Top Banner
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi Diploma III Kebidanan Budi Mulia Palembang OLEH APRIYANTI 01.07.486 AKADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA PALEMBANG 2010
47

33687306 KTI Hubungan Pendidikan Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian BBLR

Nov 25, 2015

Download

Documents

bayu rahmanto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PARITAS IBU BERSALIN

    DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI

    RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN

    PALEMBANG TAHUN 2009

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi Diploma III

    Kebidanan Budi Mulia Palembang

    OLEH

    APRIYANTI

    01.07.486

    AKADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA

    PALEMBANG

    2010

  • AKADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA PALEMBANG

    Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

    APRIYANTI

    Hubungan Antara Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

    Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009

    Xvi + 42 Halaman + 5 Tabel + 8 Lampiran

    ABSTRAK

    Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 1995 hampir

    semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal do Negara berkembang atau

    berpenghasilan rendah. Lebih dari dua pertiga kematian adalah BBLR yaitu berat

    lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta

    persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua

    terjadi di Negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan

    antara pendidikan dan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit

    Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. Diharapkan dari

    analisis faktor-faktor tersebut dapat dijadikan masukan bagi institusi pelayanan

    kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan. Penelitian ini merupakann

    penelitian menggunakan cross sectional yang dikumpulkan dalam waktu

    bersamaan dengan menggunakan check list. Uji statistik yang dipakai adalah uji

    chi-square. Sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling dari

    populasi yang berjumlah 3.139 ibu yang melahirkan. Analisis ini dilakukan untuk

    mengetahui variabel independen pendidikan dan paritas dan variabel dependen

    (BBLR). Data dianalisa dengan analisa univariat yaitu distribusi frekuensi

    variabel independen dan dependen serta analisa bivariat menggunakan uji statistik

    chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan 355

    responden didapatkan responden ibu yang BBLR sebesar 100 (28,2%) responden

    dan ibu yang melahirkan tidak BBLR sebesar 225 (71,8%) responden sedangkan

    berdasarkan pendidikan ibu yang pendidikan tinggi sebesar 180 (50,7%) dan

    pendidikan rendah sebesar 175 (49,3%). Sehingga paritas tinggi sebesar 35,8%

    dan paritas rendah sebesar 228 (64,2%). Hasil uji statistik menunjukkan ada

    hubungan yang bermakna pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dimana nilai p

    value 0,002 lebih kecil = 0,05 dan adanya hubungan yang bermakna antara paritas ibu terhadap kejadian BBLR dimana nilai p value = 0,008 lebih kecil dari

    = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang melahirkan BBLR dari responden yang cara penanggananya lebih baik. Bagi petugas kesehatan agar

    selalu memberikan penyuluhan mengenai kejadian berat badan lahir rendah,

    sehingga dapat menggurangi angka kejadian BBLR.

    Kata Kunci : Berat Badan Lahir Rendah

    Daftar Pustaka : 11 ( 2005 2009)

  • MIDWIFERY ACADEMY OF BUDI MULIA PALEMBANG

    Scientific Paper, June 2010

    APRIYANTI

    Relationship Between Education and Parity with Birth Mother Incidence of

    Low Birth Weight (LBW) in the General Hospital Center Dr. Mohammad

    Hoesin Palembang in 2009

    Xvi + 42 Pages + 5 Tables+ 8 Attachments

    ABSTRACT

    According to estimates the World Health Organization (WHO) in 1995 nearly all

    (98%) of the five million neonatal deaths do low-income developing countries.

    More than two-thirds of the deaths are low birth weight is birth weight less than

    2500 grams. Globally there are estimated 25 million births per year in which 17%

    are low birth weight and nearly all occurred in developing countries. The purpose

    of this study to determine the relationship between maternal education and parity

    at delivery with LBW General Hospital Dr Center. Mohammad Hoesin

    Palembang Year 2009. Expected from the analysis of these factors can be used as

    input to health care institutions in improving the quality of care. This study uses

    cross sectional study merupakann collected at the same time by using the check

    list. The statistical test used was chi-square test. Samples taken using random

    sampling techniques from the population of 3139 mothers who gave birth. This

    analysis was conducted to determine the independent variables of education and

    parity and the dependent variables (LBW). Data were analyzed by univariate

    analysis of the frequency distribution of the dependent and independent variables

    and bivariate analysis using chi square test with significance level 0.05. The

    results showed 355 respondents showed that respondents LBW mothers of 100

    (28.2%) respondents and mothers who give birth are not LBW for 225 (71.8%)

    respondents, while based on maternal education is higher education for 180

    (50.7%) and low education for 175 (49.3%). Thus amounted to 35.8% of high

    parity and low parity of 228 (64.2%). Statistical analysis showed there was a

    significant relationship between maternal education with LBW p value of 0.002

    which is smaller = 0.05 and there were significant relations between maternal parity on the incidence of LBW in which the p value = 0.008 is smaller than = 0.05 , so it can be concluded that the respondents who gave birth to LBW of

    respondents penanggananya way better. For health workers in order to always

    provide counseling about low birth weight incidence, so it can menggurangi

    incidence of LBW.

    Keywords : Low Birth Weight (LBW)

    Bibliography : 11 (2005 2009)

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai

    bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr .Definisi ini

    berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa

    bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi

    terhadap kesehatan yang buruk.Menurunkan insiden BBLR hingga

    sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama A World Fit For Children

    hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations

    General Assembly Special Session on Children in 2002. Lebih dari 20 juta

    bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR di

    Asia adalah 22% (Rahayu,2009).

    Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

    adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi di Indonesia

    saat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 50 per 1000 kelahiran hidup

    pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah, karena masih

    terbilang tinggi bila di bandingkan dengan negara negara di bagian

    ASEAN, dan penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan

    perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 -27% disebabkan karena

    BBLR. Sementara itu, prevelensi BBLR di Indonesia saat ini di perkirakan 7

    14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI, 2005).

  • World Health Organization (WHO) 1979, telah membagi umur

    kehamilan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Pre-term yaitu kurang dari 37

    minggu (259 hari), 2)Term, yaitu mulai 37 minggu sampai 42 minggu atau

    unur antara 259-293 hari, 3) Post-term, yaitu lebih dari 42 minggu (294

    hari) (Manuaba,2007).

    Begitu juga menurut perkiraan World Health Organization (WHO)

    pada tahun 1961 telah mengganti istilah Premature baby dengan low birth

    weight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal ini

    dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu

    lahir bayi premature. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh : 1) masa

    kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa

    kehamilan dihitung mulai dari hari pertama haid yang teratur ; 2) bayi small

    for gestational age (SGA) : bayi yang kurang dari berat badan yang

    semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =

    KMK); 3) kedua-duanya (pernyataan 1 dan 2) (Sarwono,2006).

    Bila diperhatikan di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan

    kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal sebesar

    20 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun, ada satu neonatus meninggal.

    Penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR sebanyak 29%. Insiden

    BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20% (Eka ,2009).

  • Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Sumatera Selatan tahun (2008),

    Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Selatan berada pada angka 107 per

    100.000 kelahiran hidup. Hampir mencapai target sasaran yang akan dicapai

    Provinsi Sumatera Selatan pada Indonesia Sehat 2010.

    Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, Angka Kematian

    Bayi (AKB) pada tahun 2007 yaitu per 1000 kelahiran hidup, pada tahun

    2008 4 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 sekitar 2 per 1000

    kelahiran hidup (Dinkes Kota Palembang, 2010).

    Dari data Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang, angka kejadian BBLR pada tahun 2007 adalah 142 kasus BBLR

    dari 3.337 bayi yang dilahirkan pada tahun 2008 adalah 233 kasus BBLR

    dari 2439 bayi yang dilahirkan dan pada tahun 2009 sebesar 313 kasus

    BBLR dari 2.400 bayi yang dilahirkan (Medical Record,2009).

    Oleh karena itulah, berdasarkan latar belakang diatas dan dengan

    adanya data yang ada, Maka penulis ingin melakukan penelitian dengan

    judul Hubungan antara Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin dengan

    Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum

    Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dari

    penelitian ini adalah masih tingginya kejadian Berat Badan Lahir Rendah

    (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang

    Tahun 2009 (Medical Record, 2009).

  • 1.3 Pertanyaan Penelitian

    Apakah ada hubungan antara pendidikan dan paritas ibu bersalin

    dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum

    Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009 ?

    1.4 Tujuan Penelitan

    1.4.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan paritas ibu

    bersalin dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah

    Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian Berat

    Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

    Hoesin Palembang tahun 2009.

    2. Diketahuinya hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian Berat Badan

    Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

    Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : Ruangan Kebidanan

    1.5.1 Bagi Mahasiswa /Peneliti

    Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya

    tentang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sebagai pengalaman proses

    belajar dalam bidang Metodologi Penelitian.

    1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan

  • Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan

    pengetahuan serta untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berguna bagi

    mahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.

    1.5.3 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam program

    kesehatan reproduksi untuk menurunkan angka kejadian Berat Badan Lahir

    Rendah (BBLR) dan perbaikan mutu pelayanan kebidanan.

    1.6 Ruang Lingkup

    Sasaran penelitian adalah semua bayi yang dilahirkan oleh ibu- ibu

    dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum

    Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009.

    BAB II

  • TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Berat Badan Lahir Rendah

    2.1.1 Pengertian

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kelahiran bayi dengan

    berat badannya kurang dari 2500 gram (Manuaba,2007)

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang

    dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan

    BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru

    sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan

    perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya

    (Prawirohardjo, 2006).

    BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500

    gram tanpa memandang usia masa kehamilan. BBLR biasa terdiri atas

    BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur dan BBLR cukup bulan / lebih

    bulan dengan hambatan pertumbuhan intrauterine (IUGR). BBLR kurang

    bulan / premature khususnya yang masa kehamilannya, biasanya mengalami

    penyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan sebagainya,yang

    apabila tidak dikelola sesuai dengan standar pelayanan medis akan berakibat

    fatal. Sementara BBLR yang cukup / lebih bulan pada umumnya organ

    tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam

    perawatannya (Purwanto,2009).

  • Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

    badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)

    (Hanifa,2006).

    2.1.2 Klasifikasi BBLR

    Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan

    berat badan lahir rendah,yaitu :

    1. Menurut Hanifa (2006), WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tiga

    kelompok, yaitu

    a. Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari)

    b. Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap

    ( 259- 293 hari ).

    c. Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih ( 294 hari atau lebih).

    2. Menurut Sarwono Prawiharjo (2006) , diklasifikasikan berdasarkan berat badan

    waktu lahir,yaitu:

    a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir

    dengan berat lahir 1.500-2.500 gram

    b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan

    berat lahir

  • 3. Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi

    menjadi dua golongan :

    a. Pramunitas murni

    Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan

    kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai

    dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR /

    SMK(sesuai masa kehamilan).

    b. Dismaturitas

    Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

    berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikarenakan

    mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

    2.1.3 Etiologi

    Menurut Manuaba (2007).Faktor- faktor yang dapat menyebabkan

    kejadian BBLR, yaitu:

    a. Faktor ibu: riwayat kelahiran premature sebelum, perdarahan antepartum,

    hipertensi, umur kehamilan kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak

    dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi,trauma dan lain-lain.

    b. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini

    c. Keadaan social ekonomi yang rendah.

    d. Kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan, merokok.

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan karena ; Persalinan

    kurang bulan / premature dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan. Pada

    umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mempunyai uterus menahan janin,

  • gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunya

    atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup

    bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum

    berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur

    kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya

    semakin kurang baik. Kelompok Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini sering

    mendapatkan penyakit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena

    masa gestasi yang kurang / premature (Kulah kebidanan,2009).

    2.1.4 Tanda dan Karakteristik BBLR

    Menurut Manuaba (1998), tanda dan karakteristik BBLR, yaitu :

    1. Berat badan < 2.500 gram

    2. Panjang < 45 cm

    3. Lingkar dada < 30 cm

    4. Lingkar kepala < 33 cm

    5. Umur kehamilan < 37 cm

    6. Kepala relative lebih besar

    7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo masih banyak, lemak kulit kurang

    8. Otot hipotonik lemah

    9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnoe (gagal napas)

    10. Ekstremitas ; paha abduksi, sendi lutut / kakai flexi lurus

    11. Kepala tidak mampu tegak

    12. Pernapasan sekitar 45 menit 50 kali per menit

    13. Frekuensi nadi 100 -140 kali per menit

  • 2.1.5 Penatalaksanaan

    2.1.5.1 Penatalaksanaan BBLR

    Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang berguna

    untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuian diri dengan

    lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengukuran suhu

    lingkungan, pemberian makan dan bila perlu pemberian oksigen,

    mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat

    besi.Penanganan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat dilakukan

    dengan cara sebagai berikut:

    1. Pengaturan suhu bayi: Mempertahankan suhu BBLR dengan cara

    pemanasan, dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan

    meletakkan botol-botol hangat disekitarnya atau memasang lampu

    petromaks di dekat tempat tidur bayi. Dikarenakan BBLR mudah

    mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

    dipertahankan dengan ketat.

    2. Makanan bayi: pada bayi BBLR belum sempurnanya refleks isap.

    Oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Pada

    keadaan ini air susu ibu dipompa atau dengan cara diberi susu botol

    cara pemberian melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian

    yang lebih sering dalam jumlah susu yang lebih sedikit. Frekuensi

    pemberian ini makin berkurang dengan bertambahnya berat badan

    bayi, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang mengandung

    lemak yang mudah dicerna bayi, dan mengandung 20 kalori per 30 ml

  • air atau sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kal/kg berat badan

    perhari.

    3. Penimbangan ketat: Perubahan berat badan mencerminkan kondisi

    bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

    penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat pada setiap

    hari.

    2.1.5.2 Penatalaksanaan untuk Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan

    Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus pada umumnya,

    seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-

    lain, akan tetapi oleh karena bayi ini mempunyai problematik yang agak

    berbeda dengan bayi lainnya maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini.

    a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta

    menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan

    ultrasografi. Bila bayi lahir melakukan pemeriksaan yang lebih lengkap dan

    kemudian sesuai dengan kelainan yang didapat.

    b. Memeriksa kadar gula darah (true glukosa) dengan destrostix atau di

    laboratorium. Bila terbukti adnya hipoglikemia harus segera diatasi

    c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.

    d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi normal.

  • 2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

    Yang Diteliti

    a. Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pelajaran untuk

    mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga

    sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,2005).

    Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa

    terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi yang jumlahnya lebih

    banyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD) hingga

    tidak sekolah),namun dalam uji korelasi tidak terdapat hubungan yang

    bermakna (Hartono dkk, 2006).

    Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam

    menghadapi berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi untuk

    anaknya, memberi oralit waktu menceret misalnya kesedian menjadi

    peserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil untuk

    mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

    bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan dan

    pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak

    dan ibu mempunyai latar belakang. Pendidikan lebih tinggi akan

    mendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang yang baik (Rahayu,

    2008).

  • b. Paritas

    Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik

    lahir maupun lahir mati.

    Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai

    masalah kesahatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu

    dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah

    berhubungan dengan kejadian BBLR. Sebagaimana hasil penelitian

    menunjukan bahwa ibu dengan paritas tinggi secara merata terdistribusi

    pada kelompok kasus dan control (50%) yang memberi interprestasi

    bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga

    melahirkan dengan berat lahir yang cenderung normal.

    2.1.7. Penelitian Terkait

    a. Pendidikan

    Berdasarkan hasil penelitian Sudiyem (2007), hasil analisis

    univariat, diketahui jumlah ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 134

    atau 37,5% dan yang berpendidikan rendah sebanyak 223 (62,5%).

    Berdasarkan analisis bivariat, diketahui ibu yang berpendidikan rendah

    terdapat 115 (51,6%) yang mengalami kejadian BBLR dan dari 223 ibu

    yang berpendidikan tinggi terdapat 29 (21,6%) yang mengalami kejadian

    BBLR.

  • b. Paritas

    Berdasarkan hasil penelitian Melly Astuti (2008), hasil analisis

    univariat didapatkan ibu yang memiliki paritas tinggi sebesar 246

    responden (71,1,%) dan pada ibu yang memiliki paritas rendah sebesar

    100 responden (28,9%).Dari hasil Uji Chi-Square menunjukan ada

    hubungan bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR.

    2.1.8. Prognosis Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

    Prognosis bayi dengan berat badan lahir rendah ini tergantung dari

    berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda

    masa gestasi/ makin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematian),

    asfiksia, /iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intra

    ventrikuler, dislasia bronkopulmonal, retrorental fibroplasias, infeksi,

    gangguan metabolic, (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis

    ini juga tergantung keadaan sosial ekonomi, pendidikan orangtua dan

    perawatan saat kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan suhu

    lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan

    pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia)

    2.1.9. Pencegahan BBLR

    Menurut Israr (2008), pada kasus berat lahir rendah (BBLR)

    pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

    a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

    kurun waktu kekamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil

  • yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi

    BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan

    kesehatan yang lebih mampu.

    b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan

    memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan mengkonsumsi makanan

    yang bergizi sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggi

    sedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat badan lahir

    rendah.

    c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi sehat

    ( 20-34 tahun ).

    d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam mereka

    dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status

    gizi ibu selama hamil.

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

    DAN HIPOTESA

    3.1 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

    antara konsep konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

    penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Cross

    Sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel dependen (BBLR).dan

    variable independen (Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin) dikumpulkan

    dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,2005).

    Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh

    peneliti,maka peneliti hanya mengambil 2 (dua) variabel diteliti, yaitu

    variabel independen diantaranya pendidikan dan paritas ibu bersalin serta

    variabel dependen dengan BBLR. Adapun penelitian ini secara skematis

    dapat digambarkan seperti dibawah ini :

    Bagan 3.1

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Pendidikan

    Paritas

    Kejadian BBLR

  • 3.2 Definisi Operasional

    3.2.1 Variabel Dependen

    a. Pengertian : Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir

    kurang dari 2500 gram (Sarwono, 2007).

    b. Cara ukur : Melihat catatan rekam medik

    c. Alat ukur : Check List

    d. Hasil ukur : 1) BBLR : Bila berat bayi lahir < 2500gr

    2) Tidak BBLR : Bila berat bayi lahir 2500gr

    3.2.2 Variabel Independen

    3.2.2.1 Pendidikan

    a. Pengertian : Suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

    mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan

    tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat

    berdiri sendiri (Notoatmodjo,2005).

    b. Cara ukur : Rekam Medik

    c. Alat ukur : Check List

    d. Hasil ukur : 1)Tinggi : Bila pendidikan ibu SMASederajat

    2)Rendah : Bila pendidikan < SMA / Sederajat

    e. Skala ukur : Ordinal

  • 3.2.2.2 Paritas

    a. Pengertian : Jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu

    baik lahir hidup maupun lahir mati (Joeharno,2008)

    b. Cara ukur : Melihat catatan rekam medik

    c. Alat ukur : Check List

    d. Hasil ukur : 1) Paritas Tinggi : > 3 orang anak

    2) Paritas Rendah : 3 orang anak

    e. Skala ukur : Ordinal

    3.3 Hipotesis

    1. Ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian Berat

    Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad

    Hoesin Palembang Tahun 2009.

    2. Ada hubungan bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian Berat

    Badan Lahir Rendah (BBLR) dirumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

    Hoesin Tahun 2009.

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian adalah upaya untuk memahami dan memecahkan masalah

    secara ilmiah, sistematis dan logis, yang mana di dalam penelitian ini

    menggunakan metode surve analitik dengan pendekatan Cross Sectional pada

    waktu pengumpulan data variabel dependen dan independen dilakukan dalam

    waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005).

    Pada penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah pendidikan

    dan paritas sedangkan variabel dependen adalah Berat Badan Lahir Rendah

    (BBLR).

    4.2 Populasi Penelitian

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

    (Notoatmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang

    melahirkan di Instalasi Kebidanan pada bulan Januari sampai dengan Desember

    Tahun 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang Tahun

    2010.

  • 3139

    1 + 3139 (0,052)

    1 + N (d)2

    3139

    1 + 3139 (0,000252)

    3139

    1 + 7.84

    3139

    8.84

    N

    1 + N(d2)

    4.3 Sampel Penelitian

    Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi

    dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Adapun

    pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik Sampel Random

    Sampling.

    Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus

    sebagai berikut :

    n = (Notoatmodjo, 2005).

    n =

    n =

    n =

    n =

    n = 355

    Jadi sampel yang diteliti dan diambil sebanyak 355 sampel

  • Keterangan :

    N = Besar populasi

    n = Besar sampel

    d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05%)

    (Notoatmodjo, 2005)

    4.4 Lokasi dan waktu penelitian

    4.4.1 Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini dilakukan pada ruang Medikal Record Rumah

    Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.

    4.4.2 Waktu Penelitian

    Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan Mei 2010

    4.5 Teknik dan Instrumen pengumpulan data

    4.5.1 Teknik Pengumpulan Data

    a. Data sekunder

    Data sekunder adalah data yang didapat dari suatu lembaga atau

    instansi (Notoatmodjo, 2005). Data sekunder diambil dari catatan medical

    record Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009.

  • 4.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data digunakan Check List sebagai panduan

    menggambil data dari Medical Record di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

    Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009.

    4.6 Teknik Pengolahan Data

    Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar ada

    empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Data yang telah

    terkumpul kemudian diolah baik secara manual maupun dengan

    menggunakan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut.

    a. Pengeditan Data (Editing)

    Memeriksa semua yang diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data dan

    diteliti satu persatu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah lengkap,

    jelas, relevan dan konsisten.

    b. Mengkode data (Coding)

    Mengklarifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing jawaban

    dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat pada saat memasukan

    data ke komputer.

    c. Memasukkan data (Processing)

    Setelah semua Check List ke tabulasi penuh dan benar, juga sudah

    melewati pengkodean, selanjutnya dilakukan pemprosesan data

    (memasukkan data) agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan

    dengan cara memasukkan data dari Check List kedalam program komputer.

    d. Membersihkan data (Cleaning Data)

    Merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara pengecekan kembali

  • data yang sudah masuk kedalam komputer dengan cara yang umum

    dilakukan, yaitu melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel.

    4.7 Teknik Analisa Data

    Data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu, yaitu

    dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proses

    komputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan

    perhitungan-perhitungan statistik bila diperlukan uji statistik :

    a. Analisis Univariat

    Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat

    distribusi frekuensi baik dari varibael independen maupun variabel dependen

    b. Analisis Bivariat

    Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui

    apakah ada hubungan antara variabel independen dengan dependen dengan

    menggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan batas

    kemaknaan 0,05 artinya apabila diperoleh nilai p 0,05 berarti secara

    signifikan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

    dependen dan jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

    independen dengan variabel dependen.

  • BAB V

    GAMBARAN UMUM RSUP Dr. MOHAMMAD

    HOESIN PALEMBANG

    5.1. Identitas Rumah Sakit

    Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    Kode Rumah Sakit : 167.1013

    Direktur Utama : Dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM, Sp.OG

    Alamat : Jl. Jenderal Sudirman Km.3,5 Palembang

    Kecamatan/Kota : Ilir Timur I / Palembang

    Kode/Telepon/Faximile : 0711354088 (Hunting), 07117074577

    Faximile : 0711351318

    E-mail : [email protected][email protected]

    Kelas Rumah Sakit : Kelas B Pendidikan

    Luas Tanah : 216.850 m2

    Luas Bangunan RS : 59.065,9 m2

    Tahun Dibangun : 1953

    Tahun Operasional : 1957

  • 5.2. Pembangunan Gedung

    Super VIP dibangun tahun (renovasi) : tahun 2004

    Kelas I dibangun tahun : tahun 1986 (renovasi 2005)

    Kelas Utama (VIP) dibangun tahun : tahun 1986 (renovasi 2005)

    Kelas III dibangun tahun : tahun 1979

    Kelas II dibangun tahun : tahun 1978 (renovasi 2006)

    5.3. Fasilitas Tempat Tidur

    Super VIP : 11 tempat tidur

    Kelas Utama (VIP) : 76 tempat tidur

    Kelas I : 83 tempat tidur

    Kelas II + Intensive Care : 188 tempat tidur

    Kelas III : 474 tempat tidur

    Jumlah tempat tidur : 832 tempat tidur

    5.4. Visi, Misi dan Tujuan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    a. Visi

    Menjadi Rumah Sakit Pusat Pelayanan Kesehatan, pendidikan dan

    Penelitian terbaik dan bermutu se-Sumatera.

    b. Misi

    - Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan

    berkualitas tinggi.

  • - Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam bidang

    kedokteran dan kesehatan.

    - Menjadi pusat promosi kesehatan.

    c. Motto

    Kesembuhan dan Kepuasan Anda Merupakan Kebahagian Kami

    d. Tujuan

    - Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi

    kepada kepentingan masyarakat.

    - Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat

    di bidang kesehatan.

    - Menghasilkan Tenaga Dokter Umum, Spesialis dan Sub Spesialis

    serta Keperawatan yang berkualitas dan bermoral tinggi.

    5.5. Sejarah Perkembangan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa Menteri Kesehatan RI Dr.

    Mohammad Ali (Dr. Lei Kiat Teng). Dengan biaya pemerintah pusat.

    Pada tanggal 03 Januari 1957 rumah sakit ini mulai operasional, yang

    dapat melayani masyarakat se-Sumbagsel dimana saat itu meliputi propinsi

    Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung. RSUP

    Dr. Mohammad Hoesin Palembang baru memiliki pelayanan rawat jalan

    dan rawat inap dengan fasilitas 78 tempat tidur dan baru beberapa waktu

  • kemudian memiliki pelayanan Laboratorium, Apotik, Radiologi dan

    Emergency juga peralatan penunjang medik lainnya.

    Tahun 1993-1994 RSUP Palembang mengubah status dari Rumah

    Sakit Vertikal (RS Penerima Negara Bukan Pajak) menjadi Rumah Sakit

    Swadana. Sesuai SK Menkes RI 1297/Menkse/SK/XI/1997 RSUP

    Palembang resmi bernama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

    Hoesin Palembang.

    Dengan UU No.20/1997, menjadi Rumah Sakit Instansi Pengguna

    PNBP, dimana Rumah Sakit dapat memanfaatkan dana hasil pendapatan

    melalui prosedur KPKN disamping itu subsidi pemerintah tetap seperti

    sedia kala.

    Tahun 2000 dengan PP No.122/2000, Rumah Sakit Umum Pusat

    Dr. Mohammad Hoesin Palembang ditetapkan menjadi salah satu dari 13

    Rumah Sakit Pemerintah menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan

    Indonesia dan operasionalnya dimulai tanggal 1 Januari 2002.

    Kemudian tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005 tanggal 13 Juni

    2005 tentang Pengolahan Keuangan Badan Layanan Umum dengan SK

    Menkes RI No.1243/Menkes/SK/VII/2005 tanggal 11 Agustus tentang

    pendapatan 13 eks RS Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksanaan Teknis

    Depkes RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

    Layanan Umum, Implementasinya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang sebagai Badan Pelayanan Umum direncakan pada Januari

    2006.

  • Sejalan dengan kebijakan Departemen Kesehatan RI bahwa semua

    Rumah Sakit di Indonesia harus terakreditasi, maka Rumah Sakit Umum

    Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah dilakukan akreditasi oleh

    Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan dinyatakan lulus.

    5.6. Kegiatan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    5.6.1. Pelayanan Rawat Jalan

    a. Poliklinik Umum Instalasi Rawat Jalan

    Poliklinik umum melayani pasien umum, perusahaan, Asuransi

    Kesehatan (ASKES) dan Asuransi Kesehatan Miskin (ASKESKIN)

    dengan 29 ruang poliklinik termasuk pelayanan spesialis dan sub

    spesialis, yaitu poliklinik penyakit dalam, umum dan khusus,

    poliklinik bedah umum dan khusus, poliklinik kebidanan dan

    ginekologi, poliklinik penyakit kulit dan kelamin, poliklinik penyakit

    syaraf, poliklinik penyakit mata, poliklinik penyakit THT, poliklinik

    rehabilitasi medis dan fisio terapi dan poliklinik kesehatan jiwa dan

    psikologi.

    b. Poliklinik Graha Spesialis

    Graha spesialis memiliki lantai yang terdiri atas : lantai I yaitu

    pelayanan rawat jalan eksklusif, lantai II yaitu tindakan diagnostik

    penyakit dalam dan lantai III pelayanan One Day Care & One Day

    Surgey (Perawatan Bedah Non Rawat Inap).

  • 5.6.2. Pelayanan Rawat Darurat

    Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    dilengkapi fasilitas yang memadai seperti darurat jantung dan pusat

    traumatik bagi Umum dan Jamsostek, disamping itu instalasi rawat darurat

    dilengkapi dengan ambulance khusus untuk penyakit jantung (MCU =

    Mobile Coronary Unit).

    5.6.3. Pelayanan Ambulance 118

    Untuk menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) atau

    penyakit akut yang dapat dipanggil sewaktu-waktu (24 jam on call) yang

    dilengkapi dengan berbagai alat penunjang medik serta para petugas medik

    yang terampil di bidang kecelakaan dan kegawatdaruratan.

    5.6.4. Jenis Pelayanan yang ada di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    Jenis pelayanan terdiri dari pelayanan spesialistik bedah, pelayanan

    spesialistik penyakit dalam, pelayanan spesialistik kebidanan dan penyakit

    kandungan, pelayanan spesialistik kesehatan anak, pelayanan spesialistik

    penyakit kulit dan kelamin, pelayanan spesialistik penyakit syaraf,

    pelayanan spesialistik penyakit THT, pelayanan spesialistik penyakit mata,

    pelayanan spesialistik anastesi, pelayanan spesialistik radiologi, pelayanan

    spesialistik laboratorium, pelayanan spesialistik patologi anatomi,

    pelayanan pemulasaran jenazah dan kedokteran kehakiman (Forensic).

  • 5.6.5. Pusat Pelayanan Jantung

    Adapun pelayanan yang tersedia adalah uji latih jantung (Treadmil),

    Echo Cardiography (ATL Apro Gee CX 200), Hotter Monitoring (HP Seri

    3319 A 04467), DC Shock (Nihon Kohden Seri 20491), Trans Thoracal

    Echocardiography (TTE), Trans Esophagial Echocardiography (TEE) dan

    Coronary Angiography.

    5.6.6. Health Medical Check Up

    Untuk menjaga agar kesehatan kita tetap prima dan mengetahui

    sedini mungkin penyakit yang diderita, RSUP Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang menyediakan berbagai paket Health Medical Check Up, antara

    lain : paket premium, paket prioritas, paket platinum dan paket khusus

    bagi calon pengantin.

    5.6.7. Layanan Penunjang Medis

    Meliputi laboratorium patologi klinik, layanan farmasi, radiologi

    (diagnostik dan radioterapi), pelayanan gizi, pelayanan patologi anatomi,

    pelayanan pemulasaran jenazah, pelayanan rekam medis, pelayanan

    administrasi keuangan, pelayanan informasi/penyuluhan, pelayanan

    kerohanian, pelayanan kamar bedah atau operasi, pelayanan umum

    (ambulance pemeliharaan sarana dan perpustakaan), pelayanan unggulan

    (pelayanan caridiologi dan emergency), pengolahan limbah.

  • 5.7. Ketenagaan

    Tabel 5.1

    Komposisi SDM ditinjau dari Status Kepegawaian

    Uraian Tahun 2008

    1. PNS

    1) Medis dan Kepegawaian 904

    2) Non Medis 506

    2. Non PNS

    1) Medis dan Kepegawaian 252

    2) Non Medis 77

    Jumlah 1739

    Sumber : Profil Kesehatan RSMH Palembang tahun 2008

    Tabel 5.2

    Komposisi SDM ditinjau dari Segi Pendidikan

    Uraian Tahun 2008

    Sekolah Dasar 84

    Sekolah Menengah Pertama 40

    Sekolah Menengah Atas 479

    Starata I 470

    Starata II 488

    Starata III -

    Jumlah 1739

    Sumber : Profil Kesehatan RSMH Palembang tahun 2008

  • 5.8. Tenaga Kerja

    1. Dokter Spesialis dan Sub Spesialis : 149 orang

    2. Dokter Spesialis Gizi : 1 orang

    3. Dokter PPDS : 238 orang

    4. Dokter Umum : 45 orang

    5. Dokter Brigade Siaga Bencana : 14 orang

    6. Apoteker : 7 orang

    7. Perawat/Bidan : 540 orang

    8. Paramedis Non Perawatan : 158 orang

    9. Tenaga Non Kesehatan : 583 orang

    Jumlah Pegawai : 1.739 orang

  • BAB V1

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    6.1 HASIL PENELITIAN

    6.1.1 Analisis Data

    6.1.1.1 Analisis Univariat

    Analisa ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari

    tiap variabel independen (pendidikan dan paritas) dan variabel dependen

    (kejadian BBLR). Data distribusi dalam bentuk tabel dan teks yang akan

    diuraikan sebagai berikut :

    1. Variabel Dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian BBLR

    dimana hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini.

    Tabel 6.1

    Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian BBLR di Rumah

    Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    Tahun 2009

    No Kejadian BBLR Frekuensi Persentase

    1.

    2.

    BBLR

    Tidak BBLR

    100

    255

    28.2

    71,8

    Jumlah 355 100,0

    Dari tabel 6.1 didapatkan ibu yang melahirkan BBLR sebesar

    100 responden (28,2%) dan ibu yang melahirkan tidak BBLR sebesar

    255 responden (71,8%).

  • 2. Variabel Independen

    a. Pendidikan Ibu

    Penelitian ini dilakukan pada 355 responden, dimana

    pendidikan dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi (bila

    SMA) untuk lebih jelas dari hasil dapat dilihat pada tabel 6.2

    dibawah ini.

    Tabel 6.2

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

    Bersalin di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang Tahun 2009

    No Pendidikan Frekuensi Persentase

    1.

    2.

    Tinggi

    Rendah

    180

    175

    50,7

    49,3

    Jumlah 355 100,0

    Dari tabel 5.4 diatas pendidikan tinggi sebesar 180

    responden (50,7%) dan pendidikan rendah sebesar 175 responden

    (49,3%).

    b. Paritas ibu bersalin

    Penelitian ini dilakukan pada 355 responden, dimana

    paritas ibu bersalin dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan

    rendah yang akan diuraikan pada tabel 6.3 di bawah ini :

  • Tabel 6.3

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu

    Bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

    Hoesin Palembang Tahun 2009

    No Paritas Frekuensi Persentase

    1.

    2.

    Tinggi

    Rendah

    127

    228

    35.8

    64.2

    Jumlah 355 100.0

    Dari tabel 6.3 diatas menunjukan responden dengan paritas

    tinggi 127 responden (35.8% )dan paritas rendah sebesar 228

    responden (64.2%).

    6.1.1.2 Analisis Bivariat

    Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

    independen yaitu pendidikan, dan paritas dengan variabel dependen yaitu

    kejadian BBLR. Penelitian dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan

    antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan

    menggunakan uji Chi-Square nilai = 0,05 dan df = 1, bila p Value 0,05

    ada hubungan yang bermakna jika p Value > 0,05 berarti tidak ada

    hubungan yang bermakna.

  • 1. Hubungan antara pendidikan dengan Kejadian BBLR

    Dari analisis hubungan pendidikan dan kejadian BBLR

    diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 6.4

    Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pendidikan Dengan

    Kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Dr.Mohammad

    Hoesin Palembang Tahun 2009

    No Pendidikan

    Kejadian BBLR

    Jumlah Kemaknaan

    BBLR

    Tidak

    BBLR

    n % n % N %

    1.

    2.

    Tinggi

    Rendah

    37

    63

    20,6

    36,0

    143

    112

    79,4

    64,0

    180

    175

    100

    100 0,002

    (Bermakna) Jumlah 100 255 355

    Dari tabel 6.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden

    yang mempunyai pendidikan tinggi yang melahirkan BBLR lebih

    besar dibandingkan dengan responden yang pendidikannya rendah

    yang melahirkan BBLR yaitu 37 orang (20,6%) dan 63 orang (36,0%)

    Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

    didapatkan nilai P value = 0,002 lebih kecil dari = 0,05 sehingga Ho

    ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

    yang bermakna antara pendidikan responden dengan kejadian BBLR.

    Sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang

    bermakna antara pendidikan dengan kejadian BBLR terbukti.

  • 2. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian BBLR

    Dari analisis hubungan Paritas dan kejadian BBLR diperoleh

    hasil sebagai berikut :

    Tabel 6.5

    Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Paritas Ibu Bersalin

    Dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Mohammad

    Hoesin Palembang Tahun 2009

    No Paritas

    Kejadian BBLR Jumlah

    Kemaknaan

    BBLR Tidak BBLR

    n % n % N %

    1.

    2.

    Tinggi

    Rendah

    47

    53

    37.0

    23.2

    80

    175

    63,0

    76.8

    127

    228

    100

    100 0,008

    (Bermakna) Jumlah 100 255 355

    Dari tabel 6.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden

    yang mempunyai paritas tinggi yang melahirkan BBLR lebih besar

    dibandingkan dengan responden yang paritas rendah yang melahirkan

    BBLR yaitu 47 orang (37,0%) dan 53 orang (23,2%)

    Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

    didapatkan nilai p Value = 0,05 lebih kecil dari = 0,05 sehingga Ho

    ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

    yang bermakna antara paritas responden dengan kejadian BBLR.

    Sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang

    bermakna antara paritas ibu bersalin dengan BBLR terbukti.

  • 6.2 Pembahasan

    Pada bab ini akan dibahas pada penelitian yang ditunjang dari

    beberapa teori pada ahli yang telah diuraikan sebelumnya. Penelitian ini

    menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional

    dan hanya terbatas antara variabel independen (Pendidikan dan paritas) dan

    variabel dependen (kejadian BBLR) dengan menggunakan uji statistik Chi-

    Square. Sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling dari

    populasi yang berjumlah 3.139 ibu yang melahirkan. Banyaknya sampel

    ditentukan dengan formula n = N/1+N(d)2

    sehingga didapatkan sampel

    sebanyak 355 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad

    Hoesin Palembang tahun 2009 dan data dikumpulkan dengan menggunakan

    Check List.

    Selanjutnya data yang telah dikumpulkan diolah dan dilakukan

    analisis data univariat dan bivariat, dengan menggunakan sistem

    komputerisasi sehingga pada analisis univariat didapatkan daftar distribusi

    frekuensi dari masing-masing variabel. Sedangkan pada analisis bivariat

    dilakukan dengan uji Chi-Square untuk menguji hipotesis.

  • 6.2.1 Kejadian BBLR

    Dalam penelitian ini, kejadian BBLR dibagi menjadi dua kelompok

    yaitu kelompok responden melahirkan BBLR (< 2500 gram) dan tidak

    BBLR ( 2500 gram). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi

    responden berdasarkan kejadian BBLR diperoleh 100 orang (28,2%)

    sedangkan tidak BBLR yaitu 255 orang (71,8%).

    6.2.2 Hubungan antara Pendidikan Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR

    Dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjuukan

    ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu bersalin dengan

    kejadian BBLR di mana nilai p Value 0,002 lebih kecil dari = 0,05

    sehingga dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

    pendidikan ibu dengan kejadian BBLR.

    Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan

    Sudiyem (2007), dirumah sakit umum pusat Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang Tahun 2008. Bahwa ada hubungan yang bermakna antara

    pendidikan ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini dikarenakan oleh pendidikan

    ibu yang rendah.

    6.2.3 Hubungan antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR

    Dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjuukan

    ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian

    BBLR di mana nilai p Value 0,008 lebih kecil dari = 0,05 sehingga dapat

  • simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu

    dengan kejadian BBLR.

    Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan

    Melly Astuti (2008), dirumah sakit umum pusat Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang Tahun 2009. bahwa ada hubungan yang bermakna antara Paritas

    ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini dikarenakan oleh Paritas seseorang ibu

    maka semakin beresiko terjadinya komplikasi kehamilan.

    Menurut Sarwono (2007), paritas tinggi (> 3 anak) mempunyai angka

    kematian maternal, lebih tinggi dibanding dengan kematian maternal pada

    paritas rendah ( 3 anak). Pada paritas rendah, risiko kematian maternal

    dapat dicegah dengan asuhan obstetrik lebih baik. Sedangkan risiko pada

    paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.

    Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

    Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009, sejalan dengan penelitian

    Melly Astuti (2008), yang menjelaskan bahwa penelitian tersebut ada

    kesamaan dimana ibu mempunyai paritas tinggi lebih banyak melahirkan

    BBLR. Hal tersebut dimungkinkan alat alat reproduksi yang sudah

    menurun, dan sel sel otot yang mulai melemah sehingga ibu memiliki

    paritas tinggi dengan kejadian BBLR.

  • BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

    Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa :

    1. Responden ibu bersalin yang mengalami BBLR sebesar 100 responden

    (28,2%) ibu dan yang melahirkan tidak BBLR sebesar 255 responden

    (71,8%).

    2. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR

    pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang tahun 2009 nilai p Value = (0,002) lebih kecil dari =

    0,05 ( = 0,05) sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang

    bermakna antara pendidikan dengan kejadian BBLR terbukti.

    3. Ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR pada

    ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    tahun 2009 nilai p Value = (0,008) lebih kecil dari = 0,05 ( = 0,05)

    sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara

    paritas dengan kejadian BBLR terbukti.

  • 7.2 Saran

    7.2.1 Bagi Petugas Kesehatan

    Diharapkan dapat meningkatkan mutu serta pelayanan dengan lebih efektif

    dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan kesehatan terutama tentang

    kejadian BBLR.

    7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

    Diharapkan dapat menunjang penulisan karya tulis ilmiah ini guna

    meningkatkan mutu pendidikan, menyarankan agar mahasiswa sebelum

    menentukan judul sebaiknya menentukan masalah yang layak dan relevan untuk

    diteliti.

    7.2.3 Bagi Peneliti Yang Akan Datang

    Dapat menyediakan referensi atau informasi yang berguna bagi mahasiswi

    untuk perkembangan pengetahuan mengenai BBLR.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Astuti,Melly.2007.

    Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang

    Blogjoeharno.blogspot.com./2008/os/berat-badan-lahir-rendah-bblr.htm.

    Diakses 6 Maret 2010

    Dinkes Kota Palembang. 2010. Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html

    Diakses 6 Maret 2010

    Hartono,P.Sutanto,dkk.2006.

    Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html Diakses 6 Maret 2010

    IDAI.2004.

    Bayi Berat Badan Ikahir Rendah dalam Standar Layanan Medis

    Kesehatan Anak: Edisi 1 Jakarta. http://idai.os.id

    Israr. Yayan Akyar.2008.

    Ilmu Kesehatan Anak Berat Badan Lahir Rendah., Diakses tanggal 2

    Maret 2010

    Kuliah Kebidanan.2008.

    Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (http://www.kuliah kebidanan.com,

    diakses 3 Maret 2010.

    Manuaba. Ida, Bagus Gde.2007.

    Pengantar Buku Obstetri. EGC : Jakarta

    Notoatmodjo,S.2005.

    Metodologi Penelitian Kesehatan. Reneka Cipta : Jakarta

    Purwanto.E.R.2009.

    Sebab dan Konsekuensi BBLR. (http://www.google.com diakses

    06 Maret 2010.

    Prawirohardjo, Sarwono.2006.

    Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

    Rahayu, Sri.2008.

    Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.

  • Record, Medical. 2009. Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html

    Diakses 6 April 2010

    RI, Depkes. 2005. Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html

    Diakses 6 Maret 2010