BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama pembanguanan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia ( SDM ) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak
pebuahan sampai dengan dewasa. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan
kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberiksn
dengan penuh kasih sayang sehingga dapat membentuk sumber daya manusia
yang sehat, cerdas dan produktif ( Depkes RI. 2000 ).
Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 7 – 14 % bayi yang dilahirkan
dengan BBLR. Bayi dengan BBLR memiliki daya tahan yang lebih rendah,
sehingga mudah terkena infeksi, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
angka kematian bayi. Disisi lain bayi BBLR sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan kecerdasan anak. Resiko meninggal pada usia satu tahun 17 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi normal. Bayi dengan BBLR cenderung mempunyai
pertumbuhan fisik yang terhambat. Beberapa penelitian menujukan bahwa resiko
untuk menjadi KEP adalah 8-10 kali lebih besar dari anak normal.(Depkes RI.
2002)
Gizi kurang dan buruk berdampak serius terhadap kualitas generasi
mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak. Beberapa dampak serius gizi
kurang pada balita : 1) pertumbuhan fisik terhambat 2) perkembangan mental
1
dan kecerdasan terhambat. 3) anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko
kehilangan IQ 10-13 point. 4) daya tahan tubuh anak menurun sehingga mudah
tekena penyakit infeksi, sakit bahkan meninggal.(Depkes RI. 2002)
Banyak masalah tumbuh kembang yang sering dihadapi dalam praktik
sehari-hari, seperti masalah Kekurangan Energi Protein (KEP), obesitas, kretin,
retardasi mental, palsi serebralis, gangguan bicara pada anak dan lain sebagainya.
Dengan memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan tumbuh
kembang anak, maka kualitas anak dapat ditingkatkan seoptimal mungkin, untuk
mencapai sumber daya manusia yang berkualitas di kemudian hari. Dua faktor
utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu genetik dan
lingkungan. Faktor genetik menentukan potensial anak, sedangkan faktor
lingkungan menentukan tercapai tidaknya potensial tersebut. Faktor lingkungan
besar sekali pengaruhnya pada fase-fase kehidupan anak yaitu pranatal, kelahiran,
dan pascanatal (Soetjiningsih, 1995). Salah satu faktor lingkungan pascanatal
adalah gizi yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak (Monks, 2002).
Gizi berpengaruh terhadap perkembangan otak dimana sangat erat hubungannya
dengan perkembangan mental dan kemampuan berfikir. Dengan demikian apabila
terjadi gangguan kurang gizi dapat menimbulkan kelainan fisik maupun mental
dan menghambat perkembangan (Suhardjo, 1992).
Masalah gizi kurang dan buruk hingga kini masih menjadi masalah yang
serius di Indonesia. Krisis ekonomi, merosotnya nilai rupiah dan bencana alam
yang beruntun, menjadi pemicu meningkatnya masalah ini. Berdasarkan data
Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) jumlah penderita gizi buruk pada anak
balita sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 2000 tidak terjadi perubahan. Pada
2
tahun 1989 dengan total penduduk 177.614.965 orang, kasus gizi buruk pada
balita adalah 1.342.796 anak. Sedangkan pada tahun 2000 dengan total penduduk
203.456.005 orang, kasus gizi buruk pada balita adalah 1.348.181 anak (Sumber:
News Letter, Depkes 2002 No. 05 ).
Dari data laporan PWS-KIA Dikesmas Jember sampai dengan bulan
Desember 2008 tercatat dari jumlah bayi 17.999 didapatkan angka Berat Bayi
Lahir Rendah sebesar 594 atau sekitar 3,30% atau mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,59%,sedangkan angka BBLR
Jatim menujukan angka sebesar 2,09%. Puskesma Ledaok Ombo yang merupakan
salah satu puskesmas diwilayah kerja Dikesmas Jember dari hasil PWS KIA 2008
menujukan bahwa prevelasi kejadian BBLR menempati peringkat ke XI dengan
angka sebesar 6,07% sedangkan rata – rata Kabupaten Jember 3,30 % dan
tertinggi Sekecamatan Ledok Ombo ( 2 %).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik ingin mempelajari apakah ada.
Perbedaan Tumbuh Kembang Anak 1-3 Tahun Dari Yang Dilahirkan BBLR Dan
BBLN Diwilayah Puskesmas Ledok Ombo Kecamatan Ledok Ombo Kabupaten
Jember.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan :
Adakah Perbedaan Tumbuh Kembang Anak Umur 1-3 Tahun Dari Yang
Dilahirka BBLR Dan BBLN Di Wilayah Puskesmas Ledok Ombo Kecamatan
Ledok Ombo Kabupaten Jember?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
3
Mengethui perbedaan Tumbuh Kembang Anak Umur 1-3 Tahun Dari Yang
Dilahirkan BBLR Dan BBLN Diwilayah Puskesmas Ledok Ombo Kecamatan
Ledok Ombo Kabupaten Jember.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman dan penerapan ilmu pengetahuan tentang Perbedaan
Tumbuh Kembang Anak Umur 1-3 Tahun Dari Yang Dilahirkan BBLR Dan
BBLN Diwilayah Puskesmas Ledok Ombo Kecamatan Ledok Ombo Kabupaten
Jember.
2. Manfaat Teoritis
Memberikan suatu informasi dengan program – program penyuluhan
tentang Perbedaan Tumbuh Kembang Anak Umur 1-3 Tahun Dari Yang
Dilahirkan BBLR Dan BBLN Diwilayah Puskesmas Ledok Ombo Kecamatan
Ledok Ombo Kabupaten Jember.
3. Manfaat Praktis
Dengan adanya suatu penelitian ini diharapkan bisa dibuat sebagai suatu reverensi
khususnya bahan pelengkap di perpustakaan dimana nantinya bisa bermanfaat
bagi mahasiswa lain dan juga bisa sebagai bahan untuk proses belajar bagi
mahasiswa serta tambahan pengetahuan tentang mengatasi maslah BBLR agar
tidak terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Tumbuh Kembang Anak
Pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang
dicapai oleh jazad manusia dari konsepsi sampai dewasa.Pertumbuhan berarti
bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahnya
jumlah zat interseluler. Oleh karena itu pertumbuhan dapat diukur dalam
sentimeter atau incih dan dalam kilogram atau pound. Selain itu dapat pula diukur
dalam keseimbangan metabolik, yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh
badan. Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya
keterampilan dan fungsi kompleks. Seseorang berkembang dalam pengaturan
neuromoskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan
terbentuk pula kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan
sebagai sinonim untuk perkembangan. Pertumbuhan fisis, sebagai pertumbuhan
badan sebagai keseluruhan.
a. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi terhadap
tumbuh kembang anak yaitu :
1) Faktor genetik
Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak
yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung didalam sel telur
yang telah dibuahi, dapat ditemukan kualitas dan kuantitas pertumbuahan.
5
2) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangan menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak
tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuahan dasar anak.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapai potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkunagan merupakan
lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari,
mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
a) Faktor yang masih mempengaruhi anak pada masih di dalam kandunagan (faktor
pranatal)
b) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(faktor posnatal)
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin
mulai dari konsepsi sampai akhir, antara lain :
(1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang
hamil, sering menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan,
hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah
terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
(2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janina dalam uterus dapat kelainan
bawaan talipes dilokasi panggul, tortikolis, palsi fasialis, atau karnio tabes.
(3) Toksin/zat kimia
6
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain
obat anti kanker, rokok, alkohol, beserta logam barat lainnya.
(4) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin yang berperan dalam pertumbuhan janin adalah
somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan
aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami
defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya susunan saraf pusat sehingga
terjadinya retradasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
(5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya,
sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan
pada anaknya
(6) Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauteri yang
sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya
yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio,
influenza dan lain-lain.
(7) Stres
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
(8) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis,
kren ikterus, atau lahir mati.
7
(9) Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat,
menyebabkan BBLR.
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem
yang teratur sebagai terbesar tergantung pada organ-organ ibunya, kesuatu sistem
yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu
sendiri. Lingkunagan posnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara
umum dapat digolongkan menjadi :
1) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur,
gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
metabolisme, dan hormon.
2) Faktor fisik
Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan
geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan,
ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi.
3) Psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu
motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan
yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal
yang dapat menimbulkan motivasi yang kaut dalam perkembangan kepribadian
anak kelak dikemudian hari, dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak
memerlukan teman sebaya, stres juga berpengaruh terhadap anak, selain sekolah,
8
cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orang tua dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang anak.
4) Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu
pekerjaa/pendapat keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan semau kebutuhan anak baik yang
primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima
informasi dari luar terutama tentang cara pengusahan anak yang baik, menjaga
kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada
keluaraga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.
a. Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda – beda, namun
demikian apa patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai
seorang anak pada umur tertentu. Ada 4 aspek tumbuh kembang anak yang perlu
dibina dalam menghadapi masa depan anak :
1) Perkembangan fisik (motorik)
Berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan
pengendalian gerakan tubuh mulai dari gerakan yang terkoodinir antara susunan
saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembangan motorik kasar dan halus. Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, 90% atau seluruh
anaggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contoh
kemampuan duduk, memandang, berlari naik turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
9
sebagian anggota tubuh tertentu. Yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
berlajar dan berlatih. Misalanya kemampuan memindahkan benda, mencorat-
coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainnya. Mana yang lebih
penting keduanya penting dan diperlukan agar anak dapat berkembang optimal.
Bedanya perkembangan motorik kasar sangat tergantung kematangan anak.
Sementara motorik halus bisa dilatih. Anak-anak perkembangan motorik halusnya
kurang umumnya disebabkan stimulasi dari lingkungan yang juga kurang. Latihan
menulis, mencoret atau meremas-remas lilin bisa bisa dilakukan melatih motorik
halus.
2) Perkembangan emosi
Perkembangan emosi harus dipupuk sejak dini. Berikanlah kehangatan dan kasih
sayang agar anak merasa nyaman. Anak juga akan belajar dari model
lingkungannya. Nah, apa yang dirasakan akan ia berikan kembali
kelingkungannya. Jika orang tua bersikap hangat, ia pun akan bersikap sama
tarhadap lingkungannya. Bayangkan jika orang tua tak pernah memberikan
kehangatan pada anak. Anak akan merasa ditolak. Akibatnya, ia bisa depresi yang
tentu akan mempengaruhi kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan. Akibat
lain, anak bisa takut mencoba, malu bertemu denagn orang lain, dan sebagainya.
3) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif atau proses berfikir anak adalah proses menerima,
mengolah sampai memahami info yang diterima. Aspeknya antara lain
intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berpikir logis.
Intinya adalah kemampuan anak mengembangkan kemampuan berfikir.
10
Kemampuan ini berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai
memahami kata. Pada tahap dimana anak mulai memberikan respon dan
memahami kata, bisa dimasukan informasi-informasi sederhana. Misalnya,
aturan-aturan yang ada dilingkungan. Bisa juga mengenalkan konsep-konsep
dasar seperti warna, angka dan sebagainya.
Hambatan dalam bidang kognitif bisa dilihat dari seberapa cepat atau lambat anak
menangkap informasi yang diberikan, atau seberapa sulit anak mengungkapkan
pikiran. Keterlambatan seperti ini berkaitan dengan kapasitas intelektual yang
akan menjadi terbatas pula.
4) Perkembangan psikososial
Perkembangan psikologis berkaitan dengan ineraksi anak dengan lingkungan.
Pada usia setahun, anak sudah bisa bermain dengan teman sebayanya. Jika anak
sudah memiliki kemampuan itu, orang tua bisa memberikan dukungan. Anak juga
dikenalkan dengan lingkungan baru ajarkan ia cara beradaptasi.(dr. rahadyan
sasongko hal 217. 2009 )
b. Deteksi Dini Tumbuh Kembangan Anak Umur 1-3 Tahun Motorik Kasar
1) Anak umur 12-15 bulan
a) Anak berjalan sendiri
b) Bermain bola
c) Menarik mainan
d) berjalan mundur
e) Berjalan dan naik turun tangga
f) Berjalan sambil berjinjit – jinjit
g) Menangkap dan melempar
11
2) Anak umur 15-18 bulan
a) Anak berjalan sambil jinjit – jinjit, mundur dan naik turun tangga
b) Bermain bola dengannya
c) Bermain air seperti bermain di bak mandi, pancuran, kolam renang
d) Menendang bola
3) Anak umur 18-24 bulan
a) Anak berlari, berjalan dengan jinjit – jinjit, bermain air, melempar dan
menangkap bola.
b) Berlompat
c) Kesimbangan tubuh
d) Menjalankan mainan
4) Anak umur 2 – 3 tahun
a) Anak memanjat, berlari, melompat, melatih keseimbangan dan bermain bola
b) Latihan menghadapi rintangan
c) Lomat jauh
d) Melempar dan menangkap
2. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
a. Pengertian
1) Pengetian BBLR
Batasan tentang BBLR ada beberapa pendapat antara lain : (a) menurut
sarwono (2006) sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur baby
dengan low birth wieght baby ( bayi dengan berat bayi rendar : BBLR). Hal ini
dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada
12
waktu lahir bayi prematur. Keadaan ini dapat bayi dikatakan permatur apabila
umur kehamilan pada waktu dilahirkan kurang dari 37 minggu. BBLR dapat
merupakan disebabkan 1) masalah kurang dari 37 minggu dengan berat yang
sesuai ( masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang
teratur). 2) bayi small for gestational age (SGA) bayi yang beratnya kurang dari
berat semestinya menurut kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK). b)
menurut sarwono (2006) BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Berkaitan dengan
penanganan dan harapan hidupnya, berat bayi rendah dibedakan dalam : a)
BBLR : 1500 – 2500 gram. b) BBLSR : < 1500 gram. c) BBLER < 1000 gram.
b. Faktor – faktor resiko yang berkaitan dengan BBLR
Berat Bayi Lahir Rendah merupakan hasil interaksi antara usia
pertumbuhan dengan usia kandungan serta kemampuan janin mencapai berat
badan yang optimal saat lahir dan ditentukan oleh adanya persediaan zat – zat gizi
yang cukup, baik kualitas maupun kualitasnya untuk kelanjutan tumbuh kembang
anak dalam kandungan serta kemampuan ibu memelihara umur kehamilan hingga
cukup bulan (kardjat, 2001)
Kejadian BBLR terkait dengan keadaan ibu pada periode kehamilan, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar.
1) Faktor dalam adalah faktor – fakto resiko yang berasal dari dalam tubuh ibu
yaitu faktor resiko yang mempengaruhi proses pertumbuhan janin dalam
kandungan antara lain adanya beberapa gangguan yang terjadi pada tubuh ibu
hamil akibat dari infeksi seperti infeksi kronis, infeksi parasit/cacing ataupun
gangguan proses metabolism seperti diabetes.
13
2) Faktor laur adalah faktor resiko yang berasal dari luar tubuh ibu trauma yang
berkaitan dengan kesehatan ibu pada waktu hamil seperti pelayanan kesehatan
pada waktu hamil (ANC), asupan zat gizi, dan faktor perilaku ibu yang kurang
mendukung seperti minum alkohol, merokok.
3) Faktor lain yang merupakan resiko pada periode kehamilan seperti umur
kehamilan, paritas, umur ibu, jarak kehamilan, dll.
c. Penilain status gizi
Penilaian status gizi dapat dilakuka dengan berbagai cara. Menurut Jellife
(2000), penilaian status gizi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu
secara langsung dengan pemeriksaan kliniks, antopometri (ukuran tubuh), uji
biokimia, uji biofisik, penilaian konsumsi makanan. Atau secara tidak langsung
dengan menghubungkan angka stalistik berbagai penyakit dengan keadaan status
gizi golongan umur tersebut (supariasa, 2002).
Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat
gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhab, fungsi normal tubuh, dan untuk
prokduksi energi serta sopply/masukan zat gizri. Ukuran status gizi dapat
diperoleh melalui dua cara, yaitu cara langsung dan tidak langsung. Disebut
pengukuran secara langsung apabila data yang diperoleh dari hasil pengukuran
setelah dibandingkan denagan standar dapat langsung diketahui hasilnya.
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara antomometri, kliniks, biokimia,
biofisik. Pengukuran secara tidak langsung adalah apabila data yang diperoleh
pengukuran tersebut hanya memberikan gambaran mengenai status gizi populasi
seperti stastistik vital, survei konsumsi, foktor – faktor ekonomi. (Supariasa,
2002).
14
Penilaian status gizi melalui pemeriksaan kliniks, biofisik dan biokimia
sulit dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan tenaga yang menangani,
waktu lama dan biaya yang diperlukan (jahari 2001). Guna mengatasi masalah
tersebut maka antropometri (ukuran tubuh) dpilih sebagai indikator status gizi
yang sifatnya mudah dan mudah penggunaannya. Paramenter yang sering
digunakan antara lain BB, TB dan LILA (Depkes, 2001).
Untuk menilai mal nutrisi energi protein maka dalam atopometri dikenal
sederhana dengan pengukuran lingkar lengan atas, oleh karena ukuaran masa otot
merupakan index sensitive terhadap perubahan kecil pada otot yang mungkin
terjadi misalnya, bila jatuh sakit (Burger dan Anderson, 2002).
Dinegara yang berkembang penyakit infeksi dan konsumsi makanan yang
kurang merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi.
Keadaan pertumbuhan sangat erat kaitanya dengan masalah konsumsi energi dan
protein, oleh sebab itu ukuran – ukuran sederhana tubuh sebagai refleksi
pertumbuhan seperti BB dan TB dapat digunakan untuk menilai gangguan
pertumbuhan dan kurang gizi akibat defesiensi energi dan protein ( Jahari, 2003).
Status gizi pada berbagai kelompok rawan dimasyarakat, seperti wanita
usia subur, ibu hamil, anak balita dan anak usia sekolah membutuhkan perhatian
yang cukup serius. Berdasarkan data united Nation International Children For
Emergency (UNICEF) pada tahun 1997, jutaan penduduk dari kelompok rawan
tersebut masih pernah menderita masalah gizi yang cukup berat. Satu dari empat
WUS atau sekitar 9.6 juta orang mengalami KEK. Adapun pada kelompok ibu
hamil sekitar 2 juta atau sekitar 41% dari ibu hamil menderita KEK (Jajal dan
Atmojo, 2004).
15
1) Klisifikasi status gizi
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
sering disebut dengan reference. Baku antopometri yang sekarangdi Indonesia
adalah WHO-NCHS. Direktorat bina gizi masyarakat Depkes RI dalam
pemantauan status gizi (1999) mengunakan buku WHO-NCHS. Pada lokakarya
Antopometri tahun 1975 telah dipekenalkan baku harvad, berdasarkan semiloka
antopometri Ciloto 1991 telah direkomendasikan penggunaan WHO-NCHS. Ada
banyak klasifikasi status gizi yang pernah dibuat antara lain : a) klasifikasi Gomez
(1959) b) klasifikasi Watelow, c) klasifikasi welcome trust, d) jellife e) klasifikasi
bengoa f) klasifikasi rekomendasi lokakarya antropometri 1975, g) klasifikasi
puslibang Gizi 1978 h) klasifikas WHO. Akan tetapi berdasarkan kesepakatan
Pakar Gizi Cipanas 2001, dan berdasarkan surat keputusan menkes 920/2002
pengklasifikasian status gizi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) adalah sebagai berikut :
a) Gizi lebih : ≥ + 2 SD
b) Gizi baik : ≥ - SD sampai + 2 SD
c) Gizi kurang : ≥ - 3 SD sampai ≤ - 2 SD
d) Gizi buruk : ≤ - 3 SD
Berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) adalah sebagai
berikut :
a) Gemuk : ≥ + 2 SD
b) Normal : ≥ - 2 SD
c) Kurus : ≥ - 3 SD sampai ≤ - 2 SD
d) Kurus sekali : ≤ - 3 SD
16
Berdasarkan indeks Tinggi Badan Menutut Umur (TB/U)
a) Normal : ≥- - 2 SD
b) Pendek : ≤ - 2 SD
2) Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energy Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan olehnya rendahnya konsumsi energidan protein dalam makanan sehari
– hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan Gizi (AKG).
Tanda – tanda kliniks marsmus :
a) Anak tampak sangat kurus
b) Wajah seperti orang tua
c) Kulit keriput
d) Sering disertai diare
e) Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkuarang
Tanada – tanda kliniks Kwashiorkor
a) Odema
b) Wajah membulat dan sembab
c) Otot mengecil
d) Cengeng, rewel, apatis
e) Anoreksia
f) Rambut kusam dan mudah dicabut
g) Pembesaran hati
h) Gangguan kulit pandangan mata sayu
Tanda – tanda marasmus kwashiorkor :
Kombinasi dari gabungan dari marasmus kwashiorkor
17
3) Gangguan Tumbuh Kembang
Gangguan pertumbuhan diartikan sebagai ketidak mampuan anak untuk
mencapai tinggi badan tertentu sesuai dengan umurnya. Gangguan pertumbuhan
merupakan akibat dari gangguan yang terjadi pada masa balita bahkan pada masa
sebelumnya.
4) Gizi Kurang pada anak umur 1-3 tahun
Gizi kurang dan buruk berdampak seriusterhadap kualitas generasi
mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental anak. Beberapa dampak serius gizi kurang pada anak
balita :
a) Pertumbuhan fisik terlambat (anak akan mempunyai tinggi badan yang lebih
pendek)
b) Perkembangan mental dan kecerdasan terhambat. Anak mempunyai IQ lebih
rendah. Setiap anak bersetatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10-13
point
c) Daya tahan anak menurun sehingga anak mudah terkena infeksi. Anak mudah
sakit dan meninggal.
5) Keterkaitan masalah gizi makro pada setiap siklus kehidupan
Masalah gizi marko terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia mulai bayi,
balita, remaja dewasa. Berbagai penelitian menujukkan bahwa kekurangan gizi
pada salah satu siklus akan mempengaruhi kejadian kekurangan gizi pada siklus
berikutnya, seperti pada bagan halaman berikut :
18
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
Gambaran 3.1
Kerangka konseptual penelitian perbedaan tumbuh kembang anak
umur 1-3 tahun dari yang dilahairkan BBLR dan BBLN.
B. Defenisi Operasio
Jenis variabel Definisi Kriteria Skala
Kelahiran BBLN
dan
BBLR
Adalah berat bayi lahir
kurang dari normal yaitu <
2500.
BBLN > 2500 gram
BBLR < 2500 gram
nominal
Tumbuh kembang Pertumbuhan dan
perkembangan anak umur
1 – 3 tahun yang di
ukur status
gizinya dan
perkembangan motorik
kasar
dan halus.
Tumbuh kembang :
Baik : tidak
terjadinya KEP
perkembangan motorik
kasar
dan halus baik.
Tidak baik :
terjadinya KEP
dan Perkembangan
Motorik kasar dan halus
tidak baik atau dari
salah satu keadaannya.
nominal
BAB IV
19
PERBEDAAN TUMBUH KEMBANG
ANAK UMUR 1 -3 TAHUN YANG
DILAHIRKAN BBLR DAN BBLN
METODE PENELITAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif atau desain yang
bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) perbedaan tumbuh kembang
anak umur 1-3 tahun dari yang dilahirkan BBLR dan BBLN. Dalam penulisan ini
menggunakan disain penelitian survei yaitu suatu disain yang digunakan untuk
menyediakan informasi yang menghubungkan dengan prevalensi distribusi dan
hubungan anatara variabel dalam suatu populasi (Nursalam, 2003)
B. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak umur 1-3 tahun yang terdaftar
pada register diwilayah puskesmas ledok ombo dengan jumlah populasi 99.
C. Sampel
1. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang dapat
digunakan sebagai subjek penelitian melalui teknik sampling (Nursalam,
2003:95). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
memiliki anak umur 1-3 tahun yang datang posyandu diwilayah puskesmas
ledok ombo pada bulan November 2010 dengan jumlah 99 orang.
Kriteria Sampel :
kriteria sampel adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi tejangkau yang dapat digunakan sebagia bahan penelitian yaitu :
20
1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian melalui teknik
penelitian dari suatu populasi target terjangkau yang akan diteliti :
a. Ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun yang bersedia akan diteliti.
b. Ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun yang bisa membaca dan
menulis.
2. Kriteria Eklusi adalah kriteria menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria Inklusi :
a. Ibu yang mempunyai anak umur1-3 tahun yang sedang posyandu
b. Ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun yang tidak posyandu
3. Teknik sampling, yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah non
propabiliti sampling dengan metode consecutiive sampling yaitu pemilihan
sampling dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian
dimasukkan dalam penelitian kurun waktu tertentu,sehingga jumlah klien
yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2003 : 98).
D. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanankan diwilayah Puskesmas Ledok Ombo
Kabupaten Jember mulai bulan 25 Oktober- 20 November 2010.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Setelah mendapat ijin dari akademik peneliti langsung mengadakan studi
pendahuluan untuk dapat mengambil data jumlah ibu yang memiliki anak umur 1-
3 tahun di wilayah puskesmas ledok ombo. Cara pengambilan data dengan
wawancara.
21
2. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk membuat data yang relevan dengan tujuan penelitian menggunakan
instrument pengumpulan data berupa angket atau kuesioner. Kuesioner yaitu suatu
cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah dengan
menyediakan pertanyaan kepada obyek (Notoatmodjo, 2005).
Dalam pengumpulan data pada penelitian digunakan alat berupa
kuesioner tertutup yang diberikan pada responden yang memenuhi kriteria. Untuk
kuesioner perbedaan tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun dari yang dilahirkan
BBLR dan BBLN menggunakan skala guttman yaitu nilai untuk jawaban yang
benar = 1 dan nilai untuk jawaban yang salah = 0 ( Hidayat, 2003)
F. Teknik Analisa Data
1 . Teknik Pengolaan data
Teknik pengelolaan data merupakan kegiatan untuk merubah data mentah
menjadi bentuk data mentah menjadi bentuk data yang ringkas dan disajikan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih
(Nursalam, 2003).
Dalam pengelolaan data terdiri dari 5 langkah :
a. Editing
Editing adalah pekerjaan validitas dan realibitas data masuk. Kegiatan
editing ini meliputi : pemeriksan kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan
makna jawaban, kosentrasi antara jawaban-jawaban, relevansi jawaban
keseragaman suatu pengukuran.
22
b. Coding
Coding adalah kegiatan untuk mengklsasifikasikan data atau jawaban
menurut kategorinya masing-masing. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa kode pada bagain-bagian tertentu untuk mempermudah waktu
pentabulasian dan anlisa data.
c. Skoring
Skoring merupakan penilaian untuk jawaban dari responden. Adalah
penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala nominal.
Untuk variabel perbedaan tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun dari yang
dilahirkan BBLR dan BBLN dikumpulkan melalui kuesioner kemudian ditabulasi
dan dikelompokkan, kemudian diberi skor, jawaban benar diberi nilai 1, dan
jawaban salah diberi nilai 0.
d. Transfering
Tranfering merupakan kegiatan pemindahan jawaban atau kode kedalam
master sheet ( terlampir ).
e. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan menyusun dan meringkas data yang masuk
kedalam bentuk tabel-tabel.
N = %100xSm
Sp
Keterngan :
N : Nilai yang didapat
Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor maksimal
(Arikunto 2003)
23