Herpes ZosterI. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Usia Alamat
Pekerjaan Pendidikan Agama Tanggal pemeriksaan II. : Nn.S : Wanita
: 13 tahun : Jl. Pisangan baru utara , Jakarta Timur : Siswa : SMP
: Islam : 15 Agustus 2011
ANAMNESIS Dilakukan Autoanamnesa pada tanggal 15 Agustus 2011
Keluhan Utama: Muncul bintil-bintil berair di lengan kanan,punggung
kanan,dan dada sebelah kanan. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien
datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan timbul bintil-bintil
berair dilengan,punggung, dan dada sebelah kanan sejak 3 hari SMRS.
Pasien mengatakan awalnya timbul kemerahan dilengan, terasa gatal
dan kemudian muncul bintil-bintil berair. Bintil-bintil berair juga
muncul dipunggung kanan dan terakhir di dada kanan.Bintil-bintil
tersebut dirasakan nyeri dan ngilu. Pasien mengatakan adanya demam
sebelum timbulnya bintil-bintil. Adanya riwayat influenza
sebelumnya. Pasien mengatakan pernah mengalami cacar air sewaktu
berusia 8 tahun. Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit
yang sama. Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit
seperti ini sebelumnya dan pasien belum pernah mendapat pengobatan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami cacar air pada
usia 8 tahun Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien menyangkal adanya
keluhan serupa di keluarga.
III.
STATUS GENERALIS Keadaaan umum Kesadaran Keadaan gizi Vital Sign
: baik : compos mentis : baik : Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi :
80 x/menit Pernafasan : 18 x/menit Suhu : tidak diukur :
normochepal, rambut hitam, distribusi merata : konjunctiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-) 1|Page
Kepala Mata
Herpes ZosterHidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : bentuk daun telinga normal, sekret (-) Mulut : mukosa
bibir dan mulut lembab, sianosis (-) Tenggorokan : faring tidak
hiperemis, T1-T1 tenang. Thorax : Jantung : BJ I-II reguler, murmur
(-), gallop (-). Paru : vesikuler, ronki (-), wheezing (-) Abdomen
: supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar dan lien tidak teraba
Kel Getah Bening : tidak teraba pembesaran. Ekstremitas : akral
hangat, edema ( )
IV.
STATUS DERMATOLOGIKUS Lokasi : Pada regio extremitas superior
dextra, vertebralis dextra, trunkus anterior dextra Efloresensi :
tampak dasar eritema yang disertai vesikel-vesikel berkelompok yang
tersusun secara herpetiformis, dengan diameter terkecil 1 mm dan
diameter terbesar 5 mm. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak ada. RESUME
Pasien Nn.S, wanita,13 tahun datang dengan keluhan muncul
bintil-bintil berair di lengan,punggung dan dada sebelah kanan
sejak 3 hari SMRS. Awalnya timbul kemerahan, terasa gatal dan
kemudian muncul bintil-bintil berair. Bintil-bintil tersebut
dirasakan nyeri dan ngilu. Pasien mengatakan adanya demam sebelum
timbulnya bintilbintil. Adanya riwayat influenza sebelumnya. Pasien
mengatakan pernah mengalami cacar air sewaktu berusia 8 tahun Pada
pemeriksaan dermatologikus ditemukan vesikel-vesikel berkelompok
yang tersusun secara herpetiformis, dengan dasar eritem di
lengan,punggung dan dada sebelah kanan. Dengan diameter terkecil 1
mm dan diameter terbesar 5 mm. DIAGNOSA KERJA Herpes Zoster
DIAGNOSIS BANDING Tidak ada. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan
Tzank Test. PENATALAKSANAAN A. Non farmakologis 2|Page
V. VI.
VII. VIII. IX. X.
Herpes Zoster- Istirahat cukup - Menghindari pecahnya vesikel
dengan tidak menggaruk pada daerah lesi. B. Farmakologis -
Acyclovir 5 x 800mg/hari selama 7 hari - Bedak salisil 2% XI.
PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam : dubia
ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam
HERPES ZOSTER
3|Page
Herpes ZosterHerpes Zoster adalah penyakit setempat yang terjadi
terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri
radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang di inervasi oleh serabut saraf spinal
maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus kranialis.1
Herpes Zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi
endogen yang telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi
varicella yang telah ada sebelumnya. Hubungan varicella dan Herpes
Zoster pertama kali ditemukan oleh Von Gokay pada tahun 1888. Ia
menemukan penderita anak-anak yang dapat terkena varicella setelah
mengalami kontak dengan individu yang mengalami infeksi Herpes
Zoster.1 Implikasi neurologik dari distribusi lesi segmental herpes
zoster diperkenalkan oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya
peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali
diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. Herpes Zoster dapat
mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang
sama.1
DEFINISI
4|Page
Herpes ZosterHerpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer. Artinya setiap orang yang pernah mengalami infeksi
varicella zoster atau yang lebih dikenal dengan penyakit cacar air,
mempunyai kemungkinan untuk mengalami herpes zoster.2,3 ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster. Virus
varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan
diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 subunit proteinvirion
yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya virion yang
terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan
cepat dihacurkan dengan bahan organik, diterjen, enzim proteolitik,
panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14-21 hari.1
PATOFISIOLOGI Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke
tubuh hospes atau penerima virus. Selanjutnya terjadilah
penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau
replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan
berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktifasi virus varicella yang menetap di ganglion sensorik
setelah infeksi chicken fox pada masa anakanak. Sekitar 20% orang
yang menderita cacar akan menderita shingles (herpes zoster) selama
hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktifasi virus
berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.2,4
5|Page
Herpes Zoster
FAKTOR RESIKO1 1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering
terjadi pada usia ini, akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin
tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang
nyeri. 2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan
(immunocompromised) seperti HIV dan leukemia. Adanya lesi pada ODHA
merupakan menifestasi pertama dari immunocompromised. 3. Orang
dengan terapi radiasi dan kemoterapi. 4. Orang dengan transplantasi
organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang FAKTOR PENCETUS
KAMBUHNYA HERPES1 6|Page
Herpes Zoster1. Trauma atau luka 2. Demam 3. Gangguan pencernaan
4. Sinar Ultraviolet 5. Stress 6. Kelelahan 7. Alkohol 8.
Obat-obatan 9. Haid TANDA DAN GEJALA5 1. Gejala prodormal a.
Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang berlangsung
selama 1-4 hari. b. Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit
kepala, fatigue, malaise, nausea, rash, kemerahan, sensitif, sore
skin (penekanan kulit), nyeri (rasa terbakar atau tertusuk) gatal
dan kesemutan. c. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung
terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama
erupsi kulit. 2. Gejala yang mempengaruhi mata Berupa kemerahan,
sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata, kekeringan
mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain lain.
3. Timbul erupsi kulit a. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan
biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh satu ganglion
sensorik. b. Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian tubuh, yang
tersering didaerah ganglion thorakalis. c. Lesi dimulai dengan
makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul dan dalam
waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga
berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7
10 hari. Krusta
7|Page
Herpes Zosterdapat bertahan selama 2-3 minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang. d. Lesi
baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang-kadang sampai
hari ke 7. e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula
hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar). 4. Pada lansia
biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitif
terhadap nyeri yang dialami 5. Kadang-kadang terjadi limfadenopati
regional. KOMPLIKASI1,4 1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (PHN)
merupakan nyeri yang tajam dan spasmodik (singkat dan tidak terus
menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom
yang terkena setelah erupsi. Herpes zoster menghilang, batasan
waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah
timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan
menghilang spontan setelah 1-6 bulan. 2. Gangren superfisialis,
menunjukkan herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. 3. Komplikasi mata
antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis, glaukoma sekunder,
ptosis, korioretinitis, neuritis optika, dan paresis otot penggerak
bola mata. 4. Herpes zoster diseminata/generalisata. 5. Komplikasi
sistemik, antara lain: endokarditis, meningosefalitis, paralisis
saraf motorik, progresif multifokal, leukoenchelopathy dan angitis
serebral granulomatosa disertai hemiplegi (dua terakhir ini
merupakan komplikasi herpes zoter optalmik). PEMERIKSAAN PENUNJANG1
1. Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis
dan herpes simpleks: a. Tzanck smear: mengidentifikasi virus herpes
tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simpleks. b.
Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: untuk membedakan
diagnosis herpes virus. 2. Immunofluorescent mengidentifikasi
varicella di sel kulit. 8|Page
Herpes Zoster3. Pemeriksaan histopatologik. 4. Pemeriksaan
mikroskop elektron. 5. Kultur virus. 6. Identifikasi antigen/asam
nukleat VVZ. 7. Deteksi antibodi terhadap infeksi virus.
PENATALAKSANAAN1,2,6 1. Pengobatan topikal a. Pada stadium
vesikular diberi bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah. b. Bila vesikel pecah dan basah diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin
dengan larutan Burrow 3x sehari selama 20 menit. c. Apabila lesi
berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin/polisporin) utuk mencegah infeksi sekunder selama 3x
sehari. 2. Pengobatan Sistemik a. Drug of choice adalah acyclovir
merupakan DNA Polymerase Inhibitor yang dapat mengintervensi
infeksi virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi
herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat
diberikan secara oral, topikal, atau parenteral. Pemberian per oral
mempunyai kelemahan, yaitu bioavaibilitas yang rendah dan dosis
diberikan lima kali sehari.7 Pemberian lebih efektif pada hari
pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki
efek yang kecil terhadap post terapeutik neuralgia. Pemberian
secara intravena hanya pada penderita dengan immunocompromised yang
berat atau tidak dapat diobati secara per oral. Dosis yang
digunakan untuk pemberian oral adalah 5x800 mg sehari dan biasanya
diberikan selama 7 hari. Bisa digunakan valasiklovir 3x1000 mg
sehari karena konsentrasi dalam plasma yang tinggi. b. Antiviral
lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara-A, Vira-A) dapat
diberikan lewat infus intravena atau salep mata. 3. Kortikosteroid
dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun
penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan
dan menekan respon imun. 9|Page
Herpes Zoster4. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan
untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan
pruritus. 5. Penderita dengan keluhan mata Keterlibatan seluruh
mata atau ujung hidung yang menunjukkan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi
optalmologis. Dapat diobati dengan salep mata steroid topikal dan
midriatik, antivirus dapat diberikan. 6. Neuralgia Paska Herpes
zoster Bila nyeri masih terasa meskipun telah diberikan acyclovir
pada fase akut, sebagai gold standart maka dapat diberikan golongan
trisiklik, yaitu amitriptilin. Dosis yang dipakai sebagai anti
nyeri adalah lebih rendah daripada dosis sebagai antidepresan.
Penggunaan amitriptilin dosis rendah (10-50 mg) pada malam hari
dapat mengurangi onset PHN pada pasien herpes zoster. Menghambat
reuptake serotonin dan norepinefrin di presinaps membran sel
sehingga terjadi peningkatan konsentrasi serotonin dan atau
norepinefrin di susunan saraf pusat. Menghambat reuptake serotonin
dan norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi
peningkatan konsentrasi serotonin dan atau norepinefrin di susunan
saraf pusat.8 PROGNOSIS4 1. Umumnya baik, tergantung berat
ringannya faktor predisposisi. 2. Pada orang muda dan anak umumnya
baik.
DAFTAR PUSTAKA
10 | P a g e
Herpes Zoster1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S.
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke lima. Fakultas Kedokteran
Indonesia. Jakarta. 2007.
http://id.wikipedia.org/wiki/Herpes_zoster Wuriyantoro. Herpes
Zoster. www.medicastore.com Herpes Zoster. www.mer-c.org.com Herpes
Zoster. www.conectique.com Shingles. www.medlineplus.com
Murtiastutik Dwi,dkk.Atlas penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke
dua. FK UNAIR.Surabaya.2010.
11 | P a g e