LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH
Oleh :
Nama : MARTHA WIRA PRATAMA
NIM : A1L114013
Rombongan : AGROTEKNOLOGI Pararel A1
PJ Asisten : Ardi Luqman Hakim
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Makhluk hidup tidak dapat berpijak
jika tidak ada tanah. Tanah adalah bagian
permukaan kulit bumi yang merupakan tempat
kegiatan organisme. Manusia dan hewan darat
melakukan kegiatan seperti hidup, tumbuh dan
berkembang, dan kegiatan lainnya di atas tanah.
Tanaman juga membutuhkan tanah sebagai media
tumbuh tanaman. Tanah menyediakan air dan unsure
hara yang baik bagi tanaman.
Tanah juga memiliki peranan penting dalam
siklus hidrologi. Dalam siklus hidrologi, air
hujan yang jatuh mencapai tanah akan mengalami
infiltrasi. Infiltrasi adalah peristiwa dimana air
bergerak melalui celah-celah dan pori-pori serta
batuan yang ada dibawah tanah yang dapat bergerak
secara vertikal dan horizontal di bawah permukaan
tanah hingga ke sistem air permukaan.
Tanah tidak hanya sebagai media pertumbuhan
bagi tanaman, tetapi juga sebagai media pengatur
air. Kondisi tanah menentukan jumlah air yang
masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan
tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam
tanahseperti pada proses pelapukan mineral dan
bahan organik tanah, yaitu reaksi yang
mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman.
Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman.
Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian
besartergantung pada kemampuan tanah menyerap air
cepat dan meneruskan air yang diterima ke bawah.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu
gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah
dibedakan menjadi: air higroskopis, air kapiler
dan air gravitasi.
B. Tujuan
1. Untuk menetapkan kadar air contoh tanah
berdiameter 2 mm.
2. Untuk menetapkan kapasitas lapang contoh tanah
berdiameter 2 mm.
3. Untuk menetapkan kadar air maksimum tanah
dengan metode gravimetri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah zat atau materi atau unsur yang
penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan
untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup,
sehingga sangat essensial.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan
beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih,
seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran
yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah
jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi
dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-
pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan
kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan
dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat
tanah kering yang tetap.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu
gaya adhesi, kohesi dan gravitasi maka air tanah
dibedakan menjadi :
1. Air Higroskopis
Air higraskopis adalah air yang
diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat,
sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan
selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah.
Air ini terikat kuat pada matriks tanah
ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm
(pF 4,0 – 4,7).
2. Air Kapiler
Air kapiler merupakan air tanah yang
ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi
yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi.
Air ini bergerak ke samping atau ke atas
karena gaya kapiler. Air kapiler ini
menempati pori mikro dan dinding pori makro,
ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF
2,52 – 4,20). Air kapiler dibedakan menjadi:
a. Kapasitas lapang , yaitu air yang
dapat ditahan oleh tanah setelah
air gravitasi turun semua. Kondisi
kapasitas lapang terjadi jika tanah
dijenuhi air atau setelah hujan
lebat tanah dibiarkan selama 48
jam, sehingga air gravitasi sudah
turun semua. Pada kondisi kapsitas
lapang, tanah mengandung air yang
optimum bagi tanaman karena pori
makro berisi udara sedangkan pori
mikro seluruhnya berisi air.
Kandungan air pada kapasitas lapang
ditahan dengan tegangan 1/3 atm
atau pada pF 2,54.
b. Titik layu permanen , yaitu
kandungan air tanah paling sedikit
dan menyebabkan tanaman tidak mampu
menyerap air sehingga tanaman mulai
layu dan jika hal ini dibiarkan
maka tanaman akan mati. Pada titik
layu permanen, air ditahan pada
tegangan 15 atm atau pada pF 4,2.
Titik layu permanen disebut juga
sebagai koefisien layu tanaman.
3. Air Gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak
dapat ditahan oleh tanah karena mudah meresap
ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air
gravitasi mudah hilang dari tanah dengan
membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga
tanah menjadi masam dan miskin unsur hara
(Hardjowigeno, 1993)
Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia,
hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses metabolisme dalam
tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air. Air
dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai
keperluan seperti keperluan rumah tangga, pertanian,
ransportasi bahkan sampai industri. Air sebagai pelarut
universal, memiliki kemampuan ntuk melarutkan berbagai
zat, mulai fasa gas dari udara, fasa cair dari berbagai
larutan, asa padat dan juga mikroorganisme. Oleh karena
itu air banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut
maupun tidak terlarut, sehingga air sangat sukar
diperoleh dalam keadaan murni. Apabila kandungan
berbagai zat tersebut tidak mengganggu kesehatan
manusia, maka air dianggap bersih. Air dikatakan
tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas
air, dimana kandungan berbagai zat sudah melebihi
ambang batas. Ambang batas kadar zat dalam air berbeda-
beda untuk jenis air sesuai peruntukannya. Misalnya
kadar zat untuk air minum berbeda ambang batasnya
dengan kadar suatu zat untuk industri (Saridevi et all,
2013).
Menurut Hanafiah, 2007 bahwa koefisien air tanah
yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan
tanaman, terdiri dari:
1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi
dimana seluruh ruang pori tanah terisi oleh
air.
2. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal
lapisan air dalam pori-pori tanah mulai
menipis sehingga tegangan antar air-udara
meningkat hingga lebih besar dari gaya
gravitasi.
3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah
kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah
lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman
untuk aktivitas dan mempertahankan turgornya.
4. Koefisien higroskopis adalah kondisi dimana
air tanah terikat sangat kuat oleh gaya
matrik tanah.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan saat praktikum yaitu
botol timbang, timbangan analitis, keranjang
kuningan, cawan tembaga porus, petridis, bejana
seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm,
bak perendam, batang bambu kecil, botol
semprot, kertas saring, oven, tang penjepit,
dan eksikator. Bahan yang digunakan adalah air
dan tanah kering angin jenis inceptisol 2 mm
dan 0,5 mm.
B. Prosedur Kerja
1. Kadar Air Tanah Kering Udara
a. Botol timbang dan penutupnya
dibersihkan, diberi label lalu
ditimbang (a gram)
b. Botol timbang di isi setengah contoh
tanah kering angin yang berdiameter 2
mm, ditutup danditimbang (b gram)
c. Botol timbang yang berisi tanah
dimasukkan ke dalam oven dengan tutup
terbuka. Pengovenan dilakukan selama
4 jam pada suhu 105-110o C
d. Setelah pengovenan selesai, botol
timbang ditutup dengan menggunakan
tang penjepit.
e. Botol timbang yang tertutup
dimasukkan ke eksikator selama 15
menit kemudian dikeluarkan.
f. Botol timbang kembali ditimbang (c
gram) lalu dihitung dengan
menggunakan rumus.
Rumus :
kadarair=(b−c)(c−a)
×100%
2. Kadar Air Kapasitas Lapang
a. Keranjang kuningan dibersihkan,
diberi label, ditimbang (a gram)
b. Keranjang kuningan diletakkan dalam
bejana seng
c. Contoh tanah kering angin berdiameter
2 mm dimasukkan kedalam keranjang
kuningan setinggi 2,5 cm dari batas
secara merata tanpa ditekan
d. Tanah ditetesi air sebanyak 2 ml di 3
titik membentuk segitiga tanpa
bersinggungan (1 titik = 0,67 ml)
kemudian bejana seng ditutup dan
diletakkan di tempat teduh selama 15
menit
e. Setelah 15 menit keranjang kuningan
dikeluarkan dari bejana seng lalu
diayak dengan hati-hati sampai
tertinggal 3 gumpalan tanah lembab
lalu ditimbang (b gram) kemudian
dihitung dengan rumus
Rumus :
kapasitaslapang= 2b−(a+2)
×100%+Ka
3. Kadar Air Maksimum Tanah
a. Cawan tembaga porus dan Petridis
dibersihkan dan diberi label
b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi
kertas saring lalu dijenuhi air
dengan menggunakan botol semprot.
Kelebihan air dibersihkan dengan
serbet, dimasukkan ke dalam Petridis,
lalu ditimbang (a gram)
c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari
Petridis dan diisi contoh tanah halus
kurang lebih 13nya. Cawan diketuk
perlahan sampai permukaan tanah rata.
Masukkan kembali13 tanah halus dan
lakukan hal yang sama hingga penuh,
kemudian tanah diratakan dengan colet
d. Cawan tembaga porus direndam dalam
bak perendam dengan ditumpu batang
kayu agar air bebas masuk ke dalam
cawan tembaga porus selama 12-16 jam
e. Setelah direndam, cawan tembaga porus
diambil. Permukaan tanah yang
mengembang diratakan dengan colet
lalu dibersihkan dengan serbet. Cawan
tembaga porus dimasukkan ke dalam
cawan Petridis lalu ditimbang (b
gram)
f. Cawan tembaga porus dimasukkan ke
dalam oven selama 24 jam dengan suhu
105-110o C
g. Setelah pengovenan selesai, cawan
dimasukkan ke dalam eksikator selama
15 menit. Setelah itu ditimbang (c
gram)
h. Tanah yang ada dalam cawan porus
dibuang lalu dibersihkan. Cawan
tembaga dialasi Petridis lalu
ditimbang (d gram) setelah itu
dihitung menggunakan rumus:
kadarairmaksimum= (b−a )−(c−d)
(c−d)×100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tanah Kering Udara
Ulang
an
Botol
Timbang
Kosong
(A,G)
(a) +
contoh
tanah
(bg)
(b)
setela
h
dioven
(cg)
Kadar
Air
Tanah
Kering
Udara
(%)Ka 1 22.65 30.83 29.95 12.05 %Ka 2 24.97 32.71 31.89 11.84 %
Rata-Rata11.76
%
Ka 1 = b−cc−a
x100%
= 30,83−29,9529.95−22.65
x100%
= 0.887.30x100%=12.05%
Ka 2 = b−cc−a
x100%
= 32.71−31.8931.89−24.97x100%
= 0.826.92x100% = 11.84 %
Rata-rata Ka = (Ka 1 + Ka 2) : 2
= (12.05 + 11.84) : 2
= 11.76 %
2. Kapasitas Lapang
Ulan
gan
KeranjangKunin
ganKosong
(a.g)
(a) +
gumpalanta
nahbasah
(b.g)
Kadar
air
kapasita
slapang
(%)KL 1 79.51 92.03 31.06 %KL 2 81.60 92.93 33.27 %
Rata-Rata32.5
6 %
KL 1 = 2b−(a+2)
x100%+Ka1
= 292.03−(79.51+2)
x100%+12.05
= 210.52
x100%+12.05
= 31.06 %
KL 2 = 2b−(a+2)
x100%+Ka2
= 292.93−(81.60+2)
x100%+11.84
= 29.33
x100%+11.84
= 33.27 %
Rata-rata KL = (KL 1 + KL 2) : 2
= (31.06 + 33.27) : 2
= 32.16 %
3. Kadar Air Maksimum
Ula
nga
n
Cawan +
KertasS
aringJe
nuh +
Petridi
s (a.g)
(a) +
tanahb
asahje
nuh
air
(b.g)
(b)
sete
lahd
iove
24
jam
Petridis
+ cawan +
kertassar
ingsetela
hdioven
(d.g)
Kada
r
air
maks
imum
(%)
(c.g
)Kam
191.46 162.19
128.
0189.29
82.6
7 %Kam
2100.09 158.85
123.
4888.23
66.6
9 %
Rata-Rata74.6
8 %
KAM 1 = (b−c)−(c−d )
(c−d )x100%
¿(162.19−91.46 )−(128.01−89.29 )
(128.01−89.09 )x100%
= (70.73−38.72 )38.72
x100%
¿ 32.0138.72
x100%
= 81.67 %
KAM 2 = (b−c)−(c−d )
(c−d )x100%
¿(158.85−100.09)−(123.48−88.23 )
(123.48−88.23 )x100%
= (58.76−35.25 )35.25
x100%
¿23.5135.25
x100%
= 66.69 %
Rata-rata KAM = (KAM 1 + KA,M 2) : 2
= (81.67 + 66.69 ) : 2
= 74.68 %
B. Pembahasan
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah
yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir
tanah yang membentuk itu dan didalam retak-retak dari
batuan. Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang
terakhir disebut air celah (fissure water) (Mori dkk.,
1999).
Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya
curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam
tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi
litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah
yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya
tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam
formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan sementasi
kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air
kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan
mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut.
Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka
menjadi pemukiman dan industri, serta penebangan hutan
tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi
infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan
(recharge area) (Usmar dkk., 2006). Manfaat air tanah bagi
kehidupan antara lain:
1. Merupakan bagian yang penting dalam siklus
hidrologi
2. Menyediakan kebutuhan air bagi hewan dan
tumbuh-tumbuhan
3. Merupakan persediaan air bersih secara
alami
4. Untuk keperluan hidup manusia seperti
minum, memasak, mencuci, dan lain-lain.
5. Untuk keperluan industri (industri tekstil
dan industri farmasi)
6. Untuk irigasi pada sektor pertanian
7. Sebagai pelarut unsur hara dalam tanah
8. Terjaganya kualitas tanah di dalamnya
(Indriatmoko, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di
dalam tanah adalah :
1. Kadar Bahan Organik Tanah
Bahan organic tanah mempunyai pori-pori yang
jauh lebih banyak daripada partikel mineral
tanah yang berarti luas permukaan penyerapan
juga lebih banyak sehingga makin tinggi kadar
bahan organic tanah makin tinggi kadar dan
ketersediaan air tanah.
2. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah
Kedalaman solum atau lapisan tanah
menentukan volume simpan air tanah, semakin
dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga
semakin banyak.
3. Iklim dan Tumbuhan
Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh
yang berarti pada jumlah air yang dapat
diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah.
Temperatur dan perubahan udara merupakan
perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi
pengguanaan air tanah dan penentuan air yang
dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan
tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan
keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah fakto
pertumbuhan yang berarti.
4. Senyawa Kimiawi Garam-garam dan senyawa
pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun non
alamiah mempunyai gaya osmoti yang dapat menarik
dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju
meningkat.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air
tanah adalah tekstur tanah, dengan adanya
perbedaan jenis tekstur tanah dapat
menggambarkan tingkat kemampuan tanah untuk
mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur
liat lebih mampu mengikat air dalam jumlah
banyak dibandingkan tanah yang bertekstur pasir,
sedangkan tanah bertekstur pasir lebih mampu
mengikat air daripada tanah bertekstur debu.
Faktor lain yang mempengaruhi kadar air
tanah adalah struktur tanah, pori tanah, dan
peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang
pori lebih banyak akan mampu menyimpan air dalam
jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori
tanah akan terisi oleh air (Indranada, 1994)
Kandungan air tanah antara kapasitas lapang
dan titik layu permanen disebut total air tanah
tersedia (TAW, Total Available Water). Titik kritis
adalah batas minimum air tersedia yang
dipertahankan agar tidak habis mengering diserap
tanaman hingga mencapai titik layu permanen.
Titik kritis ini berbeda untuk berbagai jenis
tanaman, tanah, iklim serta diperoleh
berdasarkan penelitian di lapangan (Benami dan
Offen, 1984 dalam Yanwar , 2003). Kandungan air
antara kapasitas lapang dan titik kritis disebut
RAW (Readily Available Water). Perbandingan antara RAW
dengan total air tanah yang tersedia dipengaruhi
oleh iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis
tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman
(Raes,2004).
Menurut FAO Corporate Document Repository, 2011,
Gaya yang bekerja pada air tanah menurun energi
potensial dan membuatnya kurang tersedia untuk
ekstraksi akar tanaman. Ketika tanah basah, air
memiliki energi potensial yang tinggi, relatif bebas
bergerak dan mudah diambil oleh akar tanaman. Di tanah
kering, air memiliki energi potensial yang rendah dan
sangat terikat oleh kapiler dan kekuatan serap ke
matriks tanah, dan kurang mudah diekstraksi oleh
tanaman.
Ketersediaan total ketersediaan air (TAW) tanah
mengacu pada kapasitas tanah, dimaksudkan untuk menahan
air tersedia bagi tanaman. Setelah hujan deras atau
irigasi, tanah akan menguras sampai kapasitas lapang
tercapai. Kapasitas lapang adalah jumlah air yang tanah
baik dikeringkan harus terus melawan gaya gravitasi,
atau jumlah air yang tersisa ketika drainase bawah
telah menurun tajam. Dengan tidak adanya pasokan air,
kandungan air di zona akar menurun sebagai akibat dari
penyerapan air oleh tanaman. Sebagai penyerapan air
berlangsung, air yang tersisa diadakan untuk partikel
tanah dengan kekuatan yang lebih besar, menurunkan
energi potensial dan membuatnya lebih sulit bagi
tanaman untuk ekstrak. Akhirnya, tercapai suatu titik
di mana tanaman tidak bisa lagi mengambil air yang
tersisa. Penyerapan air menjadi nol ketika titik layu
tercapai. Titik layu adalah kadar air di mana tanaman
akan layu permanen.
Sebagai kadar air di atas kapasitas lapang tidak
bertanggung melawan gaya gravitasi dan akan menguras
dan sebagai kadar air di bawah titik layu tidak dapat
diekstraksi oleh akar tanaman, total air yang tersedia
di daerah perakaran adalah perbedaan antara kadar air
di lapangan kapasitas dan layu titik. TAW adalah jumlah
air yang tanaman dapat mengekstrak dari zona akar, dan
besarnya tergantung pada jenis tanah dan kedalaman
perakaran.
Meskipun mudah air yang tersedia (RAW) secara
teoritis tersedia sampai titik layu, penyerapan air
tanaman berkurang baik sebelum titik layu
tercapai. Dimana tanah cukup basah, tanah persediaan
air yang cukup cepat untuk memenuhi permintaan atmosfer
dari tanaman, dan serapan air sama ET c. Sebagai kadar
air tanah berkurang, air menjadi lebih kuat terikat
pada matriks tanah dan lebih sulit untuk
mengekstrak. Ketika kadar air tanah turun di bawah
nilai ambang batas, air tanah tidak lagi dapat diangkut
cukup cepat menuju akar untuk merespon permintaan
transpirasi dan tanaman mulai mengalami stres. Fraksi
TAW yang tanaman dapat mengekstrak dari zona akar tanpa
menderita stres air adalah air tanah tersedia:
RAW = p TAW
Dimana RAW air tanah tersedia di zona akar [mm],
p fraksi rata-rata total air yang tersedia Tanah (TAW)
yang dapat habis dari zona akar sebelum stres
kelembaban (penurunan ET) terjadi.
Pengaruh kadar air maksimum bagi pertumbuhan
tanaman, yakni ketika pada kadar air tinggi, kekurangan
udara mungkindapat menjadi penghambat pertumbuhan
tanaman. Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai
maksimum pada keadaan kelembaban tanah berada disekitar
kapastitas lapang karena dalam keadaan tersebut oksigen
cukup tersedia dan tegangan air cukup rendah sehingga
memudahkan absorbsi air. Ketika air diserap, lapisan
air menjadi tipis dan tegangan air meningkat,
mengakibatkan absorbsi air menurun. Hal ini berlangsung
sampai kadar air mendekati titik layu. Pada keadaan
titik layu, laju pertumbuhan dan fotosintesis umumnya
akan menurun. Dari keadaan tersebut, ada dua hal yang
berkaitan antara pertumbuhan tanaman dan keadaan
kelembaban tanah, yaitu kekurangan oksigen pada kadar
air yang tinggi (tegangan air rendah) dan laju absorbsi
air yang rendah pada kadar air yang rendah (tegangan
air tinggi) (FAO, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian kami menggunakan
tanah Inceptisol, tanah tersebut memiliki kadar air
kering udara sebesar 12.05% pada percobaan Ka1 dan
11.84% pada percobaan Ka2, sehingga ditetapkan kadar
air kering tanah udara dengan rata-rata sebesar 11.76%.
Kadar Air Kapasitas Lapang pada tanah inseptisol
dihasilkan pada percobaan KL1 didapatkan hasil
kapasitas lapang sebesar 31.06% dan di percobaan KL2
didapatkan hasil nilai kapasitas lapang sebesar 33.27%,
sehingga nilai rata-rata kapasitas lapang untuk tanah
inseptisol sebesar 32.16%. Percobaan ketiga, yaitu
percobaan Kadar Air Maksimum Tanah dengan menggunakan
tanah Inceptisol yang dilakukan dengan dua percobaan
didapatkan hasil kadar air maksimum sebesar 82.67% pada
percobaan KAM1 dan hasil sebesar 66.69% pada percobaan
KAM2, sehingga didapatkan hasil rata-rata kadar air
kapasitas maksimum tanah tanah inseptisol sebesar
74.68%. ini sama halnya sepertu menurut Hardjowigeno
(1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan
(diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap
air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air
dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Lain halnya
dengan kadar air maksimum, suatu jenis tanah ditentukan
oleh daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman
tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986). Tekstur tanah
yang halus menyebabkan porositasnya rendah sehingga
mampu menahan air. Tinggi rendahnya kadar air maksimum
tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga
mempunyai tekstur yang berbeda pula. Demikian lah yang
terjadi pada derajat kerut tanah yang kami praktikumkan
sama halnya dengan teori menurut Hardjowigeno, 1992 dan
Hakim, 1986.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kadar air tanah kering udara dari contoh
tanah yang diamati adalah 12.05% dan
11.84% dengan rata-rata 11.76%.
2. Kadar air kapasitas lapang dari contoh
tanah yang diamati adalah rata-ratanya
32.16% dengan KL1 31.06% dan Kl2 33.27%.
3. Kadar air maksimum dari contoh tanah yang
diamati adalah KAM1 82.67% dan KAM2 66.69%
dengan hasil rata-rata 74.68%.
B. Saran
Pengamatan dalam praktikum ini memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mengetahui kadar
air tanah maka diperlukan timer untuk
perendaman dan pengovenan agar sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Praktikan juga perlu
ketelitian dan keahlian dalam meneteskan air
dengan menggunakan pipet. Selain itu juga untuk
peralatan praktikum agar segera diperbaharui
untuk penunjang praktikan dan asisten dalam
praktikum kedepannya agar tercapai hasil
praktikum yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
FAO, Corporate Document Repository. 2011. Departemen
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Kesediaan Air dan Tersedianya Air TAW & RAW.
http://www.fao.org/docrep/x0490e/x0490e0e.htm
Diakses pada tanggal 15 April 2015. Pukul
23.12.
Hanafiah, Kumparg & Sutherland, R.A. 2007. “Spatial
variability of 137Cs and influence of sampling
on estimates of sediment redistribution”,
Catena, 21, Page:57 – 71.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
Jakarta: Aka Press.
Indranada & Zapata,F. 2002, ” Handbook for the
assessment of soil erosion and sedimentology
using environmental radionuclide ". Joint
FAO/IAEA Division, IAEA, Vienna, Austria ,
Page: 97 - 106.
Indriatmoko, R. Haryoto. 2012. Teknologi Konservasi Air
Tanah dengan
Sumur Resapan (Online)
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/sumur.html.
Di akses 09 April 2015, Pukul 22.34
Mori, dkk. 1999. “Mengenal Tanah sebagai Media Tanam
Hortikultura”. Article
from Bogor Agricultural University. Hlm 3-5. Bogor pdf
Saridevi, G.A.A.R, I Wayan D Atmaja, I Made Mega. 2013.
“Perbedaan Sifat
Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan
Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan
Vertisol”.E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika .Vol 2 No 4:
215-217.
Usman, Haryato dan Sidik Hadi T. 2006. “ Teknologi
Konservasi Air pada Pertanian Lahan Kering”,
Jurnal Litbang Pertanian, Vol 7. Hlm: 157-158.
Raess, Safuddin. 2004. Beberapa Sifat Spesifik Andisol
untuk Pembeda Klasifikasi pada Tingkat Seri :
Studi Kasus di Daerah Cikajang dan Cikole, Jawa
Barat.
http://ejurnal.perpustakaan.ipb.ac.id/files/D_D
jaenudin_beberapa_sifat_spesifik.pdf Diakses
pada tanggal 12 April 2015. Pukul 08.25.
Yanwar, Aurosa. 2003. “PERBANDINGAN PROFIL DISTRIBUSI
VERTIKAL 137Cs DI LAPISAN TANAH HASIL
PENGUKURAN TERHADAP SIMULASI”. Jurnal Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta 12070,
Indonesia. MAKARA, SAINS, VOL. 10, NO. 2,
NOVEMBER 2003: 89-95