Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
51
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metodologi Pengumpulan Data
Dalam perancangan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian kualitatif
dengan metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi eksisting.
Bogdan dan Taylor (seperti dikutip dalam Sujarweni, 2014) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa narasi mengenai kompleksitas yang ada di dalam interaksi
manusia. Dalam penelitian ini, penulis berbaur dengan objek yang diteliti
sehingga dapat memahami fenomena yang terjadi secara utuh dan komprehensif
(hlm. 19).
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian kuantitatif dengan metode
survei yang menggunakan instrumen pengumpulan data kuesioner. Menurut
Sujarweni (2014) penelitan kuantitatif dilakukan untuk menemukan data berupa
angka dan statistik (hlm. 39).
3.1.1. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam
dengan melakukan tanya jawab terhadap narasumber secara bertatap muka
maupun melalui media komunikasi (Sujarweni, 2014, hlm. 31). Penulis
menggunakan jenis wawancara in-depth interview, di mana penulis melakukan
wawancara secara mendalam tanpa menggunakan pedoman yang telah disiapkan
sebelumnya.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
52
Penulis melakukan wawancara kepada Ryan Ridge dari PT. Han Awal &
Partners, selaku arsitek in-charge yang merancang RTH & RPTRA Kalijodo.
Penulis juga melakukan wawancara kepada pihak pengelola RTH & RPTRA
Kalijodo untuk memperoleh data mengenai fenomena kesulitan pencarian
informasi dan navigasi yang terjadi di area tersebut.
3.1.1.1. Wawancara kepada Arsitek
Untuk memperoleh data mengenai area RTH & RPTRA Kalijodo, penulis
melakukan wawancara dengan Ryan Ridge, selaku arsitek in-charge dari
PT. Han Awal & Partners. Wawancara dilakukan di Scandinavian Coffee
Shop pada tanggal 9 Maret 2017 dan 20 Maret 2017. Proses wawancara
didokumentasikan menggunakan foto, video, dan rekaman suara.
Menurut Ryan RTH & RPTRA Kalijodo merupakan sebuah ruang
publik terbuka hijau yang dibangun oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Kalijodo terdiri dari Ruang Terbuka Hijau yang terletak di Jakarta Barat
dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak yang terletak di Jakarta Utara.
Hal itu membuat RTH & RPTRA Kalijodo menjadi perbatasan di antara
kedua wilayah tersebut. RPTRA Kalijodo diresmikan pada tanggal 22
Februari 2017 oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. RTH
& RPTRA Kalijodo memiliki luas ± 3.5 hektar.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
53
Gambar 3.1. Site Plan RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Ryan menuturkan bahwa RTH & RPTRA Kalijodo menjangkau
semua kalangan untuk saling mengenal antar tingkat ekonomi. Kalijodo
dibangun bukan hanya sebagai taman biasa melainkan sebagai ruang
beraktivitas supaya orang dapat datang dan bermain di sana. Menurut
Ryan, Jakarta memiliki banyak ruang hijau, tetapi tidak ada yang dapat
digunakan sebagai sarana beraktivitas. Kalijodo juga dibuat sebagai sarana
kolaborasi antara komunitas seni dan budaya yang ada di Jakarta.
Menurutnya Kalijodo sekarang dibuat seterang mungkin, karena
sebelumnya pemerintah pernah melakukan revitaliasi menjadi taman yang
hanya berisi pohon, tetapi ketika malam taman menjadi remang-remang,
sehingga lama kelamaan mulai bermunculan lapak-lapak prostitusi.
RTH & RPTRA Kalijodo merupakan perpotongan antara dua
sungai. Pada area Kalijodo tidak terdapat tanaman hias karena tanaman
tersebut mudah dirusak dan biaya perawatannya mahal. RTH & RPTRA
Kaljodo memiliki beberapa fasilitas, antara lain:
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
54
1. Skatepark
Skatepark pada Kalijodo dibentuk sendiri oleh para penggunanya
sehingga bentuknya sesuai dengan apa yang mereka mau. Skatepark
pada Kalijodo memiliki standar internasional.
Gambar 3.2. Skate Park RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
2. Area sepeda BMX
Lintasan untuk sepeda BMX, memiliki standar internasional dan
merupakan arena sepeda BMX terbaik di Jakarta.
Gambar 3.3. Area Sepeda BMX RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
55
3. Dinding mural
Mural dibuat oleh ArtSip Jakarta.
Gambar 3.4. Mural RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
4. Amphitheater
Merupakan fasilitas untuk menyelenggarakan pertunjukan kesenian
dan kebudayaan bagi pengunjung.
Gambar 3.5. Amphitheatre RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
56
5. Pergola
Tempat beristirahat dan berkumpul, terdapat toilet ber-AC dan
musholla.
Gambar 3.6. Pergola RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
6. Calisthenics
Fasilitas olahraga outdoor.
Gambar 3.7. Calisthenics RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
57
7. Jogging track
Jalur lari bagi pengunjung yang datang untuk jogging.
Gambar 3.8. Jogging Track RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
8. Tempat bermain anak
Fasilitas bermain anak-anak berstandar internasional dengan kualitas
dan tingkat keamanan yang terjamin.
Gambar 3.9. Tempat Bermain Anak RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
58
9. Pujasera
Terdapat tempat jajanan yang menjual beragam jenis makanan, disertai
dengan tempat sampah.
Gambar 3.10. Pujasera RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
10. Lapangan futsal
Tempat bermain futsal bagi anak dan dewasa.
Gambar 3.11. Lapangan Futsal RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
59
11. Jalur refleksi
Jalur khusus yang dikhususkan untuk sarana refleksi kaki, tersusun dari
batu-batu yang dirangkai sedemikian rupa.
Gambar 3.12. Jalur Refleksi RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Ryan melanjutkan bahwa bentuk arsitektur Kalijodo dibuat
seminimalis mungkin agar bangunan yang dibuat tetap menyatu dan tidak
menjadi sesuatu yang terpisah dari taman itu sendiri. Pergola dibuat seperti
art installation, tetapi tetap memiliki fungsi untuk ruang publik seperti
toilet dan musholla. Ryan menambahkan bahwa RTH & RPTRA Kalijodo
dibuat sebagus mungkin supaya disayang dan dirawat oleh penggunanya.
Kalijodo ingin dijadikan contoh dan pembelajaran untuk taman-taman di
Jakarta ke depannya.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
60
Gambar 3.13. Wawancara kepada Arsitek RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
3.1.1.2. Wawancara kepada Pengelola
Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Iqbal yang mewakili pihak
pengelola RTH & RPTRA Kalijodo untuk mengetahui informasi mengenai
area tersebut. Wawancara dilakukan di area RTH & RPTRA Kalijodo pada
tanggal 12 Maret 2017. Proses wawancara didokumentasikan
menggunakan foto.
Kalijodo merupakan sebuah area yang berada di Jalan Kepanduan
II. Pada awalnya area ini terkenal sebagai sarang hiburan malam dan
prostitusi untuk kelas bawah. Beliau menuturkan bahwa nama Kalijodo
berasal dari kata Kali dan Jodoh. Pada zaman dahulu, tempat ini
merupakan tempat perayaan budaya Tionghoa bernama Peh Cun, yaitu
perayaan hari keseratus dalam kalender imlek. Salah satu acaranya yaitu,
pesta air. Pesta air merupakan sebuah kegiatan dimana banyak muda mudi
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
61
menaiki perahu melintasi Kali Angke. Setiap perahu diisi oleh tiga hingga
empat orang. Jika laki-laki menyukai perempuan, ia akan melempar kue ke
perahu itu. Sebaliknya, jika perempuan menerima, ia akan melempar balik
dengan kue serupa. Menurutnya, tradisi ini terus berlanjut sehingga
membuat Kalijodo menjadi tempat ajang mencari jodoh.
Menurut keterangan Bapak Iqbal, pada hari biasa, RTH & RPTRA
Kalijodo buka dari pukul 6:00 hingga 24:00 WIB. Setiap harinya setelah
area tersebut tutup, secara rutin pihak pengelola melakukan pembersihan
sampah untuk menjaga kebersihan dan keasrian area tersebut. Ia
melanjutkan bahwa Kalijodo paling ramai pada pukul 15:00 hingga 21:00
WIB.
Beliau menuturkan bahwa area Kalijodo memang tidak memiliki
fasilitas penunjuk arah yang memadai. Beliau menerangkan bahwa setiap
harinya terdapat beberapa orang yang menanyakan letak suatu tempat,
terutama fasilitas toilet dan musholla.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
62
Gambar 3.14. Wawancara kepada Pengelola RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
3.1.2. Observasi
Menurut Sujarweni (2014) kegiatan observasi meliputi pencatatan aktivitas,
kejadian, peristiwa, objek, suasana, serta hal lain yang diperlukan dalam
mendukung proses perancangan (hlm. 32). Penulis menggunakan jenis observasi
partisipatif dimana penulis melakukan pengamatan pada area RTH & RPTRA
Kalijodo.
Penulis melakukan observasi pada tanggal 12 Februari 2017 dan 12 Maret
2017 untuk mempelajari keadaan dan suasana di area tersebut agar dapat
memahami permasalahan dan kebutuhan yang terjadi di tempat tersebut.
Observasi meliputi pengamatan tentang pengunjung yang datang, ketersediaan
fasilitas penunjuk arah, serta fasilitas yang terdapat di tempat tersebut.
Berdasarkan hasil observasi penulis, pengunjung yang datang ke RTH &
RPTRA Kalijodo berasal dari berbagai macam kalangan dan tingkat ekonomi.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
63
Terdapat dua jenis kelompok mayoritas pengunjung yang datang ke area tersebut
yaitu remaja yang datang untuk menggunakan fasilitas seperti area skatepark
maupun area sepeda bmx, serta kelompok pengunjung dewasa yang datang
membawa keluarganya untuk bermain dan berekreasi menikmati taman.
Gambar 3.15. Kondisi RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Pada area RTH & RPTRA Kalijodo sudah terdapat signage yang berjenis
identification signs dan regulatory signs, namun signage tersebut tidak berfungsi
dengan baik dan benar. Terdapat regulatory sign pada fasilitas skate park, tetapi
signage tersebut menggunakan tipografi yang sangat kecil sehingga mengurangi
tingkat legibility dan readibility. Signage tersebut terbuat dari bahan banner.
Terdapat juga regulatory sign yang menyampaikan pesan jangan menginjak
rumput. Signage tersebut diletakkan di tempat yang tidak terbaca, menggunakan
material yang tidak sesuai, tidak terawat, dan tidak terpasang dengan baik.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
64
Gambar 3.16. Regulatory Sign pada Fasilitas Skatepark (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.17. Regulatory Sign pada RTH & RPTRA Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Terdapat identification sky sign berupa tulisan RTH & RPTRA Kalijodo
yang terlihat jelas saat memasuki kawasan tersebut. Selain itu, terdapat
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
65
identification signs pada bagian depan fasilitas toilet dan musholla di area pergola.
Signage tersebut menggunakan bahan berupa kertas hvs, yang di mana akan
sangat mudah rusak. Identification signs juga terdapat pada bagian gedung
RPTRA. Identification signs pada bagian gedung ini menggunakan bahan sticker,
dan tidak memiliki konsistensi antara satu dengan yang lain. Terdapat
identification signs yang disertai simbol, tetapi ada juga yang tidak.
Gambar 3.18. Identification Sign pada Toilet RTH Kalijodo (Dokumentasi Pribadi)
Penulis menemukan bahwa terjadinya penumpukan pengunjung pada area
skatepark dan gedung RPTRA. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena
terdapat banyaknya pengunjung yang ingin menyaksikan permainan skateboard
secara langsung. Selain itu, terdapat beberapa orang yang menggunakan fasilitas
musholla untuk tidur. Hal tersebut tentu berdampak negatif terhadap arus
pengunjung yang ingin menggunakan fasilitas tersebut.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
66
3.1.3. Survei
Survei merupakan metode pengumpulan data kuantitatif yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari kelompok yang mewakili sebuah populasi responden.
Penulis menggunakan instrumen pengumpulan data kuesioner. Kuesioner
dilakukan dengan metode simple random sampling, dengan penentuan jumlah
sampel berdasarkan biaya, waktu, dan personal.
Penulis melakukan survei pada tanggal 12 Maret 2017 dengan
menyebarkan 30 kuesioner kepada pengunjung RTH & RPTRA Kalijodo. Penulis
melakukan metode ini untuk memperkuat data yang telah diperoleh dari penelitian
kualitatif. Dari proses ini penulis memperoleh informasi lebih lanjut mengenai
kebutuhan signage di lokasi tersebut. Berikut merupakan hasil dari data kuesioner
tersebut:
Gambar 3.19. Kuesioner 1: Apakah ini kunjungan pertama Anda? (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
67
Gambar 3.20. Kuesioner 2: Seberapa sering Anda berkunjung ke Kalijodo? (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.21. Kuesioner 3: Apa tujuan Anda berkunjung ke Kalijodo? (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
68
Gambar 3.22. Kuesioner 4: Apakah ada penunjuk arah di tempat tersebut? (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.23. Kuesioner 5: Apakah Anda mengetahui semua fasilitas Kalijodo? (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
69
Gambar 3.24. Kuesioner 6: Apakah Anda mengetahui letak fasilitas tersebut? (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.25. Kuesioner 7: Apakah informasi tentang fasilitas sudah jelas? (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
70
Gambar 3.26. Kuesioner 8: Apakah anda membutuhkan informasi tentang lokasi, serta penunjuk arah saat berada di Kalijodo?
(Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan, penulis mendapatkan
informasi bahwa sebagian besar pengunjung yang datang ke RTH & RPTRA
Kalijodo tidak melihat adanya signage di tempat tersebut. Pengunjung merasa
kurangnya media informasi mengenai suatu fasilitas, dan kebingungan dalam
mencari arah. Hal ini disebabkan karena belum adanya inisiatif dari pihak
pengelola setempat untuk memfasilitasi area tersebut dengan media informasi
penunjuk arah yang memadai. Kuesioner tersebut juga memperlihatkan dan
menyimpulkan bahwa seluruh pengunjung yang datang merasa membutuhkan
media informasi tentang lokasi suatu fasilitas, serta penunjuk arah saat berada di
area tersebut.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
71
3.1.4. Studi Eksisting
Penulis melakukan pengamatan terhadap signage pada beberapa ruang publik
yang berada di tempat lain. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh referensi
serta informasi yang dapat mendukung proses perancangan tugas akhir ini.
1. Alun Alun Bandung
Penulis melakukan studi eksisting ke Alun Alun Bandung pada tanggal 2
Maret 2017. Alun Alun Bandung merupakan sebuah ruang publik yang
terletak di Jl. Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat. Signage pada area ini
dibuat oleh sebuah studio desain berbasis di Bandung yang bernama
Nusae. Desain signage pada Alun Alun Bandung memiliki konsep yang
unik, berbentuk geometris dengan menggunakan warna merah sebagai
primary color sehingga sangat mencolok dan menarik perhatian.
Rancangan desain signage menggunakan tipografi sans serif sehingga
memiliki tingkat keterbacaan yang jelas. Signage yang terdapat di area
tersebut terdiri dari directional signs dan regulatory signs. Signage
tersebut dibuat menggunakan bahan concrete dan ditempel tulisan
berbahan akrilik. Namun, saat ini terdapat beberapa signage yang sudah
rusak. Hal itu dapat disebabkan oleh faktor alam, ataupun faktor manusia.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
72
Gambar 3.27. Pictogram Signage Alun Alun Bandung (nusae.co/works/alun-alun-bandung-wayfinding-2)
Gambar 3.28. Regulatory Sign Alun Alun Bandung (nusae.co/works/alun-alun-bandung-wayfinding-2)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
73
Gambar 3.29. Penulis dan Directional Sign Alun Alun Bandung (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.30. Beberapa Regulatory Sign Alun Alun Bandung Rusak (Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
74
Gambar 3.31. Directional Sign Alun Alun Bandung (Dokumentasi Pribadi)
2. IAPI Skate Park
IAPI Skate Park merupakan sebuah taman skate di Brazil yang dibuka
pada tahun 2001. Desainnya dianggap inovatif jika dibandingkan dengan
ruang publik lain di negara tersebut. Keywords yang digunakan pada
proses perancangannya yaitu urban, handmade, dan artistik. Bentuk
signage menyerupai lekukan area bermain skateboard.
Gambar 3.32. Flow Pengunjung IAPI Skate Park (www.behance.net/gallery/25251089/IAPI-Skate-Park-Wayfinding)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
75
Gambar 3.33. Alternative Design Directional Sign IAPI Skate Park 1 (www.behance.net/gallery/25251089/IAPI-Skate-Park-Wayfinding)
Gambar 3.34. Alternative Design Directional Sign IAPI Skate Park 2 (www.behance.net/gallery/25251089/IAPI-Skate-Park-Wayfinding)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
76
Gambar 3.35. Alternative Color Directional Sign IAPI Skate Park (www.behance.net/gallery/25251089/IAPI-Skate-Park-Wayfinding)
Gambar 3.36. Directional Sign IAPI Skate Park (www.behance.net/gallery/25251089/IAPI-Skate-Park-Wayfinding)
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
77
3.1.5. Studi Literatur
Pada tahap ini, penulis melakukan kajian pustaka, mempelajari buku-buku
referensi dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh orang lain
(Sujarweni, 2014, hlm. 33). Tujuannya adalah untuk mendapatkan landasan teori
yang dapat menunjang proses perancangan ini. Pada tahap ini penulis
mengumpulkan literatur terkait perancangan signage, desain grafis, antropometri,
arsitektur, serta tata kota.
3.1.6. SWOT
Penulis melakukan analisa strength (kelebihan), weakness (kekurangan),
opportunity (peluang), dan threat (ancaman) dari RTH & RPTRA Kalijodo. Hasil
analisa ini berdasarkan data yang telah penulis dapatkan sebelumnya. Secara
umum, SWOT terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal yang terdiri dari
strength dan weakness, dan faktor eksternal yang terdiri dari opportunity dan
threat. Berikut merupakan hasil analisa penulis:
1. Strength
a. Merupakan paru-paru kota
b. Terletak di tengah Kota Jakarta
c. Memiliki beragam fasilitas
d. Merupakan sarana rekreasi untuk keluarga
e. Memiliki arsitektur yang unik
f. Dapat digunakan untuk berbagai jenis kegiatan
g. Terdapat akses menuju ke perumahan di sekitarnya
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
78
2. Weakness
a. Tidak memiliki signage yang memadai
b. Pohon yang terdapat di area tersebut masih kecil, sehingga area
tersebut masih gersang
c. Lokasi parkir yang sedikit
d. Belum adanya akses angkutan umum seperti bus transjakarta
3. Opportunity
a. Menjadi acuan untuk taman lain di Jakarta, maupun kota lain
b. Menjadi sarana masyarakat untuk melakukan kegiatan dan berinteraksi
c. Menambah awareness masyarakat tentang pentingnya lingkungan
d. Menjadikan Jakarta sebagai Kota Layak Anak
4. Threat
a. Pengunjung yang kurang tertib, seperti membuang sampah
sembarangan
b. Fasilitas yang disediakan dapat rusak jika tidak dijaga dan dirawat
c. Ruang publik lain yang dapat menarik perhatian masyarakat.
3.2. Metodologi Perancangan
Dalam membuat perancangan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode
perancangan signage menurut Gibson (2009) dalam bukunya The Wayfinding
Handbook, yang terdiri dari beberapa proses, antara lain:
1. Perencanaan
a. Riset & Analisis
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
79
Melakukan survei lokasi yang ingin dirancang, bertemu dengan
narasumber, mempelajari site plan dan flow lokasi tersebut, serta
melakukan wawancara dengan pengunjung untuk menemukan
informasi, ketentuan, serta mengidentifikasi kebutuhan dan masalah di
lokasi tersebut.
b. Strategi
Berdasarkan hasil dari tahap riset & analisis, menentukan strategi yang
tepat untuk rancangan signage yang akan dibuat. Strategi ini akan
berguna sebagai kerangka dalam proses perancangan. Pertimbangkan
bagaimana menyampaikan informasi dan petunjuk arah pada lokasi
tersebut. Tentukanlah kira-kira signage apa yang dibutuhkan, serta
tujuan akhir dalam proses perancangan ini.
2. Desain
a. Skema Perancangan
Buatlah satu jenis signage dan eksplorasi bentuknya, gunakan berbagai
bentuk, material, warna, tipografi dan konten. Semua alternatif harus
sesuai dengan strategi yang telah dibuat, tetapi menggunakan
penyampaian visual yang berbeda-beda. Identitas signage dapat
muncul pada tahap ini. Pada akhir tahap ini, konsep desain sudah harus
ditentukan.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017
80
b. Pengembangan Desain
Kembangkan skema perancangan yang telah dibuat dengan
menentukan detail tipografi, warna, material dan cara pemasangan
yang akan digunakan dalam membuat signage. Selesaikan desain
setiap jenis signage, lalu minta persetujuan dari klien. Diskusikanlah
desain yang dibuat dengan arsitek dan teknisi tentang masalah struktur,
tenaga yang dibutuhkan, serta kesatuan dengan arsitektur.
c. Konstruksi
Buatlah rancangan final dari setiap signage yang telah disetujui.
Tentukan layout final, ketinggian dan rincian pembuatan signage
tersebut. Buatlah spesifikasi signage untuk menjelaskan kebutuhan
signage tersebut. Lengkapilah semua rancangan signage yang akan
dibuat.
Perancangan Signage RTH..., Edbert Hendy, FSD UMN, 2017