KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan kali ini puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya, dan
tidak lupa sholawat serta salam yang senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya, laporan
kasus yang berjudul Fraktur Antebrachii Sinistra dapat
diselesaikan.Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan
terimakasih kepada Letkol CKM Basuki Widodo, Sp. OT selaku
pembimbing yang dengan penuh dedikasi, kesabaran dan keikhlasan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis
sehingga hambatan dalam penulisan laporan kasus ini dapat
teratasi.Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada
pasien atas partisipasi dan kerjasamanya yang memperbolehkan
pelaporan kasus ini berlangsung dengan baik dan lancar. Atas hal
tersebut penulis ucapkan terimakasih.Penulis menyadari bahwa
tulisan dalam laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan pada
laporan kasus. Penulis juga mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari semua pihak agar menjadi lebih baik. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya kedokteran dikemudian hari.
Magelang, 21 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB I PENDAHULUAN3BAB II LAPORAN
KASUS3Identitias Pasien4Anamnesa4Pemeriksaan fisik5Pemeriksaan
Penunjang6Diagnosis Kerja 8Penatalaksanaan8Prognosis8Laporan
Operasi10Follow Up post Op11BAB III TINJAUAN
PUSTAKA12Anatomi12Fraktur15Definisi15Etiologi15Klasifikasi15Gejala
Klinis8Fraktur Anthebrachii18DAFTAR PUSTAKA23
BAB I PENDAHULUAN
Fraktur merupakan salah satu contoh dari cidera yang berat.
Patah tulang atau yang disebut juga fraktur didefinisikan sebagai
suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang yang diakibatkan
oleh trauma langsung atau tidak langsung, dapat juga diakibatkan
oleh penekanan yang berulang-ulang atau akibat patologik tulang itu
sendiri. Apabila fragmen fraktur tersebut mengenai dan merobek
kulit disebut sebagai fraktur terbuka, sedangkan apabila fragmen
dan tenaga dari luar fraktur tidak sampai merobek kulit dikatakan
sebagai fraktur tertutup.1Trauma merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengalami cidera oleh satu sebab, seperti trauma karena
kecelakaan kerja, olahraga, lalu lintas dan kecelakaan rumah
tangga. Di Indonesia, trauma dari kecelakaan lalu lintas dan
terjatuh dari ketinggian adalah yang paling banyak didapatkan.
Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu
lintas, yaitu sebanyak 51.66%, akibat kecelakaan kerja atau olah
raga sebanyak 30% dan akibat kekerasan rumah tangga sebanyak 18%,
sehingga dapat disimpulkan trauma menyebabkan dibutuhkannya biaya
perawatan yang sangat besar, angka kematian yang tinggi, hilangnya
waktu kerja, kecacatan sementara dan permanen. Karenanya sangat
diperlukan penanganan seawal mungkin. Fraktur merupakan masalah
kesehatan yang menimbulkan kecacatan paling tinggi dari semua
trauma kecelakaan. Salah satu contoh dari fraktur ini adalah
fraktur antebrachii karena lengan bawah mengalami benturan atau
penekanan yang kuat yang menimbulkan suatu patahan. Fraktur
antebrachii merupakan suatu fraktur yang mengenai lengan bawah
yaitu pada tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut
mengalami perpatahan. Dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu
bagian proksimal, medial, serta distal dari kedua corpus tulang
tersebut. Selain itu, fraktur antebrachii merupakan salah satu
fraktur umum yang sering dijumpai pada orang dewasa dan anak-anak.
Fraktur antebrachii diperkirakan sekitar 30% dari semua fraktur di
ekstremitas atas, dimana 8% fraktur antebrachii terjadi di
sepertiga medial, 7% terjadi di sepertiga proksimal dan 75% terjadi
di sepertiga distal. Fraktur Antebrachii Diaphyseal diperkirakan
sekitar 10% dari semua fraktur pada anak anak. Penyebab fraktur
antebrachii tersering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
pukulan dengan tongkat, luka tembak dan jatuh dari ketinggian yang
mengenai secara langsung pada lengan bawah. 2BAB IISTATUS
PASIEN
II.1Identitas Pasien Nama : Tn. JJenis kelamin: Laki-lakiUmur:
62 tahunStatus: MenikahAgama : Islam Suku Bangsa: JawaAlamat :
Ngreno, RT 04 RW 4 Sonorejo, CandimuyoMRS: 25 Mei 2015No. CM:
122177
II.2AnamnesisAutoanamnesa dan Alloanamnesa (dengan istri pasien)
pada 28 Mei 2015Keluhan Utama: Nyeri pada lengan kanan bawahRiwayat
Penyakit Sekarang : Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD
RST Soedjono pada tanggal 25 Mei 2015 dengan keluhan nyeri pada
tangan kiri sehingga sulit untuk digerakkan, pasien mengaku keluhan
terjadi setelah terjatuh dari kursi dengan tangan kanan terbentur
wastafel, pasien juga mengeluhkan luka terbuka beukuran 1x1 cm di
lengan kiri pasien.Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah
mengalami patah tulang sebelumny Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat DM disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat DM tidak terkontrol pada
nenek Riwayat hipertensi disangkal Riwayat penyakit jantung
disangkal
Riwayat sosial dan kebiasaan Merokok, minum-minuman beralkohol,
kopi disangkal Pasien jarang berolahraga II.3Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada hari kamis, 28 Mei 2015 pukul 13.00
WIBKeadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos
mentisKeadaan gizi: Baik Tinggi badan 170 cm, berat badan 70 kg,
IMT = 24.3 kg/m2 (normoweight)Tanda vital: Tekanan darah = 160/100
mmHgNadi = 78 x/menit, equal, isi cukup, regulerSuhu = 36.50CLaju
Pernafasan (RR) = 18 x/menitKulit: Sawo matang, ikterik (-),
lembabKepala : Normocephal, rambut putih, distribusi merata, tidak
mudah dicabutMata: Pupil bulat isokor +/+, edema palpebra -/-,
conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-Telinga: bentuk normal,
gangguan pendengaran (-/-) sekret -/-Hidung: Bentuk normal, tidak
ada septum deviasi, sekret -/- , nafas cuping hidung -/-Mulut:
Bibir lembab, tidak terdapat karies pada gigi, faring tidak
hiperemis, tonsil tidak membesar (T1/T1)Leher: Simetris,tidak
tampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi trakea,
JVP 5-2 cmH20, Retraksi suprasternal (-).Thoraks: Paru : I =
Normochest, retraksi -/-, sela iga tidak melebar P = taktil
fremitus sama kanan dan kiriP = Sonor pada kedua lapangan paru.
Batas paru hati ada linea midclvavicula dextra ICS VIA = Suara
nafas utama vesikuler,Ronkhi -/-,Whezzing -/-Jantung :I= Iktus
cordis tidak tampakP = Iktus cordis teraba, tidak kuat angkatP=
Batas atas ICS III linea parasternal dextra Batas kiri ICS IV linea
midklavikula sinistra Batas kanan ICS IV linea parastemal dextraA=
BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-Abdomen: I= Datar A=
Bising usus (+) normal P= Timpani pada regio abdomen, P= Dinding
perut supel, turgor kulit baik. Hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium (-), nyeri ketok CVA (-)Ekstremitas :Akral
hangat, pitting edema pada ekstremitas inferior (-/-) palmar eritem
(-/-), cappilary refill < 2Status lokalis : a/r Antebrachii
sinistra Look:Swelling (+),pemendekan(+), kulit utuh, cedera
terbuka(-), warna kulit sama dengan warna kulit sekitarnya.
Feel:Arteri radialis dekstra teraba, Nyeri tekan (+) sensibilitas
baik, suhu sama dengan bagian lainnya. Pengukuran panjang kaki
berbeda 4 cm dengan bagian kanan. Move:ROM terbatas,nyeri bila
digerakkan
II.4 Pemeriksaan Penunjang II.4.1 Pemeriksaan Foto Rontgen
Rontgen ThoraxRontgen thorax AP view. Kondisi kurang, Hasil :
Corakan bronchovaskular meningkat Kedua diafragma licin Kedua sinus
costophernicus lancip CTR > 0,56 Sstema tulang dalam batas
normalKesan : Bronchitis Cardiomegaly Rontgen Antebrachii
Sinistra
Kesan : Tampak fraktur anthebrachii sinistra
II.4.2Laboratorium DarahJenis Pemeriksaan26/05/2015(09.47)Nilai
Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin12.011 15 g/dL
Hematokrit 38.036 48 %
Eritrosit 4.534.3 6.0juta/uL
Leukosit8.74.0 10.0 /uL
Trombosit251.000150.000 450.000/uL
MCV83.980 96 fL
MCH26.427 32 pg
MCHC31.532 36 g/dL
Kimia Klinik
Ureum 2117 43 mg/dL
Kreatinin10.5 1.5 mg/dL
Glukosa Darah 8470-115 mg/dL
SGOT163 37 U/L
SGPT198 41 U/L
II.4.3Pemeriksaan EKG (26 Mei 2015) II.5 Diagnosis Kerja Fraktur
antebrachii sinistraII.6 Penatalaksanaan Medikamentosa Infus RL 20
gtt/menit Ketorolac 3 x 30 mg Asam mefenamat 2x500 gr Inj
ceftriaxon 2x1 grOperatif ORIF femur sinistraII.7 Prognosis Quo ad
vitam: ad bonam Quo ad functionam: dubia ad bonam Quo ad
sanactionam : ad bonam
ORIF dilakukan pada tanggal 29 Mei 2015RIWAYAT RAWAT INAP
Tindakan OperasiPemeriksaan Fisik pre operasi : KU: sakit sedang
Kesadaran/GCS: compos mentis/ E4M6V5 Vital Sign :Tekanan darah :
160/80 mmHgNadi : 84 x/ menitSuhu : 36 CPernafasan : 20 x/ menit
Kepala: CA -/- , SI -/- Pupil isokor: 2 milimiter Kepala: dbn
Thorax :Cor: SI dan SII normal regularPulmo: vesicular, ronkhi -/-
, wheezing -/- Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak
teraba. Ekstremitas : Regio antebrachii sinistra: Look : deformitas
(+), oedem (+) Feel: oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+)
Movement: ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan
Laporan Operasi : Rekonstruksi UlnaPelaksaanaan ORIF Os Ulna
Sinistra (pada tanggal 29 Mei 2015)Posisi supinasi dalam anastesi
umum Desinfeksi pada daerah operasi Insisi posterolateral (luka
baru) lapis demi lapis sampai tampak fraktur ulna Dilakukan ORIF
dengan 1/3 tubular plate, 6 hole Internal fiksasi dengan inplat
(nail) Cek stabilisasi stabil Jahit lapis demi lapis Operasi
selesaiPost Operasi : Infus RL 30 tpm Inj Ceftriaxon 2 x 1 gram Inj
ketorolac 3 x 1 ampul As. Mefenamat 2 x 500 mg Foto ulang : Foto
Ulang Antebrachi Dextra posisi AP dan Latera, Bila keadaan umum
baik boleh pulang
Pemeriksaan Fisik post operasi (30 Mei 2015) KU: sakit sedang
Kesadaran/GCS: compos mentis/ E4M6V5 Vital Sign :Tekanan darah:
160/90 mmHgNadi : 82 x/menitLaju nafas : 20 x/menitSuhu : 36C.
Keluhan : badan terasa lemas, kaki tidak begitu nyeri, demam (-),
mual/muntah (-), pusing (-) Status generalis : dbn Status lokalis
regio superior sinistra :Look : edema (+), perban (+), terdapat
rembesan darahFeel: nyeri tekan (+), pulsasi (+), hangat,
kenyalMovement: ROM terbatas, tidak nyeri Terapi dan tindakan
:Ganti perban, ciprofloxacin 2 x 500 mg, q10ds 2 x 1 caps
Post ORIF 29 Mei 2015 Status lokalis regio inferior sinistra :
Look : edema (+), perban (+), terdapat rembesan darah Feel: nyeri
tekan (+), pulsasi (+), hangat, kenyal Movement: ROM terbatas,
tidak nyeri Terapi dan tindakan : Ganti perban Mobilisasi duduk
BAB IIITINJAUAN PUSTAKAIII.1. Anatomi III.1.1. Radius Tulang
radius terletak pada sisi lateral, tulang ini meluas pada bagian
proximal dan distal namum lebih luas pada bagian distal. Secara
garis besar tulang radius dibagi ke dalam 3 bagian yaitu: Proximal
end. Pada bagian proximal end terdiri dari caput (kepala), collum
(leher) dan tuberositas. Caput merupakan bagian ujung proximal yang
membentuk cekungan dangkal dan sebagai penghubung antara humerus
dengan radius (humeral capitulum)Corpus (shaft). Corpus berbentuk
konveks pada sisi lateral, dan segitiga pada sisi yang lain.
Membran interoseus melekat pada bagian distal, dan menghubungkan
antara radius dan ulnaDistal end. Distal end merupakan bagian yang
paling luas dari tulang radius. Terdapat 4 sisi bagian, pada sisi
lateral sedikit kasar, memproyeksikan prosesus stiloideus pada
bagian ujung. Pada area persendian tangan terbagi atas 2 sisi yaitu
sisi medial dan sisi lateral. Sisi anterior merupakan sisi yang
tebal dan kasar. Sisi medial adalah titik pertemuan antara radius
dan ulna (ulna notch), dengan bentuk concav yang lembut untuk
persendian antara radius dan ulna. Sisi posterior terdapat Lister's
tubercle, yang membatasi bagian medial.
III.1.2. UlnaUjung proximal ulna lebih besar daripada ujung
distalnya. Hal yangsebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung
proximal ulna terdapat incisuratrochlearis (= incisura
semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentukpersendian dengan
trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon.Di
sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus,
dan disebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat
perlekatan m.brachialis. dibagian lateral dan incisura trochlearis
terdapat incisura radialis, yang berhadapandengan caput radii. Di
sebelah caudal incisura radialis terdapat crista
musculisupinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies
posterior, faciesmedialis, margo interosseus, margo anterior dan
margo posterior.Ujung distalulna disebut caput ulnae (= capitulum
ulnae). Caput ulnae berbentukcircumferentia articularis, dan di
bagian dorsal terdapt processus styloideus sertasilcus m.extensoris
carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan
cartilagotriangularis dan dengan radius.
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius,
dan didistal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen
radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes
interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna
merupakan satu kesatuan yang kuat. Olehkarena itu, patah yang hanya
mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya
mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi
radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.Selain itu, radius dan
ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu ototsupinator,
m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan
pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang
berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan
bawah disertai dislokasi angulasi danrotasi, terutama pada
radius.III.1.3. VaskularisasiArteria radialis adalah cabang
terminal yang lebih kecil dari arteria brachialis. Pembuluh ini
mulai dari fossa cubiti setinggi collum radii.
Arteria radialis berjalan ke distal dan lateral, di bawah
musculus brachioradialis dan terletak pada otot-otot kelompok
profunda lengan bawah. Pada dua pertiga perjalanannya, ramus
s1uperficialis nervi radialis terletak disebelah lateralnya.Pada
bagian distal lengan bawah, arteria radialis terletak di permukaan
anterior radius dan hanya ditutupi oleh kulit dan fascia. Di tempat
ini, di lateral arteria radialis terdapat tendo musculi
brachioradialis dan di sebelah medialnya terdapat tendo musculus
flexor carpi radialis (tempat untuk memeriksa denyut nadi
radialis).Di pergelangan tangan, arteria radialis membelok di
sekitar pinggir lateral carpus ke ujung proximal ruang diantara os
metacarpalia pertama dan kedua, dimana pembuluh ini menuju ke
anterior, ke telapak tangan diantara keduacaput musculi interosseus
dorsalis pertama. Kemudian arteria membelok ke medial diantara
caput obliqus dan transversus musculus adductor pollicis dan
bergabung dengan ramus profundus arteria ulnaris untuk membentuk
arcus palmaris profundus.Cabang-cabang di lengan bawah : Rami
musculares untuk otot-otot disekitarnya Rami recurrens, yang ikut
serta dalam anastomosis di sekitar articulatio cubiti (sendi siku)
Ramus palmaris superficialis, yang dipercabangkan tepat di atas
pergelangan tangan, masuk ke telapak tangan dan sering bergabung
dengan arteria ulnaris untuk membentuk arcus palmaris
superficialisCabang-Cabang Arteria Radialis di Telapak TanganSegera
setelah sampai di telapak tangan arteria radialis mempercabangkan
arteria radialis indicis, yang mendarahi sisi lateral jari
telunjuk, dan arteria princeps pollicis, yang bercabang dua dan
mendarahi sisi lateral dan medial ibu jari.Arcus Palmaris Profundus
dan Cabang-CabangnyaArcus palmaris profundus merupakan lanjutan
langsung arteria radialis. Arteri ini terletak di dalam telapak
tangan dan membelok ke medial di bawah tendo-tendo otot flexor
panjang dan di depan ossa metacarpi dan musculi interossei. Arcus
ini dilengkapi pada sisi mediainya oleh ramus profundus arteria
ulnaris.Lengkung arcus terletak setinggi pinggir proximal ibu jari
dalam keadaan ekstensi. Arcus palmaris profundus memberikan
cabang-cabang recurrens ke superior, yang ikut serta dalam
anastomosis di region pergelangan tangan dan ke inferior bergabung
dengan rami digitales dari arcus palmaris
superficialis.Cabang-CabangCabang-cabang adalah sebagai berikut:
Palmaris Metacarpalia Perforans RecurrensArteri Ulnaris :Berjalan
padasisi medial lengan bawah , padabagian proximal memberikan
percabangan :Aa.Interossea communis menuju ke anterior lengan
bawah, a.recurrent ulnaris superior menuju distal lengan atas,
a.recurrentulnarisinferiormenujudistallenganatas Keduanya
beranastomosis dengan A.collateralis ulnaesuperior dan inferior
III.2. Fraktur PengertianFraktur merupakan suatu keadaan dimana
terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden
kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga
dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur. 5 Fraktur adalah suatu
patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan
ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser.
EtiologiEtiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat
menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa
trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis. 1. Peristiwa Trauma
(kekerasan[)a. Kekerasan langsung Kekerasan langsung dapat
menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu,
misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah
tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering
bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.b.
Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang
patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran
vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak
langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan
Universitas Sumatera Utara tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah
selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan
kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian
pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat
menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan
bawah.c. Kekerasan akibat tarikan ototKekerasan tarikan otot dapat
menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah tulang akibat tarikan
otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat tarikan
otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps
dan biseps mendadak berkontraksi. 2. Peristiwa Patologis a.
Kelelahan atau stres fraktur, fraktur ini terjadi pada orang yang
yang melakukan aktivitas berulang ulang pada suatu daerah tulang
atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya.
Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan
tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba
tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang. b.
Kelemahan Tulang Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal
karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit
metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang.
Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan
terjadi fraktur. Klasifikasi Fraktur Fraktur dapat dibedakan
jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar,
bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis. Berdasarkan
hubungan tulang dengan jaringan disekitar Fraktur, dapat dibagi
menjadi :a. Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. b. Fraktur terbuka
(open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka
terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu: Derajat I
:Luka 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi,
fraktur kominutif sedang, kontaminasi sedang Derajat II : Laserasi
>1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi,
Fraktur kominutif sedang iv. Kontaminasi sedang Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur
kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat
tinggi.Fraktur terbuka derajat III terbagi atas: i. Jaringan lunak
yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya
ukuran luka.ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang
yang terpapar atau kontaminasi masif. iii. Luka pada pembuluh
arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan
jaringan lunak. Berdasarkan bentuk patahan tulanga. Transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur
semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips.b.
Spiral Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul
akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini
hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. c. Oblik Adalah
fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang. d. Segmental Adalah dua fraktur
berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada
yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai
darah.e. Kominuta Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen,
atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen
tulang. f. Greenstick Adalah fraktur tidak sempurna atau garis
patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh
demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada
anak anak. g. Fraktur Impaksi Adalah fraktur yang terjadi ketika
dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti
pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. h. Fraktur Fissura
Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang
berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan
reduksi.Berdasarkan lokasi pada tulang fisis Tulang fisis adalah
bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini
relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan
fisis pada anak anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau
cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena
kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga.
Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur
fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter Harris : a. Tipe I
: fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi
tertutup.b. Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan,
timbul melalui tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga
reduksi tertutup. c. Tipe III : fraktur longitudinal melalui
permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian secara transversal
melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup
baik meskipun hanya dengan reduksi anatomi.d. Tipe IV : fraktur
longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi
melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan
mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.e.
Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari
gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi.
III.2.1. Fraktur AntebrachiiDefinisiTerputusnya kontuinitas
tulang, tulang rawan (sendi), dan lempeng epifisis. Fraktur
antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada
anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang
patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur
antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur
radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen
tulang.Etiologi1)Kekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan
patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring. 2)Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak
langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.3)Kekerasan akibat
tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. Empat macam
fraktur yang khas:1.Fraktur CollesDeformitas pada fraktur ini
berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta
lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang
terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).2.Fraktur
SmithFraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior
(volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur
ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan
menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada
pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal,
kadang-kadang intraartikular.terdapat (garden spade
deformity).3.Fraktur GaleazziFraktur Galeazzi merupakan fraktur
radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat
pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula
rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan
yang memberi gaya supinasi.4.Fraktur MontegiaFraktur Montegia
merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi
radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.Faktor-faktor
yang mempengaruhi fraktur1)Faktor EkstrinsikAdanya tekanan dari
luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur. 2) Faktor
IntrinsikBeberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan
daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari
tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan
tulang.Perubahan Struktural Akibat FrakturFraktur dapat menyebabkan
perubahan pada bentuk tulang, terutama pada fraktur komplet.
Perubahan yang terjadi disebut displacement. Displacement harus
dideskripsikan secara lengkap dengan menyebutkan unsur-unsur
berikut: Translasi: pergeseran ke samping depan atau belakang
Angulasi: perubahan sudut antara fragmen dengan bagian proksimalnya
Rotasi: perputaran tulang, sepintas tulang tetap tampak lurus namun
pada bagian distal tampak deformitas rotasional Panjang: fragmen
tulang dapat menjauh atau memendek karena spasme ototDeskripsi
Fraktur Deskripsi fraktur yang baik harus menyebutkan lokasi,
eksten, konfigurasi hubungan antarfragmen, hubungan antara fraktur
dengan dunia luar, dan ada tidaknya komplikasi sesuai dengan urutan
berikut: Lokasi: diafisis, metafisis, epifisis, intraartikular,
fraktur-dislokasi Nama tulang beserta posisi (kiri atau kanan) jika
terjadi pada tulang ekstremitas Ekstensi: komplet atau inkomplet,
sesuai klasifikasi di atas Konfigurasi: transversal, oblik, spiral,
komunitif Hubungan fragmen fraktur yang satu dengan lainnya:
fraktur terbuka atau tertutup Komplikasi: baik lokal atau sistemik,
diakibatkan oleh cedera itu sendiri, ataupun iatrogenic
Pendekatan Klinis pada Kasus FrakturAnamnesisMekanisme
terjadinya cedera harus selalu ditanyakan kepada pasien secara
rinci. Gejala yang dirasakan, seperti nyeri dan bengkak harus
diperhatikan. Perlu diingat bahwa daerah yang mengalami trauma
tidak selalu merupakan daerah fraktur. Selain itu, jangan hanya
terpaku pada satu cedera utama. Perlu diperhatikan apakah ada
trauma tau keluhan di daerah lainnya.Pemeriksaan FisikPada
kasus-kasus fraktur, penanganan selalu dimulai dari survey primer
(ABC), yang dilanjutkan dengan survey sekunder secara menyeluruh.
Pemeriksaan fisis musculoskeletal yang lengkap harus mencakup
inspeksi (look), palpasi (feel), dan lingkup gerak (move). Selain
itu, pemeriksaan arteri, vena, nervus (AVN) juga penting untuk
dilakukan.Pemeriksaan PenunjangPada fraktur, pemeriksaan penunjang
dasar berupa Rontgen sangatlah penting. Foto yang baik harus
mengikuti aturan dua: Dua sisi Dua sendi Dua ekstremitas Dua jejas
(di bagian proksimal jejas) Dua waktu (foto serial)
Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad,
1998. Sebelum menggambil keputusan untuk melakukan penatalaksanaan
definitive. Prinsip penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu : 1.
Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah
mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis,
pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik
yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi
selama pengobatan. 2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan
panjang & kesegarisan tulang. Dapat dicapai yang manipulasi
tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari
penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanupulasi
untuk mengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi mekanis.
Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup gagal/tidak
memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang
digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction
interna fixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbuka kan
mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan
skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk menfiksasi
bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. 3. Retention,
imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk
mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah
dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara
menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan
kontrol dan tahanan beban keduanya untuk menyokong tulang dengan
tujuan mencegah reposisi deformitas, mengurangi fraktur dan
dislokasi, mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot,
mengurangi nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi
area spesifik tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi
dan skeletal traksi. 4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas
fungsional seoptimal mungkin
Komplikasi Berikut merupakan beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita Fraktur : 1. Malunion, adalah suatu keadaan
dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada
seharusnya, membentuk sudut atau miring2. Delayed union adalah
proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal. 3. Nonunion, patah tulang yang
tidak menyambung kembali. 4. Compartment syndroma adalah suatu
keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan
yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat. 5. Shock
terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.6. Fat embolism syndroma, tetesan
lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya
emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun,
usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.7. Tromboembolic complicastion,
trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam
waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi
paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil8. Infeksi, Sistem
pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa
juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat. 9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika
atau necrosis iskemia. 10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini
disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma
ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik
dan vasomotor instability
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho E., 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley, ED. 7, hal 281-282, Widya Medika, Indonesia.2. Sinta, 2013,
Tingkat Keberhasilan Reposisi Tertutup Pada Fraktur Antebrachii di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Pada Tahun 2007-2013.
UKDW,Yogyakarta
diaksesdarihttp://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/41095/5c7124d97aa25db76edfe56376f02d44/intropdf3.
Faiz omar, at a glance series anatomi , EMS, Indonesia4. De Jong
W., Sjamsuhidajat R., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi :
1140, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.5. Bevan C. 2006,
Salter Harris Fracture diakses dari
radiology.med.sc.edu/Salter-Harris.ppt diunduh pada April 20106.
Duckworth A. Salter Harris Fracture. Diakses dari :
http://medinfo.ufl.edu:8050/
~radelect/presentations/msk/salter_harris_fracture_alex_duckworth.pdf7.
Moore W., 2003, http//www. eMedicine - Salter-Harris Fractures
Article,.htm8. Solomon,Louis. Apleys System of Orthopaedics adn
Fractures 9th ed. UK: Bristol 2010
12