Hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR
BAB I
PENDAHULUAN1.1.Latar BelakangStrategi pembangunan nasional untuk
mewujudkan Indonesia sehat tahun 2010 yang merupakan integral dari
pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan mengandung makna
bahwa setiap upaya pembangunan harus berkontribusi terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Tolak ukur derajat
kesehatan masyarakat adalah status kesehatan Ibu dan Anak. Hal ini
karena Ibu dan Anak dalam keluarga merupakan anggota keluarga yang
rentan terhadap masalah kesehatan. Angka kematian bayi (AKB)
merupakan indikator yang paling penting untuk menggambarkan tingkat
kesehatan masyarakat dan sangat erat kaitannya dengan status
kesehatan Ibu dan Anak (Depkes RI, 2001).Meskipun AKB di Indonesia
mengalami penurunan namun angka tersebut masih yang paling tinggi
diantara Negara-negara ASEAN. Di bandingkan AKB negara-negara ASEAN
pada tahun 2002, AKB di Indonesia masih berada diurutan keenam
tertinggi setelah singapura (3 per 1000 kelahiran hidup), Brunai
Darussalam (6 per 1000 kelahiran hidup), Malaysia (8 per 1000
kelahiran hidup), Filipina (29 per 1000 kelahiran hidup), Thailand
(24 per 1000 kelahiran hidup), Vietnam (30 per 1000 kelahiran
hidup), dan di urutan berikutnya Indonesia (35 per 1000 kelahiran
hidup) adalah Myanmar (77 per 1000 kelahiran hidup), Laos (87 per
1000 kelahiran hidup) dan Kamboja (96 per 1000 kelahiran hidup)
(Depkes, 2004).Program pembangunan kesehatan yang sudah
dilaksanakan selama ini telah berhasil menurunkan AKB di Indonesia.
Namun penurunan yang terjadi setelah tahun 70-an berjalan lambat
dan menunjukkan kecenderungan Stagnan. Pada tahun 1960, AKB di
Indonesia adalah 128 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini turun
menjadi 68 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1989, 57 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1992 dan 46 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 1995 (Depkes, 2003).Dari hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 kematian neonatal sebesar 180 kasus. Kasus
lahir mati berjumlah 115 kasus. Jumlah seluruh kematian bayi adalah
466 kasus. Distribusi kematian neonatal sebagian besar di wilayah
Jawa Bali sebesar 66,7%. Menurut umur kematian 79,4% dari kematian
neonatal terjadi pad usia 0-7 hari, dan 20,6% terjadi pada usia
8-28 hari. Proporsi kematian neonatal sebesar 39% dari seluruh
kematian bayi (Djaja, 2003).Hussaini mengutip Mc Cornick (1985)
menyatakan bahwa Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mempunyai
kemungkinan kematian pada masa neonatal 40 kali lipat lebih besar
daripada bayi dengan berat lahir cukup.Secara umum para ahli
menyatakan bahwa proporsi angka BBLR dapat dipergunakan
sebagaiprediktorangka kematian neonatal disebabkan oleh BBLR
(Hussaini, 1994).Untuk Provinsi Bengkulu, jumlah bayi lahir mati
pada tahun 2004 tercatat sebesar 310 dari 39.579 kelahiran hidup.
Artinya Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bengkulu tahun 2004
sebesar 7,83 per 1000 kelahiran hidup. Data yang di peroleh dari
Dinas Kesehatan kabupaten/kota tahun 2004 menunjukkan bahwa
ditemukan sebanyak 333 bayi dengan BBLR dari 39.912 kelahiran
(0,83%) (Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2004).Di Kabupaten
Rejang Lebong pada tahun 2004 tercatat 4317 kelahiran hidup dan 38
bayi lahir mati. Sedangkan jumlah kematian bayi baru lahir (0-28
hari) ada 45 kasus, terdiri dari 14 kasus karena BBLR, 1 kasus
karena tetanus neonatorum dan 30 kasus karena sebab lain (Laporan
Kegiatan Kesehatan Maternal Dan Perinatal Kabupaten Rejang Lebong,
2004).Sedangkan pada tahun 2005 data Kabupaten Rejang Lebong
menunjukkan ada 5530 kelahiran hidup dan 45 kelahiran mati. Jumlah
kematian neonatal ada 58 kasus terdiri dari umur 35 tahun termasuk
dalam rawan hamil dengan kehamilan beresiko tinggi. Usia Ibu hamil
di bawah 20 tahun beresiko melahirkan bayi dengan BBLR. Disebabkan
karena organ reproduksi di usia tersebut seperti rahim belum cukup
matang untuk menganggung beban kehamilan dan kemungkinan komplikasi
seperti terjadinya keracunan kehamilan atau preeklamsi dan plasenta
previa yang dapat menyebabkan perdarahan selama persalinan selain
itu pada usia ini biasanya karena belum siap ibu secara psikis
maupun fisik.Resiko kehamilan pada Ibu usia > 35 disebabkan pada
usia tersebut menurunnya kemampuan organ reproduksi sehingga bisa
mengakibatkan perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsi.
Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan memang ada
hubungan misalnya berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke
masalah seperti adanya penyakit endometriosis yang menghambat
uterus untuk mengangkat sel telur melalui tuba fallopii yang
berpengaruh terhadap proses konsepsi.Menurut penelitian Suradi, dkk
(2000) usia ibu kurang dari 20 tahun mempunyai peluang 1,27 kali
untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan usia ibu
20-35 tahun dan usia ibu lebih dari 35 tahun mempunyai peluang 2,10
kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan usia
20-35 tahun. Meningkatnya kelahiran bayi pada ibu dengan umur muda
atau kurang dari 20 tahun berhubungan dengan tingkat pendidikan
yang rendah primipara dan perawatan antenatal sedangkan umur tua
berhubungan dengan kurangnya potensial tumbuh janin akibat usia
jaringan biologis dan adanya penyakit. Sedangkan menurut penelitian
Thaib (1992), diketahui bahwa dari beberapa faktor yang
mempengaruhi BBLR meliputi faktor usia ibu, jumlah anak, usia
kehamilan, jenis kelamin, dan jarak kehamilan. Namun dari hasil
kesimpulan peneliti bahwa faktor usia ibu tidak jelas mempengaruhi
berat badan bayi baru lahir. Berat badan bayi kurang2500 gram
sebagian kecil (3%) pada kelompok usia kurang dari 20 tahun, dan
(8%) pada usia Ibu lebih dari 30 tahun. Tetapi hampir seluruh (89%)
pada kelompok ibu dengan usia ideal 20-30 tahun.
2.4.Kerangka TeoriFaktor Ibu1.Gizi saat hamil yang kurang2.Umur
< 20 tahun atau > 35 tahun3.Jarak kehamilan dan bersalin
terlalu dekat4.Penyakit menahun Ibu, jantung,gangguan pembuluh
darah (perokok)5.Faktor pekerjaan
Faktor Kehamilan1.Hamil ganda2.Perdarahan antepartum3.Komplikasi
hamil: preeklamsia/eklamsiaketuban pecah dini
Faktor Janin1.Cacat bawaan2.Infeksi dalam rahim
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1.Kerangka Konsep
Kejadian BBLR
Variabel IndevendenVariabel Devenden
Keterangan :: variabel yang diteliti
: Variabel perancu
3.2.Hipotesis PenelitianHo : Tidak ada hubungan antara usia ibu
dengan kejadian BBLRHa : Ada hubungan antara usia ibu dengan
kejadian BBLR3.3.Definisi OperasionalNoVariabelDefenisi
operasionalCara dan alat ukurHasil ukurSkala ukur
1.Variabel IndependenUsia IbuLama waktu hidup Ibu terhitung
sejak lahir sampai waktu persalinanObservasi pada status atau
register dan lembar observasi0 : 20-35 th1 : < 20 th2 : > 35
thOrdinal
2.Variabel DependenKejadian BBLRBayi yang dilahirkan dengan
berat < 2500 grObservasi pada status atau register dan lembar
observasi0 : ya BBLR1 :tidak BBLROrdinal
3.Karakteristik Respondena.Jarak Kehamilan
b.Pekerjaan Ibu
a.Lama waktu antara kehamilan sekarang dengan kelahiran
sebelumnyab.Aktivitas rutin Ibu dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari
Observasi pada status atau register dan lembar observasi
Observasi pada status atau register dan lembar observasi
0 : 0 th1 : < 2 th2 : 2 th
0 : Bekerja1 : Tidak Bekerja
Ordinal
Ordinal
3.4.Desain PenelitianPenelitian menggunakan survei analitik
dengan desain kuantitatif jeniscross sectionalkarena pengambilan
data faktor resiko dan kejadian BBLR dilakukan pada waktu yang
bersamaan (Sastroasmoro, 1995).BBLR (+)
Usia ibu < 20 tahun
Tidak BBLR (-)
BBLR (-)
Usia ibu 20-35 tahun
Tidak BBLR (+)
BBLR (+)
Usia ibu > 35 tahun
Tidak BBLR (-)
3.5.Populasi Dan Sampela. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini
adalah seluruh status ibu dan bayi yang lahir di RSUD Curup yang di
rawat di bangsal kebidanan pada bulan Januari 2005 sampai dengan
bulan Mei 2006 dengan jumlah populasi 476 orang.b. SampelSebagai
sampel dalam penelitian ini adalah status ibu dan bayi yang
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.Teknik
pengambilan sampel: sampel diambil dengan tekniknon
probabilityrandom samplingyaitujudgment sampling.Besar sampel:
sampel yang terpilih adalah status bayi yang memenuhi syarat untuk
penelitian. Kriteria yang digunakan adalah:1.Bayi yang lahir di
RSUD Curup dengan BBLR dan tidak BBLR dari bulanJanuari 2005 sampai
dengan Mei 2006 yang dirawat di bangsal kebidanan RSUD Curup2.Bayi
yang tidak prematur3.Status atau register lengkapDengan jumlah
sampel 401 orang.
3.6.Tempat Dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan dirawat inap
bangsal kebidanan RSUD Curup pada bulan Juli 2006.
3.7.Etika PenelitianSebelum dilakukan penelitian, penulis
terlebih dahulu mengajukan permohonan izin melakukan penelitian
kepada panitia etikRSUD Curup untuk mendapatkan persetujuan
pelaksanan penelitian. Lembar persetujuan diteruskan
kepada:1.Direktur RSUD Curup2.Kepala ruangan bangsal kebidanan RSUD
Curup3.KepalaMedical RecordRSUD Curup.Permohonan izin pada panitia
etik bertujuan untuk mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Bukti telah disetujui
penelitian ditandai dengan adanya lembar persetujuan. Jika pihak
RSUD menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati
haknya3.8.Metode Pengumpulan DataData yang dikumpulkan berdasarkan
data dalam status atau register. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah lembar observasiyang dirancang sesuai dengan
kebutuhan untuk mengumpulkan variabel yang dibutuhkan. Yaitu bayi
dengan BBLR atau tidak BBLR dan usia Ibu. Status dan register
dikumpulkan adalah status ibu dan bayi yang dirawat inap di bangsal
kebidanan RSUD Curup dari Januari 2005 sampai dengan Mei 2006.
3.9.Pengolahan dan Analisa Dataa. Pengolahan DataData yang telah
terkumpul dilanjutlkan dengan pengolahan data, tahap-tahap
pengolahan data:1)Mengidentifikasi variabel yang ada dalam status
atau register kemudian memindahkan data ke dalam tabel
master2)Memeriksa isi kelengkapan data pada tabel master
(Editing)3)Melakukan kode ulang (Recoding) pada variabel sesuai
dengan kategori pada hasil ukur4)Entry Data,yaitu memasukkan data
dari tabel master ke dalam program komputer5)Pemeriksaan kembali
dan pembersihan data (Cleaning) untuk mengetahui kesesuaian dan
ketepatan data untuk mengurangi kesalahan dalam pengkodean dan
kategori
b. Analisa Data1)Analisis UnivariatAnalisis ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel
independent dan dependent dengan menggunakan ukuran
proporsi2)Analisis BivariatAnalisis ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel dependent dan variabel independent. Jenis
uji statistik yang digunakanChi Square(X2) dengan rumus sebagai
berikut:
Untuk memudahkan perhitungan dibuat tabel 3x2 sebagai
berikut:NoUsia IbuBBLRJumlah
YaTidak
1.< 20 tahunfofh 1.1fofh 2.1
2.20-35 tahunfofh 1.2fofh 2.2
3.> 35 tahunfofh 1.3fofh 2.3
Jumlah
Dasar pengambilan keputusan: dengan membandingkan nilai P
dengana(0,05). Dengan ketentuan sebagai berikut:Jika: P 0,05, maka
Ho ditolakJika: P > 0,05, maka Ho diterimaUntuk mengetahui
seberapa besar faktor resiko usia ibu terhadap angka kejadian BBLR
dengan menggunakan rumusRatio Prevalens, dengan menggunakan tabel
silang.Usia Ibu< 20 tahunBBLR
YaTidakJumlah
Yaaba + b
Tidakcdc + d
Jumlaha + cb + dN=a+b+c+d
Usia Ibu20-35 tahunBBLR
YaTidakJumlah
Yaaba + b
Tidakcdc + d
Jumlaha + cb + dN=a+b+c+d
Usia Ibu> 35 tahunBBLR
YaTidakJumlah
Yaaba + b
Tidakcdc + d
Jumlaha + cb + dN=a+b+c+d
RumusRatio Prevalensi(RP)RP =A/(A+B)
C/(C+D)
Frekuensi harapan untuk masing-masing sel:E1.1: (a+b)
(a+c)/NE1.2: (b+d) (a+b)/NE2.1: (a+c) (c+d)/NE2.2: (b+d)
(c+d)/NKeterangan:fo: frekuensi observasi dari sel baris ke-i dan
kolom ke-jfh: frekuensi harapan dari sel baris ke-i dan kolom
ke-jdf: (b-1) (k-1)b: banyaknya barisk: banyaknya kolomni: total
barisnj: total kolomN: total pengamatan
Pada hasil analisis bivariat akan diperoleh Ratio Prevalensi
(RP) dengan estimasiConfidence Interval(CI) yang ditetapkan pada
tingkat kepercayaan 95%, nilai RP yang diperoleh dapat
diinterprestasikan sebagai berikut (Depkes RI, 2002).Jika RP >
1:maka artinya menunjukkan ada hubungan antarapenyakitdengan
paparan.Jika RP = 1:maka artinya menunjukkan tidak ada hubungan
antara penyakit dengan paparan.Jika RP < 1:maka artinya
menunjukkan suatu penurunan resiko ataumenunjukkan adanya efek
perlindungan (protektif).
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Alur PenelitianSetelah peneliti mendapatkan surat pengantar
penelitian dari Politeknik Kesehatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Curup, peneliti langsung menghadap ke Bagian Pelayanan Dan Diklat
RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong dan menyerahkan surat pengantar
tersebut untuk mendapatkan izin melakukan penelitian. Setelah
mendapat izin, peneliti langsung menghadap kepala ruangan kebidanan
RSUD Curup dengan disertai surat izin melakukan penelitian dari
Bagian Pelayanan Dan Diklat RSUD Curup. Setelah menghadap kepala
ruangan kebidanan dan di izinkan, peneliti langsung melihat buku
register ruang kebidanan dan mencatat nomor register ibu-ibu yang
melahirkan di ruang kebidanan pada bulan Januari 2005 sampai Mei
2006. Kemudian peneliti melihat arsip status perawatan kebidanan di
ruangMedical Recordsetelah mendapat izin dari kepala ruanganMedical
Record. Arsip tersebut dipilih berdasarkan nomor register yang
didapat dari buku register kebidanan, dari arsip ini peneliti
melihat dan mencatat nama ibu, umur ibu, pekerjaan ibu, jarak
kehamilan dan berat bayi yang dilahirkan pada lembar observasi yang
telah disiapkan oleh peneliti. Karena peneliti menggunakan
desaincross-sectionalmaka peneliti terlebih dahulu melihat usia ibu
dan kemudian baru melihat berat bayi yang dilahirkan dalam waktu
yang bersamaan.
4.2.Gambaran Umum Tempat PenelitianRumah Sakit Umum Daerah Curup
adalah rumah sakit tipe C yang terletak dijalan Basuki Rahmat nomor
10 di Kabupaten Rejang Lebong. Lokasi ini sangat strategis karena
terletak dipusat kota sehingga memudahkan masyarakat menjangkaunya.
RSUD Curup merupakan rumah sakit milik pemerintah. RSUD Curup
didirikan pada tahun 1969 yang berpusat di Setia Negara. RSUD Curup
menjadi rumah sakit tipe C dengan fasilitas pelayanan kesehatan
perawatan meliputi raung IGD, Interne/penyakit dalam (Melati),
ruang anak (Mawar), ruang bedah (Anggrek), ruang Paviliun
(Edelwise), ruang kebidanan dan penyakit kandungan (Teratai), ICU
dan OK (kamar operasi). Serta fasilitas rawat jalan meliputi Poli
bedah, Poli umum, Poli gigi, Poli KIA, Poli penyakit dalam, Poli
KB, Poli mata. RSUD Curup juga mempunyai fasilitas pendukung
seperti laboratorium, radiologi, fisioterapi, gigi dan apotik.RSUD
Curup dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari 1 orang dokter
spesialis obstetri dan ginekologi, 1 orang dokter spesialis bedah,
1 orang dokter spesialis anak, 1 orang dokter spesialis penyakit
dalam, 15 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi. Dan RSUD Curup
memiliki perawat di ruang IGD berjumlah 16 orang, ruang bedah 12
orang, ruang interne 17 orang, ruang anak 12 orang, ruang kebidanan
16 orang, OK 15 orang, ICU 16 orang.
4.3.Hasil PenelitianPenelitian ini dilakukan untuk melihat
hubungan usia Ibudengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di
RSUD Curup tahun 2006. Responden yang ditemukan terdapat 401
responden. Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan mulai tanggal
20 Juli sampai dengan 27 Juli2006 dengan hasil penelitian sebagai
berikut :4.2.1.Analisis UnivariatTabel 4.1.Distribusi Frekuensi
Karakteristik Ibu Berdasarkan Usia IbuDi Bangsal Kebidanan RSUD
Curup Tahun 2006
Karakteristik Usia IbuFrekuensiPersentase (%)
< 20 tahun20-35 tahun> 35 tahun15326603,7481,3014,96
Jumlah401100
Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar (81,30%) ibu berusia 20-35
tahun dan sebagian kecil (3,74%) ibuberusia < 20 tahun.
]Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Neonatus Berdasarkan Kejadian
BBLR Di Bangsal Kebidanan RSUD Curup Tahun 2006
Karakteristik BBLRFrekuensiPersentase (%)
YaTidak9930224,775,3
Jumlah401100%
Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar neonatus (75,3%) tidak
mengalami BBLR dan sebagian kecil neonatus (24,7%) mengalami
BBLR.Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Berdasarkan
Jenis Pekerjaan Ibu Di Bangsal Kebidanan RSUD Curup Tahun 2006.
Karakteristik Pekerjaan IbuFrekuensiPersentase (%)
BekerjaTidak Bekerja6333815,784,3
Jumlah401100%
Berdasarkan tabel 4.3 hampir seluruh ibu (84,3%) tidak bekerja
dan sebagian kecil ibu (15,7%) bekerja.Tabel 4.4Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan Di Bangsal
Kebidanan RSUD Curup Tahun 2006
Karakteristik jarak kehamilanFrekuensiPersentase (%)
0 tahun< 2 tahun 2 tahun12810416932,025,942,1
Jumlah401100
Berdasarkan tabel 4.4 hampir sebagian responden (42,1%) memiliki
jarak kehamilan 2 tahun, hampir sebagian lainnya (32,0%) tidak
memiliki jarak kehamilan (0 tahun) dan sebagian kecil dari
responden (25,9%) memiliki jarak kehamilan < 2 tahun.
4.2.2.Analisis BivariatAnalisa ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara satu variabel dengan variabeldevendentjenis uji
statistik yang digunakan adalahChi-squaredengan rumus:
Tabel 4.5Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian BBLR Di Bangsal
KebidananRSUD Curup Tahun 2006
Usia IbuBBLRJumlahX2P
YaTidak
N%N%N%
< 20 tahun746,7853,3153,712,0810,002
20-35 tahun6921,225778,832681,3
> 35 tahun2338,33761,76015
Total9924,730275,3401100
Berdasarkan tabel 4.5. dari 15 Ibu dengan Usia < 20 tahun
melahirkan 7 bayi dengan BBLR. Dari 326 Ibu dengan usia 20 35 tahun
melahirkan 69 bayi dengan BBLR dan diantar 60 Ibu dengan usia >
35 tahun melahirkan 23 bayi dengan BBLR.Berdasarkan hasil analisis
Bivariat dengan ujiChi Squaredapat disimpulkanbahwa ada hubungan
antara usia Ibu dengan kejadian BBLR, karena nilaiP < 0,05.
Untuk mengetahui besarnya resiko usia Ibu, maka tabel dipisah
menjadi 2 X 2.Tabel 4.6Tabel Silang Hubungan Usia Ibu< 20
Tahundengan Kejadian BBLR
Usia Ibu< 20 tahunBBLRTotalX2P ValueRP(95%CI)
YaTidak
n%n%n%
Ya746,7853,3154,44,0480,0441,958(1,108 3,461)
Tidak9223,829476,238696,3
Total9924,730275,3401100
Berdasarkan tabel 4.6 dari 15 Ibu yang melahirkan dengan usia
< 20 tahun mempunyai 7 bayi dengan BBLR dan dari 386 Ibu yang
melahirkan dengan usia > 20 tahun mempunyai 92 bayi dengan
BBLR.Secara statistik nilai X2hitung (4,048) > X2tabel (3,841)
artinya ada hubungan antara usia Ibu dengan kejadian BBLR, dan
berdasarkan nilai RP menunjukkan adanya perbedaan resiko antara
usia Ibu < 20 tahun dengan usia Ibu > 20 tahun terhadap
kejadian BBLR karena RP > 1. Jadi usia Ibu < 20 tahun
mempunyai resiko 1,958 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
dibandingkan dengan Ibu yang berusia > 20 tahun.(95% CI =1,108
3,461).
Tabel 4.7Tabel Silang Hubungan Usia Ibu20-35 Tahundengan
Kejadian BBLR
Usia Ibu20-35 tahunBBLRTotalX2P ValueRP(95%CI)
YaTidak
n%n%n%
Ya6921,225778,832684,511,6330,0010,529(0,374 0,749)
Tidak3040,04560,07518,7
Total9924,730275,3401100
Berdasarkan tabel 4.7 dari 326 Ibu yang melahirkan dengan usia
20 35 tahun mempunyai 69 bayi dengan BBLR dan dari 75 Ibu yang
melahirkan dengan usia < 20 dan > 35 tahun mempunyai 30 bayi
dengan BBLR.Secara statistik nilai X2hitung (11,633) > X2tabel
(3,841) artinya ada hubungan antara usia Ibu dengan kejadian BBLR,
dan berdasarkan nilai RP menunjukkan adanya penurunan resiko atau
usia Ibu 20 35 tahun bukan merupakan faktor resiko(95% CI =0,374
0,749)
Tabel 4.8Tabel Silang Hubungan Usia Ibu > 35 Tahun dengan
Kejadian BBLR
Usia Ibu> 35 tahunBBLRTotalX2P ValueRP(95%CI)
YaTidak
n%n%n%
Ya2338,33761,76015,07,0650,0081,720(1,180 2,508)
Tidak7622,326577,734185,0
Total9924,730275,3401100
Berdasarkan tabel 4.8 dari 60 Ibu yang melahirkan dengan usia
> 35 tahun mempunyai 23 bayi dengan BBLR dan dari 341 Ibu yang
melahirkan dengan usia < 35 tahun mempunyai 76 bayi dengan
BBLR.Secara statistik nilai X2hitung (7,065) > X2tabel (3,841)
artinya ada hubungan antara usia Ibu dengan kejadian BBLR, dan
berdasarkan nilai RP menunjukkan adanya perbedaan resiko antara
usia Ibu > 35 tahun dengan usia Ibu < 35 tahun terhadap
kejadian BBLR karena RP > 1. Jadi usia Ibu > 35 tahun
mempunyai resiko 1,720 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
dibandingkan dengan Ibu yang berusia > 35 tahun.(95% CI =1,180
2,508).
4.4.PembahasanDari hasil penelitian ini diperoleh Ibu yang
melahirkan bayi dengan BBLRhampir seluruh ibu (84,3%) tidak bekerja
dan sebagian kecil ibu (15,7%) bekerja. Hal ini bertolak belakang
dengan teori Khumadi tahun 1989 yang menyatakan bahwa ibu yang
bekerja akan dapat menyediakan makanan yang mengandung sumber zat
gizi dalam jumlah yang cukup dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja.Ibu-ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR hampir sebagian
responden (42,1%) memiliki jarak kehamilan 2 tahun, hampir sebagian
lainnya (32,0%) tidak memiliki jarak kehamilan (0 tahun) dan
sebagian kecil dari responden (25,9%) memiliki jarak kehamilan <
2 tahun. Bertentangan dengan penelitian Thaib tahun 1992 yang
mengemukakan jarak kehamilan < 2 tahun berpengaruh terhadap
berat bayi lahir rendah, karena masa persalinan yang < 2 tahun
mempengaruhi kapasitas tropik yang belum pulih sempurna.Kehamilan
kedua atau ketiga terlampau dekat jaraknya memiliki resiko bagi ibu
dan janin. Bagi ibu sendiri, secara fisik alat-alat reproduksi
belum kembali normal sehingga ada kemungkinan pada kehamilan
tersebut ibu mengalami gangguan. Seperti adanya komplikasi diabetes
gestasional (gula darah yang muncul saat kehamilan), pre eklamsia
(keracunan karena protein yang meningkat), atau anemia (Mila,
2003), pada penelitian ini peneliti hanya melihat pada jarak
kehamilan saja tanpa memperhatikan faktor resiko lainnya yang
berhubungan dengan BBLR seperti: pada faktor Ibu, faktor kehamilan
dan faktor janin.Menurut penelitian Suradi, dkk (2000) usia ibu
kurang dari 20 tahun mempunyai peluang 1,27 kali untuk melahirkan
bayi dengan BBLR dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun dan usia
ibu lebih dari 35 tahun mempunyai peluang 2,10 kali untuk
melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan usia 20-35
tahun.Sedangkan menurut penelitian Thaib (1992), diketahui bahwa
dari beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR meliputi faktor usia
ibu, jumlah anak, usia kehamilan, jenis kelamin, dan jarak
kehamilan. Namun dari hasil kesimpulan peneliti bahwa faktor usia
ibu tidak jelas mempengaruhi berat badan bayi baru lahir. Berat
badan bayi kurang2500 gram sebagian kecil (3%) pada kelompok usia
kurang dari 20 tahun, dan (8%) pada usia Ibu lebih dari 30 tahun.
Tetapi hampir seluruh (89%) pada kelompok ibu dengan usia ideal
20-30 tahun.Menurut Anwar (2003) usia Ibu < 20 tahun dan > 35
tahun termasuk dalam rawan hamil dengan kehamilan beresiko tinggi.
Usia Ibu hamil di bawah 20 tahun beresiko melahirkan bayi dengan
BBLR. Disebabkan karena organ reproduksi di usia tersebut seperti
rahim belum cukup matang untuk menganggung beban kehamilan dan
kemungkinan komplikasi seperti terjadinya keracunan kehamilan atau
preeklamsi dan plasenta previa yang dapat menyebabkan perdarahan
selama persalinan selain itu pada usia ini biasanya karena belum
siap ibu secara psikis maupun fisik.Resiko kehamilan pada Ibu usia
> 35 disebabkan pada usia tersebut menurunnya kemampuan organ
reproduksi sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses
persalinan dan preeklamsi. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat
kesuburan memang ada hubungan misalnya berkurangnya frekuensi
ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit
endometriosis yang menghambat uterus untuk mengangkat sel telur
melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses
konsepsi.Pada uji statistik dengan X2menunjukkan adanya hubungan
antara usia Ibu dengan kejadian BBLR dibangsal kebidanan dan anak
RSUD Curup tahun 2006. Dengan X2hitung= 12,081 dan X2tabel= 5,591
yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima atau terdapat hubungan
antara usia Ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Curup tahun 2006. Pada
usia Ibu < 20 tahun menunjukkan adanya faktor resiko dimana
(RP=1,958). Ibu dengan usia < 20 tahun mempunyai resiko 1,958
kali untuk mempunyai anak dengan BBLR dibandingkan dengan usia >
20 tahun. Dan pada usia Ibu 20 35 tahun menunjukkan adanya
penurunan resiko dimana RP < 1. Ibu dengan usia > 35 tahun
menunjukkan adanya faktor resiko dimana RP = 1,720. ibu yang
berusia > 35 tahunmempunyai resiko 1,720 kali untuk mempunyai
anak dengan BBLR dibandingkan Ibu dengan usia < 35 tahun.Desain
pada penelitian ini menggunakan desainCross Sectionaldimana
pengambilan resiko dan efek diambil pada saat yang bersamaan (tidak
ada dimensi waktu).(Notoadmojo, 2002). Penelitian dengan hubungan
Usia Ibu dengan kejadian BBLR masih banyak memiliki keterbatasan
dengan alasan sumber data yang digunakan adalah sumber data
sekunder yang tidak akurat, dan peneliti hanya melihat pada faktor
usia Ibu tanpa memperhatikan faktor resiko lainnya yang
mempengaruhi BBLR.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1.KesimpulanDari penelitian yang telah dilaksanakan tanggal 20
Juli 2006 sampai dengan 27 Juli 2006 maka dapat disimpulkan
:5.1.1.Gambaran kejadian yang tidak menderita BBLRsebanyak 302
orang (75,3%) dan yang menderita BBLRsebanyak 99 orang
(24,7%).5.1.2.Bahwa ada hubungan antara usia Ibu dengan kejadian
BBLR di bangsal kebidanan dan anak RSUD Curup periode Januari 2005
sampai Mei 2006.5.1.3.Bahwa Ibu dengan usia < 20 tahun mempunyai
peluang 1,958 kali untuk mempunyai anak dengan BBLR dibandingkan
Ibu dengan > 20 tahun dan pada Ibu denganusia > 35 tahun
mempunyai peluang 1,720 kali untuk mempunyai anak dengan BBLR
dibandingkan Ibu dengan usia< 35 tahun. Dan pada usia ibu 20-35
tahun tidak beresiko terhadap kejadian BBLR.
5.2.SaranSetelah diketahui bahwa usia Ibu mempengaruhi kejadian
BBLR maka disarankan:5.2.1.Bagi RespondenDisarankan pada ibu-ibu
sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena tidak beresiko
melahirkan bayi dengan BBLR dan tidak dianjurkan hamil pada usia
< 20 tahun dan > 35 tahun karena beresiko melahirkan anak
dengan BBLR5.2.2.Bagi Rumah SakitAgar dapat meningkatkan pelayanan
terhadap Ibu hamil terutama dengan Ibu hamil yang beresiko tinggi.
Untuk dapat memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada
Ibu Ibu hamil dengan usia yang beresiko melahirkan anak dengan BBLR
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala komplikasi,
penatalaksanaan BBLR dan faktor faktor resiko yang menyebabkan
BBLR.5.2.3.Bagi Dinas KesehatanDisarankan kepada Dinas Kesehatan
agar mencanangkan program penyuluhan kesehatan perencanaan usia
saat hamil untuk memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu akan resiko
melahirkan anak dengan BBLR berdasarkan usia ibu pada saat
kehamilan.
5.2.4.Bagi Peneliti SelanjutnyaDapat melanjutkan penelitian ini
untuk mencari faktor resiko lain dengan desain yang berbeda.