BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab Kematian Neonatal Penyebab Kematian Neonatal
Berdasarkan SKRT tahun 2010 Asfiksia 29%, BBLR/ Prematuritas 27%,
Tetanus 10%, Masalah Pemberian ASI 10%, Masalah Hematologi 6% dan
Infeksi 5%. Dan berdasarkan Riskesdas tahun 2007 Gangguan/Kelainan
Pernapasan 35,9% Prematuritas 32,4% Sepsis 12% Hipotermi 6,3%
Kelainan darah/Ikterus 5,6 % Post Matur 2,8% Kelainan Kongenital
1,4%
Angka Kematian Bayi berhasil diturunkan secara tajam dari 68 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990an menjadi 34 per 1.000
kelahiran hidup (SDKI 2007). Penurunan kematian neonatal
berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 1990an menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007),
dimana 55,8% dari kematian bayi terjadi pada periode neonatal,
sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari (Riskesdas 2007).Di
Indonesia terdapat 11,5 % kejadian bayi lahir dengan berat lahir
rendah kurang dari 2500 gram dan hanya terjadi penurunan angka
kejadian sebanyak 0,5% pada tahun 2010 menjadi 11%
(Riskesdas,2010). Data dari SKRT 2010 menunjukkan bahwa Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor terpenting kematian
neonatal. Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas,
infeksi, asfiksia lahir, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang
adekuat. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kematian
karena hipotermia pada bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi
prematur jumlahnya cukup bermakna. Perilaku/kebiasaan yang
merugikan seperti memandikan bayi segera setelah lahir atau tidak
segera menyelimuti bayi setelah lahir, dapat meningkatkan risiko
hipotermia pada bayi baru lahir. Intervensi untuk menjaga bayi baru
lahir tetap hangat dapat menurunkan kematian neonatal sebanyak
18-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005).1.2 Tujuan Penulisan
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan yang tepat tentang kasus bayi prematur dengan berat lahir
rendah di Rumah Sakit.1.3 Manfaat Penulisan
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan ibu dan
anak khususnya dalam ruang lingkup kebidanan
2. Dokumentasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir premature
dengan berat lahir rendah di rumah sakit1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan pendahuluan ini adalah asuhan bayi baru
lahir prematur dengan berat lahir rendah1.5 Sistematika
Penulisan
Dalam karya tulis ini susunan penulisan adalah sebagai berikut
:
1. Pendahuluan Bagian ini menerangkan keternalaran
(kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul karya tulis
ilmiah itu dikaji.
2. Tinjauan Pustaka
Bagian ini berisi kajian teori dari topik kasus yang dinyatakan
pada judul karya tulis ilmiah itu dikaji
3. Kerangka konsep Asuhan Kebidanan
Bagian ini berisi pola pikir penulis dalam melakukan asuhan
kebidanan, yaitu :
1. Pengkajian data dasar berupa :
a. Data subjektif
Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data
subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikologi
spiritual, pengetahuan klien.b. Data Obyektif
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokunentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostic
lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari
pemeriksaan fisik yang sesui dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi), Pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan
baru dan sebelumnya).2. Intrepretasi data dasar
Adalah identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.Diagnosa
Masalah dan kebutuhan segera
3. Diagnosa potensial
Adalah pengidentifikasian masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada
dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar
terjadi.4. Identifikasi kebutuhan segera, kolaborasi dan
rujukan
Adalah identifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.5.
Intervensi
Penyusunan rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan
rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah- langkah
sebelumnya. Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi.6. Implementasi
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara
menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.
7. Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan
tindakan untuk mengetahui sejauh mana ma keberhasilan tindakan yang
dilakukan sesui criteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu
untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak4. Asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir premature dengan BBLRBagian ini berisi data-data
dari keseluruhan manajemen asuhan kebidanan melingkupi 7 langkah
Varney yang telah dijabarkan diatas5. PembahasanBagian ini berisi
analisa dan pembahasan keterkaitan faktor-faktor dari data yang
diperoleh dari kasus di lahan, penyelesaian masalah dari kasus, dan
hasil penyelesaian masalah pada kasus6. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap masalah
pada kasus yang dinyatakan pada karya tulis ilmiah ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bayi Baru Lahir2.1.1 Definisi Bayi Baru Lahir (BBL)
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir sampai dengan usia 4
minggu (28 hari). Kemampuan bayi untuk bernapas bergantung pada
kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan di luar kandungan.
Transisi dari kehidupan intrauteri dan kehidupan ekstrauteri
merupakan suatu perubahan drastis dan menuntut perubahan fisiologis
yang bertujuan untuk memastikan kemampuan bertahan hidup.
1. Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang
baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
2. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi
dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia
gestasi 38 42 minggu.
3. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
4. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang
berat.
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir
yaitu:
a. Adaptasi Kardiopulmonal
Sebelum lahir, paru janin penuh dengan cairan yang dieksresikan
oleh paru (surfaktan). Selama kelahiran, cairan tekanan yang
terjadi pada thoraks menyebabkan sebanyak 28 ml atau kira-kira
sepertiga cairan keluar dari percabangan pernapasan atas. Sisanya
diabsorbsi ke dalam limfatik paru. Saat lahir, terjadi perubahan
dalam sistem pernapasan dan kardiovaskular terjadi secara simultan
untuk membuat paru sebagai tempat utama untuk transfer O2 dan
CO2.
b. Adaptasi Gastrointestinal
Pada saat lahir, susu bayi steril dan fungsinya immature. Bising
usus mulai setelah kira-kira 30 menit. Kolonisasi bakteri usus
selama seminggu pertama dipengaruhi oleh bakteri gastrointestinal.
Setelah minggu pertama flora usus bergantung pada metode menyusu.
Menyusu ASI menyebabkan lingkungan menjadi lebih alkalin yang
menghidupkan enterobacterium negative.
Hormon yang mengontrol motilitas dan enzim pencernaan menurun
jumlahnya pada saat bayi baru lahir. Sekresi pankreas minimal dan
bayi bergantung pada sekresi saliva dan lambung untuk membantu
pencernaan. Enzim yang ditemukan di dalam susu manusia membantu
bayi baru lahir untuk mencerna. Kolostrum mengandung tiga faktor
pertumbuhan yang menghasilkan pertumbuhan sel usus cepat dan
peningkatan protein serta kandungan asam deoksiribonukleat mukosa
usus. Perubahan menguntungkan ini tidak terlihat pada usus bayi
yang menyusu formula atau hanya air.
Kapasitas lambung bayi baru lahir cukup bulan kira-kira 30 ml.
Selama 2 minggu pertama bayi mengonsumsi 30-60 ml setiap 2-4 jam.
Sfingter jantung yang immature menyebabkan 80% bayi normal
meregurgitasi sejumlah kecil susu mereka. Bayi baru lahir normal
dapat mengalami kehilangan berat badan 20-15% selama 3 hari pertama
dan kemudian meningkat lagi selama 1 minggu. Setelahnya, rata-rata
pertambahan berat badan adalah 30 g/hari dan pertambahan panjangnya
kira-kira 2.5 cm/bulan.c. Adaptasi Suhu
Bayi baru lahir rentan mengalami kehilangan panas dan terbatas
pada kemampuannya memberikan respon terhadap panas dan dingin.
Terdapat empat mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir:
1. Evaporasi
Kehilangan panas tubuh akibat tubuh bayi yang basah sehingga
terjadi penguapan.
2. Konveksi
Terjadi ketika aliran udara menyapu lapisan udara yang hangat
dan mengitari tubuh bayi.
3. Konduksi
Kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak langsung dengan
objek yang lebih dingin.
4. Radiasi
Kehilangan panas dari objek panas dalam jarak yang cukup dekat
dengan objek yang lebih dingin.
Bayi baru lahir juga mempunyai permukaan relatif lebih lebar
dalam kaitannya dengan massa tubuh sehingga memberikan lebih banyak
pertemuan atau gesekan dengan lingkungan yang lebih dingin.
Imaturitas neurologis bayi dapat menyebabkan bayi menggigil dan
mengalami peningkatan produksi panas inefektif dari gerakan otot
secara sengaja.
2.2 Konsep Dasar Bayi Prematur
2.2.1 Definisi Prematuritas
Bayi lahir pada usia kehamilan < 37 minggu dengan berat badan
sama dengan atau < 2500 gram.
2.2.2 Etiologi Prematuritas
Faktor Ibu
Toksemia gravidarum yaitu preeklampsia dan eklampsia
Kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten serviks)
Tumor (mioma uteri, sistoma)
Faktor Janin
Kehamilan ganda
Hidramnion
Ketuban pecah dini
Infeksi (rubella, sifilis, toksoplasmosis)
Insufisiensi plasenta
Faktor Plasenta
Plasenta previa
Solusio plasenta
2.2.3 Patofisiologi Prematuritas
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui
secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur
terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini
berhubungan dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak
melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang
tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi
obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu
hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur.
Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta
menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi
lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum
matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat
khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan
luar.
2.2.4 Tanda-tanda Prematuritas
Panjang badan kurang dari atau sama dengan 46 cm
Panjangnya kuku belum melewati ujung jari
Lingkar kepala kurang dari atau sama dengan 33 cm
Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm
Rambut lanugo masih banyak
Jaringan subkutan tipis atau kurang
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
Tumit mengkilap, telapak kaki halus
Pada wanita labia mayora belum menutupi labia minora, pada bayi
laki-laki testis belum turun
2.2.5 Klasifikasi Prematuritas
a. Bayi Prematur di Garis Batas
Usia kehamilan 37 minggu
Berat bayi lahir 2500-3250 gram
16% seluruh kelahiran hidup
Biasanya normal
Masalah: ketidakstabilan, kesulitan menyusu, ikterik, RDS
mungkin muncul
Penampilan: lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil,
lanugo banyak, genetalia kurang berkembang
b. Bayi Prematur Sedang
Usia kehamilan 31-36 minggu
Berat bayi lahir 1500-2500 gram
6-7% seluruh kelahiran hidup
Masalah: ketidakstabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik,
anemia, infeksi, kesulitan menyusu
Penampilan: seperti pada bayi prematur di garis batas tetapi
lebih parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang
tampak
c. Bayi Sangat Prematur
Usia kehamilan 24-30 minggu
Berat bayi lahir 500-1400 garm
0.8% seluruh kelahiran hidup
Masalah: semua
Penampilan: kecil, tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis,
kedua mata mungkin berdempetan
2.2.6 Masalah-masalah pada Prematuritas
1. Suhu Tubuh
Pusat pengatur napas badan masih belum sempurna
Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya
bertambah
Otot bayi masih lemah
Lemak kulit dan lemak coklat berkurang sehingga cepat kehilangan
panas badan
Kemampaun metabolisme panas masih rendah perlu diperhatikan agar
tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan
sekitar 36-37C.
2. Pernapasan
Pusat pengatur pernapasan belum sempurna
Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak
sempurna
Otot pernapasan dan tulang iga lemah
Dapat disertai infeksi paru-paru, gagal pernapasan
3. Alat Pencernaan Makanan
Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan
banyak lemah atau kurang baik
Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga
pengosongan lambung berkurang
Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan
aspirasi penumonia
4. Hepar yang Belum Matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin sehingga mudah
terjadi hiperbilirubinemia (kuning)
5. Ginjal Masih Belum Matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih
belum sempurna sehingga mudah terjadi edema
6. Perdarahan dalam Otot
Pembulih darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
Sering mengalami gangguan pernapasan sehingga memudahkan terjadi
perdarahan dalam otak
Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan
kematian bayi
Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah
terjadi perdarahan dan nekrosis.2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik pada
Prematuritas
a) Jumlah darah lengkap: Hb/Ht
b) Kalsium serum
c) Elekrolit (Na, K, U): golongan darah (ABO)
d) Gas Darah Arteri (GDA):PO2, PCO22.2.8 Penatalaksanaan
Prematuritas
1). Perawatan di Rumah Sakit
a. Mengatur suhu agar tetap dalam kondisi normal (36-37C).
b. Memberikan ASI setiap 2 jam per sendok atau per sonde.
c. Melakukan pencegahan infeksi dengan cara selalu mencuci
tangan sebelum dan setelah memegang bayi.
d. Memberikan rangsangan sentuhan pada bayi, bisa dilakukan pula
Perawatan Metode Kanguru (PMK).
e. Membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya, setelah
suhunya stabil dan tidak ada infeksi, biasanya bayi boleh dibawa
pulang.
2). Perawatan di Rumah
a. Memberikan ASI setiap 2 jam.
b. Menjaga sushu tubuh agar tetap stabil.
c. Pastikan semuanya bersih sebagai salah satu upaya untuk
mencegah infeksi, dilakukan dengan cara selalu mencuci tangan
sebelum dan setelh memegang bayi.
d. Perhatikan kualitas dan kuantitas BAB dan BAK bayi, BAB dan
BAK bayi prematur masih terhitung wajar jika setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup, menjadi tidak wajar jika
tanpa disusuipun bayi terus BAB dan BAK.
Berkan stimulus yang sesui dengan mengajak berbicara, membelai,
memijat, mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan
perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar dan mainan berwarna
cerah, dapat pula dilakukan dengan PMK.2.3 Bayi Berat Lahir Rendah
2.3.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawiroharjo, 2010).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematuritas dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak
semua bayi yang berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi
prematur (Rustam 1998).
2.3.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah a. Menurut harapan
hidupnya
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir
1000-1500 gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK). Karakteristik yang dapat ditemukan pada
prematur murni adalah :a) Berat badan kurang dari 2500 gram,
panjang badan kurang dari 45 cm, lingkarkepala kurang dari 33 cm
lingkar dada kurang dari 30 cmb) Gerakan kurang aktif otot masih
hipotonisc) Umur kehamilan kurang dari 37 minggud) Kepala lebih
besar dari badan rambut tipis dan halus e) Tulang tulang tengkorak
lunak, fontanela besar dan sutura besarf) Telinga sedikit tulang
rawannya dan berbentuk sederhanag) Jaringan payudara tidak ada dan
puting susu kecilh) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnui) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus)
banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lenganj) Lemak
subkutan kurangk) Genetalia belum sempurna , pada wanita labia
minora belum tertutup oleh labia mayoral) Reflek menghisap dan
menelan serta reflek batuk masih lemahm) Bayi prematur mudah sekali
mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna .
Oleh karena itu tindakan preventif sudah dilakukan sejak antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) b.
Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi lahir dengan berat
badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur
ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan
(NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK),
Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK) (Otawa
Collision for the Prevention of Low Birth Weight, 2007). Bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Dismatur (IUGR) adalah bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan. Menurut Renfield IUGR dibedakan menjadi dua yaitua)
Proportionate IUGRJanin yang menderita distres yang lama dimana
gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan
adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum
terbentuknya adipose tissueb) Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang
dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah
diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang2.3.3
Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi.a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan
makanan di dalam tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan
mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit
selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi
preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan
dengan bayi aterm.c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran
pencernaan, koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum
berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi
BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB
nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.d. Paru yang belum matang
dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan
tubuh tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan
di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
kalori2.3.5 Manifestasi KlinisMenurut Maryunani dkk, (2009) adapun
tanda dan gejala yang terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir
rendah (BBLR ) adalah :
a. Berat badan < 2500 gram
b. Letak kuping menurun
c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal
d. Ukuran kepala kecil
e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap
kurang)
f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)
2.3.6 Masalah pada BBLR Menurut Maryunani dkk (2009) masalah
yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama
pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi
tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan
pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,
hematologi, gastro interstinal, ginjal, termoregulasi.
1. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi
masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang
diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga
alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi).
Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan
nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau
tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal
hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara
itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena
kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
3. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan
janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra
uterine ke kehidupan ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan
ductus arteriosus.
4. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak
adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 3334
minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat
menyerap lemak dan mencerna protein
5. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit
dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas
)
b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat )
c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
d. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler
kulit.
6. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi
bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara
lain adalah:
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek
b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,
sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi.
8. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di
mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu
untuk menggelola air, elektrolit, asam basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat obatan dengan memadai serta
tidak mampu memekatkan urin.
9. Sistem Integument Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit
yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan
integritas kulit.
10. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity
(RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
2.3.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklampsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.3.8 Penatalaksanaan pada BBLR Konsekuensi dari anatomi dan
fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung
mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan
dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan
bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai
dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan
suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,
merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,
posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan
kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena
produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam
suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk
konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas
(1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi
adalah 36,7C 37,3C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara
bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang
lain sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk
asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat
sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air
ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai
90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya
lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi
preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi
ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan
melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi
keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu
cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi
kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan
dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status
respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari
kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,
menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan
penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke
lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah
mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.
Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut
(Jones, dkk., 2005) :
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang
khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara
dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan,
menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK
karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan
lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan
dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua
biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi
perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat
terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa
bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan
marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari
perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam
menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan
pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam
perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru
karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu
merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya.
Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan
menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara
rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan
yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat
mengenai kondisi bayinya.
6. Pertumbuhan Fisik BBLR
a. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran yang terjadi pada individu
yang lebih muda pada semua spesies (Jones, dkk., 2005).
Pertumbuhan adalah perubahan besar, jumlah , ukuran atau dimensi
sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat, ukuran
panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Chamley, dkk.,
2005).
b. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari
dalam (dari bayi sendiri) maupun dari luar, antara lain (Jones,
dkk., 2005) :
1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat
Pada periode awal setelah kelahiran, metabolisme yang belum
stabil dapat menganggu penyerapan nutrisi yang mengakibatkan
kegagalan pada tahap awal pertumbuhan. Asupan nutrisi dapat pula
terganggu karena beberapa hal, termasuk adanya intoleransi makanan,
dugaan NEC (Necrotizing Enterocolitis), atau gastro-oesophageal
reflux yang parah.
2) Ketidakmatangan pencernaan dan penyerapan nutrisi
Pada minggu pertama setelah kelahiran, BBLR yang menerima
nutrisi enteral menunjukkan pertumbuhan yang kurang oleh karena
fungsi pencernaan yang belum matang dan penyerapan lemak yang
kurang baik.
3) Pembatasan cairan
Pembatasan cairan mungkin diperlukan pada beberapa kondisi, akan
tetapi dapat berakibat pada pertumbuhan bayi.
Pertumbuhan menjadi terhambat, dan hal ini terjadi pada waktu
pertumbuhan seharusnya sangatlah pesat. Oleh karena itu, pembatasan
cairan harus dipertimbangkan dengan benar.
4) Peningkatan kebutuhan energi
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan
kebutuhan energi, misalnya kedinginan atau stress fisik karena
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh bayi. Bayi dengan kondisi
jantung tertentu dan beberapa penyakit paru kronis mengalami
peningkatan penggunaan energi.
Kontak kulit secara langsung antara bayi dengan ibunya melalui
PMK dapat mencegah bayi terjadi hipotermi karena terjadi
perpindahan panas dari tubuh ibu ke bayinya sehingga suhu bayi
selalu stabil. Selain itu, PMK akan membuat bayi menjadi lebih
nyaman dan tidak stress serta meningkatkan kemampuan dan
kepercayaan diri ibu dalam merawat dan menyusui bayi. Hal ini dapat
meminimalkan penggunaan energi oleh bayi sehingga energi yang ada
dapat digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mengalami stress
fisik dapat berakibat peningkatan denyut jantung dan pernafasan
bayi sehingga meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen dan
energi.
Bohnhorst dan Heyne (2001) meneliti tentang manfaat PMK terhadap
pernafasan dan termoregulasi pada 22 bayi BBLR dengan usia gestasi
antara 24-31 minggu didapatkan hasil pada pengukuran suhu rektal
terdapat peningkatan suhu setelah dilakukan PMK dari 36,2-37,4C
menjadi 36,6-38,6C.
5) Penggantian sodium yang tidak adekuat
Bayi prematur mempunyai kebutuhan sodium yang tinggi karena
fungsi ginjal yang belum matang sehingga memerlukan jumlah sodium
yang lebih banyak untuk mempertahankan sodium serum tetap
normal.
6) Kurang lemak susu
Cara menyusui yang kurang benar, yaitu menyusui tetapi tidak
sampai payudara kosong dapat mengakibatkan asupan lemak susu
berkurang karena kandungan ASI yang paling kaya akan lemak adalah
ASI yang terakhir keluar. Melalui PMK ibu juga diajarkan cara
menyusui yang benar sehingga ibu dapat menyusui dengan benar dan
lebih percaya diri.
7) Pemberian steroid pasca lahir
Pemberian steroid atau dexamethasone dapat mempengaruhi
pertambahan berat dan panjang badan. Hal ini disebabkan obat
meningkatkan katabolisme sehingga pemecahan protein dipercepat.
Pada kondisi ini peningkatan asupan protein tidak terlalu
bermanfaat karena dapat memicu stress metabolik.
8) Kurang aktivitas
Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi
pertambahan berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas ini bukan
hanya aktivitas aktif tetapi juga pasif. Peran perawat sangat
diperlukan dalam mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya
dengan mengubah posisi dan memberi pijatan ringan pada bayi.
Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan melalui PMK
karena selama aktivitas ini ibu dianjurkan untuk memberikan
sentuhan fisik secara lembut kepada bayi untuk merangsang
psikomotor bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Feldman dan
Eidelman (2002) pada 73 bayi preterm yang dilakukan PMK secara
termitten dan diikuti perkembangannya selama 6 bulan, memberikan
dampak positif pada perkembangan neurophysiological, kognitif, dan
perkembangan motorik serta proses parenting.
c. Penilaian pertumbuhan Fisik
Indikator pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan
kulit. Akan tetapi pengukuran yang paling mudah dan sering
digunakan pada bayi untuk memantau dan menilai pertumbuhannya
adalah kenaikan berat badan (Kosim Sholeh, 2005).
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gr dan 15% untuk bayi dengan
berat lahir < 1500 gr ). Berat lahir biasanya tercapai kembali
dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. Setelah berat
lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan
seharusnya :
1) 150-200 gr seminggu untuk bayi < 1500 gr ( misalnya 20-30
gr/hr)
2) 200-250 gr seminggu untuk bayi 1500-2500 gr ( misalnya 30-35
gr/hari)
d. Cara mengukur berat badan BBLR
Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah pemberian
nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah yang
masalah yang berhubungan dengan BBLR, memantau pertumbuhan, serta
menghitung dosis obat dan jumlah cairan.
Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan
lebih sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian
berturut-turut dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi
masih dirawat di rumah sakit. Kenaikan berat badan minimum 15
gr/kgBB/hari selama tiga hari.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10
gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus
ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau
setiap kali alat dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak
ada.
Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih
di atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang
dengan hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk
ditimbang, selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10 gr
terdekat. Catat berat badan dan hitung kenaikan/penurunan berat
badan.
BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS KURANG BULAN
DENGAN BBLRI. PENGKAJIAN
A. Data SubjektifData subjektif adalah yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas, biopsikologi spiritual, pengetahuan klien.1. Biodata
Nama Klien: untuk mengetahui identitas bayi.
Usia Klien: untuk mengetahui usia bayiJenis Kelamin: untuk
mengetahui status gender bayi sehingga memudahkan petugas kesehatan
dalam melakukan observasi.
Nama Ortu: untuk mengetahui identitas ortu klien.
Usia Ortu: faktor risiko usia kematangan menikah berhubungan
dengan bayi lahir dengan BBLR. Ibu hamil dengan usia yang masih
muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol juga
menyebabkan terjadinya bayi prematurAgama
: untuk mengetahui keyakinan klien dan orang tuanya.
Pendidikan:untuk memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan
KIE.
Pekerjaan: untuk mengetahui pekerjaan klien, sosial ekonomi
rendah sebagai penyumbang faktor risiko bayi prematurAlamat: untuk
mengetahui suku, adat, daerah, dan budaya sehingga memudahkan
komunikasi.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya bila menangis seperti merintih dan tidak
bisa menyusu dengan lancar3. Riwayat Antenatal
Ibu
: klien mengatakan hamil ..bulanHPHT: untuk mengetahui usia
kehamilan aterm atau premature (bila dapat dikaji)
Riwayat ANC: normalnya 4x, riwayat ANC yang kurang sebagai
faktor risiko bayi lahir premature karena kurangnya perawatan pada
ibu hamil.Imunisasi TT
: normalnya 4x
Kenaikan BB
: normalnya 12.5kg
Keluhan Saat Hamil: sesuai dengan apa yang dirasakan ibu
Penyakit Selama Kehamilan: penyakit ibu seperti Toksemia
gravidarum yaitu preeklampsia dan eklampsia , Kelainan bentuk
uterus (uterus bikornis, inkompeten serviks) dan Tumor (mioma
uteri, sistoma) sebagai salah satu dari etiologi bayi premature
berdasarkan faktor ibu.
Kebiasaan Makan: Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama
kehamilan dapat menjadi faktor risiko melahirkan bayi
prematurObat/Jamu: ibu mengonsumsi jamu atau obat-obatan atau
tidak
Merokok/Alkohol: Ibu hamil dengan usia yang masih muda,
mempunyai kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol juga
menyebabkan terjadinya bayi prematur
Penyakit ibu: komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklampsia, infeksi kandung kemih,
ibu penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung sebagai faktor risiko BBLR
Komplikasi Janin: kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar sebagai faktor risiko BBLR4. Riwayat Intranatal
Lahir
: kapan bayi dilahirkan
Jenis Persalinan: normal atau dengan tindakan
Penolong
: dukun atau petugas kesehatan
Lama Persalinan: durasi berlangsungnya proses persalinan
Komplikasi
Ibu: adanya riwayat pre-eklampsia ringan maupun berat, anemia,
infeksi kandung kemih, KPD sebagai faktor risiko BBLRBayi: kelainan
kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar dan kelainan pada
plasenta (hidramnion, oligohidramnion, plasenta previa, solusio
plasenta, dan sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
sebagai faktor risiko BBLR5. Keadaan Bayi
Keadaan bayi
BB/PB: bayi prematur dan BBLR memiliki BB < 2500 gram, PB 46
cmLK/LD/: bayi premature LK33cm, LD 30cm Nilai APGAR
: bayi dengan riwayat asfiksia biasanya memiliki AS 37 mgg-42
mgg sehingga pada kasus ini sudah sesuai bila bayi Ny S disimpulkan
sebagai neonatus kurang bulan dengan BBLR
Etiologi/Patofisiologi
Etiologi Prematuritas
Faktor Ibu
Toksemia gravidarum yaitu preeklampsia dan eklampsia
Kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten serviks)
Tumor (mioma uteri, sistoma)
Faktor Janin
Kehamilan ganda
Hidramnion
Ketuban pecah dini
Infeksi (rubella, sifilis, toksoplasmosis)
Insufisiensi plasenta
Faktor Plasenta
Plasenta previa
Solusio plasenta
Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR a. Faktor ibu
1) Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklampsia, infeksi kandung
kemih.
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
Aktivitas fisik yang berlebihan
Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
Riwayat Antenatal
Ibu
: mengatakan hamil 8 bulan
Riwayat ANC: 8 kali di dokter
Imunisasi TT: 5 kali (2x saat SD, 1x sebelum menikah, 2x saat
hamil anakpertama)
Kenaikan BB: 13 kg
Keluhan saat hamil:
Trimester I: mual muntah
Trimester II: tidak ada
Trimester III: tidak ada
Penyakit selama hamil: hipertensi
Kebiasaan makan: makan 3x/hari dengan menu nasi, lauk tahu
tempe, ikan, daging, sayur dan kadang makan buah serta minum susu
ibu hamil
Obat atau jamu: tidak pernah
Merokok
: tidak pernah
Komplikasi ibu: tidak pernah
Komplikasi janin: tidak adaRiwayat Intranatal
Lahir
: 14 Maret 2015 pukul 22.48
Jenis Persalinan: Sc a/i Impending Eklampsia dan riwayat SC 4
tahun yang lalu
Penolong
: Dokter
Ketuban
: JernihNy S selama kehamilan mengalami hipertensi dan pada
riwayat intranatal disebutkan bahwa Ny S melahirkan secara SC atas
indikasi impending eclampsia sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan kasus bahwa bayi Ny S lahir secara premature dengan BBLR
karena faktor penyakit ibu saat hamil
Tanda Gejala Tanda-tanda Prematuritas
Panjang badan kurang dari atau sama dengan 46 cm
Panjangnya kuku belum melewati ujung jari
Lingkar kepala kurang dari atau sama dengan 33 cm
Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm
Rambut lanugo masih banyak
Jaringan subkutan tipis atau kurang
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
Tumit mengkilap, telapak kaki halus
Pada wanita labia mayora belum menutupi labia minora, pada bayi
laki-laki testis belum turun
Tanda gejala Bayi BBLR :a. Berat badan < 2500 gram
b. Letak kuping menurun
c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal
d. Ukuran kepala kecil
e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap
kurang)
f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)
Antropometri
BB/PB 1400 gram/41 cm, LK/LD/LLA 29/26,5/7,5 cmTTV HR =
130x/menit, RR : 60x/menit, SpO2 : 93 %, Suhu : 36,7C
Dada: retraksi dada intercostae (+), tangis merintih dan nafas
sesakTelinga
Bersih, simetris, letak telinga menurun tidak sejajar dengan
mata, tulang rawan belum matang sempurnaGenetalia
Testis belum turun ke skrotumTerdapat kesesuaian antara teori
pada tanda gejala prematuritas dengan kasus pada Bayi Ny S
DiagnosaBayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Bayi premature adalah Bayi lahir pada usia kehamilan < 37
minggu dengan berat badan sama dengan atau < 2500 gram
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Prawiroharjo, 2010). Bayi Ny S lahir secara SC a/i impending
eclampsia pada 14 Maret 2015 berjenis kelamin laki-laki dengan
keadaan Bayi tampak lemah, pucat, tangisannya merintih dan sesak
BB/PB 1400 gram/41 cm, LK/LD/LLA 29/26,5/7,5 cm, Apgar Score:
6-7Diagnosa kasus :
Neonatus kurang bulan usia 2 hari dengan BBLR
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam pembuatan
diagnosa
Penatalaksanaaan bayi premature dengan BBLRPerawatan di Rumah
Sakit
a. Mengatur suhu agar tetap dalam kondisi normal (36-37C).
b. Memberikan ASI setiap 2 jam per sendok atau per sonde.
c. Melakukan pencegahan infeksi dengan cara selalu mencuci
tangan sebelum dan setelah memegang bayi.
d. Memberikan rangsangan sentuhan pada bayi, bisa dilakukan pula
Perawatan Metode Kanguru (PMK).
e. Membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya, setelah
suhunya stabil dan tidak ada infeksi, biasanya bayi boleh dibawa
pulang.f. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang
khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara
dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan,
menggendong, atau membelai memberikan rangsang
sentuhanPenatalaksanaan Kasus
16 Maret 2015
a. Menghangatkan bayi pada Infant Warmer (IW)
b. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap satu jam sekali pada
monitor SpO2
c. Pantau kadar cairan infus D5 4 tetes mikro/menit
d. Pantau pemberian oksigen via nasal dan headbox
e. Observasi BAB dan BAK dengan mengganti pampers
f. Konsultasi dengan dokter SpA dalam melaksanakan program
dokter
Pemasangan infus D5 4 tetes mikro/menit
Oksigen nasal tekanan 2 lpm dan headbox tekanan 6lpm
Injeksi biocef 2x70 mg iv dan gentamicin 1x 7 mg, ranitidine
2x1,5 mg, aminophilin loading 8,5 mg
IV : Aminosteril 6% 10cc/24 jam, dilanjutkan aminosteril loading
8,5 mg dan kemudian diberikan aminofilin 3x3,5 mg
Lacto B per oral 1x sachet
g. Puasakan bayi17 Maret 2015 Mengobservasi pemberian O2 l 2lpm
dan headbox 6lpm
Memantau kadar cairan infus D5 yaitu 5 tetes mikro/menit.
Melakukan konsultasi dengan dokter SpA untuk terapi
medikamentosa
Per oral : Lacto B 1x 1/2 sachet
IV :
Biocef 2 x 70 mg
Gentamicin 1x7mg
Aminosteril infus 6% 25cc
Aminofilin 3x 3,5 mg
Ranitidin 2 x 1,5 mg
Memberikan diet ASI 4x5cc
Mengobservasi BAB dan BAK dengan mengganti pampers setiap BAK
atau BAB
Terdapat kesenjangan antara penatalaksanaan pada teori dan kasus
yaitu penatalaksanaan Perawatan Metode Kangguru (PMK) dan stimulasi
sensori.- Pada bayi Ny S belum dapat dilakukan PMK karena kondisi
bayi belum stabil, suhu tubuh naik turun, pernafasan tidak spontan
dan masih terpasang oksigen sehingga motivasi untuk melakukan PMK
pada keluarga bayi belum dilakukan
- Stimulasi sensori juga belum dapat dilakukan secara maksimal
karena bayi Ny S masih memerlukan pemantauan ketat dengan monitor
dan pemberian oksigen dibantu alat , namun petugas kesehatan dapat
memberikan motivasi pada klien untuk sering mengajak bicara bayi
saat jam berkunjung sehingga pemberian stimulasi sensori bayi tetap
dapat dilakukan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KesimpulanBayi Ny S lahir secara SC a/i impending eclampsia
dan riwayat SC 4 tahun yang lalu pada 14 Maret 2015 berjenis
kelamin laki-laki dengan keadaan Bayi tampak lemah, pucat,
tangisannya merintih dan sesak BB/PB 1400 gram/41 cm, LK/LD/LLA
29/26,5/7,5 cm, Apgar Score: 6-7. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Dada: retraksi dada intercostae (+), tangis merintih dan nafas
sesak , pemeriksaan telinga : Bersih, simetris, letak telinga
menurun tidak sejajar dengan mata, tulang rawan belum matang
sempurna, pemeriksaan genetalia : testis belum turun ke skrotum.
Berdasarkan tanda gejala disimpulkan diagnosa pada bayi Ny S yaitu
neonates kurang bulan dengan BBLR. Bayi ditatalaksana sesuai dengan
penatalaksanaan bayi premature dengan BBLR di RS yaitu
menghangatkan bayi di infant warmer , memberikan O2 secara nasal
dan headbox serta pemasangan bubble CPAP dan memberikan terapi
medikamentosa atas konsultasi dokter yaitu Per oral : Lacto B 1x
1/2 sachet , per IV :Biocef 2 x 70 mg, Gentamicin 1x7mg,
Aminosteril infus 6% 25cc, Aminofilin 3x 3,5 mg, Ranitidin 2 x 1,5
mg dan dipasang infus D5 dengan tetesan 5 tetes mikrro/menit.
Terdapat kesenjangan antara penatalaksanaan pada teori dan kasus
yaitu penatalaksanaan Perawatan Metode Kangguru (PMK) dan stimulasi
sensori. Pada bayi Ny S belum dapat dilakukan PMK karena kondisi
bayi belum stabil, suhu tubuh naik turun, pernafasan tidak spontan
dan masih terpasang oksigen sehingga motivasi untuk melakukan PMK
pada keluarga bayi belum dilakukan. Stimulasi sensori juga belum
dapat dilakukan secara maksimal karena bayi Ny S masih memerlukan
pemantauan ketat dengan monitor dan pemberian oksigen dibantu alat
, namun petugas kesehatan dapat memberikan motivasi pada klien
untuk sering mengajak bicara bayi saat jam berkunjung sehingga
pemberian stimulasi sensori bayi tetap dapat dilakukan6.2 Saran
a. Pada penatalaksanan bayi premature dengan BBLR dan masalah
distress nafas perlu dilakukan kerjasama yang baik antara petugas
kesehatan dan keluarga klien karena perawatan pada bayi dengan
masalah membutuhkan pemantauan khusus yang ketat serta diperlukan
kesabaran ekstra agar terdapat perbaikan kondisi bayi.b. Petugas
kesehatan perlu menyampaikan kondisi bayi secara kontinu setiap
hari agar keluarga mengetahui keadaan bayi setiap harinya
c. Petugas kesehatan perlu memberikan motivasi tentang pemberian
stimulasi sensori pada bayi setiap kali kunjungan agar terjalin
kedekatan emosional antara ibu dan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A. 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Salemba
Medika, Jakarta.
Manuaba, I.B.G., Fajar Manuaba, I.B.G., & Chandranita
Manuaba, I.A. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
EGC, Jakarta.
Muslihatun, W.N. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Fitramaya, Yogyakarta.
Myles. 2008. Buku Ajar Bidan. EGC, Jakarta.
POGI, IDAI, PERINASIA, IBI, DEPKES RI dan Bantuan Teknis dari
JHPIE60/MNH Program. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBPSP, Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBPSP, Jakarta.
Speer, K.M. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan
Clinical Pathways Edisi 3. EGC, Jakarta.
Walsh, L. 2007. Buku Ajar Kebidanan. EGC, Jakarta.
Winkjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBPSP, Jakarta