BAB I
REKAM MEDIK
Identifikasi
Nama : Ny. N
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Ratu Sianom no 60 rt 20 rw 11 Kel. 3 Ilir Kec. Ilir
Timur 2
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MRS : 21 Maret 2012
Anamnesis
Keluhan utama:
Mau melahirkan dengan anak tak lahir-lahir
Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 18 jam SMRS os mengeluh perut mules-mules yang menjalar ke pinggang,
hilang timbul, makin lama makin kuat makin sering. Riwayat keluar darah dan
lendir (+), riwayat keluar air-air (-). ± 8 jam SMRS os ke bidan dan dikatakan
sudah lengkap, kemudian ketuban dipecahkan, os lalu dipimpin mengedan.
±7,5jam SMRS anak tidak lahir-lahir. Os kemudian dirujuk ke RSMH. Os
mengaku hamil cukup bulan
Riwayat perkawinan : 1 kali lamanya 17 tahun
Riwayat gizi : sedang
Riwayat sosek : sedang
Riwayat kehamilan sekarang :
Menarche : 13 tahun
1
Siklus : 28 hari, teratur
Lamanya : 9 hari
Banyaknya : Biasa
HPHT : pasien lupa
TP : -
Lama hamil : 38 minggu
Gerakan anak dirasakan : 5 bulan yang lalu
Periksa hamil : Bidan lebih dari 3 kali
Riwayat persalinan :
Dikirim oleh : Bidan
His mulai sejak tanggal : 20 Maret 2012 pukul 07.00 WIB
Darah lendir sejak tanggal : 20 Maret 2012 pukul 07.00 WIB
Rasa mengedan sejak tanggal : 20 Maret 2012 pukul 17.30 WIB
Ketubah pecah sejak tanggal : 20 Maret 2012 pukul 17.30 WIB
Riwayat Penyakit yang pernah diderita : (-)
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat Obstetri : G5P4A0
Pemeriksaan Fisik
Status Present :
- Keadaan umum : sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis
- BB/TB : 64 kg/154 cm
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 120 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 38,3°C
- Konjungtiva : pucat -/-
- Sklera : ikterik -/-
- Cor : gallop (-), murmur (-)
- Pulmo : bising nafas vesikuler (+) N, ronkhi (-),
wheezing (-)
2
- Payudara : hiperpigmentasi +/+
- Hepar/lien : sulit dinilai
- Edema pretibial : -/-
- Varises : -/-
- Refleks : fisiologis +/+, patologis -/-
- Turgor kulit : menurun
- Mata cekung : (+)
- Bibir kering : (+)
- Meteorismus : (+)
- Vulva edema : (+)
- Lain-lain : dehidrasi (+)
Status Obstetri:
Pemeriksaan Luar (21 Maret 2012 pukul 01.00 WIB)
Abdomen cembung, tegang, tinggi fundus uteri 3 jbpx (34 cm), memanjang, puka,
terbawah kepala, penurunan 2/5, His 2x/10’/35”, TBJ: 3410 gram, DJJ 186x/menit
teratur, edema vulva (+).
Pemeriksaan dalam
Portio : tidak teraba
Posisi : tidak teraba
Pendataran : 100%
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-)
Penurunan : Hodge III
Terbawah : Kepala
Penunjuk : sulit dinilai
Caput : 7x7cm
Vaginal toucher
Portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, pendataran 100%, ketuban (-) 8 jam, hijau
kental, bau (+), terbawah kepala, caput 7 x 7 cm, penurunan HIII, penunjuk sulit
dinilai.
3
Pemeriksaan Panggul
Promontorium sulit dinilai, KD sulit dinilai, KV sulit dinilai, linea innominata
sulit dinilai, sakrum sulit dinilai, spina iskiadika sulit dinilai, arkus pubis >900.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin:
- Hb : 11,1 g% Trombosit : 274.000 /mm3
- Ht : 28 vol% Hitung jenis : 0/1/0/87/6/6
- LED : 20 mm/jam Leukosit : 22.500 /mm3
Urin rutin
Warna : kuning
Kejernihan : agak keruh
pH : 6,0
Berat jenis : 1,030
Glukosa : (-)
Protein : (-)
Bilirubin : (-)
Urobilinogen : (-)
Darah : (++)
Nitrit : (-)
Keton : (-)
Sedimen
Sel epitel :(+) Leukosit : 0-3/LPB
Eritrosit : 30-40/LPB Silinder : (-)
Kristal : (-)
Diagnosis:
G5P4A0 hamil aterm inpartu kala II dengan partus kasep, janin tunggal hidup
presentasi kepala.
4
Prognosis:
Ibu : Dubia
Janin : Dubia
Tindakan
1 Rencana Terminasi per abdominam
2 Observasi TVI, His, DJJ
3 Perbaikan KU 1 jam dengan D5% (kocor 1 liter), dilanjutkan dengan D5%
: RL = 2:1 gtt xxx/menit
4 Kateter menetap selama 7 hari
5 Lateroposisi + O2 5 liter/menit
6 Injeksi antibiotik Gentamisin 2x8 mg iv
7 Infus Metronidazol 2x500 mg
8 Injeksi Dexamethason 2 ampul iv
9 Persiapan operasi (izin, alat, obat, dan darah)
LAPORAN OPERASI
Tanggal 21 Maret 2012
Pukul 03.10 WIB. Operasi dimulai.
Penderita dalam posisi terlentang dengan anestesi spinal. Dilakukan tindakan
aseptik dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi
dipersempit dengan doek steril. Dilakukan insisi mediana mulai 2 jari atas simfisis
sampai 2 jari bawah pusat, kemudian insisi diperdalam secara tajam dan tumpul
sampai menembus peritoneum. Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus sebesar
kehamilan aterm, diputuskan untuk melakukan SSTP dengan cara sbb:
Insisi pada SBR ± 3 cm secara tajam kemudian bagian tengah ditembus
secara tumpul dengan jari sampai menembus kavum uteri dan diperlebar
ke lateral, didapatkan ketuban minimal, hijau, kental, bau (+).
Kepala bayi menghadap operator
Anak dilahirkan dengan cara meluksir kepala.
5
Pukul 03.20 WIB.
Lahir hidup neonatus laki-laki dengan BB 3500 gram, PB 50 cm, AS 2/3/7 FT
AGA. Dengan caput ukuran 7 x 7 cm di belakang kepala. Ke dalam cairan infus
dimasukkan oksitosin 20 IU. Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali
pusat terkendali.
Pukul 03.23 WIB.
Plasenta lahir lengkap dengan BP 500 gram, PTP : 50 cm, ukuran 18x19 cm.
Dilakukan pembersihan kavum uteri dengan kassa, dilanjutkan penjahitan pada
uterus sebagai berikut :
Dilakukan penjahitan SBR selapis secara jelujur dengan benang Vycril 1.0
Dilakukan retroperitonealisasi dengan plain catgut 2.0
Dilakukan tubektomi pomeroy pada kedua tuba
Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya.
Setelah diyakini tak ada perdarahan dilanjutkan pencucian kavum
abdomen dengan NaCl 0,9 %.
Dilakukan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai
berikut :
Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut no. 2. 0
Lapisan otot dijahit secara jelujur dengan plain catgut no. 2. 0
Fascia dijahit secara jelujur feston dengan Vicryl no. 1
Subkutis dijahit secara satu-satu dengan plain catgut no. 2. 0
Kutis dijahit secara jelujur subkutikuler dengan vicryl no. 3.0
Luka operasi ditutup dengan sofratulle dan hypafix
Pukul 04.15 WIB. Operasi selesai
6
Cairan Masuk Cairan Keluar
RL 1000 cc Urine 300 cc
Haemacell - Darah 400 cc
Total 1000 cc Total 700 cc
Diagnosis prabedah : G5P4A0 hamil aterm inpartu kala II dengan partus
kasep, janin tunggal hidup presentasi kepala
Diagnosis pasca bedah : Malposisi
Tindakan : Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda + Tubektomi
Pomeroy
FOLLOW UP
21-03-2012 pukul 05.00
Keluhan : selesai operasi melahirkan
Status present :
KU : sedang, sens: CM
TD : 110/80 mmHg
RR : 24x/menit
Nadi : 80x/ menit
T : 36.5ºC
Status obstetrik :
PL : abdomen cembung, lemas, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat,
kontraksi baik, perdarahan (-), luka operasi ditutup hipafix.
Kesan : P5A0 post SSTP a/i partus kasep
Rencana:
7
1 Evaluasi tanda-tanda vital ibu
2 IVFD D5% gtt xx/m
3 Cek Hb post operasi
4 Kateter menetap catat intake dan output
5 Mobilisasi bertahap
6 Diet bertahap
7 Terapi Medikamentosa:
Cefotaxim 1 gr 2x1 i.v
Alinamin 3x1 amp i.v
Transamin 3x1 amp i.v
Tramadol 3x1 amp i.v
Vitamin C 3x1 amp i.v
Vitamin B kompleks 2x2 amp i.v
Chromalux 2x1 tab
Hasil laboratorium : Hb 9,8 g/dl
22-03-2012 (06.30)
Keluhan : (-)
Status present :
KU : sedang, sens: CM
TD : 110/80 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 80 x/menit
T : 36,70 C
Status obstetrik :
PL : abdomen cembung, lemas, fundus uteri 4 jari di bawah pusat, kontraksi
baik, perdarahan aktif (-), vulva edema, luka operasi tertutup hipafix
Kesan : P5A0 post SSTP a/i partus kasep
Rencana :
8
1. Observasi tanda vital ibu
2. Mobilisasi bertahap
3. Kateter menetap
4. IVFD D5% : RL + 20 IU induxin = 2:1 gtt xx/ menit
5. Terapi Medikamentosa:
Ceftriaxon 2x1 gr i.v
Metronidazol 2x500 mg i.v drip
Gentamycin 2x80 mg i.v
Alinamin 3x1 amp i.v
Tramadol 3x1 amp i.v
Transamin 3x1 amp i.v
Vit C 3x1 amp IV
Vit B comp 2x2 ml IM
Chromalux 2x1 tab
6. Kompres NaCl pada vulva
Hasil Laboratotium : Hb = 10,1 g/dl
23-03-2012 (06.30)
Keluhan : (-)
Status present :
KU : sedang, sens: CM
TD : 110/80 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 82 x/menit
T : 36,80 C
Status obstetrik :
PL : abdomen cembung, lemas, fundus uteri 4 jari di bawah pusat, kontraksi
baik, pendarahan aktif (-), vulva edema, luka operasi tertutup hipafix
Kesan : P5A0 post SSTP a/i partus kasep
9
Rencana :
1. Observasi tanda vital ibu
2. Kateter menetap
3. Terapi Medikamentosa:
Cefadroxyl 2x500
Asam mefenamat 3x500 mg
Metronidazol 3x500 mg
Vit B comp 3x1 tab
4. Kompres NaCl pada vulva
24-03-2012 (06.30)
Keluhan : (-)
Status present :
KU : sedang, sens: CM
TD : 110/80 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 88 x/menit
T : 36,90 C
Status obstetrik:
PL : abdomen cembung, lemas, fundus uteri 4 jari di bawah pusat, kontraksi
baik, pendarahan aktif (-), vulva edema, luka operasi tertutup hipafix
Kesan : P5A0 post SSTP a/i partus kasep
Rencana :
1. Observasi tanda vital ibu
2. Kateter menetap
3. Terapi Medikamentosa:
Cefadroxyl 2x500
10
Asam mefenamat 3x500 mg
Metronidazol 3x500 mg
Vit B comp 3x1 tab
4. Kompres NaCl pada vulva
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA11
2.1. Definisi Partus Kasep
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Sedangkan partus kasep adalah
merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu
lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan atau janin, seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK). Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan
dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan
serviks, turunnya kepala, dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Persalinan pada
primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang mengatakan bahwa
persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan kenyataan bahwa
biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi permulaan dan
berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama menurut penelitian
adalah 2,8-4,9%.3,7
2.2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :2,4,,5,8
1. Tenaga atau Kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding
perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum
rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan. His yang
tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga
persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. Jenis-jenis kelainan his:
a. Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan
lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Selama
ketubannya masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu
maupun janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.
Keadaan ini dinamakan inersia Uteri Primer. Inersia Uteri Sekunder:
kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan
dalam waktu yang lama.
12
b. His terlampau kuat. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa,
kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
sangat singkat.
c. Incoordinate uterine contraction. Disini sifat his berubah, tonus otot
uterus meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung
seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-
bagiannya. His menjadi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
2. Janin (passanger) : letak janin, posisi janin, presentasi janin dan bentuk janin.
a. Kelainan letak, posisi atau presentasi janin
- Posisi Oksipitalis Posterior Persisten
- Presentasi Puncak Kepala
- Presentasi Muka
- Presentasi Dahi
- Letak Sungsang
- Letak Lintang
- Presentasi Ganda
b. Kelainan bentuk janin
- Pertumbuhan janin yang berlebihan
- Hidrosefalus
- Kelainan bentuk janin yang lain: janin kembar melekat (double
monster), janin dengan perut besar, tumor-tumor lain pada
janin.
c. Jalan Lintas (passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks
untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina
untuk memanjang. Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
- Panggul ginekoid. Jenis panggul yang paling banyak pada
wanita normal, mempunyai diameter terbaik untuk lahirnya
janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul berbentuk hamper
bulat. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita.
13
- Panggul anthropoid. Panggul yang memiliki bentuk agak
lonjong seperti telur, pada bidang pintu atas panggul dengan
diameter terpanjang anteroposterior. Arkus pubis sempit dan
lebarnya kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan
penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini
ditemukan pada 35% wanita.
- Panggul android. Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi
jelek dan lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid.
Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati
sacrum. Spina iskiadika menonjol ke dalam jalan lahir dan
pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang
menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
- Panggul platipelloid. Panggul berbentuk datar dengan tulang-
tulang yang lembut, jenis panggul ini paling jarang dijumpai
dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu
atas panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan
pemendekan dari diameter antero-posterior, sebaliknya
diameter transversal lebar.
Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan
terdiri dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah panggul.5,8
a. Pintu atas panggul atau inlet. Ada 2 diameter terpenting pada pintu atas
panggul yaitu :
- Diameter antero-posterior dari promontorium sakrum ke
pinggir atas simfisis pubis, disebut konjugata vera, ukuran
normalnya adalah 11-12 cm.
- Diameter transversal adalah bagian terlebar dari pintu atas
panggul dengan ukuran 13 cm.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari
10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Oleh karena pada
panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh 14
pintu atas panggul, maka dalam hal ini Serviks uteri kurang mengalami
tekanan kepala. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak
tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada
pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.
b. Rongga panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran yang
paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua
spina iskiadika. Distansia interspinarum normal }10,5 cm. Perhatikan
pula bentuk os sakrum, apakah kelengkungkunganya baik.
c. Pintu bawah panggul atau outlet. Arkus pubis pada pelvis normal
membentuk sudut 90°. Bila kurang sekali dari 90° maka kepala janin
akan lebiih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke
dorsal. Kelainan traktus genitalis juga dapat menyebabkan terjadinya
distosia.
- Vulva : edema, stenosis dan tumor
- Vagina : stenosis vagina kongenital, septum vagina, tumor
vagina
- Serviks uteri : dysfunctional uterine action (parut serviks uteri),
konglutinasio orifisii eksterni, karsinoma servisis uteri
- Uterus : mioma uteri
- Ovarium : tumor ovarium
3. Kejiwaan (psyche)
Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan
orang terdekat dan intregitas emosional. Selain karena kejiwaan bisa juga
dipengaruhi oleh faktor penolong (provider) : pimpinan yang salah.
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong
persalinan juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan
bertindak dalam memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan
hingga bayi dilahirkan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan
bayi. Oleh karena itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga
kesehatan yang terlatih dan terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-
15
tanda bahaya pada ibu yang melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama
persalinan, penolong segera dapat melakukan rujukan.
Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap
kejadian kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga
selanjutnya perlu persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan
Rusydi di RSUP Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya
dilakukan tindakan operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya
ditolong oleh bidan dan dukun di luar rumah sakit.
Sebab-sebab terjadinya partus kasep ini adalah multikomplek dan tentu
saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik,
dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebab adalah antara lain:3
a. kelainan letak janin
b. kelainan-kelainan panggul
c. kelainan his
d. pimpinan partus yang salah
e. janin besar atau ada kelainan congenital
f. primitua
g. perut gantung, grandemulti
h. ketuban pecah dini
2.3. Gejala klinik 3,6,7
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan
lemah, pernapasan cepat dan meteorismus, cincin retraksi patologis,
edema vulva, edema serviks, his hilang atau lemah.
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan
yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen
bawah uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah
uterus.
16
Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri:
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari
luar, pemeriksaan dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas,
robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif, air
ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup
besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius.
Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan
menghilang dalam beberapa hari.
c. Moulage kepala yang hebat, akibat tekanan his yang kuat,
lempenglempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu
sama lain.
d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e. Kematian Janin Intra Parital (KJIP)
2.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:7
1. Adanya tanda dan gejala klinis partus lama:
a. Ibu kelelahan dan dehidrasi
b. Vulva edema
c. Perut kembung
d. Demam
e. Kaput suksedaneum
f. RUI
2. Adanya komplikasi pada ibu:
a. Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis
b. Infeksi intrauterin sampai sepsis
c. Dehidrasi sampai syok
d. Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)
3. Adanya komplikasi pada janin:
17
a. Gawat janin
b. Kematian janin
2.5 Penatalaksanaan7
Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:
1. Koreksi cairan (rehidrasi)
2. Koreksi keseimbangan asam basa
3. Koreksi keseimbangan elektrolit
4. Pemberian kalori
5. Pemberantasan infeksi
6. Penurun panas
Tindakan yang diberikan:
1. Pasang infus dan kateter urin
2. Pemberian cairan, kalori dan elektrolit
a. Infus Ringer laktat, kalori dan elektrolit
b. Infus dekstrosa 5% 250cc, tetesan cepat. Cairan dapat diberikan menurut
kebutuhan.
3. Koreksi asam basa dengan pengukuran karbondioksida darah dan pH (bila
perlu)
4. Pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral.
a. Inj. Ampicillin 1gr/6jam, Inj. Gentamycin 80mg/12jam, metronidazole
selama 3 hari, dilanjutkan amoksisilin 3x500mg/hari selama 2 hari.
b. Inj. Cefotaxime 1gr/hr, selama 3 hari, dilanjutkan amoksisilin
3x500mg/hari selama 3 hari.
5. Penurun panas
a. Kompres
b. Inj. Xylomidone 2cc IM
6. Terminasi persalinan:
18
a. Bila syarat persalinan per vaginam memenuhi dilakukan ekstraksi
vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi
b. Bila syarat persalinan per vaginam tidak terpenuhi maka dilakukan SC
2.6. Komplikasi 4,6
1. Ibu
a. Infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu
dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.
Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua
serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan
janin.
b. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ
c. Robekan jalan lahir
d. Ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan
bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas
tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea.
e. Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan
rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul
tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir
yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan
berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat terjadi nekrosis yang
akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya
fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis
akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang sangat
berkepanjangan.
2. Anak
a. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
b. Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap
c. Trauma persalinan
d. Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan
dengan tindakan.
BAB III19
ANALISIS KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa diagnosis
kasus ini adalah G5P4A0 hamil aterm inpartu kala II dengan partus kasep, janin
tunggal hidup presentasi kepala. Suatu kehamilan dikatakan aterm jika kehamilan
tersebut berusia 37-42 minggu.1 Untuk mengetahui usia kehamilan dapat
dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, menggunakan rumus Naegle
melalui hari pertama haid terakhir (HPHT), rumus McDonald (tinggi fundus uteri
dikalikan 8 dan dibagikan 7 memberikan umur kehamilan dalam minggu),
Quickening of life (persepsi gerakan janin pertama) dan pemeriksaan USG. Usia
kehamilan penderita pada kasus ini ditentukan berdasarkan anamnesis yaitu
penderita mengaku hamil cukup bulan dan pengukuran tinggi fundus uteri yang
diketahui 3 jari bawah processus xiphoideus (34cm), menandakan bahwa
kehamilan aterm.4,5
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), serviks
mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) serta his yang mulai teratur.
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-
pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.3
Partus dibagi menjadi 4 kala yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV. Kala I
atau kala pembukaan yaitu terjadinya pembukaan serviks sampai 10 cm. Kala II
disebut juga kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong ke luar sampai lahir. Kala III atau kala uri adalah terlepasnya
plasenta dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta
dan lamanya 1 jam.1,3
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase yaitu
fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung selama 6 jam dan pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase aktif dibagi
menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi. 20
Pada fase akselerasi terjadi pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam.
Pada fase dilatasi maksimal terjadi pembukaan yang sangat cepat yaitu dari 4 cm
menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam. Pada fase deselerasi pembukaan menjadi
lambat kembali yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.3
Pada kasus ini, penderita sudah inpartu karena sudah terdapat tanda-tanda
inpartu yaitu keluarnya darah lendir, pembukaan dan pendataran serviks. Kala II
karena pada pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap dan pasien telah
dipimpin mengedan sebelumnya oleh bidan
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum (OUI) akan membuka
lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri
eksternum (OUE) membuka. Pada multigravida OUI sudah sedikit terbuka, OUI
dan OUE mengalami penipisan dan pendataran serviks dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida,
kala I berlangsung 13-14 jam sedangkan pada multipara berlangsung 6-7 jam.3
Partus kasep adalah suatu keadaan dari fase akhir persalinan yang tidak
mengalami kemajuan (kemacetan) dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi ibu maupun janin atau keduanya.6
Diagnosis partus kasep pada kasus ini sudah tepat karena persalinan sudah
berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan (macet). Berdasarkan
anamnesis dapat diketahui bahwa penderita sudah dipimpin mengedan oleh bidan
sejak + 8 jam SMRS, tetapi anak tidak lahir-lahir. Os kemudian dirujuk ke
RSMH. Berdasarkan teori, seharusnya pimpinan persalinan dilakukan pada kala II
yaitu pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan tidak boleh lebih dari 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida.6
Pemeriksaan fisik juga mendukung diagnosis kasus ini. Pada ibu
didapatkan tanda-tanda komplikasi akibat persalinan yang tidak mengalami
kemajuan yaitu kelelahan, dehidrasi dan infeksi. Tanda-tanda dehidrasi juga
ditemukan pada ibu yaitu mata yang cekung dan turgor yang kurang. Tanda-tanda
infeksi yaitu suhu tubuh ibu adalah 38,3 oC, dari pemeriksaan dalam didapatkan
ketuban sudah pecah, kehijauan, kental dan berbau. Ditemukan adanya kaput
21
ukuran 7x7 cm dan DJJ 186x /menit menandakan adanya komplikasi pada janin.
Jadi secara definisi diagnosis kasus ini sudah tepat karena dari anamnesis
diketahui bahwa persalinan sudah dipimpin selama + 8 jam tetapi anak tidak lahir-
lahir, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam juga didapatkan tanda-tanda
komplikasi pada ibu dan janin.
Penyebab partus kasep multikompleks yang berhubungan dengan
pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Ada
beberapa faktor penyebab partus kasep yaitu faktor ibu (ibu tidak mampu
mengejan dengan baik), faktor kekuatan (his), faktor janin (janin besar atau
malpresentasi), faktor panggul dan pertolongan yang salah (salah pimpin,
manipulasi kristeler dan pemberian uterotonik tidak pada tempatnya).6 Pada
pasien ini kemungkinan penyebab tejadinya partus kasep antara lain faktor ibu
yang tak dapat mengejan dengan baik, selain itu dalam hal ini penderita dipimpin
mengejan selama kurang lebih 8 jam pada kala II, seharusnya pimpinan persalinan
dilakukan pada kala II tidak lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi
intra uterin, pemberian antibiotik dan rencana terminasi persalinan
perabdominam. Untuk memperbaiki keadaan umum, dilakukan rehidrasi yaitu
pemberian cairan dalam waktu 1-2 jam dengan pemasangan infus D5% (kocor 1
liter) dan lanjutkan RL:D5% 1:2 gtt xxx/menit. IVFD D5% diberikan untuk
mengatasi hipoglikemi akibat kekurangan kalori karena lama mengedan serta
mengatasi dehidrasi. Pemasangan kateter menetap dimaksudkan untuk
mengetahui (kontrol) keseimbangan cairan. Kemudian observasi tanda vital ibu.
Tujuan pemberian antibiotik pada kasus ini adalah untuk mencegah infeksi
lebih lanjut (profilaksis). Antibiotik yang diberikan adalah gentamicin 2x8mg dan
metronidazol 2x500mg secara intravena. Tujuan pemberian injeksi dexametason 2
ampul adalah untuk memperbaiki hemodinamik dengan cara memperbaiki endotel
pembuluh darah dan sebagai antiradang dengan mengurai produk-produk
inflammasi sehingga kemungkinan terjadinya syok septik dapat dicegah.
Selanjutnya dilakukan persiapan operasi seperti izin, obat dan alat.
22
Pemakaian kateter selama 7-14 hari postpartum dan diganti setiap 5 hari
bertujuan untuk mengistirahatkan vesica urinaria dan mencegah terjadinya fistula.
BAB IV
KESIMPULAN23
Diagnosis kasus ini ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
dimana diketahui bahwa persalinan berlangsung lama dan tidak mengalami
kemajuan (macet) serta didapatkan tanda-tanda komplikasi pada ibu dan janin
yang mendukung diagnosis partus kasep.
Kemungkinan penyebab kasus ini adalah kesalahan pada penolong awal
(bidan) karena memimpin persalinan lebih dari 1 jam pada pasien multigravida.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi
intra uterin, pemberian antibiotik dan terminasi perabdominam. Terminasi
perabdominam dilakukan karena pada kasus ini sudah dijumpai komplikasi dan
gawat janin.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Yuniartika, Wachidah. 2009. Hubungan Persalinan Kala I Memanjang
dengan Kesejahteraan Janin di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta. Available from: Http://etd.eprints.ums.ac.id/4496/
2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Persalinan dengan Tindakan. Available from:
Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__YULI_KUSUMAWATI.pdf
3. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. MPH., 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri
Fisiologi,Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta: EGC
4. Pereira, Gabriela. 2006. Partus Kasep. Available from:
Http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep
5. Wiknjosastro, Hanifa, Prof., dr., dkk.2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
6. Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams, Volume 1, Edisi 21.
EGC. Jakarta
7. Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik
Rumah Sakit Umum Daerah NTB. Mataram
8. Anonim. 2005. Partus Tak Maju. Available from:
Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter?20II
25