7
BAB II
LANDASAN TEORI
.
2.1. Disiplin Kerja
2.1.1. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin yang baik mencerminkan besar rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja,
semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Disiplin merupakan sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh
karyawan dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada
keputusan, peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku. Berikut
beberapa pengertian kedisiplinan kerja karyawan dari beberapa ahli :
Menurut Hasibuan (2007:193) ”Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesedian
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku”
Keiths Davis dalam Mangkunegara (2011:129) Mengemukakan bahwa
”Dicipline is management action to enforce organization standards. Berdasarkan
pendapat Keith Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman organisasi”
Menurut Handoko (2008:208) menyatakan bahwa ”Disiplin adalah
kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional”
8
Sedangkan Menurut Singodimejo dalam Sutrisno (2011:86) Mengatakan
disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi
dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin
karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan,Sedangkan
disiplin yang merosot akan mempercepat tujuan perusahaan,sedangkan
disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat
pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Fathoni (2006:126) ”Kedisiplinan dapat diartikan bilamana
karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua
pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial yang berlaku”
Menurut Sulistiyani dan ambar (2009:290) ”Disiplin adalah prosedur yang
mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur.
Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur
dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di sebuah organisasi”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kedisiplinan
dari beberapa menurut para ahli bahwa kedisiplinan adalah Fungsi operatif
Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting. Karena kedisiplinan tujuannya
adalah untuk meningkatkan efesiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah
pemborosan waktu dan energi. Perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan,
prosedur kerja yang ada atau disiplin adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang
sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis.
9
2.1.2. Macam-macam Disiplin Kerja
Macam-macam disiplin kerja Menurut Mangkunegara (2011:129) ada dua
tipe kedisiplinan, yaitu:
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai mengikuti dan
mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan.
Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara
preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan. Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam
membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Disiplin preventif
merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua
bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik, maka
diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja
2. Disiplin korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan
suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan
pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang
melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
Disiplin korektif memerlukan perhatian khusus dan prosedur yang seharusnya.
10
2.1.3 Pelaksanaan Disiplin Kerja
Disiplin yang paling baik adalah disiplin diri. Kecenderungan orang
normal adalah melakukan apa yang menjadi kewajibannya dan menepati aturan
permainan. Suatu waktu orang mengerti apa yang dibutuhkan dari mereka,
dimana mereka diharapkan untuk selalu melakukan tugasnya secara efektif dan
efisien dengan senang hati. Kini banyak orang yang mengetahui bahwa
kemungkinan yang terdapat di balik disiplin adalah meningkatkan diri dari
kemalasan. Organisasi atau perusahaan yang baik harus berupaya menciptkan
peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi
oleh seluruh karyawan dalam organisasi. Menurut Tohardi dalam Sutrisno
(2011:94) Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin, antara lain:
1. Peraturan jam masuk, pulang, dan jam istirahat
2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan
3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja
lain
4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya
Disiplin perlu untuk mengatur tindakan kelompok, dimana setiap
anggotannya harus mengendalikan dorongan hatinya dan bekerja sama demi
kebaikan bersama. Dengan kata lain, mereka harus secara sadar tunduk pada aturan
perilaku yang diadakan oleh kepemimpinan organisasi, yang ditujukan pada tujuan
yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan disiplin kerja peraturan dan ketepatan
perusahaan hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh karyawan. Selain
11
itu, hendaknya peraturan tersebut juga dikomunikasikan sehingga para karyawan
tahu apa yang menjadi larangan dan apa yang tidak. Suatu program disiplin yang
konstruktif harus dikembangkan di sekitar elemen-elemen penting sebagai berikut:
1. Rumusan ketepatannya jelas, aturannya masuk akal, dipublikasikan, dan
dijalankan secara hati-hati
2. Pelaksanaan adil dengan menggunakan peringatan dan hukum yang
dimaklumkan, dengan tujuan member koreksi, seimbang dengan pelanggaran,
tidak keras pada permulaan, dan ditetapkan secara seragam
3. Kepemimpinan penyeliaan yang disesuaikan pada aturan-aturan pendisiplinan
dan prosedur-prosedur, penuh pengertian tetapi teguh dalam menangani masalah
pendisiplinan, dan kepemimpinan penyeliaan itu sendiri merupakan suatu contoh
bagi perilaku karyawan
4. Pelaksanaan yang adil dan seragam untuk penyelidikan pelanggaran yang
tampak, dimana pelaksanaanya tergantung pada tinjauan tingkat manajemen yang
lebih tinggi, termasuk cara minta banding terhadap putusan pendisiplinan yang
dianggap tidak adil.
Sesuai dengan pengertian disiplin kerjasebagai suatu sikap terhadap peraturan
perusahaan dalam rangka pelaksanaan kerjanya, maka disiplin kerja dikatakan baik
bila karyawan mengikuti dengan sukarela aturan atasannya dan berbagai peraturan
perusahaan. Dan sebaliknya, dikatakan buruk bila karyawan mengikuti perintah
atasan dengan terpaksa dan tunduk pada peraturan perusahaan.
12
2.1.4.Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Mangkunegara (2011:130) Ada tiga pendekatan disiplin, yaitu
pendekatan disiplin modern, disiplin dengan tradisi, dan disiplin bertujuan.
1. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau
kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara
fisik.
b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukuman yang
berlaku.
c. Keputusan-keputusan yang semuanya terhadap kesalaha atau prasangka harus
diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-
faktanya.
d. Melakukan protes terhadap kepuasan yang berat sebelah pihka terhadap kasus
disiplin.
2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjuaan kembali bila telah diputuskan
b. Disiplin adalah hukuman untuk penyelenggaran, pelaksanaanya harus
disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.
13
c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun
kepada pegawai lainnya.
d. Premberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus
diberi hukuman yang lebih berat.
3. Pendekatan disiplin bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai
b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku
c. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik
d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
perbuatannya
2.1.5. Teknik-Teknik Pelaksanaan Kedisiplinan kerja
Menurut Mangkunegara (2011:132) Terdapat tujuh teknik-teknik pelaksanaan
disiplin kerja, yaitu:
1. Teknik disiplin pertimbangan sedini mungkin
2. Teknik disiplin pencegahan yang efektif
3. Teknik disiplin dengan mendisiplikan diri
4. Teknik disiplin inventori penyelia
5. Teknik disiplin menegur pegawai ”Primadona”
6. Teknik disiplin menimbulkan kesadaran diri
7. Teknik ”Sandwich”
14
2.1.6. Indikator-indikator Kedisiplinan
Menurut Hasibuan (2007:194-198) ada delapan indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuana ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan diterapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi karyawan.
2. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus
memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan
perbuatan.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan atau pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap
pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta di perlakukan sama dengan
manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian
balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan
karyawan yang baik.
15
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan
harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya.
6. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner
karyawan akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan
karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk
menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman
yang telah ditetapkan.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan
baik bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct single
relantionship, direct group relationship, dan cross relantionship hendaknya
harmonis. Terciptanya human relantionship yang serasi akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang aman
16
2.1.7.Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Dengan memberikan peringatan, harus segera, konsisten, dan impersonal.
Menurut Mangkunegara (2011:130)
1. Pemberian Peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberi surat peringatan pertama, kedua,
dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai yang bersangkutan
menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya. Disamping itu pula surat
peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan
penilaian kondite pegawai.
2. Pemberian Sanksi Harus Segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang sesuai dengan
peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar pegawai yang bersangkutan
memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di perusahaan. Kelalaian pemberian
sanksi akan memperlemah disiplin yang ada.
3. Pemberian Sanksi Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini
bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku
pada perusahaan. Ketidak konsisten pemberian sanksi dapat mengakibatkan
pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai, ringannya sanksi, dan pengabaian
disiplin.
4. Pemberian Sanksi Harus Impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membeda-bedakan pegawai, tua
muda, pria-wanita tetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku.
17
Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku untuk semua
pegawai dengan sanksi pelanggran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di
perusahaan.
2.1.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
Untuk mendapatkan disiplin yang baik, maka pemimpin harus memberikan
kepemimpnan yang baik pula. Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2011:89)
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai, adalah:
1. Besar kecilnya pemberian konpensansi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan
akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan
balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi
perusahaan. Bila menerima konpensansi yang memadai, mereka akan dapat
bekerja tenang dan tekun, serta selalu berusaha berkerja dengan sebaik-baiknya.
2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, kareana dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memerhatikan bagaiman pimpinan dapat
menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari
ucapan, perbuatuan, dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah
ditetapkan. Peranan keteladanan pimpinan sangat berpengaruh besar dalam
perusahaan, bahkan sangat dominan dibandingkan dengan semua faktor dalam
perusahaan, karena pimpinan dalam suatu perusahaan masih menjadi panutan para
karyawan.
18
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada
aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak
mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan
yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian
pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan
sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam
hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan,
yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan
dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Orang yang paling tepat
melaksanakan pengawasan terhadap disiplin ini tentulah atasan langsung para
karyawan yang bersangkutan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu
dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan
konpensansi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih
membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinan sendiri. Keluhan dan kesulitan
mereka ingin didengar, dan dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya. Pimpinan
19
yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan akan dapat
menciptakan disiplin kerja yang baik.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin
Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain:
a. Saling menghormati, bila ketemu dilingkungan pekerjaan
b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para
karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut
c. Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi
pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka
d. Memberi bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja, dengan
menginformasikan, ke mana dana untuk urusan apa, walaupun kepada bawahan
sekalipun.
Pimpinan yang kurang baik, yang memakai kekuasaannya dengan sewenang-
wenang dan menggunakan ancaman terus- menerus, kadang dapat memperoleh apa
yang tampak sebagai disiplin yang baik, namun rasa gelisah dan tidak tenteram yang
timbul dari peraturan-peraturan yang keras dan paksaan saja, dapat meledak di
muka pemimpin setiap waktu.