1. Memahami dan Menjelaskan GIT Bagian Bawah1.1 Menjelaskan
Anatomi MakroskopisIntestinum Tenue (usus halus)Asal kata :
intestinum = usus; Tenue = halus. Terdiri dari : Doudenum (usus
duabelas jari; doudenos = doabelas kali).Panjang duodenum 12 jari
atau 25cm, melengkung seperti huruf C sehingga dapat dibedakan:1.
Pars superior duodeni1. Pars descendens duodeni1. Pars inferior
duodeni, dapat dibedakan :2. Pars horizontalis2. Pars ascendens
Lengkungan atara pars superior duodeni dan pars descendens
duodeni disebut flexura duodeni superior. Lengkungan antara pars
descendens duodeni dengan pars inferior duodeni disebut flexura
duodeni inferior. Permulaan duodenum yang melebar disebut bulbus
duodeni dan berakhir pada lengkungan disebut flexura
duodenojejunalis.
Pada Duodenum bermuara 1. Ductus pacreaticus accessories / minor
(Sartorini, tidak selalu ada)1. Ductus pancreaticus major
(Wirsungi), serta ductus choledochus.Didalam dinding papilla
doudeni major terdapat suatu rongga disebut ampulla yang dindingnya
terdapat suatu otot yaitu m.spinchter Oddi, yang melingkar. Bila
berkonstraksi dapat menutup muara bersama ductus tersebut
Intestinum jejunum & Intestinum ileum Intestinum jejunum :
usus kosong; jejunus = kosong Intestinum ileum : usus
berkelok-kelok; ilien = memutar Panjangnya sekitar 6 meter Selain
duodenum, 2/5 proximal usus intestinum tenue merupakan bagian
jejunum, 3/5 distal sisanya merupakan ileum Dalam intestinum ileum
terdapat kumpulan noduli solitarii sehingga terbentuk laminae
disebut noduli agregat atau plaques peyeri, disini tidak ada villi
dan letaknya berhadapan dengan alat penggantung ileum.
Kadang-kadang satu meter dari akhir ileum terdapat suatu tonjolan
sisa ductus omphaloenterius disebut diverticulum ilie, yaitu
saluran yang menghubungkan umbilicus dengan ileum. Bila setelah
lahir masih ada disebut fistula umbilicalis. Diameter jejunum
cenderung lebih besar daripada ileum Mesentrium jejunum cenderung
lebih tebal dari pada ileum Arteriae : berasal dari A.mesentrica
superior, cabang cabangnya membentuk anyaman yaitu arcade jejunalis
da ilei A.ileocolica menuju bagian bawah ileum Vena : senama dengan
arteri Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus
dari plexus mesentricus superior.Intestinum Crassum (Usus
Besar)
Intestinum Crassum (crasum = tebal) , dibagi dalam colon dan
intestinum rextumColon dapat dibagi dalam : Colon ascendens,
dimulai dari caecum. Pada ujujng caecum berbuara bagunan kecil
berupa pipa menyerupai cacing disebut appendix vermiformis Colon
transversum Colon descendens Colon sigmoideuimCaecum
Seperti kantong dengan ujung buntu menonjol kebwah Terletak pada
region ileaca dextra Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica
tempat bermuaranya ileum Panjangnya sekitar 6cm Pada sisi media
bawah caecum terdapat appendix vermiformis: Bentuk seperti cacing
dengan panjang 8-13 cm Pada orang mati dapat ditemukan beberapa
tipe: Post caecalis (65%), terletak dibelakang caecum Diescending =
pelvic type (31%), terletak dibawah ileum Subcaecalis (2,6%),
terletak dibawah caecum Ante ilei (1,0%), terletak didepan ileum
Post ilei (0,4%) terletak di belakang ileum Letak diregio iliaca
Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum selalu
berkontraksi sehingga ujung appendix berubah-ubah, sedangkan pada
orang mati tetap Pada orang hidup dapat ditemukan 2 type: Mobile
type, bias berubah-ubah dapat ditemukan pada semua type Fixed type,
tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada peritoneum dan type
retrocaecal Appendix punya penutp peritoneum yang lengkap pada
bagian bawah usus halus diesbut mesiappendix Cara pemeriksaan
appendix verniformis dengan sepertiga titick MC. Burney
Letak taenia pada colon transversum : Perlekatan alat
penggantung dibelakang disebut taenia mesocolica Perletakatan
omentum majus dimuka disebut taenia omentalis Diding caudal tidak
ada alat yang melekat disebut taenia libera Taenia ini, berkas
longitudinale, karena lebih pendek dari stratum circulare,
mengakibatkan stratum circulare melipat-lipat. Lipatan keluar
disebut haustra dan lipatan kedalam disebut plica semilunaris.
Lekuk diantara haustra disebut incisura Pada caecum dilengkapi
valvula ileocolica (valvula ileocaecalis) yang terdiri dari labium
superios dan labium inferior. Labium ini dibentuk oleng lipatan
stratum circular eke ventral dan dorsal membentuk frenulum
(Snell, R S. (1997), Clinical Anatomi for Medical Student, 3th
edition Indonesia, EGC, Jakarta.)
1.2 Menjelaskan Anatomi MikroskopisIntestinum Tenue Panjang : 23
kaki ( 7 m) Terdiri dari : duodenum, jejunum dan ileum Dinding
terdiri dari 4 lapisan, sesuai pola saluran cerna Susunan
intestinum tenue dibuat khusus untuk mencerna absorbsi Untuk
memperluas permukaan absorbsi terdapat struktur :1. Plica
semicircularis KerkringiLipatan tunica mucosa dan submucosa
berbentuk bulan sabit mengelilingi - lingkaran lumen 2. Villi
intestinalisPenonjolan pada mukosa, - 1 mm yang terdiri dari l.
propria dan dibatasi epithel pada permukaannya epithel pada
permukaannya Pada duodenum, lebar spt daun Pada jejunum, lbh halus
mirip jari Di dasar villi terdapat muara-muara kelenjar berbentuk
sumur-sumur disebut Crypti Lieberkuhn Kelenjar ini merupakan
tubulosa simplex, terbentang sampai mencapai muscularis mucosa
Lamina propria villi : Jar reticular halus, dgn sedikit serat
elastin & collagen Terdapat sel-sel lymphosit, netrophyl,
plasmocyte & macrophag Di tengah villi tdpt pembuluh lymph,
besar, tunggal, ujung buntu, disebut pembuluh lacteal Juga terdapat
jala kapiler darah plexus saraf dan serat-serat mus cular polos
berasal dari permukaan dalam muscularis mucosa
3. MicrovilliTonjolan-tonjolan dinding sel ke permukaan lumen
merupakan brushborder
Tunica mucosaEpithel usus halus epithel selapis, silindris
terdiri dari : Sel absorbtifBentuk silindris. Pada permukaan
terdapat microvilli (brushborder)
Sel GobletTersebar diantara sel-sel absorbtif, makin ke distal
usus halus makin banyak. Kelenjar Unicellular. Mensekresikan mucus.
Memberikan reaksi PAS +
Sel enteroendocrineMengeluarkan peptida pengatur aktif yang
berhubungan dengan sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi
pankreas, dan kontraksi kandung empedu.Tersebar diantara sel-sel
absortif dan sel goblet: Sel gastrinintestinal pada vili dan
kriptus Sel penghasil somastatin (sel D) sepanjang usus halus Sel
penghasil cholecystokinine (sel I) crypti duodenum dan jejunum Sel
penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) pada mucosa jejunum dan
ileum Sel enterochromaffin sel EC1) sepanjang mukosa usus halus ,
penghasil serotonin dan substan P Sel K paling sering terlihat pada
crypti duodenum dan jejunum, mengahsilkan gastric inhibitory
peptide. Sel PanethTerdapat pada dasar crypti Lieberkuhn. Berbentuk
piramid, inti di basal dengan granula sekretorik sangat eosinophyl
yang terdapat supranuclear. Fungsi dan mekanisme pelepasan granula
belum diketahui
Lamina propria Jaringan ikat reticular jarang Terdapat sel
limphocyte kecil, lymphonodulus soliter, dengan atau tanpa sentrum
germinativum Makin kedistal nodulus bertambah besar dan bertambah
banyak. Membentuk agregat besar terdiri dari 20/lebih lymphonodulus
disebut plaques Peyeri
Tunica muscularis mucosa Dua lapis tipis, sebelah dalam
sirkular, sebelah luar longitudinal Diterobos pembuluh darah dan
limf, duktus, saraf otonom, plexus Meissneri
Tunica submucosa Jaringan ikat jarang, pembuluh darah, pembuluh
lymph Plexus Meissneri Kelenjar Brunner :- Kelenjar tubulosa
bercabang complex- Berkembang paling baik pada duodenum- Sel-sel
mukosa, mensekresi lendirTunica muscularis externaAda 2 lapisan :
Lapisan dalam, circular Lapisan luar, longitudinalDiantara keduanya
sering terdapat ganglion parasimpatis, plexus myentericus Auerbach
motor inervasi peristaltikTunica serosaTerdiri dari any peny jarang
yang dilapisi oleh mesothelium, kecuali bagian retroperitoneal
duodenum ditutupi tunica adventitiaDuodenum Usus 12 jari, panjang
25 cm Tidak mempunyai mesenterium Tempat muara ductus empedu dan
pancreas Villus berbentuk daun, 40/mm2 Bagian depan diliputi serosa
dan bagian belakang diliputi adnventitia Submucosa mgd kel Brunner,
Tubulosa bercabang-cabang berkelok-kelok. Tersusun dalam lobuli.
Ductus menembus m. mucosa bermuara ke dalam cryptus Lieberkuhn
Jejunum Paling panjang, 2,5 3 mm Mesenterium menggantung pada
bgn posterior rongga abdomen Di proximal villi, bentuk spt lidah,
makin ke distal bentuk seperti jari dan lebih panjang Tidak ada kel
Brunner dan plaque Peyeri Plica semicircularis tinggi mudah
dikenalIleum Panjang 4 4,5 m Villi intestinalis kurus-kurus Sel
Goblet amat banyak Plica semicircularis pendek Seperti jejunum juga
digantung kan pada mesenterium
Ciri : banyak mgd lymphonoduli agregati (plaque Peyeri) di dalam
l. propria menembus sampai submucosa. Letaknya pada arah berlawanan
dgn mesenterium. Lymphonoduli berbentuk buah pir, kubah menonjol ke
arah Lumen. Bila nodulus mencapai lumen, biasanya tidak diliputi
villi, tetapi oleh epithel selapis yang disebut epithel kubah.
Epitel kubah terdiri dari sel khusus yang berfungsi untuk transport
antigen dari lumen usus ke lapisan bawah lymphonodulus, disebut
Associated Follicle epithelium (M cell), berbentuk cuboid.Colon
(Usus besar)Tunica mucosaTidak mempunyai villi, permukaan relatif
rataSel epithel :- Sel absorbtif, silindris, brushborder lbh pendek
dari usus halus- Sel Goblet jauh lbh banyak, makin ke distal makin
banyakLamina propriaNodulus soliter, lbh besar, lbh banyak sering
menonjol kedalam submucosa. Crypti Lieberkuhn lebih panjang dan
lebih lurusMuscularis mucosa 2 lapis : Lap dalam sirc, lap luar
longTunica submucosa Terdiri dari any peny jarang tanpa kelenjar
Pada lapisan lebih dalam terdapat plexus MeisnerTunica muscularis
Lap dalam circular Lap luar longitudinal, membentuk penebalan
berbentuk pita di 3 tempat (Taenia coli) selebar 1 cm Taenia lbh
pendek dari lapisan lapisan sebelah dalamnya terbentuk lipatan2
kearah lumen dan kantong2
CryptusN. Lymphaticus soliter
(Junquiera L.C., Carneiro J, (2007), Histologi Dasar, Text dan
Atlas, edisi 10, Penerbit buku kedokteran EGC)2. Memahami dan
Menjelaskan Fisiologi GIT Bagian BawahUsus Halus (intestinum
minor)Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi
bahan-bahan nutrisi dan air. Semua akitivitas lainnya mengatur atau
mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan ini
dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan
pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan didalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang
lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu
menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim.
Sekresi empedu dan hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase
pankreas.Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen
asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan
membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan
molekul-molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam
empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel
dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik
menghadap keluar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga
melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi
asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di
absorbsi oleh permukaan sel epitel.Proses pencernaan disempurnakan
oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enteriukus). Banyak di
antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Enzim-enzim utama
pencernaan adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase (ptyalin)
ludah; kelenjar ludah menghasilkan pepsin dan lipase lambung;
mukosa duodenum menghasilkan enterokinase; kelenjar eksokrin
pankreas menghasilkan tripsin, kemotripsin, karbosipeptidase,
nuclase, lipase pankreas; amilase pankreas; hati menghasilkan asam
empedu (bukan enzim), kelenjar usus menghasilkan aminopeptidase,
dipeptidase, maltase, lactase, sukrosa, lipase usus,
nucleotidase.Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kantong
empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil
pencemaan tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum,
merangsang sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim; hal ini
diperantarai oleh kerja pankreozimin.Parikreozimin dan
kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama,
yang mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan CCK (beberapa
buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh
mukosa duodenum.Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus
menyebabkan dikeluarkan hormon lain, sekretin dan jumlah yang
keluarkan sebanding dengan asam yang mengalir melalui duodenum.
Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dari
pankreas, dan empedu dari hati.Sekretin memperbesar kerja
CCK.Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan
dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan
pergerakkan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan
suplai kontinue isi lambung.Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil
akhir pengamatan karbohidrat, lemak dan protein (gula sederhana,
asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dindirig usus ke
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel- sel tubuh.
Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Absorbsi
berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif
yang sebagian besar kurang dimengerti.Besi dan kalsium sebagian
besar diabsorbsi dalam duodenum dan abscrbsi kalsium memerlukan
vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K)
diabsorbsi dalam duodenum dan memerlukan garam-garam empedu. Asam
folat dan vitamin-vitamin lain yang larut dalam air juga diabsorbsi
di duodenum. Absorbsi gula, asam-asam amino dan lemak sebagian
besar diselesaikan menjelang kimus mencapai jejunum.
Absorbsivitamin B12 berlangsung pda ileum terminal melalui
mekanisme transport khusus yang memerlukan faktor intrinsik
lambung. Sebagian besar asam-asam empedu yang dikeluarkan oleh
kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak,
akan diabsorbsi pada ileum terminal dan masuk kembali ke hati.
Siklus ini dinamakan sirkulasi enterohepatik garam-garam empedu dan
sangat penting dalam mempertahankan cadangan empedu.Dengan demikian
asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja mencernakan lemak
berkali-kali sebelum dikeluarkan dalam feses.Penyakit atau reseksi
ileum terminal dapat menyebabkan deifisiensi garam-garam empedu dan
mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam- garam empedu dalam
jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan iritasi kolon dan
diare.Usus Besar Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya
berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang
paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah
nampir lengkap pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung.Kolon mengabsorbsi sckitar 600 ml air
per/ hari, bandingkan dengan usus halus yang mengabsorbsi sekitar 8
000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 2000 ml/hari.
Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang
berlebihan dan ileum, maka akan terjadi diare. Berat akhir feses
yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa
air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorpsi,
bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang tidak
diabsorbsi.Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar
terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan karena kerja enzim.
Usus besar mengsekresikan mucus alkali yang tidak mengandung enzim.
Mukus ini bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa.Bakteri usus
besar munsintesis vitamin K. dan beberapa vitamin B. Pembusukan
oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat- zat
yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam
lemak.Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2 dan CH4
membantu pembentukan flatus di kolon. Beberapa subtansi ini
dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya diabsorpsi dan
diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan diubah manjadi senyawa
yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih. Fermentasi
bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2 , H2 dan CH4 yang
merupakan komponen flatus. Dalam sehari secara normal dihasilkan
sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia
(menelan udara secara berlebihan) dan pada peningkatan gas di dalam
lumenusus, yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang
dimakan. Makanan yang mudah membentuk gas seperti kacang-kacangan
mengandung banyak karbohidrat yang tidak dapat dicerna.Pada
umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar
yarg khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau
haustra teregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan
berkontrasi untuk mengosongkannya. Pergerakannya tidak progresif,
tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-remas
sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi. Terdapat dua jenis
peristaltik propulsif;1) kontraksi lamban dan tidak teratur,
berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat
beberapa haustra, dan 2) penstaltik massa, merupakan kontraksi yang
mengbatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa
feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul
dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik
setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari
itu.Fisiologi DefekasiPropulsi feses ke rektum mengakibatkan
distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi
dikendalikan oleh stingier ani eksterna dan interna. Sfingter
interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter
eksterna berada di bawah kontrol volunter. Refleks defekasi
terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula
spinalis.Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan
relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang mengalami
distensi -berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot
sfingter intema dan ekstema berelaksasi pada waktu anus tertarik
atas melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya
peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi akibat kontraksi
volunter otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara
terus- menerus dari otol-otot abdomen (menuver ata'i peregangan
valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot
sfingtcr ekstema dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap
akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang. Kelainan
dari proses defekasi adalah konstipasi dan diare. Konstipasi
terjadi karena kegagalan pengosongan rektum saal terjadi
peristaltik massa.Bila defekasi tidak sempurna, rektum relaksasi
dan hasrat untuk defekasi hilang. Air tetap terus diabsorpsi dari
massa feses, menyebabkan feses menjadi keras, sehingga defekasi
selaniutnya lebih sukar. Diare adalah kondisi dimana terjadi
frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/ hari), serta
perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi (feses
cair) hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan, ketidaknyamanan
perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor-faklor ini.
Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus,
absorbsi mukosa atau motilitas dapat menyebabkan diare. Diare dapat
disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian hormone tiroid,
pelunak feses dan laksatif, antibiotik kemoterapi dan antasida),
pemberian makanan per selang, gangguan metabolik dan endokrin
(diabetes, addisnn, tirotoksikosis) serta proses infeksi
virus/bakteri (disentri, shigelosis, keracunan makanan). Proses
penyakit lain yang dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi
dan malabsorbsi (sindrom usus peka, kolitis ulseratif, enteritis
regional, dan penyakit seliaka) defisit sfingter anal, sindrom,
zollinger - ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.Frekuensi
defekasi meningkat bsrsamaan dengan meningkatnya kandungan cairan
dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus
(borborigimus), anoreksia dan haus. Kontraksi spasmodik vang nyeri
dan peregangan yang tidak efektif pada anus (tenesmus), dapat
terjadi pada setiap defekasi.Feses berair adalah karakteristik dari
penyakit usus halus, sedarigkan feses semi padat lebih sering
dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan malabsorbsi usus, dan adanya mukus dan pus
dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis.Guyton
& Hall, (1996), Textbook of medical physiology. 9th Ed.
Pennsylvania. W.B. Saunders Company. Sherwood. L, (2004), Human
Physiology: From Cells to System. 5th ed. Singapore. West.
International Thomson Publishing Ganong.W.F, (2001), Review of
Medical Physiology. 20th Ed The McGraw-Hill Companies.3. Memahami
dan Menjelaskan Ileus Obstruktif3.1 Menjelaskan DefinisiIleus
obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding
usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu (Ullah et al.,
2009).Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai
kegagalan isi intestinal untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke
anus. Obstruksi Intestinal ini merujuk pada adanya sumbatan mekanik
atau nonmekanik parsial atau total dari usus besar dan usus halus
(Thompson, 2005).3.2 Menjelaskan Etiologi1. Perlengketan : Lengkung
usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pasda
jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2. Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam
bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus.
Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling
sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong
dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut
(ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan
sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat
terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan
menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini
dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada
mesentriumnya
Gbr Menunjukan bentuk normal intestin (atas warna pink) dan
intestin yang mengalami volvulus (bawah warna ungu)Tindakan bedah,
infeksi dan bahkan endometriosis sering menyebabkan peradangan
peritoneum loka atau generalisata (peritonitis). Pada penyembuhan
dapat terjadi perlekatan antara segmen usus atau dinding abdomen
dan tempat operasi.
4. Hernia :Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau
dinding dan otot abdomen atau defek di dinding rongga peritoneum
yang memungkinkan terbentukkan tonjolan peritoneum mirip kantong
yang dilapisi serosa
Gbr. Kantung Hernia
5. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus
atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
6. Inkarserasi (terperangkap) massa visera yang meningkat di
dalam hernia sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya
stasis dan edema secara permanen.7. Strangulasi gangguan lebih
lanjut dimana pasokan darah dan drainase menyebabkan infark segmen
yang terperangkap
Faktor PredisposisiPenyakit ini merupakan penyakit bawaan yang
disebabakan disfungsi umum kelenjar eksokrin pancreas. Keadaan ini
menyebabakan berkurangnya enzim pancreas yang mengalir ke lumen
usus halus sehingga issi usus halus menjadi kental dan menyumbat
lumen usus. Gambaran radiologist yang ditemukan ialah pelebaran
usus dan tampak bayangan udra yang granular diantara mekonium yang
kental tersebut.
Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi : 1.
Obstruksi mekanik rendahObstruksi mulai dari caecum sampai
anorektal. Obstruksi ini paling banyak disebabkan oleh tumor ganas,
penyebab lainnya adalah :- Volvulus- Scibala- Paralise colon distal
(pseudoparalise)2. Obstruksi mekanik tinggiMenurut letaknya dapat
dibedakan menjadi :a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :-
Stenosis pylorus- Strictur- Obstruksi oleh karena keganasan-
BezoarPada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah :
muntah-muntah dimana muntahannya dapat dirasakan seperti asam
lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen agak
kurang.
b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari
pylorus sampai ileocaecal junction, obstruksi ini sering ditemukan
pada :- Adhesion (perlengketan)- Hernia interna- Volvulus- Gumpalan
AscarisPada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna
kuning seperti tinja. Serangan nyeri perut agak jarang, tetapi
perut lebih distensi.
3.3 Menjelaskan EpidemiologiHernia strangulata adalah salah satu
keadaan darurat yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan
merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver mencatat 44%
dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang
mengalami strangulasi. Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan
Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus obstruksi mekanik usus halus
disebabkan oleh hernia.Sutjipto (1990) dalam penelitiannya
mengungkapkan indikasi relaparatomi karena obstruksi usus akibat
adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang seperti di
Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya
obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia,
khususnya di RSUPNCM, adalah hernia, baik sebagai penyebab
obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi
(63%).Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada
permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan
atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang
telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi
usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di
negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak
terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi.
Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga
65-75%.3.4 Menjelaskan KlasifikasiAda dua tipe obstruksi yaitu :1.
Mekanis (Ileus Obstruktif)Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat
akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma
yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma
stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia
dan abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)Obstruksi yang terjadi
karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti
diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson.
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga
kelompok (Bailey,2002): a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya
fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu. b. Lesi-lesi intramural,
misalnya malignansi atau inflamasi. c. Lesi-lesi ekstramural,
misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi. Ileus
obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005; Sabiston,1995) : 1. Ileus obstruktif sederhana,
dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh
darah.2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang
disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia
yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai
dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan
gangren. 3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi
bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usus tersumbat, dimana
paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi. Untuk keperluan
klinis, ileus obstruktif dibagi dua (Stone, 2004): 1. Ileus
obstruktif usus halus, termasuk duodenum 2. Ileus obstruktif usus
besar3.5 Menjelaskan PatofisiologiUsus di bagian distal kolaps,
sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi
menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang
(iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh
karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh
berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi
kuman.Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi,
air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah. Dapat
terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus yang
mengalami strangulasi.Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu
tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar
tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan bagian
kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila
terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus
besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi
insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal
sehingga ileum turut membesar.Pengaruh obstruksi kolon tidak
sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena pada obstruksi
kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara
relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh
karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan lambat pada
obstruksi kolon distal.
3.6 Menjelaskan Manifestasi Klinis1. Obstruksi
sederhanaObstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna
tinggi, artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan
elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi,
maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram
pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal
akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan
menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak
di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang
dihasilkan semakin fekulen.1,2,10Tanda vital normal pada tahap
awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising
usus yang meningkat dan metallic sound dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.101. Obstruksi
disertai proses strangulasiGejalanya seperti obstruksi sederhana
tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu
diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri
yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan
tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.2.
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri
akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat
dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis.
Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi
atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih
sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian
dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila
akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada
keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan
sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling
tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak
pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada
auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan
adanya strangulasi.
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet,
2002; Sabiston, 1995) 1. Nyeri abdomen 2. Muntah 3. Distensi 4.
Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi). Gejala ileus
obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002;
Sabiston, 1995):1. Lokasi obstruksi 2. Lamanya obstruksi 3.
Penyebabnya 4. Ada atau tidaknya iskemia ususGejala selanjutnya
yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap
setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan
hernia harus diperiksa (Winslet, 2002). Nyeri abdomen biasanya agak
tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat kolik. Ia sekunder
terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan
obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi,
yang muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus
halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus obstruktif usus besar.
Nyeri dari ileus obstruktif usus halus demikian biasanya
terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari
ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri
intaumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas
menurun, sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang, sampai
akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh
pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri
abdomen menjadi terlokalisasi baik, parah, menetap dan tanpa
remisi, maka ileus obstruksi strangulata harus dicurigai (Sabiston,
1995). Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus
obstruksi yang memuntahkan apapun makanan dan cairan yang
terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum, yang kebanyakan
cairan empedu (Harrisons, 2001). Setelah ia mereda, maka muntah
tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif
usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan
regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika ileus obstruktif
usus besar, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi.
Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil
pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi. Karena
panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah tidak
mendekompresi total usus di atas obstruksi (Sabiston,
1995).Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada
lokasi obsruksi dan makin membesar bila semakin ke distal
lokasinya. Gerkakan peristaltik terkadang dapat dilihat. Gejala ini
terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan bisa minimal atau
absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus (Sabiston,
1995). Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi
absolut ( dimana feses dan gas tidak bisa keluar) dan relatif
(dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet, 2002). Kegagalan
mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas
ileus obstruktif. Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal
terhadap titik ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat
obstipasi. Sehingga dalam ileus obstruktif usus halus, usus dalam
panjang bermakna dibiarkan tanpa terancam di usus besar. Lewatnya
isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu, sehingga
mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika
ileus obstruktif usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih
dini. Dalam ileus obstuksi sebagian, diare merupakan gejala yang
ditampilkan pengganti obstipasi (Sabiston, 1995).Dehidarasi umumnya
terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan muntah
yang berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan
kulit kering dan lidah kering, pengisian aliran vena yang jelek dan
mata gantung dengan oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat
memberikan gambaran polisitemia sekunder (Winslet,
2002).Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus
obstruktif sederhana. Peningkatan nilai potasium, amilase atau
laktat dehidrogenase di dalam serum dapat sebagai pertanda
strangulasi, begitu juga leukositosis atau leukopenia (Winslet,
2002). Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunaklan sebagai
petanda (Winslet, 2002) : 1. Mulainya terjadi iskemia 2. Perforasi
usus 3. Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi
Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekan
abdomen yang terlokalisir menandakan iskemia yang mengancam atau
sudah terjadi. Perkembangan peritonitis menandakan infark atau
perforasi (Winslet, 2002).Sangat penting untuk membedakan antara
ileus obstruktif dengan strangulasi dengan tanpa strangulasi,
karena termasuk operasi emergensi. Penegakan diagnosa hanya
tergantung gejala kilnis. Sebagai catatan perlu diperhatikan
(Winslet, 2002): 1. Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang
berlansung 2. Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah
hilang total 3. Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan
selalu berulang 4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal
merupakan tanda yang sangat penting, tetapi, nyeri tekan yang tidak
jelas memerlukan penilaian rutin. Pada ileus obstruktif tanpa
strangulasi kemungkinan bisa terdapat area dengan nyeri tekan lokal
pada tempat yang mengalami obstruksi; pada srangulasi selalu ada
nyeri tekan lokal yang berhubungan dengan kekakuan abdomen.. 5.
Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness
menandakan perlunya laparotomy segera. 6. Pada kasus ileus
obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah diterapi
konservatif, walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi
tetap harus didiagnosa. 7. Ketika srangulasi muncul pada hernia
eksternal dimana benjolan tegang, lunak, ireponibel, tidak hanya
membesar karena reflek batuk dan benjolan semakin membesar. Pada
ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen
yang sama kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus,
tetapi intensitasnya lebih rendah. Keluhan rasa sakit kadang-kadang
tidak ada pada penderita lanjut usia yang pandai menahan nafsu.
Muntah-muntah terjadi lambat, khususnya bila katup ileocaecal
kompeten. Muntah-muntah fekulen paradoks sangat jarang. Riwayat
perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam feses yang baru
terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah
penyebab yang paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan
obstipasi dengan ketidakmapuan mengeluarkan gas terjadi.
Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu (Harrisons,
2001)3.7 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis BandingDiagnosis ileus
obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan
laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda
mulainya terapi yang segera.Anamnesis :Pada anamnesis ileus
obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan penyebabnya,
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004).
Pada ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di sekitar
umbilkus, sedangkan pada ileus obstruktif usus besar kolik
dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruktif usus
halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset
muntah lama.Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara
obtruksi mekanik dengan ileus; menentukan etiologi dari obstruksi;
membedakan antara obstruksi parsial atau komplit dan membedakan
obstruksi sederhana dengan strangulasi. Hal penting yang harus
diketahui saat anamnesis adalah riwayat operasi abdomen (curiga
akan adanya adhesi) dan adanya kelainan abdomen lainnya (karsinoma
intraabdomen atau sindroma iritasi usus) yang dapat membantu kita
menentukan etiologi terjadinya obstruksi. Pemeriksaan yang teliti
untuk hernia harus dilakukan. Feses juga harus diperiksa untuk
melihat adanya darah atau tidak, kehadiran darah menuntun kita ke
arah strangulasi.Pemeriksaan Fisik1. Inspeksi Dapat ditemukan
tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor
kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat
adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang
dapat dilihat gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa
bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan
muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan
kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
2. Palpasi Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi
peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance musculair
involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal
(Sabiston, 1995; Sabara, 2007).
3. Auskultasi Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar
kehadiran episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora
(rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam
perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka
aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada
atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan
dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata (Sabiston,
1995).
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rektum dan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor
serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus
obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif
banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus
obstruktif didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus (Sabiston,
1995). Apabila isi rektum menyemprot; penyakit Hirdchprung (Anonym,
2007).Pemeriksaan PenunjangRadiologi Pemeriksaan sinar-X bisa
sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus obstruktif
serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat.
Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola
tangga pada film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai
diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup
ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan
satu-satunya gambaran penting (Sabiston, 1995). Penggunaan kontras
dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema
diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada
kecurigaan volvulus (Anoym, 2007).
Laboratorium Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya
terjadi bila terdapat strangulasi, tetapi hitung darah putih yang
normal tidak menyampingkan strangulasi. Peningkatan amilase serum
kadang-kadang ditemukan pada semua bentuk ileus obstruktif,
khususnya jenis strangulasi (Harrisons, 2001)
USGUltrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari
obstruksi dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien
dengan ilues obtruksi, USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus
yang distensi. USG dapat dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus
yang distensi. Tidak seperti teknik radiologi yang lain, USG dapat
memperlihatkan peristaltic, hal ini dapat membantu membedakan
obstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih murah
dan mudah jika dibandingkan dengan CT-scan, dan spesifitasnya
dilaporkan mencapai 100%. (Nobie, 2009)
Gambar 2.15 USG Abdomen tumor dinding epigastrium (Khan,
2009)
Gambar 2.16 USG Longitudinal dari abdomen bagian bawah
menunjukkan distensi multiple dari usus halus akibat invaginasi
(Hagen-Ansert, 2010)
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen
atau posisi dekubitus) dan posisi tegak thoraksTemuan spesifik
untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter
> 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak,
dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen
untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun
spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa
gambaran, antara lain:1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi2)
Kolaps pada usus bagian distal obstruksi3) Posisi tegak atau
dekubitus: Air-fluid levels4) Posisi supine dapat ditemukan :a)
distensi ususb) step-ladder sign5) String of pearls sign, gambaran
beberapa kantung gas kecil yang berderet6) Coffee-bean sign,
gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus
yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.7)
Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)Ileus
paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa
dengan obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat ditemukan
pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di
proksimal usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan
saja dengan tidak ada udara. Dengan demikian menghalangi tampaknya
air-fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya berhubungan
dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat kekurangan
tersebut, foto abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting
pada pasien dengan obstruksi usus halus karena kegunaannya yang
luas namun memakan biaya yang sedikit.Tabel 2.4 Perbedaan Radiologi
obstruksi intestinal dan ileusTemuan RadiologisOsbtruksi
MekanikIleus
Air-fluid LevelPresent proximal to obstructionProminent
throughout
Gas in small intestineLarge bowel shape loops; stepladder
patternGas present diffusely; moveable
gas ini colonAbsent or diminishedIncrease throughout
Thickened bowel wallPresent if chronic or strangulationPresent
with inflamation
Intraabdominal fluidRareOften present
DiapraghmSlightly elevated; normal motionElevated; decrease
motion
Gastrointestinal contrast mediaRapid progression to point of
obstructionSlow progression to colon
Gambar 2.6 Dilatasi usus (Nobie, 2009) Gambar 2.7 Multipel air
fluid level dan string of pearls sign (Nobie, 2009)
Gambar 2.8 Herring bone appearance Gambar 2.9 Coffee bean
appearance
Gambar 2.10 Step ledder sign (Nobie,
2009)EnteroclysisEnteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya
obstruksi dan juga untuk membedakan obstruksi parsial dan total.
Cara ini berguna jika pada foto polos abdomen memperlihatkan
gambaran normal namun dengan klinis menunjukkan adanya obstruksi
atau jika penemuan foto polos abdomen tidak spesifik. Pada
pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi oleh karena metastase,
tumor rekuren dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis memberikan
nilai prediksi negative yang tinggi dan dapat dilakukan dengan dua
kontras. Barium merupakan kontras yang sering digunakan. Barium
sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak
terjadi iskemia usus maupun perforasi. Namun, penggunaan barium
berhubungan dengan terjadinya peritonitis dan penggunaannya harus
dihindari bila dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)
Gambar 2.11 Intususepsi (coiled-spring
appearance).(Khan,2009)CT-ScanCT-Scan berfungsi untuk menentukan
diagnosa dini atau obstruksi strangulate dan menyingkirkan penyebab
akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan radiologis lain
tidak jelas. CT-scan juga dapat membedakan penyebab obstruksi
intestinal, seperti adhesi, hernia karena penyebab ekstrinsik dari
neoplasma dan penyakit Chron karena penyebab intrinsik. Obstruksi
ditandai dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian
proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan diameter sekitar 1 cm.
(Nobie, 2009)Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan
tingkat spesifisitasnya sekitar 70-905 untuk mendeteksi adanya
obstruksi intestinal. Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi
usus proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen
yang tak dapat melewati bagian obstruksi dan kolon yang mengandung
sedikit cairan dan gas. CT scan juga dapat memberikan gambaran
adanya strangulasi dan obstruksi gelung tertutup. Obstruksi Gelung
tertutup diketahui melalui gambaran dilatasi bentuk U atau bentuk C
akibat distribusi radial vasa mesenteric yang berpusat pada tempat
puntiran. Strangulasi ditandai dengan penebalan dinding usus,
intestinal pneumatosis (udara didinding usus), gas pada vena portal
dan kurangnya uptake kontras intravena ke dalam dinding dari bowel
yang affected. CT scan juga digunakan untuk evaluasi menyeluruh
dari abdomen dan pada akhirnya mengetahui etiologi dari
obstruksi.Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat
sensitivitasnya yang rendah (