ESTIMASI NILAI PEMULIAAN BOBOT SAPIH SAPI PERANAKANONGOLE DI DESA WAWASAN KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
Linda Safitri
JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
ABSTRACT
ESTIMATION OF BREEDING VALUE OF WEANING WEIGHT OFONGOLE GRADE CATTLE IN WAWASAN VILLAGE
TANJUNGSARI DISTRICT SOUTH LAMPUNG REGENCY
By
Linda Safitri
This study aims to determine the heritability value and breeding value ofweaning weight of Ongole grade cattle (PO) in Wawasan Village, TanjungsariDistrict, South Lampung Regency. The study was conducted in WawasanVillage Tanjungsari District South Lampung Regency on May 2018 to August2018. The research material consisted of a recording of the birth of the cattle,the birth weight of the parents, the weaning weight of the parents, the age ofweaning parents, the age of the parents at the time of birth, the weight of thefemale calves, weaning weight of female calves and weaning age of the parentswhich gave birth twice in 2015 to 2017. This study uses survey method. Dataanalysis was done by looking for corrected weaning weights, estimatedheritability values, and breeding values of weaning weight in PO cattle inWawasan Village, Tanjungsari District, South Lampung Regency. Based on theresults of the study showed, PO cattle in Wawasan Village, Tanjungsari District,South Lampung Regency the average corrected weaning weight of the parentswere 98.87±1.79 kg and the average calf corrected weight were 140.64±38.87 kg; heritability value of weaning weight were 0.40 ( high category); and theaverage breeding value were 140.64±15.24 kg ; there are 5 cattles with thehighest breeding value with eartag numbers 4462, 3051, 4772, 2493, and 2211.Calculation of breeding values shows that there are 54% of PO cattle that haveabove-average breeding values.
Keywords: Breeding value, Heritability, Ongole grade cattle, Weaning weight
ABSTRAK
ESTIMASI NILAI PEMULIAAN BOBOT SAPIH SAPI PERANAKANONGOLE DI DESA WAWASAN KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Linda Safitri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas dan nilai pemuliaanbobot sapih sapi Peranakan Ongole (PO) di Desa Wawasan KecamatanTanjungsari Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilaksanakan diDesaWawasan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan pada Mei2018 sampai dengan Agustus 2018. Materi penelitian terdiri dari rekordingkelahiran sapi, bobot lahir induk, bobot sapih induk, umur sapih induk, umurinduk pada waktu melahirkan, bobot lahir pedet betina, bobot sapih pedet betinadan umur penyapihan dari induk-induk yang melahirkan pedet mulai 2015 sampaidengan 2017. Penelitian ini menggunakan metode survei. Analisis data yangdilakukan dengan mencari bobot sapih terkoreksi, estimasi nilai heritabilitas, dannilai pemuliaan bobot sapih sapi PO di Desa Wawasan Kecamatan TanjungsariKabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, sapi PO di DesaWawasan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan memiliki rata-ratabobot sapih terkoreksi induk sebesar 98,87±1,79 dan rata-rata bobot sapihterkoreksi pedet sebesar 140,64±38,87; nilai heritabilitas bobot sapih sebesar 0,40(kategori tinggi); dan rata-rata nilai pemuliaan sebesar 140,64±15,24; terdapat 5ekor sapi dengan nilai pemuliaan tertinggi dengan nomor eartag 4462, 3051, 4772,2493, dan 2211. Perhitungan nilai pemuliaan menunjukkan bahwa terdapat 54%sapi PO yang memiliki nilai pemuliaan di atas rata-rata.
Kata kunci: Bobot sapih, Heritabilitas, Nilai pemulian, Sapi peranakan ongole
ESTIMASI NILAI PEMULIAAN BOBOT SAPIH SAPI PERANAKANONGOLE DI DESA WAWASAN KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Linda Safitri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada 13 Maret 1996, putri kedua dari dua
bersaudara pasangan Bapak Rasman dan Ibu Sunariyah. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Sukarame pada 2008; Sekolah Menengah
Pertama di SMP PGRI 6 Bandarlampung pada 2011, Sekolah Menengah Atas di
SMA N 12 Bandarlampung pada 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN) pada 2014. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di
CV. Melina Farm Lampung pada Juli -- Agustus 2017 dan melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) periode Januari-- Februari 2018 di Desa Waringin Jaya,
Kecamatan Bandar Sribawono, Kabupaten Lampung Timur.
MOTTO
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan
dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah"
(Abu Bakar Sibli)
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”
(Rasulallah SAW)
“Tiada kekurangan lebih utama daripada akal, tiada kepapaan lebih menyedihkan
daripada kebodohan, tiada warisan yang lebih berharga daripada
pendidikan”
(Syayidina Ali bin Abi Thalib)
“Terus Berusaha semaksimal mungkin karena hasil tidak akan menghianati
usaha”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini kepada Bapak dan Mamak tercinta yang
selalu menyayangiku, mendukungku, dan mendoakanku, Kakak dan Abangku
tercinta serta keluarga besar yang selalu mendukungku serta doa yang tulus
selama ini.
Sahabat-sahabat yang selalu mendampingi, mendukung, mendoakan, dan yang
tak pernah lelah mendengar keluh kesahku dan menjadikanku lebih baik.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan semangat dan
ilmu yang bermanfaat dan almamamater hijau tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapatdiselesaikan.Skripsi dengan judul
“Estimasi Nilai Pemuliaan Bobot Sapih Sapi Peranakan Ongole di Desa
Wawasan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan” adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Peternakan di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. — selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung atas izin yang diberikan;
2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P. — selaku Ketua Jurusan Peternakan atas
gagasan, saran, bimbingan,nasehat, dan segala bantuan yang diberikan selama
penulisan skripsi;
3. Bapak M. Dima Iqbal Hamdani, S. Pt., M.P. — selaku Pembimbing Utama
atas saran, motivasi, arahan, ilmu,dan bimbingannya serta segala bantuan
selama masa studi dan penulisan skripsi ini;
4. Bapak Dr. Ir. Ali Husni, M.P. — selaku Pembimbing Anggota atas
bimbingan, saran, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan
penyusunan skripsi;
5. Ibu Dr. Ir. Sulastri, M.P. — selaku Pembahas atas bimbingan, motivasi,
arahan, kritik, saran, dan masukan yang positif kepada penulis serta segala
bentuk bantuan selama masa studi dan penyusunan skripsi;
6. Ibu Ir. Idalina Harris, M.S., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. —
selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, nasihat, motivasi, dan ilmu
yang diberikan selama masa studi;
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;
8. Keluarga besar Sentra Peternakan Rakyat Maju Sejahtera Tanjungsari
Lampung Selatan, Bapak Suhadi, Bapak Sumarjono, Bapak Tunut, Bapak
Sugeng dan Anggota yang lain atas kekeluargaan dukungan dan bantuan
selama penulis melaksanakan penelitian;
9. Ibundaku tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, motivasi,
pengorbanan, nasihat, dukungan moril maupun materil dan kasih sayang yang
tulus ihklas dan senantiasa berjuang untuk keberhasilanku;
10. Ayahku tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, motivasi, pengorbanan,
nasihat, dukungan moril maupun materil dan kasih sayang yang tulus ihklas
dan senantiasa berjuang untuk keberhasilanku;
11. Kakakku tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, motivasi, dukungan
moril maupun materil dan kasih sayang yang tulus ihklas dan senantiasa
berjuang untuk keberhasilanku,
12. Bang Hermawan yang selalu mengingatkan, memberi semangat, dan
dukungan baik moril maupun materil;
13. Ficke Rahmawati selaku teman seperjuangan penelitian atas semangat,
dukungan, dan kerjasamanya;
14. Teman-teman terbaik penulis; keluargaTerindah ( Irna,Suci, Iis, Encik, Ketut,
Pina, WL, Sibad, Winda, Erika, Dewi, Rosita, Aiayah, Fakhri, Opan, Ede,
Ujo, Danu, Yogi, Dilah, Wayan,Rico,Dion dan Uda ), dan keluarga besar
“Angkatan 2014” atas kekeluargaan yang terjalin selama ini;
15. Kakak-kakak angkatan 2012 dan 2013 serta adik-adik angkatan 2015, 2016,
dan 2017, atas persahabatan dan doanya.
Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, Aamiin.
Bandar Lampung, 18 Desember 2018
Penulis
Linda Safitri
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
D. Kerangka Pemikiran........................................................................ 3
E. Hipotesis ......................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Sentra Peternakan Rakyat (SPR)..................................................... 7
B. Sapi Peranakan Ongole (PO) .......................................................... 8
C. Bobot Sapih..................................................................................... 9
D. Heritabilitas ..................................................................................... 11
E. Nilai Pemuliaan............................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 19
A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 19
B. Bahan dan Alat Penelitian............................................................... 19
v
C. Metode Penelitian............................................................................ 19
D. Peubah yang Diamati ...................................................................... 20
E. Pengolahan Data.............................................................................. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 24
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 24
B. Bobot Sapih Terkoreksi Sapi PO .................................................... 26
C. Heritabilitas Bobot Sapih Sapi PO.................................................. 27
D. Nilai Pemuliaan Bobot Sapih Sapi PO............................................ 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 32
A. Kesimpulan .................................................................................... 32
B. Saran .............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33
LAMPIRAN............................................................................................... 37
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai heritabilitas ................................................................................ 14
2. Peringkat keunggulan enam ekor sapi PO pejantan terbaikberdasarkan nilai pemuliaan bobot badan umur 205 haridi Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan ................................ 15
3. Nilai pemuliaan berat sapih sapi Brahman pejantandi BPTU-HPT Sembawa .................................................................... 16
4. Peringkat bobot lahir sapi PO pejantan di Loka Penelitian SapiPotong Grati Pasuruan berdasarkan BV............................................. 17
5. Nilai pemuliaan berat lahir sapi PO pejantan berdasarkanperforma peroduksi keturunannya di Desa Napis KecamatanTambakrejo Kabupaten Bojonegoro ................................................. 18
6. Faktor perkalian sebagai FKUI dalam penyesuaian terhadapbobot sapih pedet................................................................................ 21
7. Pengelompokkan umur induk dalam tahun ........................................ 21
8. Bobot sapih terkoreksi sapi PO .......................................................... 26
9. Nilai pemuliaan bobot sapih sapi PO ................................................. 29
10. Sapi PO dengan nilai pemuliaan 5 tertinggi ....................................... 31
11. Rekording induk sapi PO di Desa Wawasan KecamatanTanjungsari Kabupaten Lampung Selatan ......................................... 38
12. Rekording pedet betina sapi PO di Desa Wawasan KecamatanTanjungsari Kabupaten Lampung Selatan ......................................... 43
13. Rata-rata bobot sapih terkoreksi induk dan pedet sapi PO ................ 47
vii
14. Perhitungan nilai heritabilitas bobot sapih sapi POmenggunkan metode regresi anak terhadap tetua............................... 51
15. Perhitungan nilai pemuliaan bobot sapih sapi PO.............................. 57
16. Rangking nilai pemuliaan bobot sapih sapi PO.................................. 61
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan
usaha peternakan.Daerah yang berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan
khususnya usaha sapi potong yaitu Lampung Selatan. Populasi sapi potong di
Kabupaten Lampung Selatan yaitu116.954 ekor(BPS Provinsi Lampung, 2013).
Sapi potong yang berpotensi untuk dioptimalkan pengembangannya adalah sapi
Peranakan Ongole (PO).
Sapi Peranakan Ongole(PO) merupakan salah satu sumberdaya genetik (SDG)
utama sapi potong lokal yang perlu dilestarikan dan dikembangkan
keunggulannya untuk kepentingan pemuliaan ternak yaitu membentuk bibit
unggul sesuai dengan agroekosistemnya (Hardjosubroto, 2004). Pemerintah
Daerah Kabupaten Lampung Selatan membentuk UPT Balai Pembibitan Sapi PO
(UPT BPSPO) yang berlokasi di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung
Selatan sebagai pusat pertumbuhan dan kecamatan lainnya sebagai wilayah
pengembangan untuk mendukung pelestarian dan pengembangan keunggulan sapi
PO.
Perbaikan genetik ternak dengan menerapkan metode pemuliaan ternak melalui
program seleksi dilakukan dalam rangka memertahankan dan pengembagan mutu
genetik ternak sekaligus meningkatkan performa genetik keturunannya
2
(Istiqomah, 2010) dan Harris et al. (1984) berpendapat bahwa untuk
mengembangkan program pemuliaan diperlukan estimasi parameter seleksi
(genetik).
Seleksi merupakan suatu istilah yang digunakan dalam memilih ternak-ternak
yang secara genetik memiliki mutu yang baik untuk dipakai sebagai tetua pada
generasi berikutnya dan mengeluarkan ternak-ternak yang dianggap kurang baik
untuk tidak dikembangbiakkan lebih lanjut (Hardjosubroto, 1994). Sifat yang
dipilih untuk dijadikan dasar seleksi perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu
tujuan program seleksi, nilai heritabilitas suatu sifat, nilai pemuliaan, nilai
ekonomi dari adanya peningkatan sifat, korelasi antar sifat serta biaya dan waktu
dari program seleksi. Sifat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi meliputi
fertilitas, daya hidup, nilai karkas, berat lahir, berat sapih, tipe dan konformasi
tubuh, berat dan kualitas bulu (Warwick et al., 1990).
Nilai heritabilitas di bidang pemuliaan ternak mempunyai peranan penting karena
nilai heritabilitas memberikan informasi besarnya nilai suatu sifat diturunkan tetua
kepada keturunannya (Hardjosubroto, 1994). Nilaipemuliaan (Breeding Value)
didefinisikansebagai nilai seekor ternak sebagai tetua yang diperoleh dari
perkawinan acak, nilai pemuliaan memberikan gambaran tentang dugaan
kemampuan mewariskan sifat (Hardjosubroto, 1994; Warwick et al, 1990).
Apabila nilai pemuliaan masing-masing ternak diketahui dengan pasti, maka
penentuan peringkat keunggulan ternak dalam populasi dapat diketahui dengan
mudah. Nilai pemuliaan ternak tetua sangat menentukan nilai pemuliaan dan
performans anaknya, oleh karenanya nilai pemuliaan dapat menjadi dasar dalam
3
melakukan seleksi dengan memilih ternak yang nilai pemuliaannya paling tinggi
untuk dijadikan tetua (Bourdon, 1997).Berdasarkan hal tersebut, maka di perlukan
penelitian mengenai estimasi nilai pemuliaan bobot sapih sapi PO di Desa
Wawasan, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untukmengetahui nilai heritabilitasdan nilai
pemuliaan bobot sapih sapiPO di Desa Wawasan, Kecamatan Tanjungsari,
Kabupaten Lampung Selatan.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dasar bagi peternak,
peneliti, dan khalayak luas tentang sistem pemuliabiakan yang tepat dalam
meningkatkan bobot sapih sapi PO berdasarkan nilai heritabilitas dan nilai
pemuliaan.
D. Kerangka Pemikiran
Sentra Peternakan Rakyat (SPR) yang berlokasi di Desa Wawasan,Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan merupakansalah satu tempat
pembibitan dan pengembangan ternak sapi potong yaitu sapi PO. Total populasi
sapi PO di Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan menurut
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2015), yaitu 110.214 ekor.
Sapi Peranakan Ongole(PO) merupakan sapi potong lokal yang baik untuk
dilestarikan dan dikembangkan keunggulannya karena mempunyai daya adaptasi
4
yang tinggi terhadap lingkungan, cocok dikembangkan di daerah tropis, serta
mampu merespon dengan baik pada pemberian pakan berkualitas untuk
menghasilkan karkas yang baik. Program pemuliaan yaitu dengan melakukan
seleksi dapat digunakan dalam melestarikan dan mengembangkan keunggulan
sapi PO.
Seleksi pada prinsipnya memilih ternak-ternak yang secara genetik memiliki mutu
yang baik untuk dipakai sebagai tetua pada generasi berikutnya. Seleksi dapat
dilakukan dengan memilih ternak yang memiliki peringkat keunggulan lebih baik
dalam kelompoknya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, untuk
dikawinkan dan dikembangkan lebih lanjut (Falconer and Trudy, 1996).
Seleksi dapat dilakukan dengan berdasarkan nilai parameter genetik.Nilai
parameter genetik yang sering digunakan untuk seleksi ternak sapi yaitu nilai
heritabilitasdan nilai pemuliaan pada bobot sapih sapi. Bobot sapih sangat
berkaitan erat dengan kemampuan ternak untuk tumbuh dan berkembang setelah
disapih. Seekor induk yang melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi,
dapat diduga anak tersebutdimasa yang akan datang akan melahirkan anak dengan
bobot sapih yang tinggi pula (Sulastri, 2001).
Prihandiniet al., (2011)melaporkan bahwa nilai pemuliaan bobot sapih sapi PO
pejantan di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan dengan menggunakan
metode korelasi saudara tiri sebapak (Paternal HalfsibCorrelations) memperoleh
hasil yaitu berkisar antara 2,69 sampai 7,33, selanjutnyaAdinata(2013)melaporkan
bahwa nilai pemuliaan bobot lahir sapi PO pejantan pada Unit Pengelolaan Bibit
Sumber di Loka Penelitian Sapi Potong dengan menggunakan metode korelasi
5
saudara tiri sebapak (Paternal HalfsibCorrelations)memperoleh hasil yaitu
berkisar antara 22,366 sampai 29,666demikian pula Supartini dan Hariadi (2014)
melaporkan bahwa nilai pemuliaan bobot lahir sapi PO pejantan di Desa Napis,
Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro dengan menggunakan metode
saudara tiri sebapak (Paternal HalfsibCorrelations)memperoleh hasil yaitu
berkisar antara 8,58 sampai 15,48.
Rastosariet al., (2014) melaporkan bahwa nilai pemulian berat sapih sapi
Brahman pejantan di BPTU-HPT Sembawa dengan menggunakan metode saudara
tiri sebapak (Paternal HalfsibCorrelations)memperoleh hasil yaitu berkisar antara
-10,81sampai7,00. Populasi sapi PO di Desa Wawasan, Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Lampung Selatan belum pernah dilakukan seleksi berdasarkan nilai
pemuliaan bobot sapih sehingga keragaman nilai pemuliaan bobot sapih di duga
cukup tinggi. Menurut Hardjosubroto (1994), populasi yang tidak pernah
mengalami seleksi akan memiliki keragaman yang tinggi yang di tunjukkan oleh
nilai simpangan baku dari rata-rata yang tinggi. Keragaman tersebut akan
mengalami penurunan apabila mengalami seleksi dikarenakan dalam populasi
hanya terdapat individu-individu dengan performa yang tinggi saja. Berdasarkan
uraian diatas maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui sampai sejauh
mana nilai pemuliaan bobot sapih sapi PO di Desa Wawasan, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan.
6
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. nilai heritabilitas bobot sapih sapi Peranakan Ongole (PO) di Desa Wawasan,
Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatanmempunyai nilai
heritabilitas yang tinggi (h2> 0,3) ;
2. nilai pemuliaan bobot sapih sapi Peranakan Ongole (PO) yang tinggi di Desa
Wawasan, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatantermasuk
kategori baik ( NP 50% diatas rata-rata).
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sentra Peternakan Rakyat (SPR)
Sentra Peternakan Rakyat (SPR) adalah pusat pertumbuhan komoditas peternakan
dalam suatu kawasan peternakan sebagaimedia pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan yang didalamnya terdapat populasi ternak tertentu yang dimiliki
oleh sebagianbesar peternak yang bermukim di satu desa atau lebih, dan
sumberdaya alam untuk kebutuhan hidup ternak (air dan bahan
pakan).Sentrapeternakanrakyat, terdapat Sekolah Peternakan Rakyat (Sekolah-PR)
adalah prosespembelajaran secara aplikatif, partisipatif, sistematis, dan
terstrukturdengan cara pemberian akses informasi, ilmu pengetahuan,
teknologi,serta penguatan kendali produksi dan pasca produksi ternak
yangdilaksanakan di SPR(Dirjen PKH, 2015).
Sentra Peternakan Rakyat (SPR) mengoptimalkan pemanfaatan sumber dana dan
sumber dayamenuju bisnis kolektif dari semua pihak, yaitu fasilitas dari: 1)
DirektoratJenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan berupa sarana danpelayanan
teknis; 2) Pemerintah Daerah berupa sarana dan pelayananpemasaran; 3)
Akademisi, Badan Penelitian dan Pengembangan, BadanPengembangan SDM
berupa pengawalan dan pendampingan SDM; 4)Kementerian/Lembaga Terkait
berupa layanan ekonomi; dan 5) Swastaberupa asuransi, kemitraan dan investasi
(Dirjen PKH, 2015).
8
Provinsi Lampung merupakan lokasi pengembangan SPR yaitu Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan.Kecamatan Tanjung Sari merupakan
salah satu kecamatan di wilayah KabupatenLampung Selatan. Kecamatan Tanjung
Sari memiliki 8 desa yaitu DesaBangun Sari, Purwodadi Dalam, Sidomukti,
Wawasan, Mulyosari, Wonodadi,Kertosari, dan Malangsari. Kecamatan
Tanjungsari khususnya Desa Sidomuktimemiliki potensi di bidang peternakan dan
pertanian. Desa Sidomukti merupakansalah satu desa yang dijadikan sentra
pembibitan sapi PO di kecamatan Tanjungsari. Kecamatan Tanjungsari ditetapkan
sebagai wilayah sumber bibit/kawasanpusat pelestarian dan pengembangan sapi
PO di Kabupaten Lampung Selatan(Surat Keputusan Bupati Lampung Selatan
Nomor : B/54/III.10/HK/2011 tanggal18 Februari 2011). Populasi sapi PO di
Desa Wawasan sebanyak 325 ekor.
B. Sapi Peranakan Ongole (PO)
Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan sapi yang memiliki berbagai keunggulan
antara lain daya adaptasinya terhadap iklim tropis tinggi, tahan terhadap panas,
tahan terhadap gangguan parasit seperti gigitan nyamuk dan caplak, toleran
terhadap pakan yang mengandung serat kasar tinggi (Astuti, 2004). Sugeng (2003)
berpendapat bahwa sapi PO termasuk dalam kelompok Bos Indicus dan dihasilkan
dari persilangan secaragrading up antara Sapi Ongole jantan dan sapi lokal betina.
Sapi Ongole berasal dari Madras dan pertama kali dimasukkan ke Pulau Sumba
pada 1906 untuk dikembangbiakan di pulau tersebut. Mulai 1915 sapi tersebut
disebarluaskan ke luar Pulau Sumba dengan nama sapi Sumba Ongole
(Hardjosubroto, 1994). Karakteristik Sapi Ongole sebagai berikut bulu tubuhnya
9
berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan
berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Sapi PO merupakan hasil persilangan Sapi
PO dan Sapi Madura, cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan
produksinya lebih rendah daripada Sapi Ongole (Sugeng, 2003).
Bobot badan sapi PO jantan 430 -- 500 kg dan sapi betina 320 -- 400 kg
(Hardjosubroto, 1994).PBBH sapi PO sebesar 0,4--0,8 kg (Aziz, 1993).Bobot
badan sapi PO umur 205 hari di Loka Penelitian Sapi Potong Grati sebesar
109,10+18,35 kg ( Prihandiniet al.,2011 ). Bobot badan sapi PO di Peternakan
Rakyat Kecamatan Sukorejo, Purwosari dan Prigen yaitu 109 kg (Aryogi et
al.,2006).Bobot badan sapi PO di Loka Penelitian Sapi Potong Grati sebesar
84,14+17,76 kg dan 104,00+11,35 kg (Wijono,et al.2006 dan Wijono, 2007).
Rata-rata bobot lahir sapi PO pada Unit Pengelolaan Bibit Sumber di Loka
Penelitian Sapi Potong yaitu 25,93±3,97 kg (Adinata, 2013). Rata-rata bobot lahir
sapi PO di unit pengelolaan bibit unggul (UPBU)yaitu 23,3 ± 2,8 kg (Rasyid et
al., 2009).
C. Bobot Sapih
Bobot sapih merupakan sifat yang dipengaruhi komponen genetik induk
(maternalgenetic effect) yaitu pengaruh gen yang memengaruhi kondisi
lingkungan pada induk yang pada akhirnya memengaruhi performa individu
(Bourdon, 1997).
Bobot sapih sapi PO di Loka Penelitian Sapi Potong Grati sebesar (110,10+3,38
kg untuk ternak jantan dan 102,10+12,19 kg untuk ternak betina) ( Prihandiniet
10
al., 2011 ).Adanya perbedaan bobot sapih pada sapi PO bahkan pada lokasi yang
sama tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan umur pedet saat disapih,
jenis kelamin, umur induk, tahun kelahiran, musim kelahiran, tatalaksana sebelum
disapih, lokasi dan kemungkinan interaksi antara faktor-faktor tersebut(
Prihandiniet al., 2011 ).
Pedet jantan cenderung mempunyai bobot sapih yang lebih berat daripada pedet
betina, karena pedet jantan mempunyai kemampuan lebih besar dalam
merangsang produksi susu induk saat menyusui sehingga pasokan nutrisinya lebih
banyak (Lasley, 1987).Berat sapih berkorelasi positif dengan berat lahir.Pedet
yang mempunyai berat lahir tinggi akan tumbuh lebih cepat sehingga mencapai
berat sapih yang tinggi. Umur pedet yang disapih lebih awal akan memiliki
persentase berat sapih yang lebih rendah dibanding pedet yang disapih pada umur
siap sapih ( Lasley, 1978). Hal ini karena sapi yang umurnya masih terlalu muda
konsumsi pakannya masih rendah dan nutrisi yang dikonsumsi masih belum
cukup (Taylor, 1984).
Faktor hormonal yaitu kadar hormon luteinizing (LH) juga memengaruhi bobot
pedet jantan yang lebih tinggi. Hormon ini merangsang sel-sel leydig untuk
mensekresikan hormon testoteron yang menunjang kecepatan pertumbuhan ternak
(Sukmasari, 2001).
Seekor induk yang melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi, dapat diduga
bahwa keturunan dari induk tersebut dimasa yang akan datang akan melahirkan
anak dengan bobot sapih yang tinggi pula (Sulastri, 2001).
11
Bobot sapih merupakan indikator kemampuan induk dalam menghasilkan susu
dan kemampuan anak untuk mendapatkan susu dan mengalami pertumbuhan
selama masa menyusui. Bobot sapih dipengaruhi oleh kondisi induk, jumlah dan
kondisi anak yang dilahirkan (Sutamaet al. 2007),jenis kelamin, umur induk,tipe
kelahiran, dan umur sapih (Hardjosubroto, 1994), manajemen pemeliharaandan
produksi susu induk (Maylinda, 2010), genetik, umur sapih, kesehatan,manajemen
pemeliharaan, pakan, produksi susu induk. (Lu, 2002).
D. Heritabilitas
Heritabilitas dapat didefinisikan sebagai proporsi keragaman genotip terhadap
keragaman penotip. Heritabilitas dapat diperhitungkan dalam dua konteks, yaitu
secara luas dan sempit ( Hardjosubroto, 1994).
Heritabilitas mempunyai beberapa pengertian. Pertama, heritabilitas mengukur
kepentingan relatif antara pengaruh dan lingkungan untuk suatu sifat pada suatu
populasi.Pengertian kedua, heritabilitas didefenisikan sebagai ukuran yang
menunjukkan tingkat kesamaan penampilan antara anak-anak dengan
tetuanya.Suatu sifat dikatakan mempunyai nilai heritabilitas tinggi bila ternak-
ternak dalam suatu populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat
tersebut cenderung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik pula,
dan ternak-ternak dengan penampilan buruk atau rendah cenderung menghasilkan
keturunan dengan penampilan yang rendah pula(Kurnianto, 2009).
Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan bagian dari
keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan
12
oleh pengaruh genetik. Heritabilitas dapat diperhitungkan dalam dua konteks.
Secara luas pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh gen yaitu aditif,
dominan dan epistatik. Heritabilitas dalam arti luas ini biasanya dituliskan dengan
H, akan tetapi taksiran pengaruh genetik aditif biasanya lebih penting dari pada
pengaruh genetik total, karena istilah heritabilitas biasanya menunjukan taksiran
bagian aditif dari ragam keturunan dan dituliskan sebagai h2 dan untuk banyak
tujuan merupakan dugaan yang paling berguna karena menunjukan laju perubahan
yang dapat dicapai dari seleksi untuk sifat tersebut dalam populasi. Besarnya nilai
heritabilitas ditentukan oleh keragaman genetik sifat dalam populasi karena
heritabilitas merupakan bagian dari keragaman fenotipik yang disebabkan oleh
keragaman genetik suatu ternak (Falconer and Trudy, 1996).
Nilai heritabilitas di bidang pemuliaan ternak mempunyai peranan penting karena
nilai heritabilitas memberikan informasi besarnya nilai suatu sifat diturunkan tetua
kepada keturunannya (Hardjosubroto, 1994). Pengetahuan tentang besarnya
heritabilitas penting dalam pengembangan seleksi dan rencana perkawinan untuk
memperbaiki kualitas ternak. Pengetahuan ini memberikan dasar untuk menduga
besarnya kemajuan untuk program pemuliaan yang berbeda-beda dan
memungkinkan para pemulia untuk membuat suatu keputusan yang penting
apakah biaya program sepadan dengan hasil yang diharapkan. Manfaat
penaksiran heritabilitas dalam membuat rencana pemuliaan adalah kegunaanya
untuk menaksir nilai pemuliaan dari suatu individu. Heritabilitas merupakan saah
satu parameter genetik yang berperan penting dalam program pemuliaan ternak
untuk memberikan gambaran dan informasi tentang pewarisan genetik dalam
suatu populasi ternak( Dakhlan dan Sulastri, 2002).
13
Heritabilitas yang dikategorikan sedang sampai tinggi dapat memberikan
petunjuk, bahwa seleksi yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien dalam
meningkatkan perbaikan mutu genetik bila dibandingkan dengan seleksi yang
dilakukan pada nilai heritabilitas rendah ( Gunawan dan Noor, 2006 ).
Nilai heritabilitas suatu sifat akan bervariasi antar populasi. Perbedaan variasi
tersebut dapat disebabkan oleh perbedaanfaktor genetik (ragam genetik),
perbedaan lingkungan (ragam lingkungan), metode dan jumlah cuplikan data yang
digunakan. Selain itu juga dipengaruhi oleh waktu generasi seleksi(Hardjosubroto,
1994). Heritabiltas sangat bermanfaat dalam pemuliaan ternak karena
menunjukkan bagian dari keragaman genetik yang dapat diwariskan kepada
keturunannya (Pirchaner, 1995).
Waktu perhitungan dan populasi yang berbeda, akan menyebabkan perbedaan
nilai heritabilitas yang diperoleh karena terjadi perubahan komposisi ternak dan
ragam genetik yang terdapat di dalam populasi. Manajemen pengelolaan juga
memengaruhi nilai heritabilitas. Prosedur pengelolaan dibakukan semaksimum
mungkin dan membuat penyesuaian terhadap pengelolaan atau lingkungan yang
tidak memungkinkan akan meningkatkan nilai heritabilitas (Warwick et al.,1990;
Hardjosubroto, 1994).
Nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila bernilai kurang dari 0.10, sedang jika
nilainya antara 0.10-0.30 dan tinggi jika lebih dari 0.30 (Hardjosubroto,
1994).Beberapa nilai heritabilitas bobot sapih,bobot lahir, dan bobot setahun pada
sapi Bali, Brahman, Limosin, dan Chorlaos dari berbagai penelitian dapat dilihat
pada tabel 1.
14
Tabel 1. Nilai heriabilitasNo Ternak Kriteria Nilai h2 SumberPenelitian1. Sapi Bali Bobot Sapi 0,83 Setiabudi,et al.
(2016)2. Sapi Bali Bobot Sapih 0,51 Kuswati, et al.
(2013)3. Sapi Bali Bobot Sapih 0,33 Gunawan &
Jakaria (2011)4. Sapi Brahman Bobot Sapih 0,27 Rastosari,et al.
(2016)5. Sapi Limosin Bobot Sapih 0,19 Niekerk (2006)6. Sapi Charolais Bobot Sapih 0,23 Utrera,et al.
(2010)7. Sapi Charolais Bobot Sapih 0,47 Rabeya et al.
(2009)
E. Nilai Pemuliaan
Nilai pemuliaan (NP) merupakan penilaian dari mutu genetik ternak untuk suatu
sifat tertentu yang diberikan secara relatif atas dasar kedudukannya didalam
populasi ( Hardjosubroto,1994). Nilai pemuliaan digunakan sebagai dasar
pemilihan induk atau pejantan untuk mengambil keputusan bahwa ternak akan
dipertahankan atau disingkirkan dalam populasi (Martojo, H, 1992).Dakhlan dan
Sulastri (2002) berpendapat bahwa individu dengan nilai pemuliaan yang tinggi
akan menunjukkan kemampuan yang tinggi untuk mewariskan potensi genetiknya
kepada keturunannya dan mengulang produksinya.
Nilai pemuliaan (NP) didefinisikan sebagai nilai seekor ternak sebagai tetua yang
diperoleh dari perkawinan acak, nilai pemuliaan memberikan gambaran tentang
dugaan kemampuan mewariskan sifat (Hardjosubroto, 1994; Warwick et
al.,1990). Beberapa nilai pemuliaan bobot sapih sapi PO dari hasil penelitian di
Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan dapat dilihat padaa tabel 2, dan nilai
pemuliaan berat sapih sapi Brahman pejantan dari hasil penelitian di BPTU-HPT
15
Sembawa dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan beberapa nilai pemuliaan bobot
lahir sapi PO dari hasil penelitian di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan
dapat dilihat pada tabel 4, dan nilai pemuliaan bobot lahir sapi PO
pejantan di Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 2. Peringkat keunggulan enam ekor sapi PO pejantan terbaik berdasarkannilai pemuliaan bobot badan umur 205 hari di Loka Penelitian SapiPotong Grati Pasuruan.
No. Bobot 205 Hari Peringkat
Pejantan n NP Keunggulan
5 13 7,33 1
7 26 5,84 2
10 15 3,60 3
12 12 3,44 4
20 14 2,70 5
7 6 2,69 6
Sumber : Prihandini et al (2011).
16
Tabel 3. Nilai pemuliaan berat sapih sapi Brahman pejantan di BPTU-HPTSembawa.
No Pejantan Nilai Pemuliaan Rangking
S.180.40001 7.00 1
S.324.40002 4.69 2
AI.100.60042 3.90 3
PM Ausi 3.20 4
877.888 2.44 5
AI.018.30185 1.51 6
AH.109.40782 0.92 7
HH.032.40145 -0.01 8
9.Br.10.196999 -4.19 9
PM LPG -4.68 10
C.007.39942 -5.66 11
S.121.40004 -6.23 12
AB.21.39783 -6.94 13
AB.22.39677 -7.15 14
40546 -10.81 15
Sumber : Rastosariet al (2016).
17
Tabel 4. Peringkat bobot lahir sapi PO pejantan di Loka Penelitian Sapi PotongGrati Pasuruan berdasarkan BV.
No ear tag sapi janta Peringkat sapi jantan Rangking
berdasarkan nilai
pemuliaan (kg)
07559 29,666 1
07414 28,402 2
2010/35 28,328 3
07374 27,472 4
2010/39 27,350 5
2010/37 27,227 6
07/38 26,657 7
07375 26,537 8
09972 6,407 9
07453 26,321 10
07/63 25,733 11
07488 25,289 12
07/41 24,657 13
2010/32 24,424 14
2010/22 24,290 15
09763 24,162 16
07.6.17 24,033 17
2010/7 23,758 18X13 23,577 19
07484 23,189 20
07486 22,366 21
Sumber : Adinata (2013).
18
Tabel 5. Nilai pemuliaan berat lahir sapi POpejantan berdasarkan perforrmaproduksi keturunannya di Desa Napis Kecamatan Tambakrejo KabupatenBojonegoro.
No Pejantan Nilai Pemuliaan Rangking
6 15,48 1
1 11,73 2
5 9,37 3
3 8,58 4
Sumber : Supartini dan Hariadi (2014).
19
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sentra Peternakan Rakyat Desa Wawasan,
Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung mulai
Mei 2018 sampai dengan Agustus 2018.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Materi penelitian yang digunakan terdiri dari rekording kelahiran, bobot lahir
induk, bobot sapih induk,umur sapih induk, umur induk pada waktu melahirkan,
bobot lahir pedet betina, bobot sapih pedet betina,dan umur penyapihan dari
induk-induk yang melahirkan pedet mulai 2015-2017.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Batasan yang digunakan dalam
penentuan sampel yaitu:
a. Lokasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu di Kecamatan Tanjungsari,
Kabupaten Lampung Selatan;
b. Sapi yang digunakan yaitu sapi PO;
c. Sapi yang digunakan yaitu sapi betina induk PO dan pedet betina PO;
20
d. Sapi betina induk PO yang digunakan memiliki data rekording dan telah
melahirkan satu kali;
e. Pedet yang digunakan memiliki data rekording penyapihan.
Penelitian dilakukan melalui prosedur sebagai berikut :
1. Melakukan prasurvei ke Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan;
2. Menentukan sampel sapi PO yang akan diamati;
3. Melakukan pengambilan data;
4. Melakukan tabulasi dan pengolahan data;
5. Melakukan analisis data.
D. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati sebagai berikut:
a. Umur induk pada saat melahirkan
Umur induk (tahun) pada saat melahirkan pedet yang akan digunakan sebagai
faktor koreksi dalam penghitungan bobot sapih terkoreksi.
b. Bobot lahir pedet
Bobot lahir (kg) diperoleh dari hasil penimbangan pedet setelah dilahirkan.
c. Umur sapih pedet
Umur sapih (hari) diperoleh dari umur pedet saat dilakukan penimbangan
bobot sapih.
d. Bobot sapih
Bobot sapih (kg) diperoleh dari rekording hasil penimbangan pada saat pedet
mulai disapih dari induknya.
21
E. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dilakukan penyesuian (koreksi) terhadap faktor koreksi umur
induk (FKUI) dengan rumus sebagai berikut:
1. Faktor koreksi umur induk (FKUI)
USDA memperkenalkan bahwa terdapat dua cara untuk melakukan koreksi yaitu
dengan menggunakan faktor perkalian dan faktor penambahan. Adapun salah
satunya yaitu tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Faktor perkalian sebagai FKUI dalam penyesuaian terhadap bobot sapihpedet.
No. Umur Induk (tahun) Faktor Perkalian
1. 2 1,152. 3 1,103. 4 1,054. 5-10 1,005. ≥11 1,05
(sumber: Warwick dkk, 1979)
Berdasarkan kenyataan data yang diperoleh umur induk tidak dapat tepat 2 tahun,
3 tahun, 4 tahun dan seterusnya maka dilakukan pengelompokkan umur seperti
yang telah dianjurkan oleh USDA yaitu yang tertera pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengelompokkan umur induk dalam tahun.
No. Kisaran Umur (hari) Umur Induk (tahun)
1. 639 -1003 22. 1004 -1334 33. 1339 – 1703 44. 1704 – 4208 5-105. ≥ 2459 ≥ 11
(sumber: Hubbard, 1981)
22
2. Bobot sapih terkoreksi
Bobot sapih yang diperoleh terlebih dahulu dikoreksi dengan rumus sesuai
rekomendasi Hardjosubroto (1994), sebagai berikut :BB205 = × 205 + BL ×(FKUI)
Keterangan:
BB205 = Bobot sapih terkoreksi umur 205 hari (kg)
BB = Bobot badan saat ditimbang waktu penyapihan (kg)
BL= Bobot lahir (kg)
Umur = Umur pada saat penyapihan (hari)
FKUI = Faktor koreksi umur indukbobot sapih yang diperoleh terlebih dahulu
dikoreksi.
3. Heritabilitas
Heritabilitas diestimasi dengan metode regresi anak terhadap tetua sesuai
rekomendasi Backer (1992), sebagai berikut:
a. Rumus untuk menghitung 2x , 2y , dan xy
Kinerja tetua diberi lambang huruf X, kinerja anak diberi lambang huruf Y,huruf
x dan y merupakan lambang untuk data kinerja tetua dan anak yang sudah
dihitung dengan memasukkan faktor koreksi.
n
)X(XFKXx
2222
n
)Y(YFKYy
2222
n
)Y)(X(XYFKXYxy
23
Keterangan:X = data kinerja tetuaY = data kinerja anakFK = faktor koreksin = jumlah individu yang data kinerjanya digunakan untuk estimasi
heritabilitas
b. Rumus untuk menghitung covxy adalah:
1n
xycovxy
c.Rumus untuk koefisien regresi (b) anak terhadap tetua adalah:
22x
xy
x
xycovb
d. Rumus untuk heritabilitas (h2) dengan metode regresi anak terhadap tetua
adalah:
h2 = 2 )x
xy)(2()
cov)(2(b
22x
xy
4. Nilai Pemuliaan
Nilai pemuliaan diestimasi dengan metode regresi anak terhadap tetua sesuai
rekomendasi Hardjosubroto (1994), sebagai berikut:
NP = h (P − P) + PKeterangan :NP = Nilai Pemuliaan yang diduga dengan cara pengamatan berulangh² = HeritabilitasP = Rata-rata performans individuP = Rata-rata performans populasis
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. nilai heritabilitas sapi PO di Desa Wawasan Kecamatan Tanjungsari sebesar 0,40
(kategori tinggi);
2. rata-rata nilai pemuliaan sapi PO di Desa Wawasan Kecamatan Tanjungsari
sebesar 140,64±15,24. Terdapat 5 ekor sapi dengan nilai pemuliaan tertinggi
dengan nomor eartag 4462, 3051, 4772, 2493, dan 2211.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada peternak untuk dapat
mempertahankan sapi PO dengan nilai pemuliaan yang tinggi untuk menghasilkan
bobot sapih sapi PO yang tinggi serta melakukan culling pada sapi yang nilai
pemuliaannya rendah dan menggantikan dengan sapi yang mempunyai genetik yang
baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
Adinata. Y. 2013. Estimasi nilai pemuliaan bobot lahir sapi Peranakan Ongolepada unit pengelolaan bibit sumber di Loka Penelitian Sapi Potong.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Kementerian Pertanian Bogor. Bogor: 66--73
Astuti, J.M. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi peranakanongole(PO). Lokakarya Nasional Sapi Potong. Fakultas Peternakan,Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: 30--39
Aziz, M. A. 1993.Agroindustri sapi potong. Prospek pengembangan pada PJPTII.PT. Insan Mitra Setya Mandiri.Jakarta
Aryogi, P. W. Prihandini dan D.B.Wijono. 2006.Pola pembibitan sapi potonglokal Peranakan Ongole pada kondisi peternakan rakyat.SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Departemen Pertanian.Bogor. Bogor: 151--161
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013.Lampung dalam Angka.Bandarlampung. Lampung
. 2015. Lampung dalam Angka. Kerjasama Badan Pusat Statistik denganBadan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). ProvinsiLampung
Becker, W. A. 1992. Manual of Quantitative Genetics. 5 ℎ Edition. AcademicEnterprises. Yogyakarta
Bourdon, R. M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice Hall, Inc. NewJersey
Boligon, A. A, Silva, J. A. V, Sesana, R. C, Sesana, J. C, Junqueira, J. B, andAlbuquerque, L. G. 2010. Estimation of genetic parameters for bodyweight, scrotal circumference and testicular volume measured at differentages in nellore cattle. J Anim Sci. 88 (4):1215--1219
Dakhlan, A. dan Sulastri. 2002. Ilmu Pemuliaan Ternak. Buku Ajar.JurusanPeternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. BandarLampung
34
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian PertanianRepublik Indonesia. 2015.Pedoman sentra peternakan rakyat (SPR).Jakarta
Falconer, R. D. and T. F. C. Mackay. 1996.Introduction to Quantitative Genetics.Logman, Malaysia
Gunawan, A. dan R.R. Noor.2006.Pendugaan nilai heritabilitas bobot lahir danbobot sapih domba garut tipe laga. J. Media Peternakan 29(1): 7--15
Gunawan, A. and Jakaria. 2011. Genetic and nongenetic effect on birth, weaningand yearling weight in Bali cattle.Indon. J.Anim. Sci.34 (2): 93--98
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PTGrasindo. Jakarta
. 2004. Alternatif kebijakan pengelolaan berkelanjutan sumberdayagenetika sapi potong lokal dalam sistem perbibitan ternak nasional:Wartazoa 14 (3): 93--97
Harris, B.L., J.M. Clark, and R. G. Jackson. 1984. Across breed evaluation ofdairy cattle. In: Proceedings of the New Zealand Society of AnimalProduction. NewZealand Society ofAnimal Production, WaikatoUniversity, pp. Vol. 52: 12--15
Hubbard. 1991. Pedoman Pelaksanaan Uji Performa Sapi Potong Tahun 2015.Surat Keputusan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.Nomor : 1215/Kpts/F/12/2014
Istiqomah, L. 2010. Kemajuan genetik sapi lokal berdasarkan seleksi danperkawinan terpilih. Widyariset. 13:63--67
Kurnianto, E. 2009.Pemuliaan Ternak.CV. Graha Ilmu. Yogyakarta
Kaswati, Sumadi, dan N. Ngadiyono. 2013. Estimasi nilai heritabilitas berat lahir,sapih, dan umur satu tahun pada sapi bali di balai pembibitan ternakunggul sapi bali. Buletin Peternakan 37 (2): 74--78
Lasley, J. F. 1978.Genetics of Livestock Improvement. New Jersey (USA):Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs
. 1987. Genetics of Livestock Improvement. Prentice Hall, Inc.Englewood Cliffs. New Jersey
Lu, C.D. 2002. Boer Goat Production: progress and perspective. Vice Chancellorof Academic Affairs. University of Hawai'i Hilo. Hawai
35
Martojo, H.1992.Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Pusat Antar UniveritasBioteknologi. Institut Pertanian Bogor.Bogor
Maylinda, S. 2010. Pengantar Pemuliaan Ternak. Universitas Brawijaya Press.Malang
Niekerk, M. and F.W.C. Neser. 2006. Genetic parameters for growth traits inSouth African Limmousine cattle.S. Afr. J.Anim. Sci. 36: 6--9
Pirchner, F. 1995. Population Genetics in Animal Breeding. W. H. Freeman andCompany. San Francisco
Prihandini, P. W., L. Hakim, dan V. M. A. Nurgiartiningsih. 2011. Seleksipejantan berdasarkan nilai pemuliaan pada sapi PO di Loka PenelitianSapi Potong. J. Ternak Trop. 13(1) : 9--18
Rabeya, T. A. K. F. H. Bhuiyan, M.A. Habib,and M.S. Hossain. 2009.Phenotypic and genetic parameters for growth traits in Red Chittagongcattle. Bang .J. Agric.Univ. 7 (2): 265--271
Restosari, A. Sumadi, dan Tety Hartatik. (2014). Estimasi nilai pemuliaan (NP)sapi Brahman di BPTU HPT Sembawa,Sumatera Selatan. ProceedingSeminar Nasional Biodiversitas V. Sumatra Selatan: 250--253
Setiabudi, R. J. W., Muladno, dan R. Priyatno. 2016.Evaluasi tren fenotipik dangenetik sapi bali di balai pembibitan ternak unggul dan hijauan pakanternak Denpasar.Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan:4( 3) : 327--333
Supartini, N. dan Hariadi, D. 2014. Profil genetik dan peternakan sapi PeranakanOngole sebagai strategi dasar pengembangan desa pusat bibit ternak.Buana Sains 14 (1) : 71--84
Sulastri. 2001. Estimasi nilai ripitabilitas dan MPPA (Most Probable ProducingAbilty) induk kambing Peranakan Etawa di Unit Pelaksanaan TeknisTernak Singosari, Malang Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Sains Teks. 8 (4)
Segura. A.H.Y.C. 1998. Heritability performance in brahman cattle. Trop AnimProd. 5(1):46--49
Sugeng. Y. B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya.Jakarta
Sukmasari, A.H. 2001. Pendugaan Nilai Pemuliaan dan Kecenderungan Genetik(GeneticTrend) Bobot Badan Sapi Bali diProyek Pengembangan danPembibitan Sapi Bali (P3 Bali) diBali.Tesis. Sekolah Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.Bogor
36
Sutama, I. K., dan I. G.M. Budiarsana. 2007. Introduksi Teknologi ProduksiKambing Perah Sebagai Komponen Agribisnis di Lahan Marginal diTemanggung. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak. Bogor
Taylor, R. E. 1984. Beef Production and The Beef Industry. Macmillan PublishingCompany, New York
Utrera, A. R., V. E. V. Murillo, G.M.Velazquez, and M.M. Bermudez. 2010.Estimation of genetic effects for growth traits of Mexican Charolaiscattle using alternative models. Livest. Prod. Sci. 60: 203--208
Warwick, E. J. Dan J. E. Legates. 1979. Pedoman Pelaksanaan Uji Performa SapiPotong Tahun 2015. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Peternakandan Kesehatan Hewan Nomor : 1215/Kpts/F/12/2014
Warwick, E. J., J.M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Wijono, B. D., Hartatik, dan Mariyono. 2006.Korelasi Bobot Sapih terhadapBobot Lahir dan Bobot Hidup 365 Hari pada Sapi Peranakan Ongole.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. DepartemenPertanian. Bogor
. 2007. Pengaruh Seleksi Bobot Sapih dan Bobot Setahun terhadap LajuPertumbuhan Sapi Peranakan Ongole di FoundationStock. SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Departemen Pertanian.Bogor