PENETAPAN KADAR ABU, KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK
PENETAPAN KADAR ABU DAN KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK1.
TUJUANTujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air
dan kadar abu dari serbuk simplisia dengan menggunakan metode oven
dan metode tanur. 1. BAHAN1. Klasifikasi1. Kaki Kuda (Centella
asiatica L.)Regnum: PlantaeDevisio: Spermathophyta Classis:
DicotyledonaeOrdo: UmbilalesFamilia: Umbilaferae (Apiaceaea)Genus:
CentellaSpesies: Cantella asiatica L. (Tjitrosoepomo, 2000)1.
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Regnum: PlantaeDivisio:
SpermaiophytaClass : Monocotyledonae Ordo: ZingiberalesFamili:
ZingiberaceaeGenus: KaempferiaSpesies: Kaempferia galanga L.
(Tjitrosoepomo, 2000)
1. Tapak Liman (Elephantopus schaber L.)Regnum : PlantaeDivisio
: SpermatophytaClass : DicotyledonaleOrdo : AsteralesFamili :
AsteraceaeGenus : ElephantopusSpecies : Elephantopus schaber L.
(Tjitrosoepomo, 2000)1. Rimpang Lengkuas (Alpinieae galanga L.)
Regnum: PlantaeDivisio: MagnoliophytaClass: LiliopsidaOrdo:
ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeGenus: AlpinieaeSpesies: Alpinieae
galanga L.(Tjitrosoepomo, 2000)1. Avocat (Persea americana
Mill)Regnum: PlantaeDivisio: SpermatophytaClass: Dicotyledoneae
Ordo: LauralesFamili: LauraceaeGenus: PerseaSpesies: Persea
americana Mill (Tjitrosoepomo, 2000)1. Brotowali (Tinospora crispa
L.)Regnum: PlantaeDivisio: Spermatophyta Class: Dicotyledonea Ordo:
RanunculalesFamili: MenispermaceaeGenus: TinosporaSpesies:
Tinospora crispa L. (Tjitrosoepomo, 2000)1. Rimpang Lempuyang Wangi
(Zingiber aromaticum Val.)Regnum: PlantaeDivisio:
SperrnatophytaClass: MonocotyledonaeOrdo: ZingiberalesFamili:
ZingiberaceaeGenus: ZingiberSpesies: Zingiber aromaticum Val.
(Tjitrosoepomo, 2000)
1. Deskripsi Simplisia1. Kaki Kuda (Cantella asiatica L.)Kaki
kuda berasal dari Asia Tropik tersebar di Asia Tenggara, India,
Cina, Jepang, Australia, dan negara-negara lain. Sejak ribuan tahun
lalu, tanaman ini telah digunakan sebagai obat untuk mengobati
berbagai penyakit pada hampir seluruh belahan dunia. Selain
digunakan sebagai obat, pegagan juga dikonsumsi sebagai lalap
terutama oleh masyarakat di Jawa Barat. Jenis pegagan ada dua macam
yaitu pegagan merah dan pegagan hijau. Tanaman ini merupakan terna
tahunan yang tumbuh merambat. Pegagan tidak mempunyai batang,
rimpang pendek, dan stolon yang merayap. Panjangnya antara 10 cm 80
cm. Akar keluar dari setiap bonggol, banyak bercabang yang dapat
membentuk tumbuhan baru. Pegagan berdaun tunggal, berbentuk ginjal,
panjang tangkai daun antara 5 cm 15 cm. Tepi daun bergerigi atau
beringgit, penampang 1 cm 7 cm tersusun dalam roset yang terdiri
atas 2 10 helai daun, kadang-kadang agak berambut. Bunga berwarna
putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan berbentuk
payung, tunggal atau 3 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun,
panjang tangkai bunga 5 mm 50 cm. Buah pegagan berbentuk lonjong
atau pipih, berbau harum dan rasanya pahit. Panjang buah antara 2
mm 2,5 mm (BPOM RI, 2010).1. Rimpang Kencur (Kaempferia galanga
L.)Rimpang kencur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh
diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara.
Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan
sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang
membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Bagian dari tanaman kencur
yang diperdagangkan adalah buah akar yang tinggal didalam tanah
yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma. Daun kencur
berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah
dengan jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah
atas berwarna hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat.
Panjang daun berukuran 10 12 cm dengan lebar 8 10 cm mempunyai
sirip daun yang tipis dari pangkal daun tanpa tulang tulang induk
daun yang nyata. Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol
dan bercabang cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari
berwarna coklat dan bagian dalam putih berair dengan aroma yang
tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan dengan
kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua
ditumbuhi akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan
(BPOM RI, 2010).1. Tapak Liman (Elephantopus schaber L.)Tapak liman
mempunyai ciri ciri batang pendek, susunan daun berbentuk roset dan
kaku, tepi daun bergerigi, ujung daun tumpul, batang bunga muncul
di tengah tengah roset daun, bunga berbentuk bongkol dan berwarna
ungu. Tumbuh di kawasan Kebun Raya bogor banyak ditemukan di derah
yang berumput, secara ekologis tanaman ini bermanfaat sebagai
penutup tanah ground cover dan dapat juga bermanfaat sebagai
tanaman obat (BPOM RI, 2010).1. Rimpang Lengkuas (Alpinieae galanga
L.) Lengkuas mempunyai nama daerah Laos (Jawa) sering digunakan
sebagai bumbu penyedap masakan atau rempah, mempunyai aroma harum
dan rasa yang pedas. Banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara, di
Indonesia, China dan Thailand. Selain untuk penyedap, digunakan
juga sebagai obat tradisional, untuk mengobati gangguan lambung,
menghilangkan kembung, anti jamur, menghilangkan gatal, menambah
nafsu makan, demam dan sakit tenggorokan. Akhir-akhir ini banyak
digunakan sebagai pengobatan dan pencegahan (Chemoprevention)
kanker. Lengkuas ada 2 macam lengkuas merah dan lengkuas putih.
Lengkuas putih banyak dipakai sebagai bumbu penyedap dan lengkuas
merah lebih mempunyai khasiat sebagai obat. Kandungan ACA (Acetoxy
Chavicol Acetate) lebih banyak pada ekstraksi lengkuas merah
daripada lengkuas putih. Lengkuas mempunyai potensi untuk
menurunkan angka kejadian kanker yang diinduksi oleh karsinogen
(BPOM RI, 2010).1. Avocat (Persea americana Mill)Avocat berasal
dari Amerika Tengah. Tumbuhan ini masuk ke Indonesia sekitar abad
ke-18. Alpukat tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di
kebun dan pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta
tidak tergenang air. Tumbuh di daerah tropik dan subtropik dengan
curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun. Pada
umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan
tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia tumbuh
pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan
laut. Buah alpukat memiliki biji yang berkeping dua, sehingga
termasuk dalam kelas Dicotyledoneae. Biji bulat seperti bola,
keping biji putih kemerahan. Kepingan ini mudah terlihat apabila
kulit bijinya dilepas atau dikuliti. Kulit biji umumnya mudah lepas
dari bijinya. Pada saat buah masih muda, kulit biji itu menempel
pada daging buahnya. Bila buah telah tua, biji akan terlepas dengan
sendirinya. Umumnya sifat ini dijadikan sebagai salah satu tanda
kematangan buah. Buah yang berbentuk panjang mempunyai biji yang
lebih panjang dibanding biji yang terdapat di dalam buah yang
bentuk bulat. Walaupun demikian, semua biji alpukat mempunyai
kesamaan, yaitu bagian bawahnya agak rata dan kemudian membulat
atau melonjong (BPOM RI, 2010).1. Brotowali (Tinospora crispa
L.)Brotowali merupakan tumbuhan yang mudah ditemukan dan mudah
dalam perawatan penanamannya, tumbuh secara liar di hutan, ladang
atau ditanam di halaman dekat pagar sebagai tumbuhan obat. Tanaman
ini menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Merambat
dengan panjang mencapai 2,5 meter atau lebih. Brotowali tumbuh baik
di hutan terbuka atau semak belukar di daerahtropis. Brotowali
menyebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia dan beberapa
Negara lain di Asia tenggara dan India. Batang Brotowali hanya
sebesar jari kelingking, berbintil- binti lrapat dan rasanya pahit.
Daun Brotowali merupakan dan tunggal, tersebar, berbentuk jantung
dengan ujung runcing, tepi daun rata, pangkalnya berlekuk, memiliki
panjang 7-12 cm dan lebar 7-11 cm. Tangkai daun menebal pada
pangkal dan ujung, pertulangan daun menjari dan berwarna hijau.
Bunga majemuk berbentuk tandan, terletak pada batang kelopak tiga.
Memiliki enam mahkota, berbentuk benang berwarna hijau. Benang sari
berjumlah enam, tangkai berwarna hijau muda dengan kepala sari
kuning.Buah Brotowali keras seperti batu, berwarna hijau (BPOM RI,
2010).1. Rimpang Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.)Rimpang
lempuyang wangi merupakan tumbuhan terna, berbatang semu, tingginya
kurang lebih 1 m. Daun berbentuk lanset dengan panjang 14-40 cm dan
lebar 3-8,5 cm, bagian pangkal daun berbentuk bulat telur atau
runcing, permukaan daun bagian atas berbulu dengan panjang bulu 4-5
mm. Bunganya berupa mayang tersembul di atas tanah, gagang bunga
lebih panjang daripada mayang, ramping dan sangat kuat, bersisik,
berbentuk lanset. Sisik berwarna merah dengan panjang sisik 3-6,5
cm. Daun pelindung lebih panjang daripada kelopak bunga, berbentuk
jorong dengan ujung yang rata, berbulu rapat berwarna hijau
kemerahan atau merah gelap, tetapi pada bagian tepi hampir tak
berbulu, panjang daun pelindung 1,5-4 cm dan lebar 1,25-4 cm.
Mayang berbentuk bulat telur, panjangnya 3,5-10,5 cm, lebar
1,75-5,5 cm, panjang kelopak bunga 13-17 mm. Mahkota bunga berwarna
kuning terang atau putih kekuningan, tinggi tabung 2-3 cm,
berbentuk bulat telur dan rata pada bagian ujung. Kepala sari
berbentuk jorong, berwarna kuning terang panjangnya 8-10 mm (BPOM
RI, 2010).
PENETAPAN KADAR ABU, KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK
WA ODE RAHMA SRI YANINGSIH NILA ASTUTIF 1F1 13 061
1. HASIL PENGAMATAN1. Data Pengamatan No.Nama EkstrakKadar air
(%)Kadar abu (%)Kadar sari larut air (%)Kadar sari larut etanol
(%)
1. Daun kaki kuda3,333,3--
2.Rimpang kencur26,420--
3.Daun tapak liman254--
4.Rimpang lengkuas240--
5.Daun alpukat4,2899,7025,27,2
6.Batang brotowali-72 - 4,885--
7.Rimpang lempuyang wangi25,45,8--
2. Data Perhitungan a. Penentuan Kadar Air1. Daun Kaki kuda
Berat cawan porselin= 132,55 gram Berat ekstrak= 0,3 gram Berat
cawan + sampel setelah pemijaran = 132,8 gram Kadar air= x 100%= x
100% = 3,33%
2. Rimpang Kencur Berat cawan porselin= 79,45 gram Berat
ekstrak= 1,4 gram Berat cawan + sampel setelah pemijaran = 80,48
gram Kadar air= x 100%= x 100% = 26,42%3. Daun Tapak Liman Berat
cawan porselin= 26,03 gram Berat ekstrak= 1 gram Berat cawan +
sampel setelah pemijaran = 26,78 gram Kadar air= x 100%= x 100% =
25%4. Daun Alpukat Berat cawan porselin= 84,59 gram Berat ekstrak=
2,1 gram Berat cawan + sampel setelah pemijaran = 86,6 gram Kadar
air= x 100%= = 4,28 %
5. Rimpang Lempuyang wangi Berat rata-rata cawan porselin kosong
: 55,7 g Berat ekstrak : 5,1 g Berat cawan berisi ekstrak setelah
dipanaskan menggunakan oven : 59,5 Kadar air : x 100 % = x 100 %= x
100 %= 25,4 %6. Rimpang lengkuas Berat rata-rata cawan porselin
kosong : 132, 57 g Berat ekstrak : 0, 25 g Berat cawan berisi
ekstrak setelah dipanaskan menggunakan oven : 132, 76 Kadar air : x
100 % = x 100 %= x 100 %= 24 %
7. Batang brotowali Berat rata-rata cawan porselin kosong :
86,11 g Berat ekstrak : 1,28 g Berat cawan berisi ekstrak setelah
dipanaskan menggunakan oven : 87, 30 Kadar air = = = = -72 %b.
Penentuan kadar abu1. Daun kaki kudaBerat cawan porselin= 54,82
gramSampel + cawan setelah pemijaran= 54,83 gramBerat ekstrak= 0,37
gramPenyelesaian :Kadar abu = x 100%=x100%= x 100%= 3,3 %2. Rimpang
kencurBerat cawan porselin= 52,6 gramSampel + cawan setelah
pemijaran= 52,6 gramPenyelesaian :Kadar abu = x 100%=x100% = x 100%
= 0%3. Daun tapak limanBerat cawan porselin= 27,02 gramSampel +
cawan setelah pemijaran= 27,06 gramBerat ekstrak=1 gramPenyelesaian
:Kadar abu = x 100%=x100%= x 100%= 4%4. Rimpang lengkuas Berat
rata-rata cawan porselin kosong : 52, 43 g Berat ekstrak : 0, 25 g
Berat cawan berisi ekstrak setelah dipanaskan menggunakan tanur :
52, 43g Kadar abu : x 100 %= x 100 %= 0 %5. Daun alpukatBerat cawan
porselin= 55,71 gramSampel + cawan setelah pemijaran= 59,1
gramBerat ekstrak= 3,4 gramKadar abu = x 100%=x100%= x 100% = 99,70
%6. Rimpang Lempuyang Wangi Berat rata-rata cawan porselin kosong :
50,9 g Berat ekstrak : 3,4 g Berat cawan berisi ekstrak setelah
dipanaskan menggunakan tanur : 51,1 g Kadar abu := x 100 %= x 100
%= 5,8 %7. Batang brotowali Berat rata-rata cawan porselin kosong :
85,59 g Berat ekstrak : 0,35 g Berat cawan berisi ekstrak setelah
dipanaskan menggunakan tanur : 87,30 g Kadar abu= = = = -488,5%c.
Penetapan kadar sari larut air Daun AlpukatMassa cawan uap kosong =
41,32 gramMassa cawan uap + ekstrak = 41,95 gramMassa ekstrak larut
air = [(m.cawan uap + ekstrak) (m.cawan uapkosong)] gram = [41,95
41,32] gram = 0,63 gramKadar sari larut air = x 100% = x 100% =
25,2%d. Penetapan kadar sari larut etanol Daun AlpukatMassa cawan
uap kosong = 52,44 gramMassa cawan uap + ekstrak = 29,85 gramMassa
ekstrak larut etanol = [(m.cawan uap + ekstrak) (m.cawan uap
kosong)] gram = [29,85 29,67] gram = 0,18 gramKadar sari larut
etanol = x 100% = x 100%= 7,2%1. PEMBAHASANSimplisia merupakan
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau mineral. Simplisia
nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Sedangkan
simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni dan simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia
berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni.Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau
mineral yang terdapat pada suatu bahan. Pengukuran kadar abu
bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak kandungan mineral yang
terdapat dalam ekstrak sampel daun tapak liman. Sedangkan kadar air
merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
dalam persen. Dalam penetapan kadar abu digunakan alat tanur dengan
suhu 7500C dan pada penetapan kadar air digunakan alat oven pada
suhu 1050C.Pada percobaan kali ini, dilakukan penetapan kadar abu,
kadar air dan kadar sari pada serbuk simplisia daun tapak liman.
Langkah pertama dalam penentuan kadar air yaitu menimbang cawan
porselin yang kosong dan dilakukan juga penimbangan pada simplisia
untuk diketahui beratnya sebelum dilakukan pemanasan dengan
menggunakan oven. Setelah itu ditentukan waktunya untuk dilakukan
penimbangan ulang yang telah mengalami pengeringan menggunakan oven
yang nanti kemudian akan dikurangkan dengan berat awalnya untuk
memperoleh nilai kadar air dari simplisia.Penentuan kadar air
dengan menggunakan oven memiliki prinsip yaitu bahwa air yang
terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut
dipanaskan pada suhu 1050C selama waktu tertentu. Kelebihan
pengeringan buatan ini adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan
dapat diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca. Untuk
kelemahannya memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta
biaya lebih tinggi dibandingkan pengeringan alami.Selanjutnya,
dalam penetapan kadar abu prosesnya sama dengan penetapan kadar air
yaitu langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang cawan dan
serbuk simplisia sebelum dilakukan pemanasan dengan menggunakan
tanur pada suhu 7500C dalam waktu tertentu. Setelah pemanasan
selesai, abu yang dihasilkan kemudian ditimbang kembali untuk
memperoleh nilai kadar abu dari serbuk simplisia.Dalam penentuan
kadar abu dengan metode tanur yaitu kadar abu yang terukur
merupakan bahan-bahan anorganik yang tidak terbakar dalam proses
pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik akan terbakar. Dalam
penetapan kadar abu ini digunakan suhu tinggi yaitu dengan suhu
7500C dilakukan agar perubahan suhu pada simplisia maupun porselin
tidak secara tiba-tiba, agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah
pada perubahan suhu yang tiba-tiba. Penggunaan suhu yang tinggi
juga akan menyebabkan beberapa mineral tidak larut.Dalam penetapan
kadar sari tujuannya yaitu untuk analisis kuantitatif jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar
sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol.
Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung
dalam simplisia.Prinsip penetapan kadar sari yaitu dengan
melarutkan sejumlh simplisia pada pelarut tertentu untuk menentukan
sejumlah senyawa aktif yang terkandung pada pelarut tersebut. Dalam
metode ini bahan dilarutkan pada pelarut etanol dan air-kloroform.
Penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba
atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat maserasi hanya air
saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses
hidrolisis yang akan merusak ekstrak sehingga menurunkan mutu dan
kualitas dari ekstrak tersebut.Bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu sampel daun kaki kuda, kencur, tapak liman, rimpang
lengkuas, daun alpukat, batang brotowali dan rimpang lempuyang
wangi. Kadar sari menurut buku Materia Medika Indonesia, pada daun
kaki kuda tidak kurang dari 6%, kadar sari kencur tidak kurang dari
14%, pada tapak liman tidak kurang dari 14,2%, pada rimpang
lengkuas tidak kurang dari 5,2%, kadar abu daun alpukat yaitu tidak
kurang dari 19%, pada brotowali yaitu tidak kurang dari 15,4%, dan
pada rimpang lempuyang wangi yaitu tidak kurang dari
10,9%.Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penetapan kadar air
dengan metode oven pada suhu 1050C diperoleh nilai kadar air dari
ekstrak yaitu sebesar 25% Sedangkan pada penetapan kadar abu dari
serbuk simplisia dengan metode tanur pada suhu 7500C diperoleh
sebesar 4%.Pada praktikum ini digunakan sampel daun kaki kuda,
kencur, tapak liman, daun alpukat, lempuyang wangi, batang
brotowali. Kadar air daun kaki kuda adalah 25%, kencur adalah
26,42%, dan tapak liman adalah 25%, rimpang lengkuas adalah 24%,
daun alpukat adalah 4,28%, batang brotowali adalah 72%, dan rimpang
lempuyang wangi adalah 25,4%.Penentapan kadar abu yaitu pada daun
kaki kuda adalah 3,3%, rimpang kencur adalah 0%, daun tapak liman
adalah 4%, rimpang lengkuas adalah 0%, daun alpukat adalah 99,70%,
batang brotowali adalah 488,5%, dan rimpang lempuyang wangi adalah
5,8%, sedangkan penetapan kadar sari sampel yang digunakan adalah
daun alpukat dan hail yang di dapat untuk kadar sari larut air
adalah 25,2%, dan untuk kadar sari larut etanol adalah 7,2%.
1. PENUTUP1. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum kali ini yaitu pengujian kadar air, kadar abu, kadar sari
larut air dan kadar sari larut etanol sesuai prosedur dan
disesuaikan hasilnya dengan literatur (buku Materia Medika
Indonesia). 1. SaranSebaiknya dalam melakukan percobaan kali ini,
kita harus mengetahui bagaimana tahap-tahap dalam melakukan
penentuan kadar air maupun kadar abu, serta mengetahui prinsip
kerja dari alat yang digunakan dalam penentuan kadar air maupun
kadar abu.
DAFTAR PUSTAKABadan POM, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume
Kelima Edisi Pertama, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1989 dan 1995, Materi Medika Indonesia, Departeman
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Pertama,
Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Nala, Abu, 2011, Manfaat Apotik Hidup, Bina Karya, Jawa
Tengah.
Tjitrosoepomo, Gembong, 2000, Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.