Skenario F blok 19 tahun 2013. Seorang laki laki berumur 22 tahun datang ke klinik dengan keluhan mata kanannya juling ke dalam. Keluhan ini muncul sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 6 bulan yang lalu. Pada kecelakaan tersebut kepalanya terbentur dan penderita sempat kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit. Bersamaan dengan itu penderita mengeluh mata kanan sulit digerakkan ke arah temporal kanan dan penglihatan ganda semain bertambah bila melihat ke temporal kanan. Pemeriksaan oftalmologi : AVOD : 6/12 dengan koreksi lensa S-0,75 6/6 AVOS : 6/12 dengan koreksi lensa S-0,75 6/6 Hishberg ; ET 15 ACT (alternating cover test) ; shifiting (+) OS mata dominan Duction dan version ; OD OS Terdapat hambatan gerakan abduksi ke temporal pada mata kanan. WFDT (worth four do test) : uncrossed diplopia semakin bertambah bila melihat ke sisi mata nondominan FDT (forced duction test) : tidak terdapat tahanan pada gerakan engan bantuan pinset.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Skenario F blok 19 tahun 2013.
Seorang laki laki berumur 22 tahun datang ke klinik dengan keluhan mata kanannya juling ke dalam. Keluhan ini muncul sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 6 bulan yang lalu. Pada kecelakaan tersebut kepalanya terbentur dan penderita sempat kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit.
Bersamaan dengan itu penderita mengeluh mata kanan sulit digerakkan ke arah temporal kanan dan penglihatan ganda semain bertambah bila melihat ke temporal kanan.
Pemeriksaan oftalmologi :
AVOD : 6/12 dengan koreksi lensa S-0,75 6/6
AVOS : 6/12 dengan koreksi lensa S-0,75 6/6
Hishberg ; ET 15
ACT (alternating cover test) ; shifiting (+) OS mata dominan
Duction dan version ;
OD OS
Terdapat hambatan gerakan abduksi ke temporal pada mata kanan.
WFDT (worth four do test) : uncrossed diplopia semakin bertambah bila melihat ke sisi mata nondominan
FDT (forced duction test) : tidak terdapat tahanan pada gerakan engan bantuan pinset.
Klarifikasi istilah :
1. Juling : depiasi mata yang tidak di kompensasi oleh pengidapnya , sumbu visual anatara
kedua mata tidak sejajar.
2. Diblopia : persepsi adanya 2 bayangan dari 1 obyek
3. AVOD : acies visus okuli dextra , tajam pengelihatan mata sebelum di koreksi
4. AVOS :
5. Hischberg : uji untuk menentukan juling dengan melihat reflex sinyal pada kornea
6. ACT : tes untuk memerksa adanya heterotropia atau juling pada satu mata
7. Duction : rotasi mata oleh otot ekstra okuler kesekeliling aksis horizontal vertical dan
anterior posterior
8. Version : perputaran mata pada arah yang sama
9. Uncrossed diplopia :
10. WFDT : uji untuk melihat pengelihatan binocular , ada nya fusi, korespondensi , retina
abnormal, supresi pada satu mata atau juling
11. FDT : uji untuk melihat pergerakan bola mata karena kelainan neurologi atau karena
restriksi akibat trauma.
Identifikasi masalah :
1. Seorang laki laki berumur 22 tahun datang ke klinik dengan keluhan mata kanannya juling ke
dalam.
2. Keluhan ini muncul sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 6 bulan yang lalu. Pada
kecelakaan tersebut kepalanya terbentur dan penderita sempat kehilangan kesadaran lebih dari 30
menit.
3. penderita mengeluh mata kanan sulit digerakkan kea rah temporal kanan dan penglihatan
ganda semakin bertambah bila melihat ke temporal kanan.
4. pemeriksaan oftalmologi
Analisis masalah :
Masalah 1 : Seorang laki laki berumur 22 tahun datang ke klinik dengan keluhan mata
kanannya juling ke dalam
1. a. anatomi bola mata dan fisiologi pengelihatan A
b. anatomi dan fisiologi gerak bola mata. B
Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya 6 pasang otot bola mata luar.
Pergerakan bola mata ke segala arah ini bertujuan untuk memperluas kapangan pandangan,
mendapatkan penglihatan foveal dan penglihatan binokular untuk jauh dan dekat. Otot-otot
bola mata ini menggerakkan bola mata pada 3 buah sumbu pergerakan, yaitu sumbu antero-
posterior, sumbu vertikal dan sumbu nasotemporal (horizontal).
- Adduksi ke arah Nasal- Abduksi ke arah Temporal- Supraadduksi (elevasi) ke atas- Infraadduksi (depresi) ke bawah- Intorsi (insikloduksi) terputar ke nasal- Ekstorsi (ensikloduksi) terputar ke temporal
2. apa saja klasifikasi juling (strabismus) C
3. apa saja etiologi juling ke dalam D
4. bagaimana mekanisme esotropia. E
Masalah 2 : Keluhan ini muncul sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 6 bulan yang lalu. Pada
kecelakaan tersebut kepalanya terbentur dan penderita sempat kehilangan kesadaran lebih dari
30 menit.
1. Apa hubungan terbentur nya kepala dengan kehilangan kesadaran ? A
Cedera Kepala Sedang ( CKS)GCS 9 –12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
2. Apa hubungan terbentur nya kepala dengan mata juling kedalam ? B
Terbenturnya kepala pada kasus ini mungkin menyebabkan terjadinya gangguan pada
saraf abdusen yang mempersarafi otot rektus lateral mata kanan. Seperti kita ketahui
bahwa otot rektus lateral kanan ketika berkontraksi akan menghasikan abduksi atau
menggulirnya bola mat ke arah temporal kanan atau dengan kata lain tidak bisa bergerak
ke lateral (luar). Itulah mengapa pada kasus ini pasien mengalami juling ke dalam.
3. Apa dampak terbentur nya kepala terhadap fungsi pengelihatan? C
4. Apa dampak kehilangan kesadaran selama 30 menit terhadap fungsi pengelihatan? D
Masalah 3 : penderita mengeluh mata kanan sulit digerakkan kea rah temporal kanan dan
penglihatan ganda semakin bertambah bila melihat ke temporal kanan.
1. Apa etiologi dan mekanisme diplopia. E
2. Mengapa diplopia semakin parah saat melihat ke temporal ke kanan. A
Masalah 4 : pemeriksaan oftalmologi
1. Interpretasi dan mekanisme abnormal:
a. AVOD B
Medula oblongata
Pons
mesensephalon
Serebelum
Medula spinalis
AVOD : 6/12 artinya suatu benda yang bisa terlihat pada orang normal pada jarak 12
meter, hanya bisa terlihat oleh mata pasien pada jarak 6 meter. Ini terjadi sebelum
adanya koreksi.
Pada pasien, dengan koreksi lensa S-0,75 visus berubah menjadi 6/6 (normal).
Artinya dengan menggunakan kaca mata dengan kekuatan dioptri -0,75 mata pasien
akan memiliki visus sama seperti orang normal yakni 6/6.
b. AVOS C
c. Hischberg D
d. ACT E
e. Duction & version A
f. WFDT B
Sebelum dikoreksi pasien hanya bisa baca sampai baris ini