-
Skenario Blok 12 Kelompok B
Judul: Pasien Ortodonti
T.I.U:
1. Mahasiswa memahami cara menegakkan diagnosis ortodonti
2. Mahasiswa memahami macam alat fungsional
3. Mahasiswa mampu merancang dan menggunakan alat ortodonti
yang
memanfaatkan pertumbuhan untuk perawatan ortodontik
Seorang anak wanita umur 10 tahun datang bersama orangtuanya
ingin dirawat giginya yang
dirasa tidak rapi dan dirasa gigi rahang atas maju. Hasil
pemeriksaan klinis diketahui bahwa
overjet pasien: 6 mm, overbite: 5,5 mm. Tampak protrusif pada
gigi anterior rahang atas,
mandibula tampak retrognati. Gigi permanen yang eblum erupsi
molar kdua kanan-kiri RA
dan RB, caninus kanan-kiri RA, dan premolar kedua kanan-kiri RB.
Pasien membawa foto
tampak samping, analisis profil: pasien tampak cembung, relasi
molar pertama RA terhadap
RB: tonjol mesiobukal 1.6 dan 2.6 berkontak pada sisi mesial 3.6
dan 4.6. Dokter gigi
melakukan diagnosa ortodonti dan ingin memanfaatkan growth spurt
pada anak tersebut
untuk perawatan ortodontik menggunakan alat ortodonti
fungsional.
VI. HASIL BELAJAR MANDIRI
1. Penegakan Diagnosa
1.1. Pemeriksaan klinis
PEMERIKSAAN KLINIS / PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Umum / General
Pemeriksaan klinis secara umum pada pasien dapat dilakukan
dengan mengukur dan
mengamati :
Tinggi badan : cm.
Berat badan : kg.
Keadaan jasmani : baik / cukup / jelek
Keadaan mental : baik / cukup / jelek
Status gizi : baik / cukup / jelek
Maksud pemeriksaan klinis menyangkut tinggi badan, berat badan,
keadaan jasmani
serta keadaan gizi pasien adalah untuk memperkirakan pertumbuhan
dan
-
perkembangan pasien secara umum, sedangkan data keadaan mental
pasien
diperlukan untuk menentukan apakah pasien nanti dapat bekerja
sama (kooperatif)
dengan baik bersama operator dalam proses perawatan untuk
mendapatkan hasil
perawatan yang optimal.
1. Khusus / Lokal :
a. Luar mulut / Ekstra Oral :
Bentuk muka : simetris / asimetris
Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka
yaitu :
- Brahisepali : lebar, persegi
- Mesosepali : lonjong / oval
- Oligisepali : panjang / sempit
Istilah sepali Menurut Ricket (Graber 1972) lebih tepat untuk
bentuk kepala yaitu
proyeksi kepala terhadap bidang sagital sedangkan untuk tipe
muka lebih tepat
menggunakan istilah fasial :
-Brahifasial
- Mesofasial
- Dolikofasial.
Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi
pasien. Klasifikasi
bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976) berdasarkan:
- Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N Gn) x 100
- Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik) Klasifikasi indeks muka
:
- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 84,9
-
- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 89,9
- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 94,9
Jika indeks :
< 80,0 : Hipo Euriprosop
> 94,9 : Hiper Leptoprosop
Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra
mastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl Oc)
Klasifikasi indeks kepala :
- Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 74,9
- Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 79,9
- Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 84,9
Jika indeks :
< 70,0 : Hipo Dolikosepali
> 84,9 : Hiper Brahisepali
Profil muka (penjelasan sama dengan di LI 1.2.)
Otot-otot mastikasi dan otot-otot bibir
Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam ketegangan
(tonus), aktif
-
dan pasif. Pada waktu kontraksi terdapat ketegangan yang aktif
dan apabila dalam
keadaan dilatasi terdapat ketegangan pasif. Dengan demikikian
pada waktu istirahat
otot-otot mastikasi dan bibir mempunyai tonus yang dalam keadaan
normal terdapat
keseimbangan yang harmonis, bila tidak normal tonus otot sangat
kuat (hypertonus)
atau sangat lemah (hipotonus) dapat menimbulkan anomali pada
lengkung gigi akibat
adanya ketidakseimbangan atara tekanan otot di luar dan di dalam
mulut.
Pada pemeriksaan klinis, periksa :
- Otot-otot mastikasi : normal / hypertonus / hypotonus
- Otot bibir atas : normal / hypertonus / hypotonus
- Otot bibir bawah : normal / hypertonus / hypotonus
Keadaan bibir pada waktu istirahat (rest position) : terbuka /
menutup
Bibir terbuka pada waktu rest posisi bisa disebabkan karena
bibir terlalu pendek
(incompetent) atau hypotonus otot bibir sering dijumpai pada
pada pasien yang gigi
depannya protrusif.
Keadaan pipi : normal / cembung / cekung
Keadaan ini juga berkaitan dengan tonus otot-otot pipi (m.
masseter) pasien.
b. Dalam mulut /Intra oral :
Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :
Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan
mulutnya jelek
kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi
selama perawatan
dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan mulut perlu
diberikan sebelum
perawatan ortodontik dilakukan.
Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia Pasien yang
mempunyai lidah
besar ditandai oleh :
- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung
giginya
- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan
oklusal gigi-gigi bawah.
-
- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan
lingual mahkota
gigi (tongue of identation)
- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar /
sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang
(kontraksi) biasanya
palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan
(distraksi)
biasanya mempunyai palatum rendah lebar.
Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor,
torus, palatoschisis, dll.
Dicatat.
Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival
indeks (GI).
Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva
dan mucosa yang
inflamasi dan hypertropy.
Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal /
tipis
Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal /
tipis
Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal /
tipis
Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi
perlekatannya (insersio)
pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu
pengucapan
kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu pemakaian plat
ortodontik yang akan
dipasang ?
Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy
Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy
Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy
Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan
menekan
-
lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan
yang serius pasien
dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat
ortodontik.
Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola /
Setengah
elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran
Ciri-ciri :
- Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri)
beberbentuk garis
lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2 merupakan
terusan kaki lengkung,
sedangkan puncak lengkung (C C) berbentuk garis lengkung
(curved).
- Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung
konvergen ke posterior
ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok kearah median line,
sedangkan puncak
lengkung juga merupakan garis lengkung (curved). .
- Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior dan puncak
lengkung merupakan garis datar di anterior dari gigi C C.
- U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke
posterior, sedangkan
puncak lengkung merupakan garis lengkung.
- V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior, tetapi
puncak lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai
dengan posisi gigi
I2 masih merupakan terusan kaki lengkung lurus konvergen ke
anterior.
- Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung
merupakan garis
lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya
dijumpai pada akhir
periode gigi desidui sampai awal periode gigi campuran (mixed
dentision)
Pemeriksaan gigi geligi :
- Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada
pasien. Tulislah rumus gigi
sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri keterangan.
- Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan
dan gigi yang tidak
normal atau telah mengalami perawatan.
-
- Anomali / malposisi gigi individual : Periksa posisi gigi-gigi
secara urut dengan
membayangkan garis oklusi sebagai referensi. Setiap penyimpangan
yang ada dicatat.
- Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik :
Pasien disuruh oklusi sentrik, periksa hubungan gigi-gigi
terhadap antagonisnya :
- Gigi Posterior : Relasi Molar : Kanan : Klas I, II, III
Angle
Kiri : Klas I, II, III Angle
Cross bite : ada / tidak
Open bite : ada / tidak ( jika ada, tulis gigi mana )
Scissor bite : ada / tidak
Cup to cup bite : ada / tidak
Dll.
- Gigi anterior : Relasi kaninus : Kanan : Klas I, II, III
Angle
Kiri : Klas I, II, III Angle
Overjet : ...mm
Overbite : mm
Cross bite : ada / tidak
Open bite : ada / tidak (jika ada, tulis gigi mana)
Edge to edge bite : ada / tidak
Contoh : Cross bite : . 1 |
2 1 |
Ini menunjukkan adanya cross bite antara gigi insivus pertama
kanan rahang atas
terhadap gigi insivus pertama dan kedua rahang bawah.
- Median line gigi rahang atas dan rahang bawah : normal / tidak
normal , segaris /
-
tidak segaris
Amati posisi garis tengah gigi rahang atas dan rahang bawah
terhadap sutura palatina
mediana jika didapatkan penyimpangan, kearah mana
penyimpangannya dan ukur
seberapa besar penyimpangan tersebut.
1.2. Profil Wajah
Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan
garis Gl-Pog
- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat
pada garis Gl-Pog
- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada
dibelakang garis Gl-Pog
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella
(Gl), Lip Contour
atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta
garis referensi Gl-Pog
sebagai acuan :
- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada
tengah-tengah diantara alis
mata kanan dan kiri.
- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.
- Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah
- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis
mandibula.
Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi
masing-masing menjadi :
- Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan
titi Nasion (Na)
- Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat
segaris dengan Nasion
(Na)
- Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di
belakang titik Nasion (Na)
-
Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi
:
- Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi
rahang bawah berotasi ke
arah belakang sehingga posisi titik Pog tampak lebih ke belakang
dari posisi Nasion
- Ortogantik (Unrotated dentition): Bila gigi-geligi rahang
bawah tidak berotasi /
posisinya normal titik Pog tampak lurus terhadap Nasion
- Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi
rahang bawah berotasi
kedepan, dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion
Nasion (Na) adalah titik terdepan dari sutura Fronto nasalis
Subnasale (Sn) adalah titik titik terdepan tepat dibawah
hidung
Dengan demikian akan didapatkan 9 tipe muka :
- Cembung : Anteface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan
prognatik
- Lurus : Average face dengan variasi retrognatik, ortognatik
dan prognatik
- Cekung : Retroface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan
prognatik
1.3. Radiografi
Analisis Foto Rontgen :
Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis
tentang keadaan jaringan
dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara
klinis, seperti:
Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tida ada, apakah
karena telah dicabut,
impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum
erupsi terhadap
permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi,
untuk
membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi
permanen yang belum
erupsi.
Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan
pendukungnya secara
keseluruhan dalam satu Ro foto, untuk menentukan urutan erupsi
gigi, dan lain-lain.
Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:
1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan
hubungan gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah
2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar
gigi
sulung. Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk
-
memberikan informasi mengenai perkembangan oklusi gigi
dan waktu yang tepat untuk perawatan.
3. Melihat ada tidaknya kelainan patologis
Gambar 3. Foto panoramik dari seorang pasien
dewasa. Nampak beberapa gigi susu masih ada,
beberapa gigi permanen tidak ada benih gigi, posisi
gigi geraham bungsu rahang bawah tidak normal.
Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai
apakah suatu prosedur dental diperlukan sebagai langkah
awal sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai
struktur abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini.
Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi
oklusal.
(referensi : buku ajar orto 2008)
-
1.4. Prognosis
Prognosis dari perawatan ortodonti menggunakan alat fungsional
dengan
memanfaatkan growth spurt pada anak adalah baik. Perawatan akan
memberikan hasil
yang maksimal, karena pada kasus anak perempuan berusia 10
tahun, usia ini
-
merupakan masa pubertas anak perempuan dimana terjadi percepatan
pertumbuhan.
Sehingga pola pertumbuhan rahang akan diatur dengan baik
mencapai oklusi normal
dengan perawatan alat ortodonti fungsional.
2. Alat Fungsional
Adalah perangkat ortodonti yang memanfaatkan kekuatan otot-otot
orofacial untuk
memperbaiki hubungan lengkung gigi
2.1. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi Perawatan Alat Fungsional:
a. Kelainan skeletal dalam arah antero-posterior (kelas II dan
kelas III skeletal).
b. Pada pasien yang sedang dalam pertumbuhan aktif.
c. Pasien sangat kooperatif.
d. Diskrepansi skeletal dari sagital ringan sampai sedang
e. Tidak ada kehilangan gigi geligi
f. Tidak ada gigi yang tipping atau rotasi parah
g. Gigi insisivum teradaptasi dengan baik dalam profil
h. Diastema dan crowding yang minimal dalam lengkung rahang
i. Pola dan arah pertumbuhan fasial pasien menguntungkan
j. profil ditingkatkan segera ketika pasien menggerakkan
mandibula
k. Pasien harus termotivasi dengan baik.
Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional:
a. Tidak ada kelainan skeletal ataupun ringan.
b. Pasien sangat tidak kooperatif.
c. Masa pertumbuhan sudah selesai
d. Pasien pada pre-pubertas, post-pubertas dan dewasa
e. Malposisi, diastema dan crowding yang parah
f. Pasien alergi
2.2. Jenis
Menurut Proffit, et.al., (2007), secara umum alat-alat
fungsional dapat
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :
Alat-alat Tooth Borne Pasif
-
Alat ini merupakan alat yang pasif karena alat ini tidak
menghasilkandaya intrinsik, seperti
yang dihasilkan oleh pegas atau sekrup ekspansi dan hanya
tergantung pada regangan
jaringan lunak dan aktivitas otot-otot pengunyahan yang akan
menghasilkan efek perawatan.
Alat yang termasuk kelompok ini adalah Aktivator, Bionator, alat
Herbst dan alat Twin
Block.
Alat herbst
Alat-alat Tooth Borne Aktif
Alat ini sebagian besar merupakan modifikasi dari Aktivator dan
Bionator dengan
menambahkan sekrup ekspansi atau pegas untuk menghasilkan
daya-daya intrinsik pada alat,
sehingga dapat menggerakkan gigi geligi ke arah transversal dan
antero-posterior. Alat yang
termasuk kelompok ini biasanya sesuai dengan nama yang
mengembangkannya, seperti
Expansion Aktivator, Orthopedic Corrector, Sagital Appliance,
dll.
Expansion aktivator
Alat-alat Tissue Borne
Prinsip kerja alat ini adalah memperbaiki kelainan fungsional
orofasial yang akan
merangsang terjadinya perbaikan hubungan skeletal dengan cara
mencegah tekanan dari
lidah, pipi dan bibir agar tidak mengenai gigi geligi dan
prosesus alveolaris sehingga dapat
menimbulkan perubahan pertumbuhan pada strukturstruktur ini.
Satu-satunya alat yang hanya
didukung oleh jaringan lunak, tetapi masih memiliki beberapa
kontak dengan gigi geligi dan
yang termasuk kelompok ini adalah Functional Regulator of
Frankel atau disebut juga
Function Regulator (Regulator fungsional) yang disingkat F.R.,
Ada F.R. 1, F.R. 2, F.R. 3 dll.
-
Functional Regulator of Frankel
2.2.1. Indikasi dan kontraindikasi
Pesawat Frankle
Aktivator
Indikasi pemakaian aktivator
1. Penederita dapat bekerja sama dengan baik.
2. Digunakan pada anomali-anomali tertentu, khususnya klas II
dan klas III angle untuk
memperbaiki kelainan hubungan gigi-gigi dan rahang. Walaupun
demikian, anomaly
klas I Angle dengan gigitan terbuka anterior dapat juga dipakai
activator.
3. Tidak ada kelainan skeletal yang berat.
4. Anomalinya tidak dalam keadaan berjejal yang berat.
5. Activator dapat digunakan untuk perawatan kebiasaan buruk
seperti menjulurkan
lidah ke depan, meletakkan lidah di antara gigi-gigi ke depan,
meletakkan lidah
diantara gigi-gigi depan atas dan bawah, maupun menghisap jari
atau bibir.
6. Activator sangat baik digunakan pada penderita dalam masa
pertumbuhan atau masa
gigi bercampur.
7. Activator dapat digunakan sebagai retainer.
-
8. Menurut Houston (1983), activator biasanya digunakan antara
lain untuk kasus
selektif klas II divisi I dengan lengkung tidak berjejal . jika
insisivus bawah jarang
keadaan ini menguntungkan.
Kontraindikasi pemakaian aktivator
1. Pasien yang tidak dapat bekerja sama dengan baik merupakan
kontraindikasi
perawatan dengan activator. Disamping pasien, kerja sama orang
tua pasien yang
tidak baik dapat juga menyebabkan kegagalan perawtan yang
dilakukan.
2. Pada gigi yang sangat berjejal, keadaan yang demikian perlu
perawatan dengan
pesawat mekanik lebih dahulu. Setelah gigi-gigi tersusun dengan
baik, tahap
berikutnya dirawat dengan activator untuk memperbaiki kelainan
hubungan sagital
dari gigi-gigi, rahang, maupun wajah pasien.
3. Kasus klas II dan Klas III angle dengan peregeseran garis
median yang disebabkan
oleh faktor dental. Untuk mengoreksi pergeseran garis median
diperlukan pesawat
mekanik karena lebih efektif. Dlam hal ini perbaikan hubungan
rahang dilakukan
pada tahap berikutnya.
4. Pada kelainan skeletal yang berat merupakan kontraindikasi
pemakaian activator.
Kasus ini lebih sesuai dirawat dengan tindakan bedah-orthodonti.
Sesudah masa
pertumbuhan dan perkembangan skeletal.
Twin Block
Indikasi penggunaan Twin blok antara lain koreksi maloklusi
kelas II, pengembangan
vertikal, koreksi vertikaluntuk menutup open bite anterior,
ekspansi lengkung dan
menambahkan panjang lengkung(Clark dkk., 2004).
Kontraindikasi pada pasien dengan asimetris wajah yang sering
terlihat pada pasiendengan
unilateral cross bite dan inklinasi gigi insisivus maksila tidak
boleh terlalu verikalatau ke
lingual, maksila jika tidak dalam posisi yang benar karena
menyebabkan twin block tidak
stabil (www.)
Indikasi :
- Maloklusi kelas II divisi 1 dengan bentuk gigi normal
- Terdapat overjet ringan sampai berat dan deep overbite
- Pasien kasus disto-oklusi pada segmen bukal
- Pasien harus dalam masa pertumbuhan aktif yaitu masa gigi
bercampur
-
- Twin block lebih idel bagi pasien yang tidak memiliki kelainan
pertumbuhan arah vertical
secara berlebihan
Kontraindikasi :
- Kelas II dimana maksila mengalami prognasi dan mandibula dalam
posisi normal
- Pada kasus gigi yang sangat berjejal
Bionator
T.M.Graberdalam bikinya pada tahun 1985 membagi indikasi
berdasarkan penggunaan
bionator, berikut ini :
Kasus maloklusi klass I divisi 1, dengan gejala klinis sebagai
berikut :
- Lengkung gigi geligi pada maksila dan mandibula baik.
- Letak mandibula lebih ke belakang daripada maksila atau
functional retrusion.
- Kelainan skeletal tidak terlalu berat.
- Gigi incisivus maksilla lebih ke labial atau mendongos.
Kasus deep over bite, yang terdapat pada :
- Masa pertumbuhan premolar.
- Kasus yang disebabkan infraoklusi gigi molar dan premolar
akibat posisi lidah yang terlalu
ke lateral.
Kasus open bite dengan menggunakan bionator open bite. Umumnya
pada kasus yang
disebabkan karena kebiasaan menggigit-gigit jari, menghisap
jempol, bernafas melalui mulut,
dll.
Pada kasus maloklusi klass III dengan menggunakan bionator klass
III.
KONTRAINDIKASI
1. Menurut T.M.Graber pada yahun 1985
Maloklusi klass II dengan gejala:
- Disebabkan karena maksila prognatism
- Pertumbuhan ke arah vertikal berlebihan, karena perawatan
bionator akan menyebabkan
wajah bagian bawah lebih tinggi
-
Kasus deep bite yang disebabkan karena supraoklusi gigi
incisivus
2. Menurut T.M. Graber bersama dengan Bedrich Neumann bahwa
kontra indikasi
penggunaan bionator ialah pada kasus gigi berjejal. Maloklusi
dengan gigi berjejal dan
pergeseran midline maka posisi gigi yang demikian merupakan
kontra indikasi penggunaan
bionator karena memerlukan pencabutan dan pergeseran gigi
geligi. Seringkali perawatan
orthodonsi merupakan perawatan kombinasi antara bionator dengan
alat cekat.
Pesawat Herbst
Indikasi pesawat Herbst dirancang untuk menstimulasi pertumbuhan
kondilus mandibula dan
secara khusus digunakan pada maloklusi kelas II dengan mandibula
yang retrognasi. Pasien
yang memiliki riwayat obstruksi jalan napas lewat hidung dan
tidak memungkinkan untuk
memakai pesawat lepas, dapat menggunakan pesawat Herbst. Peswat
Herbst dapat juga di
indikasikan pada pasien yang tidak kooperatif karena pesawat
dicekatkan ada gigi dan
bekerja 24 jam sehari tanpa bantuan pasien.
2.2.2. Prinsip kerja ( ada di lampiran.zip)
2.2.3. Kelebihan & kekurangan
2.2.4. Cara pemakaian ( ada di lampiran.zip)
2.3. Desain (ada referensi juga di
pustaka_unpad_perawatan....)
-
REFERENSI UNTUK MENJAWAB AM NO 6 DAN 8 LIHAT DI pdf
perawatan_ortodonti_pada_geligi_campuran