1 BAB I TINJAUAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : Ny. poniyah Umur : 27 tahun No. RM : 524257 Jenis Kelamin : Perempuan Paritas : G 3 P 2 A 0 Alamat : Sigaok, kuripan RT 4/10 Watumalang Pekerjaan : ibu rumah tangga Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Nama Suami : Tn. Suyitno Ruangan : Edelweiss Tgl Masuk RS: 5 Januari 2012 Tgl Keluar RS : 9 januari 2012 B. ANAMNESIS Keluhan Utama : merasa kenceng-kenceng. Riwayat penyakit sekarang: seorang G 3 P 2 A 0 datang ke poli klinik tanpa membawa surat pengantar dengan keluhan sudah merasa kenceng-kenceng sejak pukul 08.00 kemarin. Pasien merasa hamil 9 bulan. Lendir darah belum dirasakan keluar dan air ketuban belum dirasakan keluar. Pasien mengaku sebelumnya punya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. poniyah
Umur : 27 tahun
No. RM : 524257
Jenis Kelamin : Perempuan
Paritas : G3P2A0
Alamat : Sigaok, kuripan RT 4/10 Watumalang
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Nama Suami : Tn. Suyitno
Ruangan : Edelweiss
Tgl Masuk RS : 5 Januari 2012
Tgl Keluar RS : 9 januari 2012
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : merasa kenceng-kenceng.
Riwayat penyakit sekarang: seorang G3P2A0 datang ke poli klinik tanpa
membawa surat pengantar dengan keluhan sudah merasa kenceng-kenceng
sejak pukul 08.00 kemarin. Pasien merasa hamil 9 bulan. Lendir darah belum
dirasakan keluar dan air ketuban belum dirasakan keluar. Pasien mengaku
sebelumnya punya riwayat secsio caesaria 4,5 tahun yang lalu karena panggul
sempit.
HPHT : maret 2012 (tanggal lupa)
HPL : Desember 2012
Usia kehamilan : Hamil aterm
Riwayat obsetri: I: perempuan, BBL 2700gr meninggal 30menit setelah
melahirkan di Vakum di RSU.
2
II: laki-laki, 4,5 tahun BBL 2600gr. SC di RSU karena
Pemeriksaan yang lebih sempurna ialah metoda Muller Kerr Munro,
tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya kearah rongga
panggul, sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukkan kedalam rongga
vagina untuk menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan
tersebut. Sementara itu ibu jari atngan yang masuk dalam vagina
memeriksa hubungan antara kepala dan simpisis. Sudut MKM dibentuk
oleh garis singgung permukaan dalam simfisis pubis denga garis singgung
kepala janin.
<MKM <90o: tak ada DKP
<MKM =90o: DKP ringan
<MKM >90 o: DKP berat
6. Rongten pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran conjugata vera, vonjugata obsetrica
apakah kurang dari normal, serta imbang kepala panggul
F. Komplikasi4
1. Saat persalinan
komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada kesempitan
panggul.
a. persalinan akan berlangsung lama
b. sering dijumpai ketuban pecah dini
c. karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali
pusat menumbung.
22
d. Maulage kepala berlangsung lama
e. Sering terjadi insertia uterus sekunder
f. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer
2. Pada anak
a. infeksi intra partal
b. kematian janin intra partal
c. prolaps funikuli
d. perdarahan intrakranial
e. caput succedaneum dan cepalohematoma yang besar
f. robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage
yang hebat dan lama
g. fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh
karena alat-alat yang dipakai.
h. Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila
berlarut-larut akan menyebabkan ruptur uteri.
i. Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intra partal
j. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak
menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak akan
menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.
G. Prognosis2,4
1. Bahaya pada ibu:
a. Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan
kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi
inrapartum.
b. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan
dapat timbul regangan segmen bawah uterus (rupture uteri mengancam)
dan bila tidak segera diambil tindakan akan terjadi rupture uteri.
c. Dengan persalinan tidak maju karena diproporsi kapala panggul, jalan
lahir mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut.
23
Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis atau
fistula vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis.
2. Bahaya pada janin:
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi bila
ditambah dengan infeksi intrapartum.
b. Dengan adanya disprpoporsi kepala panggul kepala janin dapat
melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage.
Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai
batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut dilampaui
akan terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan
intracranial.
c. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh
simfisis dapat menyebabkan perlukan pada jaringan diatas tulang kepala
janin dan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
H. Penatalaksanaan
1. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni
sebelum persalinan mulai atau pada awal fase persalinan, dan secara
sekunder yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dulu dan dalakukan pada
kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat atau
karena terdapat disproporsi kepala panggul yang cukup nyata. Selain itu,
seksio sesarea dilakukan pada kesempitan pangul ringan apabila ada
faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi seperti primigravida tua,
kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamila pada wanita
yang mengalami masa infertilitas yang lama dan riwayat penyakit jantung.
Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus percobaan dianggap
gagal atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalianan per vaginam tidak atau
belum terpenuhi2,4.
2. Partus percobaan
24
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan pada
hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul
dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan
setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk
dilakukan persalinan percobaan. Persalinan ini merupakan suatu test
terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala
janin. Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan
dengan cermat. Janin harus berada pada presentasi kepala dan tuanya
kehamilan tidak lebih dari 42 minggu (karena kepala makin besar dan
lebih sukar mengadakan maulage dan kemungkinan fungsi dari plasenta
yang sudah menurun). Persalinan percobaan hanya dilakukan pada
persentasi belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi,
letak muka, atau kelainan letak lainnya. Mengenai penanganan khusus
pada partus percobaan perlu diperhatikan hal-hal berikut2,4:
a. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan
janin. Pada persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya
dehidrasi dan asidosis pada ibu.
b. Kualitas dan turunnya kepala janin harus terus diawasi. Kesempitan
panggul tidak jarang mengakibatkan kelainan his dan gangguan
pembukan serviks.
c. Sebelum ketuban pecah, pada umumnya kepala janin tidak dapat
masuk kedalam rongga panggul dengan sempurna. Pemecahan
ketuban secar aktif hanya dapat dilakukan bila his berjalan secara
teratur dan udah ada pembukaan serviks sepruhnya atau lebih.
d. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus percobaan
boleh berlangsung. Apabila his cukup sempurna maka sebagai
indikator berhasil atau tidaknya partus percobaan tersebut ada hal-hal
yang mencakup keadaan-keadaan berikut:
1) Adakah gangguan pembukaan serviks, misalnya pemanjangan
fase laten, pemanjangan fase aktif.
25
2) Bagaimana kemajuan penurunan bagian terendah janin (belakang
kepala).
3) Adakah tanda-tanda klinis dari pihak anak maupun ibu yang
menunjukkan adanya bahaya bagi anak atau ibu (gawat janin,
rupture uteri). Apabila ada salah satu gangguan diatas maka
menandakan bahwa persalinan per vaginam tidak mungkin dan
harus diseleaikan dengan seksio sesarea. Sebaliknya bila
kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan lancar,
maka persalinan per vagina bisa dilaksanakan.
Partus percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan rest of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan diatas, sedangkan test of
labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru
dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini
test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap
pada persalinan dengan panggul sempit dan terdapat kematian anak yang
tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat
lahir spontan pervagina atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan
anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau
kurang sekali kemajuaanya, keadaan ibu atau anak kurang baik, setelah
pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP selama 2
jam meskipun his baik, serta pada forcep yang gagal. Pada keadaan ini
dilakukan seksio sesaria5,6.
3. Cunam Tinggi
Cunam tinggi dengan menggunakan axis-traction foreceps. Tujuannya
membawa kepala janin yang belum melewati PAP ke dalam rongga
panggul dan kemudian dilahirkan (sudah jarang dikerjakan lagi)6.
4. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi2.
5. Kraniotomi
26
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi. Apabila panggul
sempit dan janin tetap tidak bisa dilahirkan, maka dilakukan seksio
sesaria2.
6.
27
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis DKP oleh karena faktor ibu, hal
ini berdasarkan adanya beberapa hal yang mendukung, antara lain:
2. Tinggi Ibu kurang dari 145cm
3. Kepala bayi yang belum masuk panggul, dan kepala bayi yang masih floating
dala usia kehamilan aterm. Sedangkan taksiran berat janin tidak terlalu besar.
4. Adanya pemeriksaan fisik yang mendukung yaitu adanya osborn tes (+)
5. Pemeriksaan dalam yang mendukung yaitu terabanya promotorium yang
mendukung adanya penyempitan PAP.
Etiologi DKP yang mungkin pada pasien ini kemungkinan adalah
panggul ibu yang sempit karena faktor tinggi badan dan bentuk panggul. Pada
pasien ini tidak dilakukan pelvimetri luar karena hasil dari pengukuran ini tidak
cukup kuat untuk menggambarkan bentuk panggul, sedangkan pelvimetri
rongtenogenik idak dilakukan karena pemeriksaan tersebut dianggap tidak
diperlukan mengingat diagnosis DKP sudah dapat ditegakkan tanpa pemeriksaan
tersebut.
Penyeban lain dari DKP seperti adanya perubahan bentuk panggul
karena penyakit tulang panggul dapat disingkirkan mengingat dalam anamnesis
pasien menyangkal adanya riwayat penyekit pada tulang maupun sendi. Adanya
perubahan bentuk panggul karena penyakit tulang belakang, seperti: kifosis,
skoliosis, spondilolistesis juga dapat disingkirkan karena secara umum pasien
tidak menunjukkan adanya kelainan tulang belakang tersebut. Sedangkan etiologi
lain belum bisa disingkirkan karena pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pasien ini sangat terbatas.penanganan terhadap pasien ini adalah dilakukanya
operasi seksio sesaria elektif mengingat DKP pada pasien ini cukup nyata.
Persalinan percobaan pada pasien ini tidak dilakukan karena selain adanya tand-
tanda penyempitan panggul, pada pasien ini belum memasuki masa persalinan.
28
Bayi dilakukan secara perabdominal melalui operasi seksio sesaria
pada tanggal 6 januari 2011, pukul 09.58 bayi lahir perabdominal laki-laki
3000gr, 47cm, AS 7/9. Perkembangan ibu pasca operasi cukup baik, dan sejauh
pengamatan penulis tidak ada tanda-tanda yang mengarahkan pasien pada
komplikasi dan prognosis yang buruk. Pasien pulang dalam keadaan membaik
29
BAB IV
KESIMPULAN
Dari iraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Disproporsi sefalopelfik merupakan keadaan yang menggambarkan ketidak
sesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina.
2. Disproporso sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya.
3. Diagnosis disproporsi sefalopelvik dapat ditegakkan dengan beberapa cara
diantaranya melalui namnesis, tes osborn, pemeriksaan dalam, pemeriksaan
sudut Munro-Kerr-Muller serta pelvimetri.
4. Penanganan disproporsi sefalopelvik dapat dilakukan dengan beberapa
tahapan antara lain: persalinan percobaan, seksio sesaria, kraniotomi,
simfisiotomi. Untuk simfisiotomi sudah jarang dilakukan.
5. Disproporsi sefalopelvik yang tidak mendapat penanganan yang tepat dapat
berakibat buruk bagi janin maupun ibu.
30
DAFTAR PUSTAKA
1Cunningham, G., Profitasari at all . Obstetri Williams. 2004. Edisi 21. volume 1. Jakarta . EGC. Bab 18. Hal: 467-468.
2Wiknjosastro, H., Saifuddin, B. A., Rachimhadi, T. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta. 2006. Bab 7. Hal; 637-647.
4Mochtar,R. Lutan, D. Synopsis obstetri. edisi 2. Jakarta. EGC. 1998. Bab 9. Hal: 332-328
5Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri R., Wardani W. I., Setyowulan, W. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
6Supriatiningsih., Wahyuni, A., Listiowati, E. 2008. Suplemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
7Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
8Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta.
9Hofmeyr, J. Abnormal Fetal Presentation and Position: In Turnbull’s Obstetrics. 3th Edition. Churchill Livingstone. London 2001: 34-35.