut tergantung bagaiman cara kita menyikapinya sesuai
dengan keadaan dan situasi.Aktivitas moneter merupakan salah
satu kegiatan ekonomi dalam suatu negara.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan pemerintah sebagai
pelaku sekaligus sebagai pengatur ekonomi, tetapi juga
masyarakat pada umumnya. Di dalam kehidupan sehari – hari,
aktifitas moneter berkaitan dengan penggunaan uang dalam
perekonomian. Kegiatan ini berimplikasi pada kondisi
perekonomian negara secara makro. Untuk itu , di perlukan