PENAMPILAN PRODUKSI PEDET PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN JANTAN PERIODE PRA-SAPIH YANG DIBERI RANSUM STARTER DENGAN CARA BEBAS PILIH (CAFETARIA FEEDING) SKRIPSI ROLIS PERDHANAYUDA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
46
Embed
PENAMPILAN PRODUKSI PEDET FRIESIAN HOLSTEIN … · Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap ... yaitu pabrik pakan. ... pra-sapih untuk memilih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENAMPILAN PRODUKSI PEDET PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN JANTAN PERIODE PRA-SAPIH YANG DIBERI
RANSUM STARTER DENGAN CARA BEBAS PILIH (CAFETARIA FEEDING)
SKRIPSI ROLIS PERDHANAYUDA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
ROLIS PERDHANAYUDA. D24062861. 2010. Penampilan Produksi Pedet Peranakan Friesian Holstein Jantan Periode Pra-Sapih yang Diberi Ransum Starter dengan Cara Bebas Pilih (Cafetaria Feeding). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Kukuh Budi Satoto MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Didid Diapari MS
Pemeliharaan pedet memerlukan perhatian dan ketelitian yang tinggi
dibanding dengan pemeliharaan sapi dewasa. Hal ini disebabkan karena kondisi pedet yang masih lemah sehingga bisa menimbulkan angka kematian yang tinggi. Salah satu manajemen pemeliharaan pedet periode pra-sapih adalah pemberian pakan yang tepat, yaitu sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengetahui kebutuhan pedet periode pra-sapih, maka dapat digunakan teknik pemberian pakan dengan cara bebas pilih (cafetaria feeding). Dengan demikian dapat memberikan kebebasan kepada ternak sesuai dengan naluri dalam memilih makanannya sendiri sehingga diperoleh komposisi ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan ternak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2009, di Laboratorium Lapangan Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja bagian Nutrisi Ternak Terapan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mencari susunan ransum starter pedet berdasarkan konsumsi cafetaria, menentukan waktu sapih berdasarkan konsumsi starter (cafetaria) dan starter (mix), membandingkan penampilan produksi, dan efisiensi penggunaan pakannya. Penelitian ini menggunakan 6 ekor pedet jantan FH (Friesian Holstein) berumur ± 14 hari dengan rataan bobot badan 38,34 ± 2,34 kg. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB), waktu sapih, dan efisiensi pakan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji T. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah P1: starter bebas pilih (cafetaria feeding) yang terdiri dari jagung, pollard, bungkil kedelai, dan bungkil kelapa yang semuanya disediakan secara ad libitum. P2: starter mix (40% jagung + 30% pollard + 30% bungkil kedelai) yang diberikan secara ad libitum. Kedua perlakuan ditambahkan mineral mix (0,3% garam + 3% CaCO3 + 0,2% premix). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pemberian pakan dengan cara bebas pilih (cafetaria feeding) menciptakan susunan ransum starter, yaitu jagung (15%), pollard (4%), bungkil kedelai (80%), dan bungkil kelapa (1%) dengan komposisi zat makanannya, yaitu BK 85,66%, PK 37,45%, SK 4,62%, dan TDN 82,17%. Pencapaian waktu lepas sapih yang lebih cepat ditunjukkan oleh perlakuan cafetaria, yaitu 31 hari sedangkan pada perlakuan mix mencapai 44 hari. Pertambahan bobot badan menghasilkan perbedaan yang nyata (p<0,05), yaitu lebih tinggi pada perlakuan cafetaria daripada perlakuan mix, hal tersebut selaras dengan jumlah konsumsi protein kasar namun tidak untuk zat makanan yang lainnya. Nilai
efisiensi penggunaan pakan pada penelitian ini menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).
Performance of Pre-Weaning Holstein Friesian Male Calf Fed Starter Ration under Cafetaria Feeding
Perdhanayuda R., K. B. Satoto, and D. Diapari
This study was carried out to know the influences of cafetaria feeding to performance at the pre-ruminant compared to single feeding (mix). Six Holstein Friesian calves were divided into two treatment groups, mix ration and cafetaria feeding. Feed that used were corn, pollard, soybean meal, and coconut meal. The treatment given in this study are P1: starter cafetaria feeding consisting of corn, pollard, soybean meal and coconut meal which were given ad libitum. P2: starter mix (40% corn + 30% pollard + 30% soybean meal) which were given ad libitum. Mineral mix were added in both treatments (0.3% salt + 3% CaCO 3 + 0.2% Premix). Feed were given once in the morning. The data obtained were treated by Analysis of Variance, followed by T-Test method if there were a significant differences. The results showed that cafetaria feeding calves better performance than mix calves. Cafetaria feeding calves can be weaned earlier in 31day and having higher daily gains rather than mix calves (p<0,05). The composition of ration that obtained from cafetaria feeding are 15% corn, 4% pollard, 80% soybean meal, 1% coconut meal, which followed by the nutrient compotitions are 85.66% DM, 37.45% CP, 4.62% CF, and 82.17% TDN. Keywords: Pre-ruminant, cafetaria feeding, performance, starter, ration
PENAMPILAN PRODUKSI PEDET PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN JANTAN PERIODE PRA-SAPIH YANG DIBERI RANSUM STARTER
DENGAN CARA BEBAS PILIH (CAFETARIA FEEDING)
ROLIS PERDHANAYUDA
D24062861
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul : Penampilan Produksi Pedet Peranakan Friesian Holstein Jantan Periode Pra-Sapih yang Diberi Ransum Starter dengan Cara Bebas Pilih (Cafetaria Feeding)
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1988 di Magetan, Jawa Timur.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H.
Surodo dan Ibu Hj. Minut Sulistyowati.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Magetan 2 pada tahun 1994-2000,
pendidikan lanjutan tingkat menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di MTs
Assalaam, dan pendidikan lanjutan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2006 di
SMU Assalaam. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tahun
berikutnya diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di UKM Bulutangkis sebagai ketua
periode 2007-2008, Ikatan Alumni Ma’had Assalaam di Bogor sebagai ketua periode
2007-2008, dan BEM Fakultas Peternakan sebagai ketua departemen informasi dan
komunikasi periode 2008-2009. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai
kepanitiaan seperti Open House 44 dan Seminar Pertanian Nasional. Penulis pernah
mengikuti program magang di Laboratorium Lapangan Ilmu Nutrisi Ternak Daging
dan Kerja, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif sebagai
asisten praktikum mata kuliah Pengantar Ilmu Nutrisi dan Nutrisi Ternak Pedaging
pada tahun 2009-2010.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini berjudul “Penampilan Produksi Pedet Peranakan Friesian Holstein
Jantan Periode Pra-Sapih yang Diberi Ransum Starter dengan Cara Bebas Pilih
(Cafetaria Feeding)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini
merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam industri pakan dan dunia
peternakan. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan
serta menjadi catatan amal shaleh, amin.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang
yang akan membalasnya.
Bogor, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................ i ABSTRACT ................................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................ 2
Kebutukan Zat Makanan .................................................................... 4 Kebutuhan Energi ................................................................... 4 Kebutuhan Protein ................................................................... 5 Kebutuhan Mineral ................................................................. 5 Cara Pemberian Pakan Bebas Pilih .................................................... 6 Bahan Pakan ....................................................................................... 7 Jagung ..................................................................................... 7 Pollard ..................................................................................... 7 Bungkil Kedelai ...................................................................... 7 Bungkil Kelapa ....................................................................... 8 Konsumsi Ransum Starter ................................................................. 8 Waktu Sapih ....................................................................................... 9 Pertambahan Bobot Badan ................................................................. 10 Efisiensi Penggunaan Pakan .............................................................. 10
MATERI DAN METODE............................................................................... 11 Lokasi dan Waktu .............................................................................. 11 Materi ................................................................................................. 11 Metode ............................................................................................... 12 Rancangan Percobaan ........................................................................ 13 Peubah yang Diamati ......................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 15
Kondisi Umum Selama Penelitian ..................................................... 15 Konsumsi Ransum Starter ................................................................. 15 Konsumsi Zat Makanan ..................................................................... 19 Waktu Sapih ....................................................................................... 21 Pertambahan Bobot Badan ................................................................. 22 Efisiensi Penggunaan Pakan .............................................................. 23
1. Kandungan Zat Makanan (berdasarkan As fed) ................................. 11
2. Rataan Konsumsi Ransum Starter dan Susu ...................................... 16
3. Perbedaan Komposisi Pakan dan Zat Makanan pada Kedua Perlakuan (berdasarkan As fed) .…..................................................... 17
4. Persentase Pola Konsumsi Bahan Pakan Penyusun Ransum Starter pada Perlakuan Cafetaria ................................................................... 18
5. Rataan Konsumsi Zat Makanan Ransum Starter dan Susu ................ 19 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Lama Sapih, Bobot Sapih, PBB,
Konsumsi Susu, dan Efisiensi Penggunaan Pakan ............................. 22
7. Analisis Pendapatan Berdasarkan Biaya Pakan ................................. 24
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perlakuan Cafetaria ……………………………………………….. 12
2. Perlakuan Mix ……………………………………………………… 12
3. Pola Konsumsi Mingguan Perlakuan Mix dan Cafetaria (As fed) ..... 19
sehingga telah memenuhi kebutuhan pedet berdasarkan Sutardi (1981) dan NRC
(2001).
Cara pemberian pakan pada perlakuan cafetaria menghasilkan komposisi
bahan pakan yang berbeda dengan perlakuan mix. Proporsi bungkil kedelai pada
perlakuan cafetaria menunjukkan persentase yang lebih tinggi, yaitu 80% daripada
perlakuan mix (28,98%), sedangkan proporsi jagung dan pollard pada perlakuan
cafetaria menunjukkan persentase yang lebih rendah, yaitu 15% dan 4% daripada
perlakuan mix (38,65% dan 28,98%). Perbedaan komposisi pakan tersebut
berbanding lurus pada komposisi zat makanan yang terkandung didalamnya.
Perbedaan komposisi pakan dan zat makanan pada kedua perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan Komposisi Pakan dan Zat Makanan pada Kedua Perlakuan (berdasarkan As fed)
Perlakuan Komposisi pakan Mix Cafetaria
---------------------------- (%) ---------------------------- Jagung 38,65 15 Pollard 28,98 4 Bungkil kedelai 28,98 80 Bungkil kelapa - 1 Mineral mix 3,39* ** Zat Makanan BK 85,38 85,66 Abu 5,62 5,68 PK 18,32 37,45 SK 6,45 4,62 LK 3,42 2,56 Beta-N 51,57 35,35 TDN 77,61 82,17 Ca 0,2 0,34 P 0,69 0,70
Keterangan: *) komposisi mineral mix terdiri dari 0,3% garam , 3% CaCO3 , dan 0,2% premix. **) Jagung, pollard, bungkil kedelai, dan bungkil kelapa telah dicampur dengan mineral mix (3,5%) pada perlakuan cafetaria.
Cara pemberian pakan bebas pilih memberikan respon terhadap ternak untuk
memilih bahan pakan yang mengandung protein tinggi sehingga bungkil kedelai
dikonsumsi lebih banyak daripada jagung, pollard, dan bungkil kelapa yang
mengandung protein lebih rendah. Selain kandungan protein yang rendah pada
jagung, pollard, dan bungkil kelapa, bahan pakan tersebut mengandung Beta-N yang
lebih tinggi daripada bungkil kedelai. Forbes (1995) menyatakan bahwa kandungan
Beta-N yang tinggi pada bahan makanan dapat menurunkan tingkat konsumsi. Hal
tersebut dapat menjadi penentu tingkat palatabilitas bahan pakan yang digunakan
pada penelitian ini. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa bahan ransum
yang mempunyai palatabilitas tinggi akan dikonsumsi lebih banyak. Pola konsumsi
penggunaan bahan pakan pada perlakuan cafetaria dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pola Konsumsi Bahan Pakan (BK) Penyusun Ransum Starter pada Perlakuan Cafetaria
Keterangan: Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05), *) tambahan Ca dari mineral mix, yaitu 1,82 (mix) dan 3,95 (cafetaria), dan **) tambahan P dari mineral mix, yaitu 0,01 (mix) dan 0,02 (cafetaria).
Perlakuan mix dan cafetaria berpengaruh nyata terhadap konsumsi protein
kasar (PK) (p<0,05), namun tidak berbeda pada konsumsi total digestible nutrient
(TDN), serat kasar (SK), calcium (Ca), dan phosphor (P). Kebutuhan PK untuk pedet
menurut Sutardi (1981) dengan BB 30-64 kg dan umur 1-4 bulan adalah 120-210
g/e/hari, sedangkan menurut NRC (2001), kebutuhan PK untuk pedet dengan BB 30-
60 kg dan PBB 0,4-0,6 kg adalah 141-217 g/e/hari. Hasil konsumsi PK pada
perlakuan mix menunjukkan telah memenuhi kebutuhan menurut Sutardi (1981) dan
NRC (2001), yaitu 195,98 g/e/hari, sedangkan pada perlakuan cafetaria
menunjukkan hasil yang melebihi kebutuhan menurut keduanya, yaitu 303,84
g/e/hari. Hasil konsumsi PK yang melebihi kebutuhan pada perlakuan cafetaria
disebabkan oleh konsumsi bahan pakan bungkil kedelai yang tinggi. Kandungan PK
pada bungkil kedelai adalah 44,04% (Tabel 1). Bungkil kedelai pada perlakuan
cafetaria memberikan sumbangan yang tinggi dalam komposisi ransum starter, yaitu
80% atau mendekati tiga kali lipat dari komposisi ransum starter pada perlakuan mix
(28,98%) (Tabel 5). Konsumsi bungkil kedelai yang tinggi pada perlakuan cafetaria
feeding kemungkinan digunakan untuk sumber protein dan sebagian untuk
kompensasi kebutuhan energi akibat dari rendahnya konsumsi jagung dan pollard
sebagai sumber energi. Hal ini sesuai dengan NRC (2001) bahwa pada saat
pertumbuhan, seekor ternak membutuhkan kadar protein yang tinggi untuk proses
pembentukan jaringan tubuh. Ternak muda memerlukan protein lebih tinggi
dibandingkan ternak dewasa karena untuk memaksimalkan pertumbuhannya.
Konsumsi TDN merupakan nilai yang menunjukkan jumlah dari zat-zat
makanan organik yang dapat dicerna oleh ternak dan merupakan jumlah dari semua
zat-zat makanan organik yang dapat dicerna: protein, lemak, serat kasar, dan Bahan
Ekstrak tanpa Nitrogen (Anggorodi, 1994). Kandungan TDN bahan pakan berkisar
antara 67,9% sampai 83,2% dan TDN susu sebesar 129% BK (Tabel 1). Kebutuhan
TDN untuk anak sapi menurut NRC (2001) dengan BB 30-60 kg dan umur PBB 0,4-
0,6 kg adalah 0,82-1,21 kg/e/hari. Konsumsi TDN pada penelitian ini (Tabel 5)
adalah 669,29 g/e/hari (mix) dan 742,29 g/e/hari (cafetaria). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kebutuhan protein ternak di daerah tropis berbeda dengan
daerah subtropis. Selain itu, rendahnya konsumsi TDN diduga dipengaruhi oleh cara
penyapihan pedet pada penelitian ini.
Ternak ruminansia mempunyai kemampuan untuk mencerna serat dengan
bantuan mikroba, akan tetapi pada pedet fungsi rumen belum berkembang dengan
sempurna sehingga kemampuan untuk mencerna serat masih cukup rendah. Hasil
penelitian Boga (2009) menunjukkan bahwa pedet yang diberi perlakuan cafetaria
akan membuat makanan yang mengandung protein tinggi dan rendah serat. Kapasitas
rumen pada pedet periode pra-sapih hanya mencapai 25% dari keseluruhan kapasitas
perut pedet (Heinrichs dan Jones, 2003). Pada penelitian ini, konsumsi SK yang
tinggi menurunkan daya cerna makanan. Hal ini dibuktikan dengan pertambahan
bobot badan (PBB) yang lebih rendah pada pedet yang mendapat perlakuan mix
dibandingkan pedet yang mendapat perlakuan cafetaria. Konsumsi SK pada
perlakuan mix mencapai 24,01 g/e/hari dengan PBB 418,97 g/e/hari sedangkan
konsumsi SK pada perlakuan cafetaria adalah 21,15 g/e/hari dengan PBB 553,76
g/e/hari.
Menurut Sutardi (1981), kebutuhan Ca dan P untuk pedet dengan BB 30-64
kg adalah 6,14-10,8 g/e/hari dan 4,09-7,22 g/e/hari. Kedua perlakuan menunjukkan
hasil yang memenuhi kebutuhan Ca dan P, yaitu pada perlakuan mix ialah 6,96
g/e/hari dan 5,98 g/e/hari dan pada perlakuan cafetaria ialah 9,65 g/e/hari dan 6,30
g/e/hari. Selain itu, Parakkasi (1999) menambahkan bahwa kebutuhan Ca dan P
untuk ternak ruminansia menjadi unsur yang penting diperhatikan pada hampir
semua kondisi pemberian pakan. Thompson (1978) merekomendasikan kadar Ca
dalam ransum untuk pertumbuhan pedet perah jantan sebesar 4,32 g/e/hari pada taraf
awal dan 2,16 g/e/hari pada taraf akhir pemberian, sedangkan kadar P dalam ransum
sebesar 3,33 g/e/hari pada taraf awal dan 1,62 g/e/hari pada taraf akhir pemberian.
Waktu Sapih
Penyapihan adalah penghentian pemberian air susu pada pedet baik dari susu
induk sendiri maupun induk lain. Perlakuan lepas sapih dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu yang pertama dengan melihat umur dari pedet tersebut, kedua dengan cara
melihat BB yang telah dicapai oleh pedet, dan yang ketiga adalah dengan melihat
banyaknya konsumsi BK dari pakan starter (Parakkasi, 1999). Penyapihan pada
pedet dapat dilakukan saat konsumsi starter mencapai 0,5-0,7 kg/ekor/hari (Jones
dan Heinrichs, 2007; Imran, 2009).
Dalam penelitian ini penyapihan dilakukan berdasarkan konsumsi (segar)
ransum starter sebanyak 750 g per hari selama 3 hari berturut-turut. Perlakuan
cafetaria memberikan lama sapih yang lebih cepat dari perlakuan mix, yaitu hari ke-
31 vs 44 (Tabel 6). Perlakuan cafetaria memberikan pengaruh terhadap pedet untuk
memilih bahan pakan yang disukai untuk dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya.
Parakkasi (1999) menyatakan bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses
penyapihan cepat, diantaranya adalah tipe/bentuk starter dan sumber protein yang
digunakan. Pada penelitian ini, bahan pakan yang digunakan dalam bentuk giling dan
bungkil serta sumber protein yang digunakan berasal dari bungkil kedelai dan
bungkil kelapa. Waktu sapih yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan
penyataan Nicol (1997) bahwa pemberian pakan dengan cara bebas pilih atau
cafetaria feeding akan memberikan kesempatan kepada pedet untuk membuat
makanannya sendiri sehingga mendukung perkembangan rumen dan memberikan
kenyamanan. Konsumsi ransum starter oleh pedet di usia dini sangat penting untuk
pengembangan organ pencernaan yang berfungsi untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal.
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Lama Sapih, Bobot Sapih, PBB, Konsumsi Susu, dan Efisiensi Penggunaan Pakan
Keterangan: Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Perlakuan Peubah Mix Cafetaria
Lama sapih (hari) 44a±1 31b±1 Bobot awal (kg) 39±3 38±2 Bobot sapih (kg) 57±4 55±1 PBB (g/e/hari) 418,97a±0,06 553,76b±0,05 Konsumsi susu (liter/ekor) 168a±2 115b±2 Efisiensi penggunaan pakan 0,60±0,01 0,61±0,09
Pertambahan Bobot Badan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan (PBB)
suatu ternak adalah konsumsi dan kualitas pakan. Hal ini sangat terkait dengan
kandungan zat makanan dalam pakan dan tingkat kecernaan pakan tersebut
(Parakkasi, 1999). Pertambahan bobot badan pada penelitian ini diperoleh dari hasil
penimbangan ternak pada awal perlakuan dan waktu sapih atau akhir perlakuan.
Bobot awal dan sapih pada perlakuan mix adalah 39±3 dan 57±4 kg sedangkan pada
perlakuan cafetaria adalah 38±2 dan 55±1 kg. Pertambahan bobot badan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Boga (2009) menyatakan bahwa pedet yang diberi perlakuan cafetaria
memiliki PBB yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan mix. Dari hasil konsumsi
kedua perlakuan menunjukkan PBB berbeda nyata (p<0,05), yaitu lebih tinggi pada
perlakuan cafetaria daripada perlakuan mix, yaitu 553,76 vs 418,97 g/e/hari (Tabel
6). Pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada perlakuan cafetaria disebabkan
oleh proporsi konsumsi bungkil kedelai sebagai sumber protein yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan mix, yaitu 80% vs 28,98% (Tabel 3). Konsumsi PK yang
lebih banyak pada perlakuan cafetaria daripada perlakuan mix, yaitu 303,84 vs
195,98 gram/ekor/hari (Tabel 5) nyata mempengaruhi PBB. Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan Parakkasi (1999) bahwa kandungan protein yang tinggi di dalam
ransum dapat meningkatkan PBB sedangkan pertambahan SK dalam ransum akan
menurunkan BB.
Efisiensi Penggunaan Pakan
Efisiensi penggunaan pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot
badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Semakin tinggi nilai
efisiensi ransum maka semakin banyak pertambahan bobot badan yang dihasilkan
dari satu kilogram pakan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa nilai efisiensi
penggunaan pakan didefinisikan sebagai jumlah produk (PBB, daging, karkas, dll.)
yang diproduksi dari setiap unit bahan makanan yang dikonsumsi. Nilai efisiensi
pada kedua perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05), yaitu 0,60 (mix) vs
0,61 (cafetaria) (Tabel 6). Hasil tersebut diduga karena nilai kecernaan pada bahan
pakan jagung dan bungkil kedelai tidak berbeda. Perlakuan cafetaria menunjukkan
konsumsi susu yang berbeda nyata lebih sedikit daripada perlakuan mix, yaitu 115 vs
168 liter (p<0,05) (Tabel 6). Hasil tersebut dipengaruhi oleh lama sapih yang lebih
cepat pada perlakuan cafetaria daipada perlakuan mix.
Dari kedua perlakuan (mix dan cafetaria) pada penelitian ini dapat dilakukan
analisis pendapatan guna melihat perlakuan yang lebih memiliki nilai ekonomis.
Analisis pendapatan berdasarkan biaya pakan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Pendapatan Berdasarkan Biaya Pakan
Keterangan: Harga (Rp/kg) jagung 8.000; pollard 2.700; b. Kedelai 8000; b. Kelapa 2.400; CaCO3 600; garam 1500; premix 15.000.
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pendapatan yang lebih banyak ditunjukkan
pada perlakuan cafetaria, yaitu Rp 242.832,00 atau tiga kali lipat lebih banyak dari
perlakuan mix yang hanya mendapat Rp 80.323,00. Konsumsi air susu yang lebih
sedikit pada perlakuan cafetaria mengakibatkan biaya susu yang rendah yaitu Rp
460.000,00 untuk 115 liter susu segar, sedangkan pada perlakuan mix mencapai Rp
672.000,00 untuk 168 liter susu segar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sistem pemberian pakan dengan cara bebas pilih atau cafetaria feeding
menciptakan susunan ransum starter, yaitu jagung (15%), pollard (4%), bungkil
kedelai (80%), dan bungkil kelapa (1%) dengan komposisi zat makanannya, yaitu
BK 85,66%, PK 37,45%, SK 4,62%, dan TDN 82,17%. Pencapaian waktu lepas
sapih yang lebih cepat ditunjukkan oleh perlakuan cafetaria, yaitu 31 hari sedangkan
pada perlakuan mix mencapai 44 hari. Pertambahan bobot badan menunjukkan hasil
yang lebih tinggi pada perlakuan cafetaria daripada perlakuan mix, hal tersebut
selaras dengan jumlah konsumsi PK namun tidak untuk zat makanan yang lainnya.
Nilai efisiensi penggunaan pakan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sama.
Saran
Perlu mencari substitusi pengganti bungkil kedelai sebagai sumber protein
berbasis pakan lokal sehingga tidak tergantung pada impor dan diharapkan memiliki
biaya yang lebih ekonomis.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Salawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnnya hingga akhir zaman. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana peternakan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada Ir. Kukuh B. Satoto, MS sebagai pembimbing utama dan kepada Dr. Ir. Didid
Diapari, MS sebagai pembimbing anggota dan pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan, pengarahan, bimbingan, saran, dan semangat selama kuliah.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ibunda Hj. Minut
Sulistyawati dan Ayahanda H. Surodo tercinta atas perhatian, kasih sayang, doa, dan
dukungan baik secara spiritual dan material yang telah diberikan kepada penulis
selama ini. Serta Adik-adikku (Tira Widya Sari dan Danu Tri Atmojo), Ir. Lilis
Khotijah, M.Si., atas segala bentuk dukungan yang telah diberikan. Kepada Kharis,
Ikhsan, dan Nisa selaku teman sepenelitian atas pengertian, kerjasama selama
penelitian, hingga penulisan skripsi ini. Kepada Renata Ika Saputri atas segala
perhatian, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis selama ini, serta
kepada Mas Insan, Pak Djaja, Kang Edi, Kang Asep, Lukman, Hadziq, Danu, Aseb,
Kiki, Heru, Novicha serta teman-teman INTP 43 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
orang-orang yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2010
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Araba, M. & N. Dale. 1990. Evaluation of protein solubility as an indicator of over processing soybean meal. Poultry Sci. 69: 76-83.
Bateman, H. G., T. W. White, C. C. Williams, & S. Alford. 2004. Goat preference for concentrates or forages is influenced by physical and chemical characteristics of the feed. The Professional Anim. Scientist, 20: 198-204.
Boga, M., A. Sahin, U. Kilic, & M. Gorgulu. 2009. Behavioural responses of dairy calves to cafetaria feeding vs. single feeding. Journal of Animal and Veterinary Advances 8 (8): 1573-1578.
Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Terjemahan: B Srigandono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Church, D. C. & W. G. Pond. 1988. Basic Animal and Feeding. John Willey and Sons, Singapore.
Devendra, C. 1978. Goats, In: An Introduction to Animal Husbandry in The Tropic By Williams, G and W. J. A. Payne. Longmans. London.
Ensminger, M. E., J. E. Oldfield, & W. W. Heineman. 1990. Feed and Nutrition 2nd Edition, California.
Etgen, W. M., R. E. James, & P. M. Reaves. 1987. Dairy Cattle Feeding and Management. 7th Edition. John Wiley and Sons, Singapore.
Forbes, J. M. 1995. Voluntary Food Intake and Diet Selection in Farm Animals. CABI Publishing, Wallingford.
Forbes, J. M. & F. D. Provenza. 2000. Integration of Learning and Metabolic Signal into a Theory of Dietary Choice and Food Intake. In Cronje, P. B. (Ed.) Ruminant Physiology: Digestion, Metabolism, Growth, and Reproduction. CABI Publishing, Wallingford.
Goldsworthy, P. R. & N. M. Fischer. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gorgulu, M., H. R. Kutlu, E. Demir, O. Ozturkcan, & J. M. Forbes. 1996. Nutritional Consequences of Free Choice Among Feed Ingredients by Awassi Lambs. CABI Publishing, Wallingford.
Gorgulu, M., O. Guney, O. Torun, O. Ozuyanik, & H. R. Kutlu. 2003. An alternative feeding system for dairy goats: Effects of free-choice feeding on milk yield and milk composition in early lactation of Damascus goats. J. Anim. Feed Sci., 12: 33-44.
Gorgulu, M., M. Boga, A. Sahin, U. Serbester, H. R. Kutlu, & S. Sahinler. 2008. Diet selection and eating behaviour of lactating goats subjected to time restricted feeding in choice ang single feeding system. CABI Publishing, Wallingford.
Hardjosubroto, W. 1984. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.
Heinrichs, A. J. & C. M. Jones. 2003. Feeding the Newborn Dairy Calf. College of Agricultural Sciences, Agricultural Research and Cooperative Extension, The Pennsylvania State University, Pennsylvania.
Imron, M. 2009. Pedet. Artikel. BET Cipelang. http://betcipelang.info [28 Februari 2010]
Jones, C. M. & A. J. Heinrichs. 2007. Early Weaning Strategies. The Pennsylvania State University. http://cas.psu.edu [1 Januari 2010]
Keskin, M., A. Sahin, O. Bicer, & S. Gul. 2004. Comparison of the behaviour of awassi lambs in cafetaria feeding system with single diet feeding system. Applied Anim. Behav. Sci., 85: 57-64.
Lotong, N. 1998. Koji: In: Microbiology of Fermented Foods. Vol.2. 2nd Ed. J.B. Wood, Blackie Academic and Professional, London.
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh, & C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Ashford Colour Press. Gosport.
McDowell, L. R. 1992. Mineral in Animal and Human Nutrition. Academic Press, Inc. Publisher, San Fransisco.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press, Washington.
National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 8th Revised Edition. National Academy Press, Washington.
Nicol, C. J. 1997. Environmental choices of farm animals. Animal Choices. Occasional Publication of British Society of Animal Science No.: 20: 35-43.
Orskov, E. R. 1998. The Feeding of Ruminant (Principle and Practices). Chalcombe Publications, Cambrige.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Phang, L. 2001. Pemanfaatan bekatul, pollard, dan jagung pada media tambah terhadap produksi tubuh buah jamur shitake (Lentinula edodes) di dataran rendah Ciomas, Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Pond, W. G., D. C. Church, & K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. John Wiley and Sons press, New York.
Roy, J. H. B. 1980. The Calf, Studies in Agriculture and Food Science. 4th Edition. Butterworths, London.
Rubatzky, V. E. & M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Prodsuksi, dan Gizi. Jilid I. Edisi ke-2. Terjemahan: Catur Herison. Penerbit ITP, Bandung.
Sahin, A., M. Keskin, O. Bicer, & S. Gul. 2003. Diet selection by Awassi lambs fed individually in a cafetaria feeding system. Livest. Prod. Sci., 82: 163-170.
Santosa, U. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Siemens, M. G. 1996. Managing and Feeding Holstein Steers: Birth to 350 Lbs. A3662. University of Wisconsin, Madison.
Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI Bungkil Kedelai. SNI.01-4227-1996.
Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI Bungkil Kelapa. SNI.01-2904-1996.
Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutardi, T. 1981. Diktat Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Swick, R. A. 2001. An Update on Soybean Meal Quality Consideration. American Soybean Association. Orchard Road, Liat Tower, Singapore.
Syarief, M. Z. & Sumoprastowo, R. M. 1984. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta.
Thompson, D. J. 1978. Calsium, Phosphorus, and Flourine in: Animal Nutrition Research with Grazing Ruminants Edit. : J. H. Conrad and L. R. McDowel. P: 47-54.
Tillman, E., H. Hartadi, S. Reksohadiprajdo, & S. Labdosoeharjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Triwulaningsih, E. J. 1986. Beberapa parameter genetik sifat kuantatif kambing peranakan etawah. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Williamson, F. G. & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Cetakan ketiga. Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Wina, E., I. W. Mathius, & B. Tangendjaja. 1996. Kinerja Pertumbuhan Sapi Jantan FH Anak yang Diberi Susu Pengganti Terdiri dari Bahan Lokal untuk Produksi Veal. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 2 (2): 77-83.
Yurtseven, S. & M. Gorgulu. 2004. Effects of grain sources and feeding methods, free-choice vs total mixed ration, on milk yield and composition of German Fawn x Hair crossbredgoats in mid lactation. J. Anim. Feed Sci., 13: 417-428.
Yurtseven, S. & M. Gorgulu. 2007. The effects of multiple choices for grain and protein sourcs differing in ruminal degradability on diet selection and performance of lactating dairy goats. Hayvansal Uretim J. Anim. Prod., 48: 7-144.
LAMPIRAN
Lampiran 1. ANOVA Konsumsi Segar
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 87455,88 87455,88 7,61069 7,71 21,2 Error 4 45964,76 11491,19 Total 5 127320,6
Lampiran 2. ANOVA Konsumsi Bahan Kering (BK)
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 8213,549 8213,549 0,942463 7,71 21,2 Error 4 34859,94 8714,986 Total 5 43073,49
Lampiran 3. ANOVA dan Uji T Konsumsi Protein Kasar (PK)
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 12883,54 12883,54 8,407596 7,71 21,2 Error 4 6129,476 1532,369 Total 5 19013,02
Variable
1 Variable
2 Mean 151,0012 58,32421Variance 3023,462 41,27623Observations 3 3Pooled Variance 1532,369 Hypothesized Mean Difference 0 df 4 t Stat 2,899585 P(T<=t) one-tail 0,022068 t Critical one-tail 2,131847 P(T<=t) two-tail 0,044136 t Critical two-tail 2,776445
Lampiran 4. ANOVA Konsumsi Total Digestible Nutrient (TDN)
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 1044,33 1044,328 0,502238 7,71 21,2 Error 4 8317,398 2079,349 Total 5 9361,726
Lampiran 5. ANOVA Konsumsi Serat Kasar (SK)
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 8,44 8,43634 0,322426 7,71 21,2 Error 4 104,6607 26,16517
Total 5 113,097
Lampiran 6. ANOVA Konsumsi Ca
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 0,69 0,687189 6,560162 7,71 21,2 Error 4 0,419007 0,104752 Total 5 1,106196
Lampiran 7. ANOVA Konsumsi P
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 0,23 0,234686 0,407402 7,71 21,2 Error 4 2,304221 0,576055 Total 5 2,538908
Lampiran 8. ANOVA dan Uji T Konsumsi Lama Sapih
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 266,67 266,6667 320 7,71 21,2 Error 4 3,333333 0,833333 Total 5 270
Variable
1 Variable
2 Mean 31,33333 44,66667Variance 0,333333 1,333333Observations 3 3Pooled Variance 0,833333 Hypothesized Mean Difference 0 df 4 t Stat -17,8885 P(T<=t) one-tail 2,87E-05 t Critical one-tail 3,746947 P(T<=t) two-tail 5,74E-05 t Critical two-tail 4,604095
Lampiran 9. ANOVA dan Uji T Konsumsi Pertambahan Bobot Badan (PBB)
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 0,03 0,02947 11,37021 7,71 21,2 Error 4 0,010368 0,002592 Total 5 0,039838
Variable
1 Variable
2 Mean 0,55914 0,418972Variance 0,001387 0,003796Observations 3 3Pooled Variance 0,002592 Hypothesized Mean Difference 0 df 4 t Stat 3,371975 P(T<=t) one-tail 0,013996 t Critical one-tail 2,131847 P(T<=t) two-tail 0,027992 t Critical two-tail 2,776445
Lampiran 10. ANOVA dan Uji T Konsumsi Susu Segar
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 4266,67 4266,667 320 7,71 21,2 Error 4 53,33333 13,33333 Total 5 4320
Variable
1 Variable
2 Mean 115,3333 168,6667Variance 5,333333 21,33333Observations 3 3Pooled Variance 13,33333 Hypothesized Mean Difference 0 df 4 t Stat -17,8885 P(T<=t) one-tail 2,87E-05 t Critical one-tail 3,746947 P(T<=t) two-tail 5,74E-05 t Critical two-tail 4,604095
Lampiran 11. ANOVA Efisiensi Penggunaan Pakan
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Perlakuan 1 0,00 0,000952 0,217196 7,71 21,2 Error 4 0,017539 0,004385 Total 5 0,018491