BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa. Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula
Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
kurang elastik.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa
mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina.
Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis.
Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan
menebal.
Dislokasi lensa adalah keadaan dimana lensa kristalina bergeser atau berubah
posisinya dari kedudukan normalnya akibat rupturnya zonula zinii sebagai pemegangnya
I.2. Rumusan Masalah
Yang akan dibahas dalam referat ini adalah anatomi lensa, pertumbuhan lensa,
histologi lensa , fungsi lensa, komposisi lensa dan kelainan pada lensa akibat trauma.
I.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Memahami tentang lensa dan kelainannya akibat trauma
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan anatomi lensa
b. Menjelaskan pertumbuhan lensa
c. Menjelaskan histologi lensa
d. Menjelaskan fungsi lensa
e. Menjelaskan komposisi lensa
f. Menjelaskan kelainan lensa akibat trauma
I.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Umum
Yang akan dibahas dalam makalah ini tentang lensa dan kelainannya akbat trauma.
1.4.2. Manfaat Khusus
a. Mengetahui anatomi lensa
b. Mengetahui pertumbuhan lensa
c. Mengetahui histologi lensa
d. Mengetahui fungsi lensa
e. Mengetahui komposisi lensa
f. Mengetahui kelainan lensa akibat trauma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lensa
2.1.1. Anatomi Lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa memiliki
dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih cembung
daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior 10 mm dan radius kurvatura posterior
6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5
mm saat usia lanjut. Berat lensa 135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80
tahun.10
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior iris dan
badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di sebut fossa hyaloid.
Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang memisahkan bilik anterior dan
posterior bola mata 9. Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat.
Lensa dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan
siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular. 2
Gambar 2.1. Anatomi Lensa
2.1.2. Pertumbuhan Lensa
Lensa akan terus tumbuh dan membentuk serat lensa seumur hidup, tidak ada sel yang
mati ataupun terbuang karena lensa ditutupi oleh kapsul lensa. Pembentukan serat lensa pada
ekuator, yang akan terus berlanjut seumur hidup, membentuk nukleus infantil selama dekade
pertama dan kedua kehidupan serta membentuk nukleus dewasa selama dekade ketiga. Arah
pertumbuhan lensa yang telah berkembang berlawanan dengan arah pertumbuhan
embriologinya. Sel yang termuda akan selalu berada di permukaan dan sel yang paling tua
berada di pusat lensa. Laju pertumbuhan lensa adalah 1,3 mg/tahun antara usia 10-90 tahun.2
2.1.4. Histologi Lensa
Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama: 9
1. Kapsul lensa Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 μm), homogen, refraktil, dan
kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel. Kapsul ini
merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe
IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator (14 μm) dan paling tipis
pada kutub posterior (3 μm). Kapsul lensa bersifat semipermeabel, artinya sebagian zat
dapat melewati lensa dan sebagian lagi tidak. Epitel subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada permukaan
anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan berubah menjadi kolumnar di
bagian ekuator dan akan terus memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah
besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang
terdapat di ekuator lensa. Sel-sel epitel ini memiliki banyak interdigitasi dengan serat-serat
lensa.
2. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan gepeng. Serat
ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari sel-sel subkapsular. Serat
lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan menjadi sangat panjang. Sel-sel ini
berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin.
Gambar 2.2: Histologi
Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial yang disebut
zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya pada badan siliar. Serat
zonula serupa dengan miofibril serat elastin. Sistem ini penting untuk proses akomodasi, yang
dapat memfokuskan objek dekat dan jauh dengan mengubah kecembungan lensa. Bila mata
sedang istirahat atau memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada
bidang yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan
berkontraksi, dan koroid beserta badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan yang
dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek dapat 5.
2.1.5. Fungsi Lensa
Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi memfokuskan
cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki kekuatan sebesar 10-20
dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi.
2.1.6. Komposisi Lensa
Lensa terdiri atas air sebanyak 65%, protein sebanyak 35% (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral dibandingkan jaringan
tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dijaringan lain. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat 4.
Protein lensa dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelarutannya dalam air, yaitu
protein laut air (protein sitoplasmik) dan protein tidak larut air (protein sitoskeletal). Fraksi
protein larut air sebesar 80% dari seluruh protein lensa yang terdiri atas kristalin
Protein lensa yang tidak larut air dapat dibagi menjadi dua, yaitu protein yang larut
dalam urea dan yang tidak larut dalam urea. Fraksi yang larut dalam urea terdiri atas protein
sitoskeletal yang berfungsi sebagai rangka struktural sel lensa. Fraksi yang tidak larut urea
terdiri atas membran plasma serat lensa.
Seiring dengan meningkatnya usia, protein lensa menjadi tidak larut air dan
beragregasi membentuk partikel yang lebih besar yang mengaburkan cahaya. Akibatnya lensa
menjadi tidak tembus cahaya. Selain itu, seiring dengan bertambahnya usia, maka makin
banyak protein yang larut urea menjadi tidak larut urea 10.
2.2. Katarak Traumatik
2.2.1. Definisi
Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata
yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari
ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala
sisa dari trauma mata.
2.2.2. Patogenesis
a. Luka memar/ tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata dapat
menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh benturan dengan bola keras
adalah salah satu contohnya. Kadang munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu
beberapa tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan adanya
riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang cukup sulit
untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai
adanya trauma sebelumnya tersebut.
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior.
Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak
tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.
Gambar 2.3.
b. Luka Perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk terbentuknya
katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh : gelas yang pecah) tembus
melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan
bila trauma tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak akan
terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-
hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti di atas dapat juga
melibatkan kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior. Urutan
dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa pada anak
ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya
secara berangsur-angsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan.
Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari
kemampuan refraktif mata tersebut hilang.
Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan
penggunaan lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa, juga diikuti
dengan reksi inflamasi seperti halnya pada anak namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih
tinggi, dan jaringan fribrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi
pupil. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan
menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil.
Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat
disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat
secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya, yang dapat
memberikan bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah
akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering
atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.
Gambar 2.4. Cincin Soemering
Sumber : (American Academy of Ophthalmology, 2007).
Gambar 2.5. Mutiara Elschnig
c. Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak. Komponen basa
yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan PH cairan akuos dan menurunkan
kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma
kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena trauma sam sukar masuk ke bagian
dalam mata dibandingkan basa maka jarang menyebabkan katarak.
2.2.3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dapat juga
dibantu dengan pemeriksaan penunjang :
a. Anamnesis
Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul
Riwayat keadaan mata sebelumnya, apakah ada riwayat operasi, glakoma, retinal
detachment, penyakit mata karena gangguan metabolik.
Riwayat penyakit lain, seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan, homosistinuria,
defisiensi sulfat oksidase.
Keluhan mengenai penglihatan, seperti penurunan visus, pandangan ganda pada satu